Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH SWAMEDIKASI

BATUK DAN ASMA

OLEH :

KELOMPOK II (FARMASI II B)

MARISA CRISANTYA 201802038

NUR QALBI SYAM 201802050

RAHMANUL IRFIANI 201802056

RAHMI 201802058

SULlSTIAWATI 201802067

DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELAMONIA KESDAM VII/WRB

MAKASSAR

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuk merupakan gejala umum bagi penyakit respiratori dan non-
respiratori. Batuk bisa menyebabkan moraiditas yang tinggi dan
symptom seperti insomnia, suara serak, nyeri muskuloskeletal,
berkeringat, dan inkotinensia urin.
Obat batuk terdapat beberapa jenis yaitu antitusif sebagai obat
menekan refleks batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak
dikeluarkan dari saluran pernafasan dan mukolitik untuk
mengencerkan dahak. Antitusif diberikan kepada penderita batuk tidak
berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik diberikan kepada
penderita batuk berdahak.
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di
negara maju maupun di Negara-negara sedang berkembang. Asma
adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit 4, makrofag,
neutrofil dan sel epitel, serta meningkatnya respon saluran napas
(hipereaktivitas bronkus) terhadap berbagai stimulant.
Inflamasi kronik ini akan menyebabkan penyempitan (obstruksi)
saluran napas yang reversible, membaik secara spontan dengan atau
tanpa pengobatan.Gejala yang timbul dapat berupa batuk, sesak nafas
dan mengi.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan
berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta
faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor
alergen yang menjadi penyebab serangan.
Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin
bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem
tersendiri.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dari batuk dan asma
2. Untuk mengetahui gejala yang timbul dari batuk dan asma
3. Untuk mengetahui tatalaksana penanganan terapi batuk dan asma
4. Memberikan terapi Non farmakologi dan farmakologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
1. Batuk
Batuk adalah mekanisme tubuh dalam mengeluarkan adanya
benda asin yang masuk ke saluran napas bagian atas. Adanya
debu, virus, bakteri, allergen (serbuk sari, bulu binatang, debu),
bahkan makanan yang salah masuk ke tenggorokan juga memicu
timbulnya batuk (Ika Puspitasari, 2010).
Batuk adalah proses ekspirasi (penghembusan nafas). Eksplosif
yang memberikan mekanisme proteksi normal untuk membersihkan
saluran pernafasan dari adanya sekresi atau benda asing yang
mengganggu. Batuk itu sendiri sebenarnya bukan penyakit, tetapi
merupakan gejala atau tanda adanya gangguan pada saluran
pernafasan. Disisi lain batuk juga merupakan salah satu dalam
menyebabkan infeksi (Ikawati, 2002).
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan. Batuk juga
melindungi paru-paru dari aspirasi asing yaitu masuknya benda
asing dari saluran cerna maupun saluran nafas bagian atas.
Saluran nafas bagian atas dimulai dari tenggorokan, trakhea,
bronkhioli sampai ke jaringan paru (Guyton, 2008). Batuk
dibedakan menjadi dua yaitu batuk berdahak dan batuk tidak
berdahak (batuk kering). Batuk berdahak lebih sering terjadi karena
adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak lebih sering
terjadi karena adanya paparan debu, lembab berlebihan
sebagainya. Batuk tidak berdahak (batuk kering) yaitu batuk yang
terjadi karena tidak adanya sekresi saluran nafas, iritasi pada
tenggorokan, sehingga timbul rasa sakit (Djunarko & Hendrawati,
2011).
2. Definisi Asma
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik jalan
udara yang melibatkan peran banyak sel dan komponennya. Pada
individu yang rentan, inflamasi akan menyebabkan episode
berulang yang biasanya terkait dengan obstruksi jalan udara yang
sering revesible baik secara spontan maupun setelah penanganan.
(Sukandar, 2008)
Serangan asma mendadak disebabkan oleh faktor yang tidak
diketahui maupun yang diketahui seperti paparan langsung
terhadap allergen, virus, atau polutan dalam maupun luar rumah,
yang dapat menginduksi respon inflamasi (Sukandar, 2008).

B. Faktor Penyebab Penyakit


1. Batuk
Batuk dapat disebabkan karena dua hal, yaitu penyakit infeksi
dan bukan infeksi. Penyebab batuk dari infeksi bisa berupa bakteri
atau virus, misalnya tuberkulosa, influenza, campak, dan batuk
rejan. Sedangkan penyebab yang bukan infeksi misalnya debu,
asma, alergi, makanan yang merangsang tenggorokan, batuk pada
perokok, batuk pada perokok berat sulit diatasi hanya dengan obat
batuk simptomatik. Batuk pada keadaan sakit disebabkan adanya
kelainan terutama pada saluran nafas yaitu bronkitis, pneumonia
dan sebagainya (Depkes RI, 1997).
Penyebab batuk lainnya adalah peradangan dari jaringan paru
(pneumonia), tumor dan juga akibat efek samping beberapa obat
(ACEI). Batuk juga merupakan gejala terpenting pada penyakit
kanker paru. Penyakit tuberkulosa di lain pihak, tidak selalu disertai
batuk, walaupun gejala ini sangat penting. Selanjutnya batuk
adalah gejala pada penyakit tifus dan pada dekompensasi jantung,
terutama pada manula, begitu pula pada asma dan keadaan psikis.
Disamping gangguan-gangguan tersebut, batuk bisa juga dipicu
oleh stimulasi reseptor-reseptor yang terdapat di mukosa dari
seluruh napas, (termasuk tenggorok), juga dalam lambung (Tjay
dan Rahardja, 2007).
2. Asma
Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam
bentuk :
1. Ingestan : Alergen yang masuk tubuh melalui mulut
(dimakan/diminum)
2. Inhalan : Alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau
mulut
Ingestan yang utama adalah makanan dan obat-obatan,
sedang inhalan adalah substansi atau bahan protein yang terhirup
melalui hidung atau mulut. Jenis alergen inhalan yang utama
adalah :
- Tepung sari (serbuk) bunga, tanaman, pohon
- Tungau
- Serpih dan kotoran binatang
- Jamur
(Tim Redaksi Vitahelath, 2006).
Adapun penyebab asma oleh faktor lingkungan dibagi 2, yaitu :
1. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan -
predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma
a. Alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti mite
domestik, allergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung
sari bunga
b. Sensitisasi (bahan) lingkungan kerja
c. Asap rokok
d. Polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
e. Infeksi pernapasan (virus)
f. Diet
g. Status sosioekonomi
h. Besarnya keluarga
i. Obesitas
2 Sedangkan faktor lingkungan yang menyebabkan eksaserbasi
dan/atau menyebabkan gejala asma menetap
a. Alergen di dalam maupun di luar ruangan
b. Polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
c. Infeksi pernapasan
d. Olah raga dan hiperventilasi
e. Perubahan cuaca
f. Makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan)
g. Obat-obatan, seperti asetil salisilat
h. Ekspresi emosi yang berlebihan
i. Asap rokok
j. Iritan antara lain parfum, baubauan yang merangsang

C. Gejala
Gejala pada pasien asma yaitu batuk kering intermiten, mengi,
dada sesak, dispnea sering kali terjadi setelah terpajan stimulus yang
bisa diduga (alergen, paparan dingin, asap, dan lain-lain); dapat
disertai dengan rinitis, drainase pascanasal,faringitis, produksi sputum,
atau gejala prodromal virus (Valentina L, 2007).
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan-atau
tanpa pengobatan. Gejala awal berupa :
1. Batuk terutama pada malam atau dini hari
2. Sesak napas
3. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien
menghembuskan napasnya
4. Rasa berat di dada
5. Dahak sulit keluar.
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam
jiwa. Yang termasuk gejala yang berat adalah :
1. Serangan batuk yang hebat
2. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
3. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan
duduk
5. Kesadaran menurun

