Tutorial 5 - IKM
Kelompok 5 - IKM 1
Nama Anggota Kelompok
◦ Alfien Rusdiana 201310330311053
◦ Diandra Rezky M 201310330311061
◦ Yulanda Fitriana 201310330311046
◦ Iman Laila Mahir 201310410311238
◦ Venna Elsa Vionita 201310410311204
◦ Irda Rizky Wiharti 201310410311005
◦ Winona Darayani 201310410311253
◦ Moh. Abdul Rosyid 201310410311295
◦ Riadus sholihin 201310420311113
◦ Santi Rahma Dika 201310420311127
Kelompok 5 - IKM 2
SKENARIO
Team Work Tenaga Kesehatan Seorang ibu membawa putrinya berusia 8 bulan dengan
keluhan diare muntah ke RS UMM pada pukul 22.00, saat masuk RS oleh petugas administrasi
diarahkan masuk ke IGD diterima oleh perawat dengan Rekam Medis (RM) C4192 dan ditangani
oleh dokter jaga IGD. Dokter jaga IGD melakukan asesmen awal dengan melakukan anamnesis
pada ibu (alloanamnesis) dan pemeriksaan fisik, setelah didiagnosis dokter jaga melapor pada
dokter DPJP melalui telpon, sedangkan perawat melakukan asesmen asuhan keperawatan
dengan ibu pasien.
Saat konsultasi dengan DPJP (DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN), dokter jaga IGD
mendapatkan advis untuk dilakukan tindakan yaitu pasien diberi O2 nasal 2l/mnt, infus KN3B 15
tts/mnt, injeksi ranitidine dan metamizol 3x250mg, advis DPJP dicatat dilembar RM, Resep obat
disampaikan ke ibu pasien dan advis DPJP disampaikan ke perawat. Perawat menindaklanjuti
advis DPJP dan keluarga pasien menukarkan resep obat di bagian farmasi, apoteker
menyampaikan ke keluarga pasien agar obat tersebut untuk diberikan ke perawat IGD.
Kelompok 5 - IKM 3
Lanjutan…
Dokter jaga IGD juga mengkonsulkan ke dokter gizi, menurut dokter gizi saat menyampaikan ke
ibu pasien bahwa untuk konsumsi per-oral tidak bisa oleh karena pasien masih belum sadar
sehingga kebutuhan makan cukup hanya melalui infus. Hasil konsultasi dokter gizi juga ditulis di
catatan RM. Perawat dan dokter jaga IGD melakukan tindakan dan observasi pasien, hasil
observasi dokter jaga ditulis di RM dan asuhan keperawatan juga dituliskan di RM. Keesokan
harinya dokter DPJP hadir ke RS UMM, dokter jaga IGD menyampaikan hasil asesmen ke DPJP.
Dokter DPJP visit pasien didampingi dokter jaga dan perawat, setelah dilakukan pemeriksaan oleh
dokter DPJP hasilnya dicatat di RM dan dijelaskan ke ibu pasien. Hasil pemeriksaan menunjukkan
kegawatan sudah teratasi maka pasien dapat dipindah ke ruang rawat inap.
Kelompok 5 - IKM 4
◦ Rawat inap
Keyword ◦ Asesmen asuhan
keperawatan
◦ Anak perempuan 8 bulan ◦ Advis DPJP disampaikan ke
keluarga pasien
◦ Diare, muntah
◦ Dokter DPJP Visite pasien
◦ Lapor DPJP
◦ Konsul dengan dokter gizi
◦ IGD RS UMM
◦ Observasi pasien oleh
◦ Pasien tidak sadar perawat dan dokter jaga
◦ Rekam medis C4192 ◦ Resep disampaikan ke ibu
pasien
◦ Apoteker menyampaikan
obat
Kelompok 5 - IKM 5
Klarifikasi Istilah
◦ Rekam medis: berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien (PerMenKes, 2008)
◦ DPJP: dokter yang bertanggungjawab atas pengelolahan medis seorang px sesuia
standart pelayanan medis yang didapatkan dari anamnesa, pemx fisik, pemx
penunjang, sehingga tercipta penegakan diagnosis yg selanjutnya dilakukan
perencanaan dan pemberian terapi serta tindakan medis, follow up, asuhan medis
sampai dengan rehabilitasi (PerMenKes, 2008)
◦ Asuhan keperawatan: pengkajian awal dari px yang berisi identitas, keluahan, riw. lain
pasien, pemx fisik ((Nanda, 2012)
Asuhan keperawatan: Serangkaian proses yang terorganisi dan sitematis yang dilakukan oleh
perawat untuk memecahkan masalah pasien yang meliputi 5 langkah, terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana, implementasi, dan evaluasi (Nanda, Fundamental of Nursing,
2012).
