IKM 5
KEYWORD
• Mengalami MDR
• petunjuk WHO
• OAT
• TBC
• MDR
• OAT
• HIV
• WHO
• TBC (tuberculosis) adalah penyakit infesius yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
yang menyerang parenkim paru (Pedoman Nasional Pengendalian TB, 2014)
• MDR (multi drug resistant) adalah resisten terhadap isoniazid dan rifampisin secara bersamaan
(Pedoman Nasional Pengendalian TB, 2014)
• HIV ( human immunodeficiency virus) adalah virus RNA yang termasuk family retroviridae dan
genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh penderita (petunjuk teknis
tatalaksana tekknis co-infeksi TB HIV, 2012)
• WHO adalah singkatan dari kepanjangan World Health Organization yang tugasnya melakukan
koordinasi kegiatan dalam hal peningkatan kesehatan masyarakat diberbagai belahan dunia (serba
tahu tentang dunia Suhardi, 2010)
• OAT adalah obat anti tuberculosis yang digunakan untuk mengendalikan penyakit TBC (pedoman
TB nasional, 2014)
RUMUSAN MASALAH
Jumlah penduduk dapat digunakan untuk menghitung rasio point prevalensi yang bermanfaat
untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan. bisa memperkirakan kebutuhan fasilitas
tenaga, pelayanan dan pemberantasan penyakit. Rumusnya jumlah penderita lama dan baru
suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk saat itu
2. BAGAIMANA EVALUASI YANG SESUAI DENGAN
INDICATOR KEBERHASILAN ?
Indikator
1. Input adalah tingkat pendidikan masa jabatan, tugas rangap dan pelatihan
2. Proses, penemuan kasus, pengobatan, PMO (pengawas minum obat) dan supervise terhadap
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi
3. Output: outcome jangka pendek dan jangka panjang
(wiwit aditama, evaluasi program penanggulangan tuberculosis paru dikabupaten boyolali, jurnal kesehatan
masyarakat nasional volume 7 no 6, 2013)
Evaluasi juga dapat diperoleh dari penurunan jumlah temuan TB, rendahnya angka kekebalan obat,
berkurangnya jumlah pasien rawat inap TB di puskesmas (pedoman nasional pengendalian tuberculosis
kemenkes 2014)
3. BAGAIMANA MANAGEMEN PENGENDALIAN MDR
PADA TB ?
1. untuk pasien TB dan HIV yang dalam pengobatan HIV, tindakan yang pertama dirujuk ke
RS yang dapat memberikan pelayanan pengobatan ARV untuk mengobati infeksi dari TB dan
HIV
2. untuk pasien TB dengan HIV yang belum pernah mendapat pengobatan, tindakan yang
pertama diberikan pengobatan terapi untuk TB terlebih dahulu selanjutnya dirujuk ke RS
yang dapat memberikan layanan pengobatan ARV
(Petunjuk teknis tatalaksana klinis co-infeksi TB/HIV, 2012)
7. BAGAIMANA PENCEGAHAN TB DIMASYARAKAT ?
• Dokter
Promotif, preventif, kuratif, rehabilitative
• Farmasi
Farmaseu trical care
Perawat
1. Ds : - Program Defiseiensi kesehatan komunitas kontrol resiko komunitas : penyakit menular Manajemen penyakit menular Treatment Outcome and Associated Factors among
mengatasi (00215) Tuberculosis Patients in Debre Tabor, Northwestern
Do: Bertambahnya masalah 1. Skrining dari semua kelompok yang target 1. Monitor populasi yang beresiko dalam rangka pemenuhan Ethiopia:
kesehatan beresiko tingKgi regimen prevensi dan perawatan.
penderita TBC A Retrospective Study (2016)
sebagian 2. surveilans untuk wabah penyakit infeksi 2. Sediakan vaksin bagi populasi target seperti yang disediakan
termasuk sistem pengumpulan data , pelaporan 3. Monitor insiden paparan penyakit menular selama wabah
dan tindak lanjut. berjangkit.