D. Terapi
1. Batuk
a. Terapi Non Farmakologi
Umumnya batuk berdahak dan tidak berdahak dapat
dikurangi dengan cara sebagai berikut:
1) Memperbanyak minum air putih, untuk membantu
mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal.
2) Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang
merangsang tenggorokan dan udara malam yang dingin.
b. Terapi Farmakologi
1) Obat Sintetik
Bila keadaan batuk belum sembuh dapat digunakan
obat batuk, yang mana obat batuk dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
a) Mukolitik
Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara
mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum. Agen mukolitik berfungsi
dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi
kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein.
Agen mukolitik yang terdapat di pasaran adalah
bromheksin, ambroksol, dan asetilsistein (Estuningtyas,
2008).
b) Ekspektoran
Ekspektoran merupakan obat yang dapat
merangsang pengeluaran dahak dari saluran
pernapasan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan
stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks
merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan lewat
nervus vagus, sehingga menurunkan viskositas dan
mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk
golongan ini adalah ammonium klorida dan gliseril
guaiakoiat (Estuningtyas, 2008).
(1) Gliseril Guaiakolat (Guafenesin)
Indikasi: mengencerkan dahak dari saluran nafas.
Dosis: pemakaian untuk dewasa 200-400 mg setiap 4
jam dan untuk anak-anak usia 2-6 tahun 50-100 mg
setiap 4 jam, sedangkan untuk usia 6-12 tahun 100-
200 mg setiap 4 jam.
Efek samping: mual, muntah yang dapat dikurangi
dengan minum segelas air putih. Kontraindikasi:
terhadap yang alergi guafenesin (Ikawati, 2008).
c) Ammonium Klorida
Ammonium klorida jarang digunakan sebagai terapi
obat tunggal yang berperan sebagai ekspektoran tetapi
lebih sering dalam bentuk campuran dengan ekspektoran
lain atau antitusif. Apabila digunakan dengan dosis besar
dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru. Dosisnya untuk
orang dewasa adalah 300 mg (5mL) tiap 2 hingga 4 jam.
Obat ini hampir tidak digunakan lagi untuk pengasaman
urin pada keracunan sebab berpotensi membebani fungsi
ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan
elektrolit (Estuningtyas, 2008).
d) Antitusif
Antitusif adalah obat yang menekan refleks batuk,
digunakan pada gangguan saluran nafas yang tidak produktif
dan batuk akibat teriritasi. Secara umum berdasarkan tempat
kerja obat antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer
dan antitusif yang berkerja di sentral. Antitusif yang bekerja di
sentral dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.
(1) Dekstrometorfan HBr
Indikasi: bekerja menekan pusat batuk di otak,
meringankan batuk kering (Corelli, 2007).
Dosis: pemakaian dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1
tablet jika perlu (jika batuk). Dalam bentuk sirup 5-10 ml
jika perlu 3 kali sehari sedangkan untuk dosis anak-anak
(usia 6-12 tahun) 5-10 mg 3 kali sehari dan dalam bentuk
sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok takar) setiap 4 jam.
Efek samping: pemakaian yang berlebihan akan
menyebabkan penurunan refleks bernapas
(Djunarko & Hendrawati, 2011).
(2) Difenhidramin HCL
Indikasi: obat memiliki efek antitusif dan juga antihistamin
sebagai anti alergi.
Dosis: pemakaian untuk dewasa 25 mg, 3-4 kali sehari
dan untuk anakanak 12,5 mg atau 4 kali sehari.
Efek samping: dapat mengantuk, dan juga tidak
dianjurkan diminum bersamaan obat anti influenza yang
mengandung antihistamin, dikonsultasikan terlebih
dahulu pada tenaga medis jika digunakan pada penderita
asma karena dapat mengentalkan dahak dan
mengurangi sekresinya.
Kontraindikasi: terhadap wanita hamil, ibu menyusui dan
anak < 6 tahun (Depkes RI, 1997).
2. Asma
a. Terapi Non Farmakologi
1) Edukasi pasien
a) Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter
dalam penatalaksanaan asma.
b) Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk :
(1) Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma
secara umum dan pola penyakit asma sendiri)
(2) Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam
penanganan asma sendiri/asma mandiri)
(3) Meningkatkan kepuasan
(4) Meningkatkan rasa percaya diri
(5) Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan
penanganan mandiri
(6) Membantu pasien agar dapat melakukan
penatalaksanaan dan mengontrol asma.
c) Bentuk pemberian edukasi
(1) Komunikasi/nasehat saat berobat
(2) Ceramah
(3) Latihan/training
(4) Supervisi
(5) Diskusi
(6) Tukar menukar informasi (sharing of information
group)
(7) Film/video presentasi
(8) Leaflet, brosur, buku bacaan
d) Komunikasi yang baik adalah kunci kepatuhan pasien,
upaya meningkatkan kepatuhan pasien dilakukan
dengan:
(1) Edukasi dan mendapatkan persetujuan pasien untuk
setiap tindakan/penanganan yang akan dilakukan.
Jelaskan sepenuhnya kegiatan tersebut dan manfaat
yang dapat dirasakan pasien
(2) Tindak lanjut (follow-up). Setiap kunjungan, menilai ulang
penanganan yang diberikan dan bagaimana pasien
melakukannya. Bila mungkin kaitkan dengan perbaikan
yang dialami pasien (gejala dan faal paru).
(3) Menetapkan rencana pengobatan bersama-sama dengan
pasien.
(4) Membantu pasien/keluarga dalam menggunakan obat
asma.
(5) Identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau yang
dirasakan pasien, sehingga pasien merasakan manfaat
penatalaksanaan asma secara konkret.
(6) Menanyakan kembali tentang rencana penganan yang
disetujui bersama dan yang akan dilakukan, pada setiap
kunjungan.
(7) Mengajak keterlibatan keluarga.
(8) Pertimbangkan pengaruh agama, kepercayaan, budaya
dan status sosioekonomi yang dapat berefek terhadap
penanganan asma
(Depkes RI., 2007).
2) Tangani setiap sinusitas kronis atau penyakit refluks
gastroesofagus
3) Batasi pajanan sinusitas terhadap alergen atau iritan
4) Pantau aliran puncak di rumah
5) Pertimbangkan imunoterapi pada pasien atopi
6) Tangani infeksi sejak dini
7) Vaksinasi influenza setiap tahun
(Valentina L, 2007)
b. Terapi Farmakologi
1) Obat Sintetik
a) Golongan Obat Asma
(1) Methyl Xanthine
Mekanisme kerja: merelaksasi otot polos bronkus,
terutama bila otot bronkus dalam keadaan konstriksi.
Contoh obat terdiri dari:
(a) Theophylline/Teoflin
- Indikasi : Obstruksi saluran napas reversibel,
asma akut dan berat
- Dosis : Dewasa (3 x 130-150 mg/hari); Anak
6-12 tahun (3 x 65-150 mg/hari, obat diberikan
sesudah makan); Euphyllin Retard (Dewasa : 2
x 1 tablet sehari)
- Sediaan : Kapsul 130 mg (Bufabron,
Bronchophylin, Theobron); Tablet 150 mg
(Bronsolvan), Tablet Retard 250 mg (Euphyllin
Retard; Tablet Retard mite 125 mg; Euphyllin
Retard Mite).
(b) Aminophylline/Aminofilin
- Indikasi : obstruksi saluran napas reversibel,
asma akut dan berat
- Dosis : Bronkospasme akut
(Dewasa loading dose 6 mg/kgBB/IV; secara
infus selama 20 - 40 menit); Dosis
pemeliharaaan 0,5 mg/kgBB/jam
- Sediaan : sediaan injeksi à Ampul 24 mg/ml (1
Ampul = 10 ml)
(Team Medical, 2017).
b) Anti Muskarinik
Mekanisme kerja : bekerja dengan memblok efek
bronkokonstriksi dari asetilkolin pada reseptor muskarinik
M3 yang terdapat pada otot polos saluran napas. Obat
antimuskarinik terdiri atas 2 jenis yaitu :
(1) Short-acting antimuscarinic (SAMA) misalnya
Ipratropium dan Oxitropium
(2) Long-acing antimuscarinic (LAMA) misalnya
Tiotropium, Aclinidium, Glycopyrronium
c) Beta 2 Agonis
Mekanisme kerja: merelaksasi otot polos jalan napas
dengan menstimulasi reseptor beta 2 adrenergik
dengan meningkatkan C-AMP dan menghasilkan
antagonism fungsional terhadap bronkokonstriksi. Beta 2
agonis terdiri atas 2 kelompok, diantaranya
(1) Salbutamol/Albuterol
- Indikasi : meredakan bronkospasme pada asma
dan obstruksi saluran napasreversibel lainnya
- Dosis : Oral Dewasa 3-4 x 4 mg / hari (lansia &
pasien yang sensitive awal 2 mg); Oral Anak 0,05 –
0,1 mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam; Inhalasi aerosol
(DPI/MDI) Dewasa 100-200 mcg (1-2 hirupan)
untuk gejala yang persisten 3-4 kali sehari; Inhalasi
aerosol (DPI/MDI) Anak 100 mcg (1 hirupan) dapat
dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hirupan) bila perlu;
Profilaksis untuk bronkospasme akibat latihan fisik,
Dewasa 200 mcg (2 hirupan), Anak 100 mcg (1
hirupan); Inhalasi nebuliiser Dewasa dan Anak di
atas 18 bulan 2,5 mg, diberikan sampai 4 kali
sehari
- Sediaan : Tablet/Kaps 2 mg (Astharol; Azmacon;
Brondisal, Fortolin, Grafalin, Lasal, Suprasma,
Salbuven); Nebule 2,5 mg (Ventolin nebules);
Inhaler 100 mcg/puff (Ventolin inhaler)
(2) Fenoterol HBr
- Indikasi : Sebagai pengobatan gejala episode asma
akut; sebagai profilaksis asma yang dipicu
olahraga;
- Dosis : Inhaler Dewasa dan Anak > 12 tahun
bilamana :
 Episode asma akut à 1 semprot, jika belum ada
perbaikan setelah 5 menit berikan dosis ke-2,
jika belum dapat diatasi dengan 2 semprot,
dosis mungkn perlu ditambah
 Pencegahan asma yang dipicu aktivitas
fisik à 1-2 semprot, maksimal 8 semprot/hari
 Asma bronkial dan keadaan lain dengan
penyempitan saluran napas yang
reversibel à bila diperlukan pengulangan dosis,
1-2 semprot untuk setiap pemberian, maksimal
8 semprot/hari
- Sediaan : Inhaler 100 mcg/ semprot (Berotec);
Larutan inhalasi 0.1% (Berotec)
(Team Medical, 2017).
(3) Formoterol Fumarat
- Indikasi : Asma dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Tidak dianjurkan sebagai monoterapi pada
asma
- Dosis : Sediaan Formoterol yang beredar di
Indonesia tidak bersifat tunggal, tapi merupakan
kombinasi dengan kortikosteroid. Salah satu merek
dagang kombinasi Formoterol dan Budesonide
adalah Symbicort
(4) Formoterol Fumarat Dihidrat + Budesonide
- Indikasi : Terapi regular untuk asma dimana
diperlukan terapi kombinasi kortikosteroid inhalasi
dan agonis beta kerja panjang. Terapi untuk PPOK
berat dan adanya riwayat eksaserbasi beruulang
- Dosis :
Terapi pemeliharaan dan pereda
Dewasa dan remaja ≥ 12 tahun à besar dosis
tergantung dari beratnya gejala, 1 inhalasi pada pagi
dan sore, atau 2 inhalasi Symbicort 80/4,5 mcg atau
160/4,5 mcg pada pagi atau sore. Sebagai dosis
pemeliharan dapat juga diberikan 2 inhalasi 2x/hari
Symbicort 160/45.
Anak ≥ 6 tahun à 1 inhalasi 1x/hari Symbicort 80/4,5
mcg. Maksimal 4 inhalasi per hari
Terapi pemeliharaan
Dewasa dan remaja ≥ 12 tahun à 1-2 inhalasi 2x
sehari dari Symbicort 80/4,5 mcg atau 160/4,5 mcg
tergantung dari beratnya gejala
Anak 6-11 tahun à 2 inhalasi 2x sehari Symbicort
80/4,5 mcg
- Sediaan : Symbicort 80/4,5 mcg turbuhaler
mengandung budesonide 80 mcg dan formoterol
fumarate 4,5 mcg; Symbicort 160/4,5 mcg
turbuhaler mengandung budesonide 160 mcg dan
formoterol fumarate 4,5 mcg.
(Team Medical, 2017).
(5) Salmeterol
- Indikasi : Asma, obstruksi saluran napas reversibel lain
yang memerlukan bronkodilator jangka panjang,
digunakan dalam kombinasi dengan antiinflamasi lain
(misalnya kortikosteroid)
- Dosis : Sediaan Salmaterol yang beredar di
Indonesia tidak bersifat tunggal, tapi merupakan
kombinasi dengan kortikosteroid
(6) Salmeterol + Flucasone Propionat
- Indikasi : Obstruksi saluran napas reversibel termasuk
asma, obstruksi paru kronis termasuk bronchitis kronis
dan emfisema
- Dosis :
Inhaler à Dewasa & anak ≥ 12 tahun : 2 inhalasi
Seretide 50 atau Seretide 125; Anak ≥ 4 tahun : 2
inhalasi Seretide 50. Semua dosis diberikan 2x sehari
Diskus à Penyakit obstruksi saluran napas yang
reversibel. Dewasa & anak ≥ 12 tahun : 1 inhalasi
diskus seretide 100, 250, atau 500. Anak ≥ 4 tahun : 2
inhalasi diskus seretide 100
(Team Medical, 2017).
(7) Kortikosteroid
(1) Budesonide
- Indikasi : Asma bronchial
- Dosis :
Turbuhaler : Dewasa 200 – 1200 mcg/hari terbagi
dalam 2-4 dosis. Pemeliharaan 200-400 mcg 2x
sehari pada pagi dan malam
Respule : Dewasa dan anak > 12 tahun à 1-2 mg 2x
per hari. Pemeliharaan 0,5-1 mg 2x per hari. Anak 3
bulan - 12 tahun à 0,5-1 mg 2x per hari.
Pemeliharaan 0,25-0,5 mg 2x per hari
- Sediaan : Turbuhaler 200 mcg/dosis (Pilmicort);
Respule 0,25 mg/ml (Pulmicort Respules)
(2) Fluticasone Propionat
- Indikasi : Profilaksis asma, mengatasi eksaserbasi
asma akut
- Dosis : Dewasa dan anak > 16 tahun à 500-2000
mcg 2x per hari; Anak 4-16 tahun à 1000 mcg 2x
per hari
- Sediaan : Cairan inhalasi (nebule) à 0,5 mg/2 ml; 2
mg/2 ml : Flixotide
(Team Medical, 2017).

E. Terapi Farmakologi (Tradisional) Batuk dan Asma


1. Jahe Merah
Salah satu terapi adalah dengan memanfaatkan potensi yang
terdapat pada tanaman herbal. Saat ini telah banyak penelitian
yang menemukan manfaat jahe merah dalam membantu penderita
asma bernapas lebih mudah. Manfaat jahe sebagai obat herbal
telah populer ratusan tahun lalu, diperkenalkan pada masa nenek
moyang kita. Sebagai bahan obat herbal, jahe memiliki khasiat
untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit, seperti :
rematik, mual-mual, mabuk perjalanan, batuk, pegal-pegal, kepala
pusing, sakit saat menstruasi, nyeri lambung, asma, nyeri otot,
impoten, kanker, diabetes, penyakit jantung, bronchitis,
osteoarthritis, flu, demam, gangguan pencernaan, Alzheimer dan
lain-lain. Khasiat ini disebabkan oleh kandungan minyak atsiri
dengan senyawa kimia aktif dalam jahe, terutama zat gingerol dan
oleoresin. Penggunaan jahe untuk terapi berbagai penyakit, bisa
digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan bahan lainnya. ( I
Wayan, 2019)
Santoso (2008) memberikan resep terapi jahe untuk beberapa
penyakit batuk sebagai berikut: Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu
jari, dicuci bersih, dan direbus dengan 2 gelas air, Dididihkan.
Di belahan lain bumi ini, manfaat jahe baru saja diproklamirkan
pada Konferensi Internasional American Thoracic Society 2013 di
Philadelphia. Dalam pertemuan ini dinyatakan bahwa jahe atau
akar pedas dapat membantu penderita asma bernapas lebih
mudah (Web RSUA, 2013).
Berdasarkan penelitian Putri R.K (2017), kandungan ekstrak
jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas lebih
mudah, karena kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan
efek beta-agonis yang bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM)
sehingga dapat menjadi terapi alami yang baik untuk mengurangi
gejala asma.
2. Kemangi
Kemangi merupakan herbal yang mengandung banyak manfaat.
Kandungan ayurvedic dan ekspektoran dalam ekstrak kemangi
membuat sirup kemangi efektif menyembuhkan batuk dan asma.
Senyawa flavonoid dalam kemangi memiliki peran sebagai
antibakteri dan antivirus. Hal ini didukung oleh kandungan minyak
atsiri dalam jahe yang juga berperan sebagai ekspektoran dan
antioksidan. Penambahan madu sebagai pemanis dalam sirup juga
berkhasiat untuk meningkatkan stamina sehingga penderita batuk
dan asma bisa cepat pulih.
Dalam penelitian Nadia Permata (2016) terhadap penderita
asma, konsumsi sirup kemangi secara teratur selama 7 hari
menunjukkan dampak yang positif. Grafik perkembangan penderita
asma menunjukkan gejala membaik untuk setiap harinya.
Kandungan antioksidan dalam kemangi, jahe dan madu mampu
melindungi tubuh dari radikal bebas dan keracunan toksik.
Pembuatan sirup kemangi pereda batuk dan asma dapat dilakukan
dengan melakukan sinergi bersama jahe dan madu sebagai
pemanisnya. Hasil Uji aktivitas anti-asma menunjukkan bahwa
penderita asma yang diberi nutrisi dengan dosis 3x sehari selama 7
hari memberikan dampak yang positif. Grafik perkembangan
penderita asma cenderung mengalami proses pemulihan secara
teratur.
BAB III
KESIMPULAN
Batuk adalah mekanisme tubuh dalam mengeluarkan adanya benda
asin yang masuk ke saluran napas bagian atas. Adanya debu, virus,
bakteri, allergen (serbuk sari, bulu binatang, debu), bahkan makanan yang
salah masuk ke tenggorokan juga memicu timbulnya batuk
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik jalan udara
yang melibatkan peran banyak sel dan komponennya. Pada individu yang
rentan, inflamasi akan menyebabkan episode berulang yang biasanya
terkait dengan obstruksi jalan udara yang sering revesible baik secara
spontan maupun setelah penanganan.
Salah satu terapi adalah dengan memanfaatkan potensi yang terdapat
pada tanaman herbal. Saat ini telah banyak penelitian yang menemukan
manfaat jahe merah dalam membantu penderita asma bernapas lebih
mudah, karena kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek
beta-agonis yang bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM) sehingga
dapat menjadi terapi alami yang baik untuk mengurangi gejala asma.
Kemangi merupakan herbal yang mengandung banyak manfaat.
Kandungan ayurvedic dan ekspektoran dalam ekstrak kemangi membuat
sirup kemangi efektif menyembuhkan batuk dan asma. Senyawa flavonoid
dalam kemangi memiliki peran sebagai antibakteri dan antivirus.
DAFTAR PUSTAKA

Corelli, R.L. 2007. Therapeutic & Toxic Potential of Over-the-Counter


Agents. In: Katzung, B.G., Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed.
USA: McGraw Hill.

Depkes RI, 1997. Kompendia Obat Bebas. Jakarta: Direktorat Jendral


Pengawasan Obat dan Makanan

Depkes RI, 2007. Pedoman Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma.


Jakarta: Depkes RI.

Djunarko, I., & Hendrawati, D., 2011. Swamedikasi yang Baik dan Benar.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Estuningtyas, Ari dan Azalia Arif. 2008. Obat Lokal. Dalam Sulistia dan
Gunawan, Rianto Setiabudy, dan Nafrialdi Elizabeth. Farmakologi
dan Terapi. Ed 5. Jakarta: FKUI

Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed.
Jakarta: ECG.

Ikawati Zullies, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya,


Bursa Ilmu, Fakarta

I Wayan Redi Aryanta. 2019. Manfaat Jahe Untuk Kesehatan. Program


Studi Ayurweda, Fakultas Kesehatan Universitas Hindu Indonesia, E-
Jurnal Widya Kesehatan ,Volume 1, Nomor.

Nadia Permata Putri., Fachul Zouca Widura . 2016. Sinergi Kemangi, Jahe
Dan Madu Menjadi Sirup Pereda Batuk Dan Asma. Cilacap

Puri Ratna Kartini., Enggel Bayu Pratama. 2017. Potensi Ekstrak Jahe
Merah Sebagai Terapi Alami Kejadianasma Pada Atlet. Fakultas Ilmu
Kesehatan Dan Sains Universitas Pgri Madiun

Puspitasai, Ika. 2010. Jadi dkter untuk diri sendiri. Yogyakarta : PT


Bentang Pustaka

Santoso, H.B. 2008. Ragam & Khasiat Tanaman Obat. Pt Agromedia


Pustaka.Yogyakarta.

Sukandar, Ellin Yulinah. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI


Team Medical. 2017. Basic Pharmacology and Drug Notes. Makasar:
MMN Publishing Tim Redaksi Vitahealth. 2006. Asma. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama

Tjay dan Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Edisi IV. PT Elex Media.
Komputindo, Fakarta.