Kelompok 5 - IKM 6
◦ Alloanamnesis: anamnesis yang dilakukan kepada keluarga, saudara atau teman
penderita dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit pasien
(Buku Keterampilan Medik PPD USU, 2014)
◦ Observasi: proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang gejala-
gejala yang diteliti (Buku Metodologi Penelitian Sosial, 2008)
◦ Konsultasi: perundingan antara pemberi dan penerima layanan kesehatan yang
bertujuan untuk mencari penyebab timbulnya penyakit dan menentukan cara
pengobatannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Kelompok 5 - IKM 7
◦ Asesmen awal: proses yang efektif untuk menghasilkan keputusan tentang
pengobatan pasien dan mengumpulkan informasi dari data dan keadaan fisik,
psikologis, sosial, dan riwayat kesehatan pasien dan juga menganalisis informasi
termasuk data hasil laboratorium untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
pasien dan sebagai rencana pelayanan pasien selanjutnya (PerMenKes, 2011)
Kelompok 5 - IKM 8
Rumusan Masalah
1. (bagaimana kerja tim medis untuk penatalaksanaan pasien?) (jawab : Mengapa
dokter jaga IGD harus melapor ke DPJP dan berkonsultasi dengan dokter gizi,
Mengapa dokter dpjp tidak didampingi oleh apoteker saat melakukan visite
kepada pasien?)
2. Bagaimana peran dan tanggung jawab yang boleh dilakukan oleh dokter,
perawat dan apoteker?
3. Bagaimana komunikasi antara dokter, perawat dan apoteker dalam
menjalankan peran dan tanggung jawab tersebut?
4. Bagaimana penatalaksanaan medis dan non-medis yang sesuai dengan
kompetensi masing-masing tenaga kesehatan kepada pasien?
*kenapa obat tidak diberikan langsung ke perawat? (UUnya apa)
Kelompok 5 - IKM 9
Mengapa dokter jaga IGD harus melapor ke DPJP dan
berkonsultasi dengan dokter gizi?
◦ Karena kompetensi dr jaga IGD sbg dokter umum pada kasus ini adalah mengatasi
kegawatan pasien sedangkan untuk kelanjutan terapi adalah tanggungjawab DPJP
◦ Diperlukan konsultasi ke dr gizi karena anak mengalami diare dan muntah, dehidrasi yang berat
karena sampai tidak sadarkan diri, sehingga diperlukan pemantauan status gizi untuk mencegah
keparahan penyakitnya dan jatuhnya pada kondisi gizi buruk
Kelompok 5 - IKM 10
Mengapa visite hanya dilakukan oleh DPJP, dokter jaga, dan perawat tanpa
ada keterlibatan apoteker di dalamnya?
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah
terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan
informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya
(PMK NO. 58 th 2014 ).
ANALISIS KASUS = Visite yang dilakukan apoteker secara mandiri maupun
bersama dokter dan perawat setelah pasien dipindahkan ke ruang rawat
inap
Kelompok 5 - IKM 11
Apa saja yang dilaporkan dokter
IGD ke DPJP?
◦ Menyebutkan nama dokter IGD, tempat tugas, dan klarifikasi nama DPJP
◦ Identitas pasien
◦ S situasi : vital sign dan pmx fisik
◦ B background situasi : dx medis, tindakan yg baru dilakukan
◦ A assessment : masalah keperawatan dan masalah medis
◦ R recommendation : menanyakan rekomendasi dari DPJP
◦ DPJP memberikan terapi awal dan lanjutan
◦ Melakukan klarifikasi dengan baca ulang rekomendasi
◦ Menutup telefon dengan terima kasih dan salam
◦ Melakukan assesmen awal dan lanjutan berkolaborasi dengan tenaga medis
lain
Kelompok 5 - IKM 12
Komunikasi seperti apa yang harus disampaikan
dokter kepada perawat ?
◦ Komunikasi yang bertujuan menyamakan persepi sehingga
penanaganannya sama. Menginformasikan tx apa saja yang harus
diberika dan apa saja yg perlu di observasi karena perawat lebih
dekat dengan pasien (24jam)
Kelompok 5 - IKM 13
Bagaimana penatalaksanaan medis dan non-medis yang sesuai
dengan kompetensi masing-masing tenaga kesehatan kepada
paseien?