3. Investigasi dan pemberitahuan kontak mengenai 4. Monitor sanitasi
resiko penyakit menular. 5. Monitor factor factor lingkungan yang mempengaruhi
4. Kejadian penyakit dilaporkan sebagaimana penyebaran penyakit menular.
diamanatkan 6. Informasikan masyarakat mengenai penyakit dan aktifitas
5. Ketersediaan layanan pengobatan untuk orang aktifitas yang berhubungan dengan pengaturan (wabah)
yang terinfeksi seperti yang dibutuhkan.
6. Penyediaan produk untuk mengurangi 7. Tingkatkan akses pada pendidikan kesehatan yang memadai
penyebaran penyakit sehubungan dengan pencegahan dan pengobatan terhadap
7. Penegakan kebijakan pemantauan lingkungan penyakit menular dan pencegahan berulangnya kejadian
8. Ketersediaan layanan kesehatan untuk mengobati 8. Perbaiki sistem sistem surveilans untuk penyakit menular
penyakit menular seperti yang dibutuhkan.
9. Akses ke layanan kesehatan 9. Promosikan legislasi yang memastikan pemantauan dan
10. Pemntauan kematian akibat penyakit penular pengobatan yang tepat untuk penyakit menular.
11. Pemantauan komplikasi penyakit menular 10. Laporkan aktifitas pada lembaga yang tepat seperti yang
diminta.
LEARNING OBJECTIF
KEDOKTERAN
INDIKATOR, TARGET, SASARAN
PROGRAM TB DI PUSKESMAS
1. ANGKA PENJARINGAN SUSPEK
Persentase penderita BTA (+) yg sembuh stlh selesai masa pengobatan diantara
semua penderita BTA (+) yg tercatat
DOKTE Menekankan
R Komunikasi Dua
Arah
Masih menempatkan
Registered Pemberi Dokter pada posisi
Nurse Pelayanan Lain
utama
Masih membatasi
Hubungan Dokter
PASIEN dengan Pasien
MODEL KOLABORATIF TIPE II
Asertif
Bersaing Berkolaborasi
KEASERTIFAN
Menyetujui
Tidak Asertif
Menghindari Menunjang
Tidak Kooperatif
Kooperatif
KEKOOPERATIFAN
KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL
• Petugas kesehatan telah berusaha sebaik-baiknya memberikan pelayanan kepada pasien,
tetapi masih sering terjadi ketidakpuasan pasien dan atau keluarganya.
• Kepuasan akhir merupakan resultan dari berbagai komponen layanan kedokteran. Di
rumah sakit kepuasan akhir pasien bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor masukan
misalnya keberadaan berbagai jenis petugas kesehatan, alat-alat diagnostik, terapi dan
obat-obatan. Selain itu kepuasan juga dipengaruhi oleh komponen proses, yakni bagaimana
layanan kesehatan diberikan.
• Salah satu masalah yang sering menimbulkan ketidakpuasan pasien adalah komunikasi
antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya, atau antar petugas kesehatan
sendiri.
• Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan
kedokteran yang diberikan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada pasien
dan keluarganya.
JENIS KOMUNIKASI
1. Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan,
2. Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan,
3. Komunikasi antara dokter dengan dokter, misalnya komunikasi antara dokter spesialis
dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialis yang merawat pasien,
4. Komunikasi antara dokter/bidan/ perawat dengan petugas apotik,
5. Komunikasi antara dokter/ bidan/perawat dengan petugas administrasi/keuangan,
6. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas pemeriksaan penunjang
(radiology, laboratorium, dsbnya).