Valentina L. Brasher, MD. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi pemeriksaan


& Manajemen. Jakarta : EGC

Web Rsua. 2013. Jahe Untuk Asma. Rumah Sakit Universitas Airlangga.
POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH
SEBAGAI TERAPI ALAMI
KEJADIANASMA PADA ATLET

Puri Ratna Kartini1), Enggel Bayu Pratama2)


1
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains Universitas PGRI Madiun
email: puri@unipma.ac.id
2
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains Universitas PGRI Madiun
email: enggel@unipma.ac.id

Abstrak

Asma merupakan salah satu permasalahan kesehatan di dunia dan Indonesia. Pada tahun
2013, World Health Organization (WHO) mencatat sebanyak 235 juta penduduk dunia
menderita asmadandiprediksi jumlah ini akan meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025
dengan angka morbiditas dan mortalitasyang cukup tinggi. Di Indonesia, penyakit asma
merupakan salah satu dari 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian dan kesakitan.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2013, diperoleh data
prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Kejadian asma
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah latihan fisik pada saat berolahraga atau
yang lebih dikenal dengan istilah Exercise Induced Asthma (EIA). Kejadian asma termasuk juga
EIA sangat merugikan, terutama pada atlet. Sebab, dapat menurunkan performa atlet. Oleh
karena itu perlu adanya terapi/pengobatan pada atlet yang menderita asma. Salah satu terapi
asma adalah dengan memanfaatkan potensi yang terdapat pada tanaman herbal. Dewasa ini
telah banyak penelitian yang menemukan manfaat jahe merah dalam membantu penderita asma
bernapas lebih mudah.Komponen jahe merah telah terbukti dapat bekerja secara sinergis dengan
&beta;-agonis (obat asma) untukmerelaksasi jaringan otot di saluran nafas. Dengan demikian,
ekstrak jahe merah dapat dimanfaatkan sebagai terapi alami kejadian asma pada atlet.

Kata Kunci: asma, atlet, jahe merah, terapi

PENDAHULUAN
Penyakit asma berasal dari kata "asthma" dari bahasa Yunani yang berarti "sukar
bernafas". Menurut Scadding dan Godfrey dalam Oemiati et al ( 2010), asma merupakan
penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam waktu yang pendek terhambatnya aliran
udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan batuk berulang atau
mengi (bengek/weezing) dan sesak nafas biasanya terjadi di malam hari. Gejala tersebut
terjadi karena obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible
dengan atau tanpa pengobatan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).
Prevalensi penyakit asma dilaporkan dari tahun ke tahun terus meningkat di seluruh
dunia. Pada tahun 2013, World Health Organization (WHO) mencatat sebanyak 235 juta
penduduk dunia menderita asmadandiprediksi jumlah ini akan meningkat hingga 400 juta
pada tahun 2025dengan angka morbiditas dan mortalitasyang cukup tinggi, sehingga asma
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia (Fitri et al, 2016).
Angka mortalitas penyakit asma di dunia mencapai 17,4% dan penyakit ini menduduki
peringkat 5 besar sebagai penyebab kematian (Sihombing et al, 2010).Di Indonesia, penyakit
asma merupakan salah satu dari 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian dan
kesakitan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2013,

284 | Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA 2017
diperoleh data prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5% dari seluruh penduduk Indonesia,
dengan angka kejadian tinggi pada usia 15 tahun hingga 44 tahun (Litbang Kemenkes RI,
2013).
Penyakit asma disebabkan oleh berbagai faktor, seperti lingkungan tempat tinggal,
gaya hidup, aktivitas fisik(olah raga) dangenetik. Pada masyarakat perkotaan, prevalensi
asma umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan, karenapola hidup
di kota besar meningkatkan risiko terjadinya asma (Sundaru, 2007). Budiharjo dalam Oemiati
et al (2010) menyebutkan bahwa udara di perkotaan telah tercemar oleh berbagai polutan
udara, dimana 70-80% berasal dari gas buangan kendaraan dan sisanya 20-30% berasal dari
industri.Selain itu, polutan yang berasal dari dalam ruangan juga dapat memicu terjadinya
asma antara lain sisa pembakaran, zat kimia seperti obat nyamuk semprol/bakar dan lainnya,
bau cat yang tajam, bahan kimia lain seperti parfum, hairspray, dll.
Aktivitas dan kebiasaan sehari-hari juga berpengaruh terhadap kejadian penyakit ini.
Seseorang dengan aktivitas fisik yang tinggi seperti atlet memiliki risiko yang lebih besar
untuk terkena serangan asma. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 8% atlet olimpiade
menderita asma. Sejak 2002-2010, asma dilaporkan merupakan penyakit yang banyak
diderita oleh para atlet olimpiade. Dalam bukunya, Jardins dan Burtons (2006)menyebutkan
bahwa kegiatan olahraga atau latihan fisik pada saat olahraga dapat menjadi salah satu faktor
pencetus kejadian asma atau yang lebih sering dikenal dengan istilah Exercise Induced
Asthma (EIA).Sejalan dengan hal tersebut, Wahyuni dan Yulia (2014) dalam penelitian pada
salah satu rumah sakit di jakarta menemukan bahwa prevalensi latihan fisik sebagai pencetus
asma adalah sebesar 94,1%. Berbeda dengan asma pada umumnya yang lebih banyak
disebabkan oleh terjadinya kontak dengan alergen, mekanisme EIA terjadi karena besarnya
aliran udara yang masuk melalui saluran nafas dan terjadinya perubahan biokimia darah
akibat meningkatnya metabolisme dalam tubuh sebagai akibat meningkatnya kebutuhan
energi selama melakukan latihan atau aktifitas fisik.
Afriwardi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan, bahwa peningkatan aliran udara
selama melakukan latihan fisik yang merupakan kompensasi meningkatnya kebutuhan akan
oksigen selama latihan fisik, merupakan faktor eksogen yang memberikan trauma langsung
terhadap mukosa bronkus. Trauma yang diterima dapat berupa trauma fisik misalnya suhu,
kelembaban dan bahan polutan/alergen.Dalam waktu yang bersamaan terjadi perubahan
biokimia darah, sebagai akibat terjadinya peningkatan metabolisme yang sangat besar.
Peningkatan metabolisme selama melakukan latihan berat bisa terjadi melebihi 400% dari
keadaan normal. Konsekuensi ini akan menimbulkan perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit darah. Peningkatan CO2, penurunan O2 serta penurunan pH darah selama
melakukan aktifitas fisik tentu dapat berkontribusi terhadap timbulnya serangan asma. Dua
faktor tersebut, dipandang sebagai keadaan yang bertanggung jawab terhadap dimulainya
serangan asma pada atlet, sehingga proses ini akan berlanjut kepada mekanisme timbulnya
asma. Ada dua teori yang sampai saat ini diterima dalam menerangkan mekanisme asma,
yaitu teori inflamasi dan teori airway remodeling.
Selain mekanisme tersebut, asma pada atlet dapat terjadi karena kontak atlet dengan
polutan dan alergen pada saat melakukan latihan fisik. Hal ini karena seseorang yang
merupakan atlet memiliki kemampuan pernapasan relatif lebih besar bila dibandingkan
dengan seseorang yang bukan merupakan atlet. Dumat et al (2016) dalam penelitiannya

Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA 2017 | 285
menyebutkan bahwa latihan fisik akut dapat meningkatkanFoced Expiratory Volume in One
Second (FEV1). Dengan kata lain, seorang atlet memiliki kemampuan menghirup udara lebih
banyak dibandingkan dengan seseorang yang bukan atlet, akibatnya semakin banyak polutan
dan alergen yang masuk ke dalam paru-paru. Sebab, pada saat melakukan kegiatan olahraga
atau latihan fisik, umumnya seseorang atlet akan lebih sering bernafas melalui mulut daripada
melalui hidung, sehingga polutan dan alergen yang terbawa melalui udara tidak dapat
tersaring oleh bulu hidung.
Terjadinya asma pada atlet tentu dapat menyebabkan performa atlet menjadi kurang
optimal. Oleh karena itu perlu adanya terapi pada atlet yang menderita asma. Dewasa ini
telah banyak dikenal berbagai macam terapi/pengobatan asma, mulai dari senam asma,
inhaler, obat kimiawi hingga pengobatan dengan memanfaatkan tanaman herbal. Sebagai
salah satu contoh tanaman herbal yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan adalah
tanaman jahe merah (Zingiber officinale Roxb. varRubrum). Pada kehidupan sehari-hari
masyarakat lebih banyak mengenal dan menggunakan jahe kuning yaitu sebagai bumbu
masak. Selain itu jugadikenal jahe putih besar dan jahe putih kecil. Perbedaan antara jahe
merah dengan jenis jahe yang lainnya adalah jahe merah memiliki kandungan minyak asiri
tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran
rimpangnya paling kecil dengan warna merahdengan serat lebih besar dibanding jahe biasa.
Dewasa ini telah banyak penelitian yang membuktikan khasiat jahe merah bagi
kesehatan. Antara lain sebagai pencahar, antirematik, peluruh keringat, peluruh masuk angin,
menurunkan tekanan darah, membantu pencernaan, ejakulasi dini, amandel, untuk
menghangatkan badan, penambah nafsu makan, serta meningkatkan stamina, mengatasi
radang tenggorokan, dan juga meredakan asma (Ariniet al, 2012). Penelitian ini merupakan
studi literatur yang mengkaji tentang potensi ekstrak jahe merah dalam mengobati penyakit
asma pada atlet berdasarkan beberapa literature penelitian sebelumnya dan diharapkan dapat
menjadi bahan kajian bagi penelitian lebih lanjutyang serupa.

KANDUNGAN KIMIA JAHE MERAH


Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah termasuk dalam suku temu-temuan
(zingiberaceae), satu keluarga dengan temu-temuan yang lain seperti temu lawak, temu
hitam, kunyit dan kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan tegak dengan
ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya mencapai 120 cm. Daunnya sempit,
berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap, rimpangnya
berwarna merah, dan akarnya bercabang-cabang, berwarna kuning dan berserat (Arobi,
2010).

286 | Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA 2017
Gambar 1 Jahe Merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum).
Sumber: www.kabartani.com

Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil) dan minyak tak
menguap (non-volatile oil) dan pati. Minyak menguap disebut minyak atsiri merupakan
komponen pemberi aroma khas, sedangkan minyak yang tak menguap disebut oleoresin
merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdiri dari oleoresin
merupakan kandungan jahe merah yang meliputi fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol
dan resin (Herlina et al dalam Arobi 2010).
Berdasarkan beberapa penelitian, dalam minyak atsiri jahe merah terdapat unsur-
unsur n-nonylaldehyde, d-champene, cineol, geraniol, dan zingiberene. Bahan-bahan tersebut
merupakan sumber bahan baku terpenting dalam industri farmasi atau obat-obatan.
Kandungan minyak atsiri dalam jahe merah kering sekitar 1-3%. Komponen utama minyak
atsiri jahe merah yang menyebabkan bau harum adalah zingberen dan zingiberol. Oleoresin
jahe merah banyak mengandung komponen-komponen non-volatil yang mempunyai titik
didih lebih tinggi daripada komponen volatil minyak atsiri. Oleoresin tersebut mengandung
komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu gingerol sebagai komponen utama serta
shagaol dan zingeron dalam jumlah sedikit. Kandungan oleoresin jahe merah segar berkisar
antara 0,4-3,1 % (Herlina et al dalam Arobi, 2010).

Tabel 1 Kandungan Jahe Merah (%)


Kandungan Persentase (%)
Tepung 40-50
Protein 10
Lemak 10
Oleoresin 4-7,5
Volatile Oil 1-3
Bahan lain 9,5
Sumber: Sazalina dalam Arobi, 2010.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA 2017 | 287
EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI PENYAKIT ASMA

Jahe merah merupakan tanaman herbal yang mudah didapatkan, murah, dan
mempunyai efek samping yang sedikit. Jahe juga merupakan rempah-rempah yang banyak
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Tanaman ini selain digunakan sebagai bumbu
dapur juga berkhasiat sebagai obat. Menurut WHO, jahe merupakan tanaman obat-obatan
yang paling banyak dipakai di dunia (Mohsen, 2006). Jahe yang sering digunakan sebagai
obat herbal adalah jahe merah (Zingiber officinale Linn. Var. rubrum), karena kandungan
minyak atsirinya yang tinggi (Khushtar, 2009).
Pada jaman dahulu di Cina, jahe merah sudah digunakan untuk mengurangi rasa mual,
gastritis maupun ulkus gaster, nyeri perut diare, batuk, dan rematik. Selain itu di India, jahe
merah digunakan untuk mengurangi mual, mengobati asma, batuk, dan mengurangi rasa nyeri
yang hebat dan mendadak, mengatasi jantung berdebar-debar, mengatasi gangguan
pencernaan, dan rematik. Kebanyakan orang Eropa juga mengonsumsi teh jahe untuk
mengatasi gangguan pencernaan (Kathi, 1999).
Manfaat jahe merah baru saja diproklamirkan pada Konferensi Internasional
American Thoracic Society 2013 di Philadelphia. Dalam pertemuan ini dinyatakan bahwa
jahe merah atau akar pedas pedas dapat membantu penderita asma bernapas lebih
mudah.Dalam studi tersebut, peneliti menyelidiki apakah komponen jahe merah bisa
meningkatkan efek beta-agonis. Obat asma yang disebut beta-agonis (&beta;-agonis) bekerja
dengan relaksasi otot polos (ASM) jaringan di saluran napas.Elizabeth Townsend, doktor di
Universitas Columbia Departemen Anestesiologi menyatakan bahwa dalam penelitian
tersebut, komponen jahe merah dapat bekerja secara sinergis dengan &beta;-agonis untuk
merelaksasi jaringan otot di saluran nafas atau yag disebut ASM.Dalam studi tersebut, para
peneliti mengambil sampel ASM untuk neurotransmitter asetilkolin. Tim kemudian
menggabungkan isoproterenol &beta;-agonis dengan tiga ekstrak jahe merah terpisah: 6-
gingerol, 8-gingerol atau 6-shogaol.
Para peneliti menemukan bahwa jaringan yang diberi kombinasi ekstrak jahe merah
dan isoproterenol menunjukkan respon relaksasi secara signifikan lebih besar dibandingkan
mereka yang diobati hanya dengan isoproterenol. Secara khusus, campuran 6-shogaol
menjadi yang paling efektif.Setelah melihat efek dari ekstrak jahe merah, para peneliti
melihat mekanisme di balik efek aditif dengan berfokus pada enzim paru-paru yang disebut
phosphodiesterase4D (PDE4D), karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
senyawa kimia dapat menghambat relaksasi jaringan ASM.
Menggunakan metode yang disebut polarisasi neon, tim menemukan bahwa ketiga
ekstrak tersebut mampu menghambat PDE4D.Mereka juga menemukan bahwa ekstrak 6-
shogaol sangat efektif dalam melarutkan filamen aktin F-, struktur protein yang berperan
dalam penyempitan ASM.Data ini menunjukkan bahwa senyawa 6-gingerol, 8-gingerol dan
shogaol 6 ketika bersinergi dengan &beta;-agonis dapat menjadi suatu terapi mengurangi
gejala asma.Perkembangan ekstrak jahe merah menjadi obat yang signifikan mengobati
jutaan pasien asma di seluruh dunia (Smith dalam web RSUA, 2013).