Medis:
DOKTER
◦ Diare (gastroenteritis) : Tingkat kemampuan 4Amampu melakukan secara mandiri dan
tuntas
◦ Terapi Oksigen : Tingkat Keterampilan 4A
◦ Resusitasi Cairan: Tingkat Keterampilan 4A
◦ Penilaian Status Gizi dan Pengaturan Diet : Tingkat Keterampilan 4A
◦ Menyusun rencana manajemen kesehatan : Tingkat Keterampilan 4A
◦ Konsultasi terapi: Tingkat Keterampilan 4A
◦ Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas kesehatan lainnya (rujukan
dan konsltasi): Tingkat Keterampilan 4A
◦ Menulis rekam medik dan membuat pelaporan : Tingkat Keterampilan 4A
◦ Edukasi, nasihat, da melatih individu dan kelompok mengenai masalah kesehatan : Tingkat
Keterampilan 4A
Kelompok 5 - IKM 14
Farmasi:
Kompetensi 2:
Apakah pemberian terapi benar, dosis benar atau tidak berat badan pasien tidak
dicantumkan sehingga tidak bisa dianalisi
2.1: Mampu menyelesaikan penggunaan obat yang rasional: metamizol, sedangkan
pada skenario tidak diketahui demam atau tidak
2.2: mampu melakukan telaah penggunaan obat px
2.3: mampu melakukan monitoring efek obat ikut terlibat kunjungan visite pasien
Laring o2 nasal sudah tepat, infus sudah tepat, ranitidine penggunaannya sudah
tepat
Kelompok 5 - IKM 15
◦ Perawat:
S:Pasien mengatakan diare dan muntah
O: keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, kehausan, serum elektrolit, berat
jenis urin
A: masalah teratasi semua
P: lanjutkan intervensi management elektrolit atau cairan dari 1-4
Kelompok 5 - IKM 16
Mengapa apoteker memberikan obat yang ada di resep kepada keluarga
pasien dan menyampaikan bahwa obat diberikan kepada perawat IGD ?
Sesuai dengan UU No. 44 tentang Rumah sakit pasal 15 bahwa pelayanan farmasi di RS
harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi rumah sakit berdasarkan
PMK No.58 th 2014 berorientasi pada pasien dan standar operasional prosedur RS, yang
mana distribusi obat dapat dilakukan dengan cara :
◦ Sistem persediaan lengkap di Ruangan ( Floor stock )
◦ Sistem resep perseorangan
◦ Sistem Unit Dose
◦ Sistem kombinasi
Dirancanag atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan :
Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
Metode sentralisasi atau desentralisasi
ANALISIS KASUS = distribusi obat diberikan menggunakan sistem resep
perseorangan
Kelompok 5 - IKM 17
Bagaimana cara apoteker
menyampaikan kepada keluarga
pasien mengenai obat tersebut?
Ibu, disini anak ibu mendapatkan 3 obat yaitu Injeksi Ranitidine, Injeksi Metamizole
dan Infus KN3B. Obat ini diberikan kepada perawat di IGD untuk kemudian diberikan
kepada anak Ibu. Obat yang diberikan merupakan obat dalam bentuk injeksi
sehingga pemberiannya dilakukan oleh perawat.
Kelompok 5 - IKM 18
Bagaimana penatalaksanaan
medis dan non-medis yang sesuai
dengan kompetensi masing-masing
tenaga kesehatan kepada
paseien?
Medis:
Dokter: mengatasi dehidrasi dengan memberikan resusitasi cairan, setelah itu
diberikan zinc sulfat untuk anak <5 th, mencegah malnutrisi, jangan sembarangan
memberikan antibiotik. edukasi kepada ibu pasien. Kompetensi 4A: mampu
melakukan secara mandiri dan tuntas
Kelompok 5 - IKM 19
Farmasi:
Kompetensi 2:
Apakah pemberian terapi benar, dosis benar atau tidak berat badan pasien tidak
dicantumkan sehingga tidak bisa dianalisi
2.1: Mampu menyelesaikan penggunaan obat yang rasional: metamizol, sedangkan
pada skenario tidak diketahui demam atau tidak
2.2: mampu melakukan telaah penggunaan obat px
2.3: mampu melakukan monitoring efek obat ikut terlibat kunjungan visite pasien
Laring o2 nasal sudah tepat, infus sudah tepat, ranitidine penggunaannya sudah
tepat
Kelompok 5 - IKM 20
◦ Perawat:
S:Pasien mengatakan diare dan muntah
O: keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, kehausan, serum elektrolit, berat
jenis urin
A: masalah teratasi semua
P: lanjutkan intervensi management elektrolit atau cairan dari 1-4