• Komunikasi dalam suatu organisasi kesehatan dapat berupa tulisan dan atau komunikasi
yang bersifat verbal serta non-verbal. Bentuk komunikasi tertulis antara lain rekam medik,
resep serta surat edaran
CARA KOMUNIKASI
• Komunikasi tulisan,verbal dan non verbal
• Tertulis : rekam medis,resep serta surat edaran
• Komunikasi verbal dan non verbal antar tugas kesehatan yang melibatkan dua orang saja
atau lebih
MASALAH KOMUNIKASI
1. Instruksi yang diberikan kurang jelas dan petugas yang diberikan instruksi tidak minta
klarifikasi,
2. Tidak terjadi interaksi verbal sama sekali, biasanya antardokter ahli kecuali bila ada
konferensi kasus,
3. Pemberi instruksi tidak meyakinkan bahwa instruksinya dimengerti oleh petugas,
4. Dokter ahli tidak menganggap dokter ruangan, perawat/ bidan sebagai mitra kerja,
5. Masih lemahnya aturan mengenai hak dan tanggungjawab masing-masing petugas
kesehatan.
PENYEBAB
Ada 3 penyebab yang dapat berdampak terhadap hubungan antar petugas kesehatan, yakni:
(1) role stress,
(2) lack of interprofessional understanding
(3) autonomy struggles.
PEMECAHAN MASALAH
Di dalam suatu institusi kesehatan, diperlukan beberapa hal yang bersifat pembenahan manajerial
yakni:
(1) memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masing petugas dalam suatu fasilitas
kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus diketahui oleh masing-masing
petugas,
(2) memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan sesuai dengan kewajiban
dan kemampuannya, dan
(3) mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling
melengkapi
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Endang. 2008. Komunikasi Antarpetugas Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia,
Volume: 58, Nomor: 9.
KOLABORASI YANG TERJADI DI PUSKESMAS
KOLABORASI YANG TERJADI DI PUSKESMAS
• Di poli umum: terjadi komunikasi dokter dengan perawat melalui komunikasi lisan dan
tulisan
• Di laboratorium: terjadi komunikasi dokter dengan petugas lab melalui tulisan
• Di Apotek: terjadi komunikasi dokter dengan apoteker melalui komunikasi tulisan (resep)
• Di rumah sakit: terjadi komunikasi dokter dengan dokter melalui komunikasi tulisan
(surat rujukan)
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
FARMASI
PERAN FARMASI
(
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
harus dilakukan pengendalian mutu Pelayananan Kefarmasian meliputi:
a. monitoring; dan
b. evaluasi.
Pasal 6
(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang
farmasi.
(2) Ruang farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai
penanggung jawab.
Pasal 9
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, bagi Puskesmas yang belum memiliki Apoteker sebagai
penanggung jawab, penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian atau tenaga kesehatan lain.
(2) Pelayanan Kefarmasian secara terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengelolaan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan resep berupa peracikan Obat, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat.
Menurut PP Mentri Kesehatan No 30 tahun 2014 Tentang standart Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas tugas dan peran
apoteker adalah :
5) mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, (6) mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan.
mencegah, menganalisis dan memecahkan masalah. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2014
TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
TERAPI
TERAPI FARMAKOLOGI
First-line:
OAT Combipax
OAT Fix Dose Combination (4FDC, 2FDC)
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori anak : 2(HRZ)/ 4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana TB resisten obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin,
Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksiklosaksin, dan PAS, serta lini 1 yaitu pirazinamide, dan etambutol.
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati,
teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat
bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan
disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila
klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya
tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki
integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity dan kompetensi).
PERAN PERAWAT
• Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik verbal, tertulis
maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya antara dokter dan perawat saling
berkomunikasi terkait penatalaksanaan pada pasien .
• mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup pandangan klien,
keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam
pemberian pelayanan kesehatan
• memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masing petugas dalam suatu fasilitas kesehatan.
Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus diketahui oleh masing-masing petugas,
• memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan sesuai dengan kewajiban dan
kemampuannya
• mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling melengkapi Secara
umum setiap petugas kesehatan dituntut untuk mempraktikkan cara-cara komunikasi interpersonal yang
baik termasuk komunikasi verbal dan non-verbal. Tidak berbeda bila menghadapi pasien, setiap petugas
kesehatan selayaknya menerapkan keterampilan komunikasi interpersonalnya bila berhadapan dengan
sesama petugas kesehatan.
KOLABORASI DENGAN FARMASI
Dengan menggunakan 6 B
Benar obat
Benar doses
Benar jalur
Benar waktu pemberian
Benar pasen
Benar dokumentasi
KOMPETENSI KEPERAWATAN
1. Perawat Vokasional
2. Perawat Professional
- Ners
- Ners Spesialis
PERAWAT VOKASIONAL
• Ners Spesialis adalah seorang perawat yang disiapkan diatas level perawat
profesional dan mempunyai kewenangan spesialis atau kewenangan yang diperluas
LINGKUP STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN
INDONESIA MELIPUTI :
1. Standar Praktik Professional
a. Standar I Pengkajian
b. Standar II Diagnosa Keperawatan
c. Standar III Perencanaan
d. Standar IV Pelaksanaan Tindakan (Impelementasi)
e. Standar V Evaluasi
2. Standar Kinerja Professional
a. Standar I Jaminan Mutu
b. Standar II Pendidikan
c. Standar III Penilaian Kerja
d. Standar IV Kesejawatan (collegial)
e. Standar V Etik
f. Standar VI Kolaborasi
g. Standar VII Riset
h. standar VIII Pemanfaatan sumber-sumber
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Data Etiologi Diagnose keperawatan NOC NIC Evidence based
1. Ds : - Program Defiseiensi kesehatan kontrol resiko komunitas : penyakit Manajemen penyakit menular Treatment Outcome and Associated Factors among
mengatasi komunitas (00215) menular Tuberculosis Patients in Debre Tabor, Northwestern
Do: masalah 1. Monitor populasi yang beresiko dalam rangka Ethiopia:
Bertambahnya kesehatan 1. Skrining dari semua kelompok yang pemenuhan regimen prevensi dan perawatan. A Retrospective Study (2016)
penderita TBC sebagian target beresiko tingKgi 2. Sediakan vaksin bagi populasi target seperti
2. surveilans untuk wabah penyakit yang disediakan
infeksi termasuk sistem 3. Monitor insiden paparan penyakit menular
pengumpulan data , pelaporan dan selama wabah berjangkit.
tindak lanjut. 4. Monitor sanitasi
3. Investigasi dan pemberitahuan 5. Monitor factor factor lingkungan yang
kontak mengenai resiko penyakit mempengaruhi penyebaran penyakit menular.
menular. 6. Informasikan masyarakat mengenai penyakit
4. Kejadian penyakit dilaporkan dan aktifitas aktifitas yang berhubungan
sebagaimana diamanatkan dengan pengaturan (wabah) seperti yang
5. Ketersediaan layanan pengobatan dibutuhkan.
untuk orang yang terinfeksi 7. Tingkatkan akses pada pendidikan kesehatan
6. Penyediaan produk untuk yang memadai sehubungan dengan
mengurangi penyebaran penyakit pencegahan dan pengobatan terhadap
7. Penegakan kebijakan pemantauan penyakit menular dan pencegahan
lingkungan berulangnya kejadian
8. Ketersediaan layanan kesehatan 8. Perbaiki sistem sistem surveilans untuk
untuk mengobati penyakit menular penyakit menular seperti yang dibutuhkan.
9. Akses ke layanan kesehatan 9. Promosikan legislasi yang memastikan
10. Pemntauan kematian akibat penyakit pemantauan dan pengobatan yang tepat
penular untuk penyakit menular.
11. Pemantauan komplikasi penyakit 10. Laporkan aktifitas pada lembaga yang tepat
menular seperti yang diminta.
DAFTAR PUSTAKA