288 | Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA 2017
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kandungan ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas lebih mudah, karena
kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek beta-agonis yang bekerja dengan
relaksasi otot polos (ASM) sehingga dapat menjadi terapi alami yang baik untuk mengurangi
gejala asma.
Saran yang bisa peneliti sampaikan sebagai berikut :
a) Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang potensi yang terdapat pada tanaman
jahe merah dalam menyembuhkan penyakit asma terutama pada atlet.
b) Perlu adanya penelitian tentang pengolahan bahan jahe merah dalam bentuk yang
menarik baik dari segi rasa maupun tampilan.

DAFTAR PUSTAKA
Adipratikto, L. (24 September 2017). Asma Yang Dipicu Oleh Olah Raga (Exercise Induced
Asthma).RSUD dr Loekmono Hadi Kudus.
Afriwardi. 2008. Laporan Kasus: Latihan Fisik Mencetuskan Asma. Majalah Kedokteran
Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008.
Arini, H.D., Hadisoewignyo, L.2012. Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb. Var rubrum).Jurnal Farmasi Sains
dan Komunitas, November 2012, hlm. 75-84 Vol. 9 No. 2 ISSN : 1693-5683.
Arobi, I. 2010. Pengaruh Ektsrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap Perubahan
Pelebaran Alveolus Paru-paru Tikus (Rattus norvegicus) Yang Terpapar Alletthrin.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Dumat, G.N., Engka, J.N.A., & Sapulete. I.M. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Akut Terhadap
fev1 (Forced Expiratory Volume in One Second) Pada Pemain Basket Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Unsrat.Jurnal e-Biomedik (eBm),Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember
2016.
Fitri, R., Priyanto, H., Rinanda, T. 2016. Kepatuhan Pengobatan Asma dengan Kualitas
Hidup pada Pasien Asma Persisten. Jurnal Respir Indo Vol. 36 No. 3 Juli 2016.
Kemper, K. J.1999. Ginger (Zingiber Officinale). Longwood Herbal TaskForce
http://www.mcp.edu/herbal/default.htm(September 2017).
Khushtar M, Kumar V, Javed K, Bhandari, U. Protective Effect of Ginger oil on Aspirin and
Pylorus Ligation-Induced Gastric Ulcer model in Rats. Indian J Pharm Sci.
2009Sep;71(5):554-8.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2866350/(Diakses September 2017).
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006. Asma: Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Oemiati, R., Sihombing, M., Qomariah. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Penyakit Asma di Indonesia. Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 1 Tahun
2010.
Sundaru, H. 2007. Asma, Apa dan Bagaimana Pengobatannya. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA 2017 | 289
Sihombing, M., Alwi, Q., Nainggolan, O. 2010. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penyakit Asma Pada Usia ≥ 10 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007).
Jurnal Respir Indo Vol. 30, No. 2, April 2010.
Wahyuni, A.H., Yulia. 2014. Prevalensi Faktor-faktor Pencetus Serangan Asma Pada Pasien
Asma di Salah Satu Rumah Sakit di Jakarta. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Web RSUA. 2013. Jahe Untuk Asma. Rumah Sakit Universitas Airlangga.

290 | Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA 2017
I Wayan Redi Aryanta Prodi Kesehatan Ayurweda, Fak. Kesehatan
Universitas Hindu Indonesia

MANFAAT JAHE UNTUK KESEHATAN


I Wayan Redi Aryanta
Program Studi Ayurweda, Fakultas Kesehatan
Universitas Hindu Indonesia

ABSTRAK
Jahe (Zingiber officinale) bisa dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, bahan obat tradisional, atau dibuat minuman.
Menurut Usada Bali, rimpang jahe digunakan sebagai ramuan obat luar ( boreh) untuk mengobati penyakit rematik
(tuju), dan ramuan membuat minuman untuk mengobati penyakit impoten (wandu). Secara umum, jahe memiliki
kandungan zat gizi dan senyawa kimia aktif yang berfungsi preventif dan kuratif. Dari segi nutrisi, jahe
mengandung kalori, karbohidrat, serat, protein, sodium, besi, potasium, magnesium, fosfor, zeng, folat, vitamin C,
vitamin B6, vitamin A, riboflavin dan niacin. Beberapa senyawa kimia aktif dalam rimpang jahe yang berefek
farmakologis terhadap kesehatan, antara lain: minyak atsiri dengan kandungan zat aktif zingiberin, kamfena,
lemonin, borneol, shogaol, sineol, fellandren, zingiberol, gingerol, dan zingeron. Sebagai bahan obat tradisional,
jahe memiliki khasiat untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit, seperti: impoten, batuk, pegal-pegal,
kepala pusing, rematik, sakit pinggang, masuk angin, bronchitis, nyeri lambung, nyeri otot, vertigo, mual saat hamil,
osteoarthritis, gangguan sistem pencernaan, rasa sakit saat menstruasi, kadar kolesterol jahat dan trigliserida darah
tinggi, kanker, sakit jantung, fungsi otak terganggu, Alzheimer, penyakit infeksi, asma, produksi air susu ibu
terganggu, gairah seksual rendah, dan stamina tubuh rendah.

Kata Kunci: jahe, senyawa kimia aktif, efek farmakologis, obat tradisional, penyakit, kesehatan.

ABSTRACT

Ginger (Zingiber officinale) can be used as spices, traditional medicine or ginger tea. According to Usada Bali,
ginger is used as external medicine (boreh) for rheumatism (tuju) and used as tea for impotence (wandu). In general,
ginger has nutrients and active chemical compounds with medicinal properties for preventive and curative
treatments. Nutritionally, ginger contains calories, carbohydrate, dietary fiber, protein, sodium, iron, potassium,
magnesium, phosphorus, zinc, folate, vitamin C, vitamin B6, vitamin A, riboflavin and niacin. Active chemical
compounds in ginger with pharmacological effects, are essential oil with zingiberine, camfena, lemonine, borneol,
shogaol, sineol, fellandrene, zingiberol, and gingerol. As traditional medicine, ginger has efficacy to prevent and
overcome some diseases, such as impotence, cough, achy-achy, headache, rheumatism, hip ache, colds, bronchitis,
stomach ache, muscle ache, vertigo, nausea while pregnant, osteoarthritis, digestive system disorders, menstrual
discomfort, high bad cholesterol and triglyceride in blood, cancer, heart disease, brain function disorders,
Alzheimer, infectious diseases, asthma, mother milk production disorders, low sexual arousal, and low body
endurance.

Key Words: ginger, active chemical compounds, pharmacological effects, traditional medicine, diseases, health.

PENDAHULUAN telah memanfaatkan jahe sebagai penyedap makanan


sejak abad ke 6 S.M., dan para pedagang Arab telah
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman mengenalkan jahe dan rempah-rempah lainnya
rempah yang berasal dari Asia Selatan, dan sekarang sebagai bumbu masakan ke kawasan Mediterania
telah tersebar ke seluruh dunia. Masyarakat China sebelum abad pertama Sesudah Masehi, dan

E-Jurnal Widya Kesehatan ,Volume 1, Nomor ; 2 Oktober 2019


39
I Wayan Redi Aryanta Prodi Kesehatan Ayurweda, Fak. Kesehatan
Universitas Hindu Indonesia

selanjutnya dikenalkan ke Eropah berupa buku-buku


resep masakan yang menggunakan berbagai rempah- Jahe Sunti (jahe merah) dengan kandungan minyak
rempah. Di Yunani, jahe digunakan pertama kali atsiri 2,58 - 2,72%, paling banyak digunakan untuk
sebagai obat herbal untuk mengatasi penyakit vertigo, industri obat – obatan, menyusul Jahe gajah dengan
mual-mual, dan mabuk perjalanan (Goulart, 1995; kandungan minyak atsiri 0,82 - 1,68% , dan jahe
Reader’s Digest, 2004). Pada abad ke 16, di Inggris emprit dengan 1,5 – 3,3% minyak atsiri (Santoso,
Raja Hendry ke VIII merekomendasikan jahe untuk 2008). Zat-zat aktif dalam minyak atsiri, antara lain:
mengatasi wabah penyakit (Plague), sedangkan Ratu shogaol, gingerol, zingeron, dan zat-zat antioksidan
Elizabeth I menganjurkan jahe untuk meningkatkan alami lainnya memiliki khasiat untuk mencegah dan
gairah seksual (Goulart, 1995). mengobati berbagai penyakit dari yang ringan sampai
berat, seperti: masuk angin, batuk, kepala pusing,
Di kawasan Asia, jahe telah dimanfaatkan sebagai pegal-pegal, rematik, mual-mual, mabuk perjalanan,
bahan bumbu masakan dan bahan obat tradisional impoten, Alzheimer, kanker, dan penyakit jantung.
sejak ribuan tahun yang lalu (Ware, 2017).
Sebagai bahan obat tradisional, jahe dapat digunakan
Di Indonesia, tiga jenis jahe (jahe sunti, jahe gajah secara tunggal ataupun dipadukan dengan bahan obat
dan jahe emprit) banyak dibudidayakan secara herbal lainnya yang mempunyai fungsi saling
intensif di daerah Rejang Lebong (Bengkulu), Bogor, menguatkan dan melengkapi (Nala, 1992; Santoso,
Magelang, Yogyakarta, dan Malang, dan 2008).
dimanfaatkan untuk bumbu masakan, bahan obat
herbal dan untuk minuman (Santoso, 2008). Dalam pembahasan, akan diuraikan kandungan gizi,
senyawa kimia aktif yang berefek farmakologis
Sebagai bumbu masakan, kandungan zat gizi dalam terhadap kesehatan, dan berbagai penyakit yang
jahe dapat melengkapi zat-zat gizi pada menu utama diterapi dengan jahe atau ramuan jahe dengan bahan
dan membantu melancarkan proses pencernaan obat herbal lainnya.
(Ware, 2017).

PEMBAHASAN

Kandungan Zat Gizi

Dalam menu sehari-hari, jahe dan rempah-rempah lainnya merupakan bahan penyedap rasa alami dengan
kandungan zat gizi yang dapat melengkapi nilai gizi menu utama. Jenis zat gizi dan nilai gizi rimpang jahe mentah
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis zat gizi dan nilai gizi rimpang jahe mentah
Jenis zat gizi Nilai gizi per 100 g
Energi 79 kkal
Karbohidrat 17,86 g
Serat 3,60 g
Protein 3,57 g
Sodium 14 mg
Zat besi 1,15 g
Potasium 33 mg
Vitamin C 7,7 mg
Sumber : Ware (2017).

Jenis zat gizi lainnya dalam rimpang jahe dengan Jahe dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal karena
kuantitas rendah, adalah magnesium, fosfor, zeng, mengandung minyak atsiri dengan senyawa kimia
folat, vitamin B6, vitamin A, riboflavin, dan niacin aktif, seperti: zingiberin, kamfer, lemonin, borneol,
(Ware, 2017). shogaol, sineol, fellandren, zingiberol, gingerol, dan
zingeron yang berkhasiat dalam mencegah dan
Khasiat Jahe untuk kesehatan mengobati berbagai penyakit (Goulart, 1995;
Reader’s Digest, 2004; Sudewo,2006; Santoso,
2008). Senyawa kimia aktif yang juga terkandung
E-Jurnal Widya Kesehatan ,Volume 1, Nomor ; 2 Oktober 2019
40
I Wayan Redi Aryanta Prodi Kesehatan Ayurweda, Fak. Kesehatan
Universitas Hindu Indonesia

dalam jahe yang bersifat anti-inflamasi dan


antioksidan, adalah gingerol, beta-caroten, capsaicin, Dalam artikelnya berjudul ‘Manfaat rempah rempah
asam cafeic, curcumin dan salicilat (Ware, 2017). untuk kesehatan’, Suparyo (2014) menyatakan bahwa
jahe memiliki sifat anti-histamin yang biasa
Menurut Goulart (1995), jahe dapat dimanfaatkan dimanfaatkan untuk menyembuhkan stres, alergi,
untuk mengobati penyakit vertigo, mual-mual, mabuk kelelahan, dan sakit kepala, mengatasi gangguan
perjalanan, demam, batuk, gangguan saat menstruasi, tenggorokan, rasa mual saat mabuk laut, dan
kanker, dan penyakit jantung. mengobati efek samping dari kemoterapi. Di samping
itu, jahe juga mempunyai sifat anti-inflamasi
Dalam bukunya berjudul ‘Ragam dan Khasiat sehingga baik untuk mengobati radang sendi dan
Tanaman Obat’, Santoso (2008) menyatakan bahwa berbagai gangguan otot, menurunkan kadar kolesterol
Jahe berkhasiat untuk mengobati penyakit impoten, jahat, dan menjaga kesehatan jantung.
batuk, pegal-pegal, kepala pusing, rematik, sakit
pinggang, dan masuk angin. Sebagai bahan baku obat tradisional, jahe Sunti (jahe
merah) banyak dipilih karena kandungan minyak
Jahe sebagai bahan obat herbal tradisional Bali atsiri dengan zat gingerol dalam persentase yang
(dalam buku Usada Bali) biasa digunakan untuk tinggi dan oleoresin yang memberikan rasa pahit dan
mengobati penyakit rematik dan impoten (Nala, pedas lebih tinggi daripada jahe gajah dan jahe
1992). emprit. Jahe merah ini dimanfaatkan sebagai
pencahar, anthelmintik, dan peluruh masuk angin.
Reader’s Digest (2004) menyatakan bahwa jahe Rimpang jahe merah berkhasiat menghangatkan
dapat dimanfaatkan untuk mencegah mabuk badan, penambah nafsu makan, peluruh keringat,
perjalanan, membantu mengatasi mual-mual, dan serta mencegah dan mengobati masuk angin. Di
membantu meredakan rasa sakit ketika menstruasi. samping itu, jahe juga berkhasiat mengatasi radang
tenggorokan (bronchitis), rematik, sakit pinggang,
Menurut Ware (2017), jahe berkhasiat untuk lemah syahwat, nyeri lambung, meningkatkan
mengatasi gangguan pencernaan yang berisiko stamina tubuh, meredakan asma, mengobati kepala
terhadap kanker usus besar dan sembelit, pusing, nyeri otot, ejakulasi dini, dan melancarkan air
menyembuhkan penyakit flu, meredakan mual-mual susu ibu (ASI) (Sudewo, 2006).
pada wanita yang sedang hamil, mengurangi rasa
sakit saat siklus menstruasi, mengurangi risiko Khusus tentang manfaat jahe merah sebagai bahan
serangan kanker colorectal, dan membantu obat herbal, Swari (2017), Anon.(2018), dan Hafida
meningkatkan kesehatan jantung. (2019) menyatakan bahwa jahe merah merupakan
bahan obat herbal yang aman, efektif dan memiliki
Dari berbagai hasil penelitian, Leach (2017) khasiat yang tinggi untuk kesehatan.
menyimpulkan bahwa jahe sangat efektif untuk
mencegah atau menyembuhkan berbagai penyakit Menurut Swari (2017), jahe merah berkhasiat untuk:
karena mengandung gingerol yang bersifat anti- mencegah gangguan pencernaan, mengurangi nyeri
inflamasi dan antioksidan yang sangat kuat. Lebih otot dan sendi (karena aktivitas gingerol,
lanjut dinyatakan bahwa jahe berkhasiat untuk gingerdione, zingeron dan oleoresin, meningkatkan
mengatasi berbagai penyakit, seperti mual-mual pada kesuburan pria (karena efek afrodisiak/ merangsang
saat wanita sedang hamil, mengurangi rasa sakit dan daya seksual), dan mengobati penyakit arthritis.
nyeri otot, membantu menyembuhkan penyakit
osteoarthritis, menurunkan kadar gula darah pada Kandungan senyawa kimia aktif gingerol, zingeron,
pasien yang menderita diabetes tipe 2 yang sekaligus shogaol, gingerin dan zingerberin dalam jahe merah
menurunkan risiko penyakit jantung, membantu menyebabkan jahe merah memiliki khasiat yang
mengatasi gangguan pencernaan kronis, mengurangi besar untuk kesehatan (Anon., 2018), seperti:
rasa sakit saat wanita sedang menstruasi, menurunkan menurunkan berat badan, menjaga kesehatan jantung,
kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam mengatasi mabuk kendaraan, mengatasi masalah
darah, membantu mencegah penyakit kanker (karena pencernaan, meredakan penyakit mual dan muntah
aktivitas 6-gingerol) terutama kanker pancreas, pada wanita yang sedang hamil, mencegah kanker
payudara dan kanker ovarium, meningkatkan fungsi usus, mengobati sakit kepala dan alergi, memperbaiki
otak dan mengatasi penyakit Alzheimer, dan sistem kekebalan tubuh, dan mengatasi penyakit
membantu mengatasi risiko serangan berbagai terkait dengan gangguan tenggorokan.
penyakit infeksi.