Kelompok 5 - IKM 21
LO
◦ Peran dan tanggung jawab tenaga kesehatan
◦ Kolaborasi tenaga kesehatan
◦ Komunikasi antartenaga kesehatan
◦ Kompetensi
Kelompok 5 - IKM 22
Peran dan Tanggung Jawab Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan
Kelompok 5 - IKM 23
◦ Dokter penanggung jawab pelayanan adalah dokter yang bertanggung jawab
sepenuhnya atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien di Rs (apabila pasien
hanya perlu asuhan medis dari 1 orang dokter saja)
Kelompok 5 - IKM 24
Hak dan Kewajiban DPJP
◦ Hak ◦ Kewajiban
◦ Membuat rencana pelayanan pasien
◦ Mengelola asuhan medis seorang pasien
dalam berkas rekam medis yang memuat
secara mandiri dan otonom yang segala aspek asuhan medis yang akan
mengacu pada standar pelayanan dilakukan, termasuk konsultasi, rehabilitasi dll
medis rumah sakit secara komprehensif ◦ Memberikan penjelasan secara rinci
mulai dari diagnosis, terapi, tindak lanjut kepada pasien dan keluarga tentang
sampai rehabilitasi rencana dan hasil pelayanan baik tentang
pengobatan, prosedur maupun
◦ Melakukan konsultasi dengan disiplin lain kemungkinan hasil yang tidak diharapkan
(profesi lain) yang dianggap perlu untuk
◦ Memberikan pendidikan / edukasi kepada
meminta pendapat atau perawatan pasine tentang kewajibannya terhadap
bersama demi kesembuhan pasien dokter dan rumah sakit, yang dicatat dalam
berkas rekam medis
◦ DPJP berkewajiban memberikan
kesempatan kepada pasien atau
keluarganya untuk bertanya atau hal-hal
yang/ belum dimengerti.
Kelompok 5 - IKM 25
1. Mengelola asuhan medis seorang pasien secara mandiri dan otonom yang mengacu pada standar
pelayanan medis rumah sakit secara komprehensif mulai dari diagnosis, terapi, tindak lanjut sampai
rehabilitasi
Kasus pada skenario masih belum jelas sehingga untuk menentukan diagnosis dan tindak lanjut
berikutnya peran dokter :
◦ Diagnostik holistik
◦ Anamnesis
◦ Perjalanan penyakit diare (lamanya diare berlangsung, kapan diare muncul),
frekuensi BAB (3x/lebih dalam 24 jam), konsistensi , dan ada tidaknya darah dalam
tinja
◦ Mencari faktor-faktor penyebab
◦ Jika terjadinya didahului oleh makan atau minum dari sumber yang kurang higiene berarti
GE disebabkan oleh infeksi
◦ Bila disertai demam oleh infeksi
◦ Sedang bepergian pada daerah yang sedang wabah diare atau tinggal di tempat
penitipan anak
◦ Riwayat intoleransi laktos
◦ Imunokompromais
◦ Gejala penyerta (perut kembung, banyak gas, gagal tumbuh)
Kelompok 5 - IKM 26
◦ Melakukan pemeriksaan fisik
◦ Vital sign
◦ Mencari tanda-tanda dehidrasi : Pada kasus pasien belum sadar
◦ Pola pernafasan
◦ Bising usus yang lemah
◦ Pemeriksaan ekstremitas
◦ Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi : pada kasus karena pasien tidak sadarkan diri
sehingga dikategorikan derajat berat.
◦ Penegakan diagnosis
◦ Diagnosis klinis
◦ Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3x sehari) dan pmx fisik
(ditemukan tanda-tanda hipovolumik dan pmx konsistensi BAB)
◦ Diagnosis banding : tifus abdominalis dan kolitis pseudomembran
◦ Komplikasi : syok hipovolumik
Kelompok 5 - IKM 27
◦ Penatalaksanaan komprehensif
Menurut kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima langkah tuntaskan diare)
Lintas diare :
1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah. Namun karena pasien tidak
sadarkan diri sehingga pertolongan cairan diberikan melalui infus .
Karena pasien tergolong diare berat sehingga dibutuhkan 50-100 ml per BAB.
2. Pemberian zinc karena terbukti mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekueni dan volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare 3
bulan berikutnya.
Umur > 6 bulan 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Cara pemberian : larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larutkan berikan pada anak.
3. Teruskan pemberian ASI dan makanan
4. Antibiotik selektif. Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
angka kejadian diare akibat bakteri. AB hanya diberikan pada penderita
dengan darah. Obat antidiare tidak boleh diberikan karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak juga dianjurkan kecuali muntah berat
Kelompok 5 - IKM 28
5. Nasihat kepada orang tua atau pengasuh
Konseling dan edukasi mengenai pencegahan diare menurut pedoman
Tatalaksana Diare Depkes RI (2006), sebagai berikut :
1. Pemberian ASI
2. Pemberian makanan pendamping ASI
3. Menggunakan air bersih yang cukup
4. Mencuci tangan
5. Menggunakan jamban
6. Membuang tinja bayi dengan benar
7. pemberian imunisasi campak
Peralatan yang digunakan : infus set, cairan intravena, peralatan laboratorium
untuk pemeriksaan darah, feses
Prognosis
Tergantung pada kondisi pasien saat datang. Ada/tidaknya komplikasi, dan
pengobatannya shingga umumnya prognosis adalah duba ad bonam. Bila kondisi
saat datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi duba at malam.
Kelompok 5 - IKM 29
Dokter jaga melapor pada dokter DPJP yang dalam hal ini adalah dokter spesialis
anak melalui telepon, yang dilaporkan adalah KU, hasil pemeriksaan, tindakan yang
sudah dilakukan, serta konsultasi mengenai penatalaksanaan selanjutnya
Kelompok 5 - IKM 30
◦ Dokter jaga IGD
mengkonsultasikan ke dokter
gizi yang juga dicatat dalam
RM
Mekanisme kegiatan:
1. Skrining Gizi
2. Proses asuhan gizi terstandar
(PAGT)
Kelompok 5 - IKM 31
◦ Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis adalah dokter yang
merawat . Dokter mengemban tanggung jawab akhir dari isi dan kebenaran rekam
medis. Dalam hal mencatat keterangan pasien bias didelegasikan kepada asisstant
atau dokter lainnya
Kelompok 5 - IKM 32
Peran dan Tanggung Jawab Pada
Ilmu Keperawatan
Kelompok 5 - IKM 33
Peran perawat
◦ Care giver
◦ Client advocad
◦ Counsellor
◦ Educator
◦ Collaborator
◦ Coordinator
◦ Change agent
◦ Consultant
Kelompok 5 - IKM 34
Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan
terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan
kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien
merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan,
pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan
tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak
yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak
memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki
integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity dan kompetensi.
Kelompok 5 - IKM 35
Peran dan Tanggung Jawab
Farmasis
Kelompok 5 - IKM 36
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
Berdasarkan PERMENKES No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Secara lebih spesifik, farmasis memiliki tiga tanggung jawab utama :
1. Memastikan bahwa terapi obat pasien diindikasikan secara tepat, paling efektif
yang tersedia, paling aman, paling nyaman digunakan, dan paling ekonomis
2. Mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan-permasalahan
terapi obat;
3. Memastikan bahwa tujuan terapi obat pasien terpenuhi dan hasil-hasil optimal
terkait kesehatan tercapai. Semua tanggung jawab tersebut berpusat pada
menghadapi permasalahan-permasalahan terapi obat pasien.
Berdasarkan PERMENKES No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Kolaborasi dan Komunikasi Tenaga
Medis
Kelompok 5 - IKM 39
Pengertian KOLABORASI
Kelompok 5 - IKM 40
Model Kolaboratif Tipe I
PASIEN
Kelompok 5 - IKM 41
Model Kolaboratif Tipe II
Pemberi Pelayanan
Lain
Kelompok 5 - IKM 42
PROSES dan HASIL
Bersaing Berkolaborasi
Asertif
KEASERTIFAN
Menyetujui
Tidak Asertif
Menghindari
Menunjang
Kelompok 5 - IKM 44
◦ Petugas kesehatan telah berusaha sebaik-baiknya
memberikan pelayanan kepada pasien, tetapi masih sering
terjadi ketidakpuasan pasien dan atau keluarganya.
◦ Kepuasan akhir merupakan resultan dari berbagai komponen
layanan kedokteran. Di rumah sakit kepuasan akhir pasien bisa
dipengaruhi oleh berbagai faktor masukan misalnya
keberadaan berbagai jenis petugas kesehatan, alat-alat
diagnostik, terapi dan obat-obatan. Selain itu kepuasan juga
dipengaruhi oleh komponen proses, yakni bagaimana layanan
kesehatan diberikan.
Kelompok 5 - IKM 45
◦ Salah satu masalah yang sering menimbulkan ketidakpuasan
pasien adalah komunikasi antara petugas kesehatan dengan
pasien dan keluarganya, atau antar petugas kesehatan
sendiri.
◦ Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan kedokteran yang diberikan,
yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada
pasien dan keluarganya.