E-Jurnal Widya Kesehatan ,Volume 1, Nomor ; 2 Oktober 2019


41
I Wayan Redi Aryanta Prodi Kesehatan Ayurweda, Fak. Kesehatan
Universitas Hindu Indonesia

Hafida (2019) menyatakan bahwa jahe merah hingga tinggal 1 gelas. Air rebusan jahe diminum 2
merupakan bahan obat herbal yang berkhasiat untuk kali sehari, pagi dan sore hari.
meredakan batuk dan radang tenggorokan, . Pegal-pegal.
menurunkan kadar kolesterol jahat, meredakan sakit Diambil 2 rimpang jahe sebesar ibu jari dan 2 gelas
kepala, mengatasi rematik, menurunkan berat badan, susu segar. Rimpang jahe dicuci bersih, dibakar, lalu
menjaga kesehatan jantung, mengatasi mual dan dikuliti. Rimpang itu dimemarkan, lalu direbus
masalah pencernaan, mencegah radang usus, bersama susu segar. Ramuan ini diminum 2 kali
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan sehari, pagi dan sore hari, masing-masing 1 gelas.
menyembuhkan penyakit asma.
. Kepala Pusing.
Resep Terapi Jahe Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari, dicuci
bersih, dibakar, dan dimemarkan. Diseduh dengan 1
Secara umum, sirup jahe yang alami tanpa bahan gelas air dan ditambahkan sedikit madu atau gula
pengawet dan pemanis buatan memiliki khasiat yang aren, lalu diminum.
besar untuk mencegah atau mengobati berbagai . Rematik.
penyakit, antara lain mencegah impoten, mengobati Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari, dibakar,
rematik dan encok, mengobati sakit pinggang dan dicuci bersih, lalu diparut. Parutan jahe bakar
keseleo, menghilangkan pegal-pegal dan lelah, ditempelkan di bagian tubuh yang terserang rematik.
mengobati sakit kepala dan batuk, serta mencegah
diare dan muntah-muntah. Menurut Santoso (2008), Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari dan 2 buah
untuk membuat 30 botol (masing-masing 630 ml) asam jawa yang sudah masak. Jahe dicuci, diparut
sirup jahe diperlukan 6 kg rimpang jahe, 13 kg gula dan dicampur dengan asam jawa sampai merata.
pasir, 5 butir putih telur, 250 g kayu manis, 1 kg Ramuan dioleskan pada pinggang yang sedang sakit.
serai, 100 g garam, dan 12 l air bersih, dengan . Masuk Angin.
tahapan pembuatan: persiapan sari jahe, perebusan Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari dan
bumbu dan pemasakan, dan pengemasan. dimemarkan, lalu dimasukkan ke dalam 2 gelas air
bersih dan diberi sedikit gula aren. Dididihkan
Menurut Usada Bali (Nala, 1992), ada 2 jenis selama 15 menit hingga airnya tinggal separuh, lalu
penyakit yang biasa diterapi dengan jahe, yaitu disaring. Ramuan diminum ketika masih hangat 2
rematik (tuju) dan impoten (wandu). kali sehari.
. Rematik.
Rimpang jahe, rimpang lengkuas, rimpang kunyit, Produk olahan jahe merah yang bermanfaat untuk
dan rimpang bangle dinyanyah, ditambah rempah- terapi berbagai penyakit yang telah dijual di pasaran,
rempah (sindrong jangkep), lalu digerus, ditambah adalah : rajangan kering atau simplisia, jahe instan,
air dan diaduk sampai merata. Ramuan tersebut serbuk jahe, sirup jahe, dan permen jahe (Sudewo,
dipakai boreh (obat juar). 2006).
. Impoten.
Rimpang jahe merah (pahit) ditambah merica putih SIMPULAN DAN SARAN
dan daun sirih tua (kakap) digerus, lalu ditambah
madu dan kuning telur. Ramuan siap untuk Simpulan
dihidangkan.
1. Jahe bermanfaat untuk bahan bumbu
Santoso (2008) memberikan resep terapi jahe untuk masakan, bahan obat herbal dan bahan
beberapa penyakit sebagai berikut: minuman.
. Impoten. 2. Sebagai bahan obat herbal, jahe memiliki
Disiapkan 2 rimpang jahe sebesar ibu jari, 1 buah khasiat untuk mencegah dan mengobati
jeruh nipis, 1 butir telur ayam kampong, 1sdt bubuk berbagai penyakit, seperti : rematik, mual-
kopi, 1 sdm kecap, 1 sdm madu, dan sedikit bubuk mual, mabuk perjalanan, batuk, pegal-pegal,
merica. Jahe dicuci, diparut, ditambahkan segelas air kepala pusing, sakit saat menstruasi, nyeri
masak, lalu diperas, ditambahkan air jeruk nipis, lambung, asma, nyeri otot, impoten, kanker,
kuning telur, dan dioplos dengan semua bahan diabetes, penyakit jantung, bronchitis,
lainnya. Ramuan diminum seminggu sekali. osteoarthritis, flu, demam, gangguan
. Batuk. pencernaan, Alzheimer dan lain-lain.
Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari, dicuci Khasiat ini disebabkan oleh kandungan
bersih, dan direbus dengan 2 gelas air, Dididihkan minyak atsiri dengan senyawa kimia aktif

E-Jurnal Widya Kesehatan ,Volume 1, Nomor ; 2 Oktober 2019


42
I Wayan Redi Aryanta Prodi Kesehatan Ayurweda, Fak. Kesehatan
Universitas Hindu Indonesia

dalam jahe, terutama zat gingerol dan Leach, J. 2017. 11 Proven Health Benefits of Ginger.
oleoresin. https://www.healthline.com/nutrition/
3. Penggunaan jahe untuk terapi berbagai 11 proven-benefits-of-ginger. (diakses tanggal
penyakit, bisa digunakan tersendiri atau 17 September 2019).
dikombinasikan dengan bahan lainnya. Nala, N. 1992. Usada Bali. Penerbit PT Upada Sastra.
Denpasar.
Saran Reader’s Digest. 2004. Foods that Harm Foods that
Heal. The Reader’s Digest Association Inc.
1. Jahe disarankan selalu digunakan sebagai New York.
salah satu bahan bumbu masakan alami. Santoso, H.B. 2008. Ragam & Khasiat Tanaman
2. Jahe, terutama jahe merah baik digunakan Obat. PT Agromedia Pustaka.Yogyakarta.
sebagai obat herbal dalam terapi berbagai Sudewo, B. 2006. Tanaman Obat Populer.
penyakit secara tradisional. Agromedia Pustaka. Yogyakarta.
Suparyo. 2014. Manfaat Rempah Rempah Untuk
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan. http://daunbuah.com/manfaat-
rempah-rempah-untuk-kesehatan. (diakses
Anon.2018. Manfaat Super Jahe Merah untuk tanggal 20 September 2019).
Kesehatan. https://www.republikaonline. Swari, R.C. 2017. Manfaat Jahe Merah untuk
(diakses tanggal 16 September 2019). Kesehatan, dari Pencernaan hingga Kesuburan.
Goulart, F.S. 1995. Super Healing Foods. Reward helosehat.com. (diakses tanggal 19 September
Books, a member of Penguin Putnam Inc. 2019).
New York. Ware, M. 2017. Ginger: Health Benefits and Dietary
Hafida, N. 2019. Bukan Jahe Biasa, ini 10 Khasiat Tips. https://www.medicalnewstoday.com
Jahe Merah yang lebih Nendang Manjurnya. /articles/265990.php. (diakses tanggal 15
https://www.hipwee.com. (diakses tanggal 12 September 2019).
September 2019).

E-Jurnal Widya Kesehatan ,Volume 1, Nomor ; 2 Oktober 2019


43
Jurnal Penelitian Siswa 2016

SINERGI KEMANGI, JAHE DAN MADU MENJADI SIRUP PEREDA BATUK DAN ASMA
Nadia Permata Putri dan Fachul Zouca Widura
SMA Negeri 3 Cilacap
ABSTRAK
Para pekerja lapangan yang bersentuhan langsung dengan alat-alat industri, pabrik dan proyek rawan
terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan asma. Tujuan dari penelitian adalah menyinergikan
ekstrak kemangi, jahe dan madu menjadi sirup minuman kesehatan yang mampu meredakan batuk dan
asma sehingga lebih menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja. Berdasarkan kajian literatur
diperoleh data kemangi memiliki kandungan ayurvedic dan ekspekteran yang efektif mengatasi gangguan
asma. Demikian pula minyak atsiri jahe yang memiliki kemampuan sebagai pereda batuk. Sedangkan madu
mengandung antibiotik dan bermanfaat untuk meningkatkan stamina tubuh. Metode yang kami gunakan
adalah kualitatif yang dilengkapi dengan melakukan kajian literatur dan Uji Aktivitas Anti-asma yang
melibatkan penderita batuk dan asma. Proses pembuatan adalah dengan merebus kemangi dan jahe secara
bersama-sama, kemudian madu ditambahkan sebagai pemanisnya. Hasil uji organoleptik menunjukkan
bahwa sirup kemangi memiliki kualitas produk yang baik. Hasil Uji Aktivitas Anti-asma menunjukkan
bahwa penderita asma yang rutin meminum sirup kemangi akan berangsur-angsur pulih dari gangguan
batuk asmanya.
Kata Kunci : asma, batuk, jahe, kemangi, madu

PENDAHULUAN Rumusan Masalah


Batuk adalah suatu gangguan kesehatan yang Bertitik tolak dari latar belakang di atas dapat
paling berpengaruh terhadap aktivitas dirumuskan permasalah penelitian sebagai
manusia. Para pekerja menjadi tidak optimal berikut :
dalam melaksanakan pekerjaannya karena 1. Bagaimana membuat formulasi sinergi
gangguan batuk yang tidak mungkin bisa antara herbal kemangi, jahe dan madu
ditahannya. Apalagi bila batuk tersebut terkait sebagai nutrisi sirup kesehatan ?
dengan penyakit asma. Bisa membahayakan 2. Bagaimana efektifitas sirup kesehatan
pekerja bila tidak segera diatasi. Sementara tersebut dalam mengatasi batuk, asma
menghentikan pekerja yang terkena gangguan dan ISPA ?
asma juga bukan suatu keputusan yang
Tujuan Penelitian
manusiawi, karena manusia membutuhkan
kepada pendapatan yang dengannya mereka Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
dapat menyambung hidupnya dan sebagai berikut :
keluarganya. 1. Mendeskripsikan cara yang tepat
membuat formulasi sirup kesehatan
Para pekerja lapangan yang bersentuhan
berbahan sinergi antara herbal
langsung dengan berbagai proyek rawan
kemangi, jahe dan madu.
terkena infeksi saluran pernapasan atas
2. Mendeskripsikan tingkat efektifitas
(ISPA). Setidaknya 8 jam dalam sehari para
sirup kesehatan tersebut dalam
pekerja lapangan tersebut harus menghirup
mengatasi gangguan batuk, asma dan
udara yang tercemar oleh debu, asap, karbon
ISPA.
dioksida, timbale hingga karbon monoksida.
Bila hal ini terus berlangsung dipastikan akan Manfaat Penelitian
mengganggu kesehatan dan keselamatan kerja Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
para pekerja lapangan tersebut. Sehingga berikut :
diperlukan solusi yang tepat untuk 1. Memperkenalkan nutrisi sirup
menanggulangi semua dampak negatif dari kesehatan yang bermanfaat bagi
industry dengan segala aktivitasnya.