Kelompok 5 - IKM 46
Jenis Komunikasi
1. Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan dengan petugas
kesehatan,
2. Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan,
3. Komunikasi antara dokter dengan dokter, misalnya komunikasi antara
dokter spesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialis yang
merawat pasien,
4. Komunikasi antara dokter/bidan/ perawat dengan petugas apotik,
5. Komunikasi antara dokter/ bidan/perawat dengan petugas
administrasi/keuangan,
6. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas pemeriksaan
penunjang (radiology, laboratorium, dsbnya).
Kelompok 5 - IKM 47
◦ Komunikasi dalam suatu organisasi kesehatan dapat berupa
tulisan dan atau komunikasi yang bersifat verbal serta non-
verbal. Bentuk komunikasi tertulis antara lain rekam medik,
resep serta surat edaran
Kelompok 5 - IKM 48
Masalah komunikasi
1. Instruksi yang diberikan kurang jelas dan petugas yang
diberikan instruksi tidak minta klarifikasi,
2. Tidak terjadi interaksi verbal sama sekali, biasanya
antardokter ahli kecuali bila ada konferensi kasus,
3. Pemberi instruksi tidak meyakinkan bahwa instruksinya
dimengerti oleh petugas,
4. Dokter ahli tidak menganggap dokter ruangan, perawat/
bidan sebagai mitra kerja,
5. Masih lemahnya aturan mengenai hak dan tanggungjawab
masing-masing petugas kesehatan.
Kelompok 5 - IKM 49
Penyebab
Ada 3 penyebab yang dapat berdampak terhadaphubungan
antar petugas kesehatan, yakni:
(1) role stress,
(2) lack of interprofessional understanding, dan
(3) autonomy struggles.
Kelompok 5 - IKM 50
Pemecahan Masalah
Di dalam suatu institusi kesehatan, diperlukan beberapa hal
yang bersifat pembenahan manajerial yakni:
(1) memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-
masing petugas dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak
dan tugas petugas lain juga harus diketahui oleh masing-
masing petugas,
(2) memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil
keputusan sesuai dengan kewajiban dan kemampuannya,
dan
(3) mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan
sebagai hubungan yang saling melengkapi
Kelompok 5 - IKM 51
Kolaborasi dan Komunikasi Dokter
Kelompok 5 - IKM 52
Pelaporan oleh dokter jaga IGD ke DPJP
◦ Menyebutkan nama dokter IGD, tempat tugas, dan klarifikasi nama DPJP
◦ Identitas pasien
◦ S situasi : vital sign dan pmx fisik
◦ B background situasi : dx medis, tindakan yg baru dilakukan
◦ A assessment : masalah keperawatan dan masalah medis
◦ R recommendation : menanyakan rekomendasi dari DPJP
◦ DPJP memberikan terapi awal dan lanjutan
◦ Melakukan klarifikasi dengan baca ulang rekomendasi
◦ Menutup telefon dengan terima kasih dan salam
◦ Melakukan assesmen awal dan lanjutan berkolaborasi dengan tenaga medis
lain
Kelompok 5 - IKM 53
Pelaporan oleh dokter jaga IGD pada dokter gizi
(melalui telpon)
◦ Menyebutkan nama dokter IGD, tempat tugas, dan klarifikasi nama DPJP
◦ Identitas pasien
◦ S situasi : vital sign dan pmx fisik
◦ B background situasi : dx medis, tindakan yg baru dilakukan
◦ A assessment : masalah keperawatan dan masalah medis
◦ R recommendation : menanyakan rekomendasi diet dari dokter gizi
◦ Melakukan klarifikasi dengan baca ulang rekomendasi diet
◦ Menutup telefon dengan terima kasih dan salam
◦ Melakukan assesmen awal dan lanjutan berkolaborasi dengan tenaga medis lain
Kelompok 5 - IKM 54
Komunikasi yang harus disampaikan dokter
kepada perawat
◦ Komunikasi yang bertujuan menyamakan persepi sehingga
penanaganannya sama. Menginformasikan tx apa saja yang harus
diberika dan apa saja yg perlu di observasi karena perawat lebih
dekat dengan pasien (24jam)
Kelompok 5 - IKM 55
Daftar Pustaka
Basuki, Endang. 2008. Komunikasi Antarpetugas Kesehatan. Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume: 58, Nomor: 9.
Kelompok 5 - IKM 56
Kolaborasi dan Komunikasi Ilmu
Keperawatan
Kelompok 5 - IKM 57
Kolaborasi
Perawat memiliki 3 fungsi yaitu perawat independen, dependen dan
interdependen, dimana fungsi perawat dalam interdepanden ini bahwasanya
tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan lainnya. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan
lainnya melakukan kolaborasi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
bertujuan mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam
sebuah tim yang dipimpin oleh seorang tanaga medis. Sebagai sesama tenaga
kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya.
Dalam kolaborasi ini, pasien menjadi fokus upaya pelayanan kesehatan.
Kelompok 5 - IKM 58
Kolaborasi dan Komunikasi
Farmasis
Kelompok 5 - IKM 59
Dokter-Farmasis-Perawat : melakukan visite pasien
CONSUMING &
INFORMATION PROCUREMENT
DISPENSING
& INFORMATION DISTRIBUTION
PRESCRIBING
& INFORMATION
PHISICIAN’S ROLE PHARMACIST’S ROLE
Kelompok 5 - IKM 63
Kelompok 5 - IKM 64
Daftar Pokok Bahasan
memuat pokok bahasan dalam proses pembelajaran untuk mencapai 7 area kompetensi. Materi tersebut
dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait, dan dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum
masingmasing institusi.
Daftar Masalah,
berisikan berbagai masalah yang akan dihadapi dokter layanan primer. Oleh karena itu,
institusi pendidikan kedokteran perlu memastikan bahwa selama pendidikan, mahasiswa
kedokteran dipaparkan pada masalah-masalah tersebut dan diberi kesempatan berlatih
menanganinya.
Daftar Penyakit
berisikan nama penyakit yang merupakan diagnosis banding dari masalah yang dijumpai pada Daftar
Masalah. Daftar Penyakit ini memberikan arah bagi institusi pendidikan kedokteran untuk mengidentifikasikan
isi kurikulum. Pada setiap penyakit telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga
memudahkan bagi institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan kedalaman dan keluasan dari isi
kurikulum.
Kelompok 5 - IKM 66
Area Mawas Diri dan Area Komunikasi Efektif
Area Profesionalitas yang Luhur
Pengembangan Diri 9. Berkomunikasi
1. Berke-Tuhanan Yang Maha
6. Menerapkan mawas diri dengan pasien dan
Esa/Yang Maha Kuasa
7. Mempraktikkan belajar keluarga
2. Bermoral, beretika dan
sepanjang hayat 10. Berkomunikasi
disiplin
8. Mengembangkan dengan mitra kerja
3. Sadar dan taat hukum
pengetahuan 11. Berkomunikasi
4. Berwawasan sosial budaya
5. Berperilaku profesional dengan masyarakat
Kelompok 5 - IKM 70
Kelompok 5 - IKM 71
◦ Terapi Oksigen : Tingkat Keterampilan 4A
◦ Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
◦ Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessmentmisalnya mini-CEX, portfolio,
logbook, dsb.
◦ 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
Kelompok 5 - IKM 72
◦ Resusitasi Cairan: Tingkat Keterampilan 4A
◦ Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
◦ Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessmentmisalnya mini-CEX, portfolio,
logbook, dsb.
◦ 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
Kelompok 5 - IKM 73
Kelompok 5 - IKM 74
◦ Penilaian Status Gizi dan Pengaturan Diet : Tingkat Keterampilan 4A
◦ Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
◦ Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessmentmisalnya mini-CEX, portfolio,
logbook, dsb.
◦ 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
Kelompok 5 - IKM 75
Kelompok 5 - IKM 76
◦ Skin Test sebelum pemberian obat injeksi : Tingkat Keterampilan 4A
◦ Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
◦ Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessmentmisalnya mini-CEX, portfolio,
logbook, dsb.
◦ 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
Kelompok 5 - IKM 77
Kelompok 5 - IKM 78
Kelompok 5 - IKM 79
Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah
menerapkan di bawah supervisi.
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial
keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi
atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta
berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau
standardized patient.
Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan
menggunakan Objective Structured Clinical Examination
(OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical
Skills(OSATS)
Kelompok 5 - IKM 80
Kelompok 5 - IKM 81
Kompetensi Keperawatan Dalam
Interprofesional Education
Kelompok 5 - IKM 82
Kompetensi perawat
◦ Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan
◦ Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan keperawatan (Lampiran 1)
◦ Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan
kualitas dan manajemen risiko (patient safety)
◦ Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh dari RS
◦ Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada Klien
◦ Memfasilitasi kebutuhan oksigen
◦ Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan
◦ Mengukur tanda-tanda vital
◦ Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan data secara akurat
◦ Melakukan perawatan luka
◦ Memberikan obat dengan aman dan benar
◦ Mengelola pemberian darah dengan aman
Kelompok 5 - IKM 83
Lingkup Standar Praktik
Keperawatan Indonesia meliputi :
1. Standar Praktik Professional
a. Standar I Pengkajian
b. Standar II Diagnosa Keperawatan
c. Standar III Perencanaan
d. Standar IV Pelaksanaan Tindakan (Impelementasi)
e. Standar V Evaluasi
2. Standar Kinerja Professional
a. Standar I Jaminan Mutu
b. Standar II Pendidikan
c. Standar III Penilaian Kerja
d. Standar IV Kesejawatan (collegial)
e. Standar V Etik
f. Standar VI Kolaborasi
g. Standar VII Riset
h. standar VIII Pemanfaatan sumber-sumber
Kelompok 5 - IKM 84
Kompetensi Farmasis Dalam
Interprofesional Education
Kelompok 5 - IKM 85
Kompetensi farmasis
Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia
1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian secara Profesional Dan Etik
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan Penggunaan Sediaan Farmasi
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai Standar yang
Berlaku.