SMA Negeri 3 Cilacap 1


Jurnal Penelitian Siswa 2016

masyarakat untuk mengatasi gangguan memobilisasi lendir pada penderita gangguan


batuk, asma dan ISPA. bronchitis dan asma.
2. Sebagai salah satu upaya Jahe Sebagai Antioksidan
meningkatkan kesehatan dan Beberapa senyawa dalam jahe yang berperan
keselamatan kerja para pekerja dan besar dalam aktivitas antioksidan, yaitu 6-
buruh pabrik. gingerdiol, 6-shogaol, asam kafeat,
champhene, capsaicin, Asam khorogenat,
KAJIAN PUSTAKA kurkumin, delphinidin, eugenol, asam ferulat,
Sirup gamma-terpinen, gingerol, isoeugenol,
kaempferol, melatonin, myrcene, myricetin,
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula p-coumaric-acid, asam fihidriksi-benzoat,
atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan quersetin, asam vanilla, vanillin dan
tambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup zingerone. ( Widiyanti, 2009 )
obat dalam perdagangan dibuat dari bahan- Hasil penelitian farmakologi menyatakan
bahan awal yaitu menggabungkan masing- bahwa senyawa antioksidan alami dalam jahe
masing komponen tunggal dari sirup seperti cukup tinggi dan sangat efisien dalam
sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan menghambat radikal bebas superoksida dan
pewarna, bahan terapeutik, dan bahan-bahan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker,
lain yang diperlukan dan diinginkan. dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-
(Damayanti, 2013) toksik dan non-mutagenik pada konsentrasi
tinggi (Manju dan Nalini 2005). Beberapa
Farmakologi Kemangi senyawa, termasuk gingerol, shogaol dan
Kemangi (Ocimum basilicum L.) merupakan zingeron memberikan aktivitas farmakologi
jenis tanaman serbaguna yang sudah dan fisiologis seperti efek antioksidan,
dikembangkan di Indonesia. Daun kemangi antiinflammasi, analgesik, antikarsinogenik
selain digunakan lalapan juga dapat dan kardiotonik.
digunakan sebagai obat sariawan, bau badan, METODOLOGI PENELITIAN
bau mulut dan obat pereda diare. Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi
menunjukkan bahwa senyawa metabolit yang kualitatif dengan melakukan pengujian
terkandung di dalam daun kemangi adalah aktivitas anti-asma dilengkapi kajian literatur.
flavonoid, tanin, steroid dan saponin. minyak Indikator Penelitian
atsiri sehingga kemangi dapat digunakan Dari kajian pustaka di atas, dapat diturunkan
sebagai antiseptik, antispasmodik, karminatif, menjadi beberapa indikator. Indikator ini
ekspektoran, antipiretik. (Faturohman, 2013) merupakan landasan kami melakukan studi
Daun kemangi mengandung Vitamin A, laboratorium dan survey. Data yang akan
Vitamin B, Vitamin C, beta karoten, kalsium, kami kumpulkan adalah :
fosfor, magnesium, protein, lemak, 1. Teknik pembuatan sirup kemangi.
karbohidrat, zat besi, flavonoid, arginin, Indikator yang kami tetapkan adalah
boron, anetol, apigenin, asam askorbat, asam sebagai berikut :
kafeat, eskuletin, ariodiktiol, eskulin, estragol, a. Cara ekstraksi yaitu dengan
faenesol, histidin, rutin, tannin dan β- menggunakan maserasi dengan
sitosterol. Kandungan ayurvedic dan diawali perebusan.
ekspektoran dalam kemangi membantu

SMA Negeri 3 Cilacap 2


Jurnal Penelitian Siswa 2016

b. Bahan sinergi yang menguatkan serta dilengkapi madu sebagai pemanis yang
khasiat kemangi sebagai obat batuk mampu meningkatkan stamina kami prediksi
dan asma, yaitu jahe. efektif menyembuhkan batuk dan asma.
c. Bahan pemanis alami yang aman dan HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
menyehatkan yaitu madu. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30
2. Efektivitas sirup kemangi. Januari 2016 di Laboratorium SMA Negeri 3
Indikator yang kami tetapkan adalah Cilacap dengan hasil uji organoleptis adalah
sebagai berikut : sebagai berikut :
a. Kualitas produk dengan uji Tabel 4.1.1. Hasil Uji Organoleptis
organoleptis. Item Jenis Pengujian Hasil Uji
b. Uji aktivitas anti-asma dengan Bentuk Uji Organoleptis Cair
melibatkan penderita asma yang Rasa Uji Organoleptis Agak pedas
berkenan menjadi sukarelawan. Warna Uji Organoleptis Kecoklatan
Bau Uji Organoleptis Khas kemangi
Lokasi Penelitian
Penelitian yang meliputi pembuatan sirup dan
Untuk mengetahui efektivitas sirup kemangi
Uji Aktivitas Anti-asma dilaksanakan di
sebagai pereda batuk dan asma, kami
Kelurahan Donan Kecamatan Cilacap
melakukan Uji Aktivitas Anti-asma yang
Tengah.
melibatkan seorang penderita asma sebagai
Alat dan Bahan
sukarelawan.
Bahan –bahan :
Tabel 4.2.1. Hasil Uji Aktivitas Anti-asma
5 gram kemangi, 1 ruas jari jahe, 7 sendok
makan madu, 900 ml air. Hari Takaran Hasil Percobaan
Alat-alat : 1 -1 gelas kemangi Mengurangi sesak
Panci, sendok, saringan, -1 ruas jari jahe nafas yang
-1 gelas air putih dialami penderita
Cara pembuatan:
serta mengurangi
1. Rebus kemangi, jahe dengan air. Tunggu suara yang
hingga air tersisa 450 ml. diakibatkan oleh
2. Setelah itu diamkan seharian. Kemudian sesak nafas.
saring dan tambahkan 7 sendok madu. 2 -1 gelas kemangi Mengurangi sesak
Metode Pengumpulan Data -1 ruas jari jahe nafas yang
Pengumpulan data-data penelitian dilakukan -1 gelas air putih dialami penderita
serta
dengan mencatat perkembangan penderita
menghilangkan
asma yang diberikan nutrisi sirup kemangi 3suara yang
dengan takaran 3x sehari. d4iakibatkan oleh
Metode Analisis Data sesak nafas .
Analisis data menggunakan grafik 3 -1 gelas kemangi Sesak nafas yang
perkembangan dari hasil pengujian aktivitas -1 ruas jari jahe kambuh
anti-asma yang diberikan nutrisi sirup selama -1 gelas air putih berangsur angsur
membaik .
1 minggu ( 7 hari ).
4 -1 gelas kemangi Memperlancarkan
Hipotesis -1 ruas jari jahe kembali saluran
Sinergi kemangi yang mengandung ayurvedic -1 gelas air putih pernafasan yang
dan ekspektoran dengan jahe yang terganggu akibat
mengandung antioksidan dan ekspektoran penyakit asma

SMA Negeri 3 Cilacap 3


Jurnal Penelitian Siswa 2016

tersebut. ISPA. Kandungan antioksidan dalam


5 -1 gelas kemangi Meredakan sesak kemangi, jahe dan madu mampu melindungi
-1 ruas jari jahe nafas yang tubuh dari radikal bebas dan keracunan
-1 gelas air putih kambuh menjadi toksik. Sehingga sirup kemangi ini dapat
tidak sesak nafas
menjadi nutrisi para pekerja dan buruh pabrik
lagi.
6 -1 gelas kemangi Melegakan serta dalam meningkatkan keselamatan dan
-1 ruas jari jahe membuat system kesehatan kerja.
-1 gelas air putih pernafasan Kesimpulan
menjadi lebih Pembuatan sirup kemangi pereda batuk dan
lancar. asma dapat dilakukan dengan melakukan
7 -1 gelas kemangi Mencegah sinergi bersama jahe dan madu sebagai
-1 ruas jari jahe penyakit asma
pemanisnya.
-1 gelas air putih datang kembali,
dan menjadikan si Hasil Uji aktivitas anti-asma menunjukkan
penderita bernafas bahwa penderita asma yang diberi nutrisi
seperti orang dengan dosis 3x sehari selama 7 hari
normal lagi. memberikan dampak yang positif. Grafik
perkembangan penderita asma cenderung
Pembahasan mengalami proses pemulihan secara teratur.
Kemangi merupakan herbal yang DAFTAR PUSTAKA
mengandung banyak manfaat. Kandungan Fathurohman, Taufiq. 2013. “Kajian Pustaka
ayurvedic dan ekspektoran dalam ekstrak
Kandungan Kimia Daun Kemangi
kemangi membuat sirup kemangi efektif
menyembuhkan batuk dan asma. Senyawa (Ocimum bacilicum, L.). LPPM
flavonoid dalam kemangi memiliki peran Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
sebagai antibakteri dan antivirus. Hal ini
Bandung.
didukung oleh kandungan minyak atsiri
dalam jahe yang juga berperan sebagai Hernani. “Kandungan Bahan Aktif Jahe dan
ekspektoran dan antioksidan. Penambahan Pemanfaatannya Dalam Bidang
madu sebagai pemanis dalam sirup juga Kesehatan.” Balai Besar Penelitian
berkhasiat untuk meningkatkan stamina
dan Pengembangan Pasca Panen
sehingga penderita batuk dan asma bisa cepat
pulih. Pertanian.
Dalam penelitian yang kami lakukan terhadap Damayanti, Desi. 2013. “Sirup”. Universitas
penderita asma, konsumsi sirup kemangi
Sumatera Utara.
secara teratur selama 7 hari menunjukkan
dampak yang positif. Grafik perkembangan Tanobat. 2014. “Kemangi – Ciri-Ciri
penderita asma dalam table 4.2.1. Tanaman, Serta Khasiat dan
menunjukkan gejala membaik untuk setiap Manfaatnya.” Tanaman Obat.Com.
harinya.
ISPA merupakan gangguan yang menghantui
para buruh pabrik dan pekerja lapangan.
Polusi udara yang sangat akrab dengan lokasi
pabrik dan kawasan industry berperan
membuat para pekerja terkena gangguan

SMA Negeri 3 Cilacap 4


Tanggal : 2013-05-21
Penulis : Web RSUA
Kategori : Artikel

Jahe untuk Asma


Artikel :

Manfaat jahe sebagai obat herbal telah populer ratusan tahun lalu, diperkenalkan pada masa nenek
moyang kita. Di belahan lain bumi ini, manfaat jahe baru saja diproklamirkan pada Konferensi
Internasional American Thoracic Society 2013 di Philadelphia. Dalam pertemuan ini dinyatakan bahwa
jahe atau akar pedas pedas dapat membantu penderita asma bernapas lebih mudah.Dalam studi tersebut,
peneliti menyelidiki apakah komponen jahe bisa meningkatkan efek beta-agonis. Obat asma yang disebut
beta-agonis (&beta;-agonis) bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM) jaringan di saluran
napas.Elizabeth Townsend, doktor di Universitas Columbia Departemen Anestesiologi menyatakan bahwa
dalam penelitian tersebut, komponen jahe dapat bekerja secara sinergis dengan &beta;-agonis untuk
merelaksasi jaringan otot di saluran nafas atau yag disebut ASM.Dalam studi tersebut, para peneliti
mengambil sampel ASM untuk neurotransmitter asetilkolin. Tim kemudian menggabungkan isoproterenol
&beta;-agonis dengan tiga ekstrak jahe terpisah: 6-gingerol, 8-gingerol atau 6-shogaol. Para peneliti
menemukan bahwa jaringan yang diberi kombinasi ekstrak jahe dan isoproterenol menunjukkan respon
relaksasi secara signifikan lebih besar dibandingkan mereka yang diobati hanya dengan isoproterenol.
Secara khusus, campuran 6-shogaol menjadi yang paling efektif.Setelah melihat efek dari ekstrak jahe,
para peneliti melihat mekanisme di balik efek aditif dengan berfokus pada enzim paru-paru yang disebut
phosphodiesterase4D (PDE4D), karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa senyawa kimia
dapat menghambat relaksasi jaringan ASM. Menggunakan metode yang disebut polarisasi neon, tim
menemukan bahwa ketiga ekstrak tersebut mampu menghambat PDE4D.Mereka juga menemukan bahwa
ekstrak 6-shogaol sangat efektif dalam melarutkan filamen aktin F-, struktur protein yang berperan dalam
penyempitan ASM.Data ini menunjukkan bahwa senyawa 6-gingerol, 8-gingerol dan shogaol 6 ketika
bersinergi dengan &beta;-agonis dapat menjadi suatu terapi mengurangi gejala asma.Perkembangan
ekstrak jahe menjadi obat yang signifikan mengobati jutaan pasien asma di seluruh dunia. Referensi:Brett
Smith untuk redOrbit.com 1.bp.blogspot.com

Rumah Sakit Universitas Airlangga :

http://rumahsakit.unair.ac.id
Email : rsua@unair.ac.id
Kampus C Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Surabaya, Jawa Timur, Indonesia - Kodepos : 60115
Phone Help Desk :
031.81153153 (Rawat Inap),
031.5916290 (UGD),
031.77338118 (UGD),
031.5916287 (Poli),
Fax : 031.5916291

Page 1
Analisis Pemahaman Penderita Asma tentang Penyakit Asma
sebagai Cara untuk Mengontrol Penyakit Asma
Zahra Saliha Izzati
Prodi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
izahrasaliha@gmail.com

Abstract.
Asthma is an inflammatory disease caused by narrowing of the respiratory tract. This disease
is common attacked the children. The prevalence of asthma was 17,4% and increased each
year. WHO predicted in 2025, the medical patient of asthma will become 400 millions of
people. In Indonesia, prevalence of asthma is quite high. Many factors are associated with
uncontrolled asthma. Two factors that cause asthma, there are factor genetics and factor from
the surroundings. Asthma is the disease that can not be healed, but it can be controlled. The
aim of this study is to find out that increasing the knowledge about asthma can be step to
control asthma level. The goals of asthma management are to achieve and maintain controlled
asthma. The research uses qualitative approach with interview method. The subjects of the
interview are the people who got asthma since they were child. There are 3 people whose
being interviewed. Overall, the subjects said after they went to the doctor and got the
education about asthma from the doctor, their control asthma level is getting better, which
means their asthma rarely happen. From the results of the study found out that asthma can be
controlled by increased the knowledge about asthma itself.

Keywords: Asthma, knowledge, control, education

1. PENDAHULUAN

Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi karena adanya penyempitan saluran napas
akibat timbulnya peradangan atau inflamasi. Penyakit asma melibatkan banyak sel-sel inflamasi
seperti eosinofil, sel mast, leukotrin, dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan dengan
hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak napas,
dada terasa berat dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari (Andayani, 2014). Pada orang
yang terkena asma, biasanya akan terjadi pengeluaran cairan mukus atau lendir yang pekat secara
berlebihan akibat dari penyempitan dan peradangan di saluran napas.

Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
diketahui bahwa asma masih menempati urutan ke 3 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia
dan prevalensi penyakit asma berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 4%, sedang
berdasarkan tanda dan gejala yang responden rasakan dalam satu tahun terakhir prevalensnya lebih
besar lagi yaitu 6%. Angka mortalitas penyakit asma di dunia mencapai 17,4% dan penyakit ini
menduduki peringkat 5 besar sebagai penyebab kematian. Michel et al melaporkan bahwa prevalensi
asma pada anak sebesar 8 – 10%, orang dewasa 3 – 5% dan dalam 10 tahun terakhir meningkat
sampai 50% di seluruh dunia. Menurut data WHO, penyandang asma di dunia diperkirakan
mencapai 300 juta orang dan diprediksi jumlah ini akan meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025
mengingat asma adalah penyakit yang un-derdiagnosed (Sihombing, 2010).

Faktor penyebab terjadinya asma dapat dikategorikan menjadi dua hal. Faktor yang pertama
adalah faktor keturunan atau genetik. Gen didapatkan karena diturunkan untuk menjadi sakit asma.
Banyak gen terlibat dalam patogenesis asma, dan beberapa kromosom telah diidentifikasi berpotensi
menimbulkan asma, antara`lain CD28, IGPB5, CCR4, CD22, IL9R,NOS1, reseptor agonis beta2,
GSTP1. Ada juga gen-gen yang terlibat dalam menimbulkan asma dan atopi, yaitu IRF2, IL-3,Il-4,
IL-5, IL-13, IL-9, CSF2 GRL1, ADRB2, CD14, HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, TMOD dan
sebagainya.
Faktor keturunan saja tidak cukup untuk menjadi penyebab timbulnya asma. Faktor
penyebab asma yang kedua adalah faktor pencetus. Faktor pencetus sendiri digolongkan menjadi dua
hal yaitu faktor pencetus dari dalam tubuh maupun faktor pencetus yang berasal dari luar tubuh.
Contoh faktor pencetus dari dalam tubuh antara lain adalah infeksi saluran napas, stres, aktivitas
yang berat, olahraga maupun emosi yang berlebihan. Contoh faktor pencetus dari luar tubuh atau
yang berasal dari lingkungan antara lain adalah debu, serbuk bunga, bulu binatang, zat makanan dan
minuman, obat tertentu, zat warna, bau-bauan, bahan kimia, polusi udara, serta perubahan cuaca atau
suhu. (Resti, 2014)

Diagnosa pada penderita asma tidak terlalu mudah untuk diidentifikasi. Pada sebagian
penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah
terdapat penyempitan jalan napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas,
edema, dan hipersekresi dapat menyumbat saluran napas. Sebagai kompensasinya, penderita
bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran napas. Hal itu
meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas, mengi dan
hiperinflasi.

Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan
kematian, sedangkan jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi
obstruksi paru yang menahun. Secara medis, penyakit asma sulit disembuhkan, hanya saja penyakit
ini dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma dilakukan
dengan menghindari faktor pencetus, yaitu segala hal yang menyebabkan timbulnya gejala asma.
Apabila anak menderita serangan asma terus-menerus, maka mereka akan mengalami gangguan
proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas hidup. Untuk mengontrol asma perlu diketahui
juga perjalanan penyakit, pemilihan obat yang tepat, dan cara untuk menghindari faktor pencetus.

Tabel 1. Faktor Pencetus Asma beserta Kontrol terhadap Lingkungan


Faktor Pencetus Asma Kontrol Lingkungan
Debu rumah Cuci sarung bantal, guling, sprei, selimut dengan air panas (55-60°C)
Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu
Ganti furnitur berlapis kain dengan berlapis kulit
Bila gunakan pembersih vakum, pakailah filter HEPA dan kantung
debu 2 rangkap
Alergen binatang Mandikan binatang peliharaan 2x/minggu
Pindahkan binatang peliharaan dari dalam rumah atau paling tidak
kamar tidur dan ruang utama
Tepung sari bunga dan jamur Bila di sekitar ruangan banyak tanaman berbunga dan merupakan
di luar ruangan pajanan tepung sari bunga, tutup jendela rapat-rapat, hindari pajanan
tepung sari bunga sedapat mungkin
Polusi udara dalam ruangan Tidak merokok dalam rumah
(asap rokok, asap indari berdekatan dengan orang yang merokok
kayu/masak, spray pembersih Upayakan ventilasi rumah adekuat
rumah, obat nyamuk, dll) Hindari memasak dengan kayu
Hindari menggunakan spray pembersih rumah, obat nyamuk yang
menimbulkan asap atau spray dan mengandung bahan polutan
Polusi udara di luar ruangan
Hindari aktivitas fisik pada keadaan udara dingin dan kelembapan
(asap rokok, cuaca, ozon, gas
rendah
buang kendaraan bermotor,
Tinggalkan/hindari daerah polusi
dll)
Infeksi pernapasan (virus) Menghindari infeksi pernapasan sedapat mungkin dengan hidup sehat
Bila terjadi minta bantuan medis/dokter
Vaksinasi influenza setiap tahun
Obat-obatan Tidak menggunakan Beta-bloker (termasuk tetes mata, dsb.)
Tidak mengonsumsi aspirin atau antiinflamasi non-steroid

Perkembangan penyakit asma yang semakin meningkat mengharuskan diri untuk memahami
lebih mendalam mengenai penyakit asma. Banyak hal yang tidak diketahui dapat memicu timbulnya
asma, terutama bagi penderita asma. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dimengerti adanya
kaitan antara pengetahuan penderita sebagai cara mengurangi intensitas timbulnya asma.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986) pada mulanya bersumber pada pengamatan
kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif bahwa metodologi kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
dalam peristilahannya. Penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan
dengan penelitian jenis lainnya.Secara umum definisi penelitian kualitatif merupakan suatu metode
berganda dalam fokus, yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajib terhadap setiap
pokok permasalahannya. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam setting yang alami, yang
berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan
orang-orang kepadanya. (Gumilang, 2016).

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam
penelitian kualitatif. Pada penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada beberapa responden
untuk mengetahui adanya keterkaitan pemahaman penyakit asma pada penderita asma sebagai sarana
untuk mempermudah kontrol penyakit asma.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam memenuhi keperluan penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan tiga orang
penderita asma. Ketiga penderita asma yang telah diwawancarai oleh penulis berjenis kelamin
perempuan dan berusia kurang lebih 18 tahun.

Penderita yang pertama dan kedua memaparkan bahwa keduanya telah mengidap penyakit
asma semenjak lahir. Dapat digolongkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya asma pada
kedua penderita ini adalah karena faktor genetik atau keturunan. Penderita asma yang pertama
menerangkan bahwa dirinya telah menderita asma sejak umur 6 bulan. Penyakit asma ini didapatkan
dari keturunan keluarga bapak. Keluarga yang mengidap asma selain dirinya adalah saudara
perempuan dari bapak dan sepupunya sendiri. Penderita asma yang kedua menerangkan bahwa
dirinya telah menderita asma semenjak kecil. Penyakit asma ini juga didapatkan dari keturunan
keluarga bapak, seperti pada penderita asma yang pertama. Keluarga yang mengidap asma
diantaranya adalah ibu dari sang bapak, bapak, dan adik laki-lakinya. Sementara pada penderita
asma yang ketiga, penyakit asma ini baru timbul ketika dirinya duduk dibangku SD. Penyakit asma
pada penderita ketiga ini disebabkan karena faktor lingkungan seperti debu di sekitar dan kecemasan
yang berlebih.

Faktor pemicu terjadinya asma pada ketiga penderita ini pun berbeda-beda. Penderita
pertama menjelaskan bahwa asma yang dideritanya timbul ketika dirinya menghirup debu yang
berlebihan dan tubuh dalam keadaan kelelahan. Penderita yang kedua menjelaskan bahwa faktor
pemicu timbulnya asma adalah ketika menghirup aroma yang terlalu menyengat dan langsung
mengarah pada dirinya, seperti aroma parfum, aroma pada penyemprot ruangan, dan aroma obat
nyamuk. Selain itu, tawa yang terlalu keras dan tidak teratur juga dapat menjadi pemicu lainnya
timbul asma. Sementara pada penderita yang ketiga, minum yoghurt dan berada di tempat yang
berdebu merupakan faktor pemicu timbulnya asma.
Tata laksana yang dilakukan oleh ketiga penderita untuk menangani asma juga berbeda.
Pada penderita pertama, ketika asma timbul, hal yang dilakukan pertama kali untuk menangani
asmanya adalah dengan menggunakan bronkodilator seperti inhaler. Saat asma yang timbul tidak
teratasi dengan inhaler, penderita akan menggunakan uap untuk mengatasi penyakitnya. Pada
penderita yang kedua, penanganan yang dilakukan saat asmanya timbul adalah dengan mengonsumsi
obat aminofilin. Sedangkan pada penderita ketiga, penanganan asma dilakukan dengan penggunaan
inhaler. Pemberian cairan yang menghangatkan tubuh, seperti minyak kayu putih dan fresh care,
juga dapat menjadi upaya lain penanganan asma yang timbul pada penderita ketiga.

Saat melakukan wawancara, ketiga penderita asma ini menjelaskan bahwa pada awalnya
mereka belum mengetahui lebih mendalam terkait penyakit asma yang diderita. Ketiganya hanya
mengetahui bahwasannya asma merupakan penyakit sesak napas yang hilang dan timbul tiba-tiba.
Penderita pertama dan kedua baru mengetahui detail mengenai penyakit asma saat SMP, tepatnya
ketika keduanya berobat ke dokter. Penderita ketiga tahu detail penyakit asma juga ketika berobat ke
dokter. Dengan berobat ke dokter, ketiga penderita bisa diberikan edukasi mendalam oleh dokter
mengenai penyebab asma, keadaan yang dapat memicu timbulnya asma, hingga cara tepat untuk
menangani penyakit asma.

Ketiga penderita asma mengaku bahwa setelah mengetahui lebih jauh mengenai asma dan
tata cara penanganan asma yang tepat oleh dokter, intensitas terjadinya asma menjadi lebih
berkurang. Dalam beberapa bulan terakhir, asma jarang kambuh. Hal ini menjadi bukti bahwa
dengan meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit asma, maka penderita asma dapat mengontrol
dirinya dari faktor pemicu terjadinya asma.

Hasil yang didapatkan adalah asma yang terkontrol dapat membuat penderita asma hidup
dengan kualitas yang lebih baik. Karena dengan menambah wawasan mengenai asma, penderita
asma menjadi lebih berhati-hati dan menerapkan gaya hidup sehat sehingga asma terantisipasi.

4. KESIMPULAN

Penyakit asma dapat timbul karena dua faktor, yaitu faktor genetik atau keturunan dan faktor
pemicu. Penyakit asma bukanlah jenis penyakit yang dapat diobati, namun penyakit ini dapat
dikendalikan dengan melakukan kontrol diri.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diambil kesimpulan bahwa peningkatan


pemahaman pengetahuan mengenai penyakit asma dapat menjadi kontrol diri yang baik untuk
menimalisir timbulnya asma pada penderita asma. Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara
yang menjelaskan bahwa asma menjadi jarang timbul setelah ketiga penderita mendatangi dokter
untuk berobat. Maka dari itu, perlu ditingkatkan pemahaman wawasan mengenai penyakit asma ada
penderita asma sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya asma.

5. SARAN

Tidak semua masyarakat memiliki pemahaman yang cukup mengenai asma, terutama bagi
penderita asma itu sendiri. Sejalan dengan hal itu, penulis menyarankan pemberian edukasi lengkap
mengenai asma khususnya kepada para penderita asma. Edukasi mencangkup penyebab timbul
asma, gejala, faktor pemicu, sampai penanganan yang tepat ketika terjadi asma. Pemberian edukasi
dapat dilakukan melalui berbagai sarana, seperti dengan diadakan sosialisasi hingga dilakukan
penyuluhan. Dalam pemberian edukasi, tidak hanya dibutuhkan peran dokter sebagai penyuluh,
namun juga diperlukan kerja sama antara Dinas Kesehatan, puskesmas, dan rumah sakit agar edukasi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Diharapkan dengan diberlakukan
cara seperti ini, masyarakat menjadi lebih tahu tentang penyakit asma dan penderita asma dapat
melakukan kontrol yang tepat dalam menghadapi asma yang dideritanya sehingga tercapai kondisi
yang sebaik mungkin.
6. DAFTAR PUSTAKA
Wiyono, W. H. Yunus, F. 7 Zega, C. T. A. (2011). Perbandingan Manfaat Klinis Senam Merpati Putih
dengan Senam Asma Indonesia pada Penyandang Asma. J Respir Indo, 31(2), 72-80.
Andayani, N. Waladi, Z. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Asma dengan Tingkat
Kontrol Asma di Poliklinik Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala, 14(3), 139-145.
Gumilang, G.S. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bimbingan dan Konseling. Jurnal
Fokus Konseling, 2(2), 144-159.
Alqi, Q. Nainggolan, O. & Sihombing, M. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyakit
pada Usia ≥ 10 Tahun di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). J Respir Indo, 30(2), 85-91.
Imelda, S. Wiyono, W. H & Yunus, F. (2007). Hubungan Derajat Asma dengan Kualitas Hidup yang
Dinilai dengan Asthma Quality of Life Questionnaire. Maj Kedokteran Indonesia, 57(12), 435-
445.
Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif:Wawancara. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 11(1), 35-40.
Atmoko, W, dkk. (2011). Prevalens Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. J Respir
Indo, 31(2), 53-60.
Nugroho, S. (2009). Terapi Pernapasan pada Penderita Asma. Medikora, 5(1), 71-91.
Azhar, K. Dharmayanti, I. & Hasari, D. (2015). Asma pada Anak di Indonesia: Penyebab dan
Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(4), 320-326.
Setyowibowo, S. Yunus, M. (2011). Aplikasi Sitem Pendukung Keputusan Diagnosa Penyakit Paru-
paru dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Teknologi Informasi, 2(2), 95-114.
Resti, I. B. (2014). Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres pada Penderita Asma.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 1-20.
Siregar, S. P. (2000). Faktor Atopi dan Asma Bronkial pada Anak. Sari Pediatri, 2(1), 23-28.
Sesi Tanya Jawab
1. Pada faktor penyebab batuk dikatakan bahwa batuk dapat disebabkan
karena dua hal yaitu penyakit infeksi dan bukan infeksi, penyebab batuk
dari infeksi bakteri dan virus. Pertanyaannya bakteri dan virus apa yang
berperan saat batuk melanda? (Supiah Klp 8)
Jawaban : Salah satu contoh bakteri yg berperan pada saat terjadi
batuk adalah bakteri Bordotella pertussis yg menyebabkan pelepasan
racun dan membuat saluran nafas radang.

2. Bagaimana cara pembuatan jika ingin dilakukan pengobatan tradisional


kemangi pada penyakit asma dan batuk? (Sabariah Klp8)
Jawaban : Seperti yang tertera pada jurnal didalam makalah, daun
kemangi untuk asma dan batuk dapat dibuat menjadi jus, dengan cara
merebus sekitar 3 hingga 4 helai daun kemangi dengan air untuk
dijadikan jus.

3. Bisakah anda sebutkan contoh obat sintetik yang bisa digunakan untuk
penyakit asma, karena pada ppt yg anda kirim hanya pengobatan asma
secara tradisional. (Luthfi Stevi Andika Klp 1)
Jawaban :
1. Agonis beta-2
Contoh:
- Salbutamol 2mg/4mg (tab-syr-inh);
- Terbutalin 2,5mg (tab-syr-inh)
2. Kortikosteroid
Contoh:
- Beklometason 200mg
- Budesonida 200mcg
3. Golongan Xanthine
Contoh:
- Teofilin 150mg
- Aminofilin = Teofilin 85% + Etilendiamin 15%
- Salbutamol
4. Golongan Antikolinerjik
Contoh:
- Ipatropium 20mcg (inh)
5. Penstabil Sel Mast
Contoh:
- Kromolin
- Nedrokromil
6. Golongan antileukotrien
Contoh:
- Zafirlukast 20mg tab
- Zileuton 600mg tab

4. Apakah penderita asma tidak diperbolehkan berolahraga dan apakah


asma merupakan penyakit turunan? (Nur Hikmah R Klp 8)
Jawaban : Penderita asma boleh melakukan olahraga tetapi hanya
dianjurkan melakukan olahraga seperti :
1. Olahraga pernafasan disertai relaksasi-meditasi.
2. Olahraga kebugaran: jalan, bersepeda, renang, senam dan lain-lain.
Faktor penyebab terjadinya asma dapat dikategorikan menjadi dua hal.
Faktor yang pertama adalah faktor keturunan atau genetik Faktor
keturunan saja tidak cukup untuk menjadi penyebab timbulnya asma.
Faktor penyebab asma yang kedua adalah faktor pencetus.