5. Mempunyai Keterampilan Komunikasi dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan sesuai Standar yang Berlaku
8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan
Praktik Profesionai Kefarmasian
9. Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang Berhubungan dengan
Kefarmasian
Kelompok 5 - IKM 86
SOAP
Analisis terapi
Kelompok 5 - IKM 87
SUBJECTIVE
DATA PASIEN KELUHAN PASIEN
Kelompok 5 - IKM 88
OBJECTIVE
Data Klinis Data Lab
- -
Kelompok 5 - IKM 89
Assessment
S/O yang terkait Terapi Analisis Komentar
Kelompok 5 - IKM 90
pertimbangan
NO REKOMENDASI QUALITY OF EVIDENCE
1 Nasal prongs adalah metode paling disarankan pada pengantaran rekomendasi kuat (Bukti-kualitas
oksigen untuk bayi dan anak-anak <5 tahun dengan hipoksemia sedang)
2 Jika
yang Nasal prongs tidak
membutuhkan terapitersedia,
oksigen. kateter hidung atau nasofaring rekomendasi kuat (Bukti-kualitas
dapat digunakan sebagai metode pengantaran alternatif. Masker sedang)
3 Standar laju
wajah dan aliran untuk
headbox tidak oksigen melalui nasal prongs atau nasal
dianjurkan. rekomendasi kuat (Bukti-kualitas
catheters adalah 0.5 – 1 L/min untuk neonatus, 1-2 L/min untuk sedang)
infant dan 1-4 L/min untuk anak-anak dengan umur yang lebih
Kelompok 5 - IKM 91
Assessment
S/O yang Terapi Analisis Komentar
terkait
Diare akut Infus KN3B 15tts/ Terapi Penggunaan Kaen 3B telah tepat
menit pemenuhan karena pada px diare biasanya
kebutuhan kekurangan banyak kalium
cairan dan sehingga diberikan kaen 3B yang
elektrolit mengandung lebih banyak
kalium sebagai terapi
maintenance, sedangkan untuk
menangani dehidrasinya dapat
diberikan infus Ringer Laktat.
Kelompok 5 - IKM 92
Pertimbangan KN3B
Jenis KAEN 1B KAEN 3A KAEN 3B KAEN 4A KAEN 4B KAEN MG3
Komposisi NaCl 2,25 NaCl 2,34 NaC 1,75 Na Na Na 1,75 g
g; g g 30mEq/L 30mEq/L Na Laktat
Anhydrous KCl 0,75 g KCl 1,5 g Cl 20 Cl 28 2,24 g
dekstros Na laktat Na laktat mEq/L mEq/L Anhydous
37,5 g 2,24 g 2,24 g K 0 mEq/L K 8 mEq/L dekstros
Cairan Anhydrous Anhydous Laktat 10 Laktat 10 100 g
elektrolit dekstrose dekstrose mEq/L mEq/L Cairan
Na+ 27 g 27 g Glukosa 40 Glukosa elektrolit
38,5mEq Cairan Cairan g/L 37,5 g/L (mEq/L ):
K+ 38,5 elektrolit elektrolit (MIMS) Na+
mEq (mEq/L) : (mEq/ L): (MIMS) 50mEq
glukosa Na+ Na+ K+ 20 mEq
37,5 g/ L 60mEq 50mEq Cl- 50 mEq
K+ 10 mEq K+ 20 mEq Glukosa
(MIMS) Cl- 50 mEq Cl- 50 mEq 100 g/L
(MIMS)
(MIMS) (MIMS)
Kelompok 5 - IKM 93
Assessment
S/O yang Terapi Analisis Komentar
terkait
Kelompok 5 - IKM 94
Nama
pertimbangan
ranitidin Simetidin Famotidin
obat
Rumus
kimia
Kelompok 5 - IKM 97
pertimbangan
Nama obat Metamizole Paracetamol ibuprofen
Rumus kimia
Kelompok 5 - IKM 98
Kelompok 5 - IKM 99
PLAN
Rekomendasi Terapi Alasan