5. Apa cara terbaik untuk mengobati atau menyembuhkan asma kronis


pada orang dewasa tanpa obat modern? (Rahmadani Klp 5)
Jawaban : Cara terbaik untuk mengobati asma kronis pada orang
dewasa tanpa obat modern salah satunya dengan terapi pernafasan
karena dengan belajar teknik pernapasan setiap hari membiasakan anda
untuk bernapas lebih efektif dengan cara yg benar lambat lain rutin
melakukan terapis pernapasan dapat membantu meningkatkan fungsi
paru-paru untuk menampung dan menyerap oksigen disisi lain dengan
teknik pernapasan juga dapat membantu anda mengatasi stress dengan
lebih baik karena stress rentan memicu gejala asma, rentan kumat tib-
tiba atau membuat serangannya terasa semakin parah saat kejadian

6. Bagaimana cara penanganan pertama yang tepat pada penyakit asma di


rumah dan di rumah sakit (Nurhafsah Indah Putri Klp 7)
Jawaban :
1. Duduk dan ambil napas pelan-pelan dengan stabil. Sekali lagi,
cobalah untuk tetap tenang, karena panik justru akan semakin
memperparah serangan asma.
2. Semprotkan obat inhaler untuk asma setiap 30-60 detik, maksimal 10
semprotan.
3. Hubungi ambulans jika Anda tidak memiliki inhaler, asma bertambah
parah meski sudah menggunakan inhaler, tidak ada perbaikan meski
sudah menyemprotkan inhaler sebanyak 10 kali, atau jika Anda
merasa khawatir.
4. Jika ambulans belum tiba dalam waktu 15 menit, ulangi langkah
nomor 2.

7. Apa pengobatan yang harus di lakukan untuk penderita asma yang tiba-
tiba dan jarak ke rumah sakit jauh dan tidak ada persedian obat di
rumah? (Tenriani Putri Klp 8)
Jawaban : Cara menolong seseorang yang asmanya tiba-tiba kambuh
yaitu
1. Duduk tegak adalah cara termudah untuk meredakan gejala asma.
Posisi duduk ini membantu membuka saluran udara Anda terbuka
lebih lebar
2. Tetap tenang, kepanikan yang muncul bisa menimbulkan stres dan
kecemasan sehingga membuat gejala asma semakin memburuk.
Setelah memosisikan diri untuk duduk tegak, cobalah untuk
menenangkan pikiran.
3. Perbaiki napas, Sesak napas membuat Anda bernapas lebih cepat
dan tidak stabil. Setelah berhasil menenangkan pikiran, perbaiki
kembali napas Anda. Cobalah bernapas lebih lambat dan stabil
selama serangan.
4. Hindari pemicu, Contohnya, bila Anda berada di sekitar perokok,
Anda harus segera pindah dari tempat tersebut. Cari tempat yang
udaranya lebih bersih.
5. Hubungi layanan medis darurat, Jika cara mengatasi gejala asma
tanpa inhaler di atas sudah Anda lakukan, tapi kondisi tidak juga
membaik, segeralah minta bantuan medis darura

8. Apa terapi non farmakologi yang dapat dilakukan terhadap anak-anak


yang mengidap asma? (Riska Sari Kusnadi Klp 6)
Jawaban : Terapi non farmakologi untuk anak-anak yang mengidap
asma adalah dengan cara banyak minum untuk menghindari dehidrasi,
kontrol teratur, melakukan latihan fisik rutin atau olahraga seperti
kebugaran dan renang.

9. Apa penyebab batuk berdahak hitam? (Rezky Amelia Klp 7)


Jawaban : Adapun yang termasuk penyebab batuk berdahak hitam
adalah Menelan makanan berwarna hitam, menghirup kotoran dan debu,
perokok berat, menghirup sejumlah asap besar, dan dahak yang diderita
megandung infeksi jamur tertentu.

10. Apakah ada cari lain yang dapat kita lakukan untuk menolong pasien yg
asmanya kambuh tapi dalam kondisi tersebut tidak ada inhaler?
(Nurwahidah Humairah Zahar Klp 6)
Jawaban : Cara menolong seseorang yang asmanya tiba-tiba kambuh
yaitu
1. Duduk tegak adalah cara termudah untuk meredakan gejala asma.
Posisi duduk ini membantu membuka saluran udara Anda terbuka
lebih lebar
2. Tetap tenang, kepanikan yang muncul bisa menimbulkan stres dan
kecemasan sehingga membuat gejala asma semakin memburuk.
Setelah memosisikan diri untuk duduk tegak, cobalah untuk
menenangkan pikiran.
3. Perbaiki napas, Sesak napas membuat Anda bernapas lebih cepat
dan tidak stabil. Setelah berhasil menenangkan pikiran, perbaiki
kembali napas Anda. Cobalah bernapas lebih lambat dan stabil
selama serangan.
4. Hindari pemicu, Contohnya, bila Anda berada di sekitar perokok,
Anda harus segera pindah dari tempat tersebut. Cari tempat yang
udaranya lebih bersih.
5. Hubungi layanan medis darurat, Jika cara mengatasi gejala asma
tanpa inhaler di atas sudah Anda lakukan, tapi kondisi tidak juga
membaik, segeralah minta bantuan medis darura

11. Faktor apa saja yg dapat memicu kambuhnya asma? (Sitti Naima Klp7)
Jawaban : Faktor pemicu asma :
1. Alergi
2. Olahraga
3. Asam lambung tinggi
4. Merokok
5. Sinusitis
6. Infeksi
7. Obat-obatan
8. Emosi yang kumat
9. Senyawa sulfit

12. Mengapa batuk pada perokok berat sulit diatasi hanya dengan obat
batuk simtomatik? (Selvi Hardianti Klp 4)
Jawaban : Obat simptomatik adalah obat yang hanya sebatas
mengatasi gejala tapi tidak menyembuhkan penyebab dasar
penyakitnya.
Batuk pada orang perokok disebabkan oleh adanya kalainan dalam
tubuh terutama pada saluran napas atau bronkitis akibat merokok. Jadi
obat simptomatik saja tidak cukup untuk mengatasi batuk pada perokok
berat

13. Mengapa asma termasuk penyakit yang susah di sembuhkan secara


total? (Sri Mawar Klp 5)
Jawaban : Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Alasannya karena seperti yang telah dijelaskan bahwa penyebab utama
asma adalah alergen dan faktor lingkungan. Masuknya zat-zat kimia dan
polutan di udara disekitar kita yang kita hirup setiap harinya menjadi
dalang mengapa asma tidak sembuh juga.

14. Apa gejala awal bayi/balita yg memilki asma? (Nurindah Sari Klp 5)
Jawaban : Gejala awal bayi/balita yang memiliki asma adalah sesak
napas, perut si kecil bergerak naik-turun tak beraturan dan lubang
hidungnya terlihat kembang-kempis, napas ngos-ngosan, mengi yaitu
napas berbunyi lirih seperti siulan atau ngik-ngik, batuk terus-terusan,
kelelahan, biasanya bayi tampak tidak tertarik lagi dengan mainan
favoritnya atau sedikit-sedikit tidur, sulit mengisap (ASI) atau makan
muka membiru atau tampak pucat, termasuk juga di bagian kukunya.

15. Apa pengaruh jika seseorang mempunyai penyakit asma dan sedang
hamil apakah berbahaya untuk janin atau pun ibunya?? Jika berbahaya
bagaimana cara mengatasinya (Ramdana Syafitri Klp 7)
Jawaban : Penyakit asma yang kambuh selama kehamilan bisa
memberi dampak buruk pada kesehatan bayi yang ada di dalam
kandungan. Karena ketika ibu mengalami kesulitan bernapas, maka bayi
pun juga akan kesulitan mendapatkan oksigen yang ia butuhkan untuk
pertumbuhannya. Akibatnya, bayi dapat lahir prematur atau
pertumbuhan bayi jadi terhambat sehingga ukurannya lebih kecil dari
yang seharusnya.
Cara mengatasinya yaitu : Lakukan pemeriksaan paru-paru,
pemeriksaan kondisi janin, pemeriksaan kehamilan dengan USG, hindari
pemicu asma, vaksin Flu.

16. Bagaimna cara pengolahan jahe dan kemangi untuk pengobatan? (Muh.
Syukur Klp 6)
Jawaban : Seperti yang tertera pada jurnal didalam makalah, daun
kemangi untuk asma dan batuk dapat dibuat menjadi jus, dengan cara
merebus sekitar 3 hingga 4 helai daun kemangi dengan air untuk
dijadikan jus.

17. Mengapa daun kemangi dapat menyembuhkan batuk dan asma?


(Mutmainna Nur Klp 7)
Jawaban : Daun kemangi dapat mengatasi asma karena daun kemangi
memiliki sifat ekspetoran alami, sehingga dapat menyingkirkan dahak
yang menganggu pernapasan. Dan juga kandungan di dalam daun
kemangi memiliki sifat anti inflamasi yang dapat meredakan peradangan
pada saluran pernapasan, sehingga pernapasan lebih lancar.

18. Mengapa penyakit asma sulit disembuhkan total apa penyebabnya?


(Nur Halim Klp 1)
Jawaban : Asma merupakan penyakit yg didasari oleh reaksi
peradangan saluran nafas yang terjadi secara tiba-tiba biasanya dialami
dalam jangka waktu lama (kronis), pengobatan asma secara umum
didasarkan pada pengendalian faktor pemicu dan mengatasi serangan
asma pengobatan asma saat ini lebih banyak menggunakan kombinasi
obat hirup karena memerlukan pengobatan dengan reaksi yang cepat
(ketika terjadi serangan) dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama obat hirup yang dipakai secara rutin biasanya akan menurunkan
kekambuhan serangan asma dan memiliki efek samping yang minimal
19. Apa resiko ibu hamil yang mempunyai penyakit asma? (Nurjannah
Rusli Klp 3)
Jawaban : Resiko ibu hamil penderita asma akan berisiko mengalami
komplikasi kehamilan. Yang bisa mengakibatkan bayi lahir prematur,
berat lahir bayi rendah, preeklampsia, hipertensi hingga kematian janin
karena kekurangan oksigen.
Asma dapat disebabkan oleh faktor genetik. Jadi janin pada ibu hamil
penderita asma beresiko memiliki penyakit asma. Penyebab terjadinya
asma dapat dikategorikan 2 hal Faktor yang pertama adalah faktor
keturunan atau genetik tetapi Faktor keturunan saja tidak cukup untuk
menjadi penyebab timbulnya asma. Faktor penyebab asma yang kedua
adalah faktor pencetus. Faktor pencetus sendiri digolongkan menjadi
dua hal yaitu faktor pencetus dari dalam tubuh maupun faktor pencetus
yang berasal dari luar tubuh

20. Apakah ada penyembuhan alami untuk penyakit asma yang disebabkan
alergi Dan bagaimana cara pengobatannya? (Nova Andriani Klp 5)
Jawaban : Asma tidak dapat disembuhkan. Asma yang timbul akibat
alergi pada umumnya adalah kondisi jangka panjang dan bisa dialami
sepanjang umur manusia. Akan tetapi, dapat juga menghindarinya
dengan menjauhi benda-benda yang membuat alergi kambuh.
1. Obat-obatan yang bekerja cepat
Banyak penderita asma membawa inhaler, yang merupakan jenis
bronkodilator sebagai langkah penanganan secara cepat jika terjadi
asma.
2. Obat jangka pendek
Kortikosteroid, yang merupakan obat anti-inflamasi yang membantu
peradangan saluran napas dan sering dijual dalam bentuk pil.
3. Obat jangka panjang
Obat asma alergi jangka panjang dirancang untuk membantu
mengelola kondisi asma seseorang. Sebagian besar dari obat
tersebut harus dikonsumsi setiap hari. Kortikosteroid inhalasi adalah
obat anti-inflamasi seperti fluticasone (Flonase), budesonide
(Pulmicort Flexhaler), mometasone (Asmanex), dan ciclesonide
(Alvesco).

21. Kenapa emosi dapat memicu terjadinya penyakit asma? (Nurwindah


Sari Klp 4)
Jawaban : Karna Ketika seseorang menjalani emosi berlebihan maka
faktor hormon dalam tubuh akan mengirimkan sinyal ke otak. Kalau
senang endorfin, kalau takut atau marah adrenalin. Nah hormonal ini
yang menyebabkan saluran napas akan menyempit pada orang yang
dasarnya hipersensitif sehingga muncul serangan

22. Apa gejala awal seorang bayi atau balita memiliki asma? Dan makanan
apa saja yang baik untuk di konsumsi bagi penderita asma? (Miftha
Husnuh Aulia Klp 4)
Jawaban : Makanan yang baik dikonsumsi untuk penderita asma yaitu :
1. Pisang, memiliki khasiat untuk membantu membuat sistem
pernafasan menjadi lebih kuat
2. Bayam, nutrisi dalam bayam yaitu beta-karoten, vit c, e dan kalium
adalah sumber vit yg baik utk memerangi asma
3. Yougurt, dapat mengurangi resiko alergi penyebab asma
4. Wortel, mengandung beta karoten yang dapat menangkat timbulnya
asma
5. Jahe
Adapun gejala awal bayi/balita yang memiliki asma adalah sesak napas,
perut si kecil bergerak naik-turun tak beraturan dan lubang hidungnya
terlihat kembang-kempis, napas ngos-ngosan, mengi yaitu napas
berbunyi lirih seperti siulan atau ngik-ngik, batuk terus-terusan,
kelelahan, biasanya bayi tampak tidak tertarik lagi dengan mainan
favoritnya atau sedikit-sedikit tidur, sulit mengisap (ASI) atau makan
muka membiru atau tampak pucat, termasuk juga di bagian kukunya.
23. batuk ada beberapa jenis, apakah dengan terapi farmakologi dengan
obat tradisional kemangi bisa untuk semua jenis-jenis batuk??
(Rahmawati.S Klp 3)
Jawaban : Batuk merupakan mekanisme tubuh dalam mengeluarkan
adanya benda asing yang masuk ke saluran napas bagian atas, adanya
debu virus bakteri allergen (serbuk sari, bulu binatang, debu),
kandungan yg terdapat pada kemangi seperti ayurvedic dan ekspektoran
dlm ekstrak kemangi membuat sirup kemangi efektif menyembuhkan
batuk selain itu senyawa flavonoid dlm kemangi memiliki peran penting
sebagai anti virus dan anti bakteri, jadi terapi farmakologi dengan daun
kemangi dapat disembuhkan tetapi hanya batuk yg disebabkan oleh
infeksi

24. Jika saya mengidap penyakit asma apa Pengobatan yang seharusnya
saya ambil setiap harinya? Dan Apa yang harus saya lakukan jika saya
melewatkannya dalam sehari? (Rani Rahma Sari Klp 6)
Jawaban : Salah satu jenis pengobatan yang dapat dilakukan itu
dengan mejalani terapi obat yang bisa direkomendasikan oleh dokter.
Dimana terapi ini akan disesuaikan dengan tingkat keparahan asma
anda. Jika anda memiliki asma intermiten biasanya akan
direkomendasikan terapi jangka pendek sementara jika asma anda
termasuk kronis atau persisten hingga berat pengobatan yg cocok untuk
anda adalah terapi jangka panjang dimana terapi ini bertujuan untuk
mengendalikan keparahan gejala asma dan mencegahnya kambuh
secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai