Anda di halaman 1dari 11

I.

TUJUAN
 Untuk mengidentifikasi jamur yang terdapat di rambut secara
mikroskopis
 Untuk mengetahui morfologi jamur yang tedapat di rambut

II. DASAR TEORI


Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain
adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan
kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya
infeksi jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur
lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian
dalam.Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau
menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).(Djenuddin,
2005).Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di
Indonesia, oleh karena negara kita beriklim tropis dan kelembabannya
tinggi.Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan genus
dermatofita, yang dapat mengenai kulit, rambut dan kuku
Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam
tubuh dari lingkungan luar.Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m2 dan
beratnya sekitar 15% dari berat badan secara keseluruhan. Kulit memiliki
banyak fungsi dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut
dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, keratinisasi,
dan pembentukan vitamin D (Djuanda dkk, 2007).Kulit terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis merupakan lapisan
teratas kulit yang terutama terdiri atas epitel berlapis n lapisan tanduk. Selain
itu, epidermis juga mengandung tiga jenis sel lain yaitu melanosit yang
menghasilkan melanin, sel merkel sebagai mekanoreseptor sensoris, serta sel
Langerhans yang berfungsi untuk fagositosis dan presentasi antigen.
Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya keratin, stratum lucidum,
stratum granulosum yang kaya keratohialin, stratum spinosum, dan stratum
basal yang mitotik. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang menunjang
epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis) (Junquiera
dan Carneiro, 2007).Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak
nyata, yaitu stratum papilare dan stratum retikulare.Selain kedua stratum
tersebut, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea (Price dan Wilson, 2005).
Sedangkanhipodermis terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
secara longgar pada organ-organ di bawahnya (Junquiera dan Carneiro, 2007).
Proses pembentukan lapisan tanduk (keratin) dikenal sebagai proses
keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu
sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi
sel granulosum. Makin lama inti menghilang, mengalami apoptosis dan
menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami keratinisasi
akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja
mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya.
Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan
ketebalan 0.1 mm (Junquiera dan Carneiro, 2007; Price dan Wilson, 2005).
Non –Dermatofitosis/ Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya
terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak
dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya
menyerang lapisan kulit yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini
adalah

a. Tinea Versicolor
 Definisi : Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan
yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur
kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh
bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela
paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
 Morfologi : Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa
kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa
yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan
tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak
teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat
milier,lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering
dijumpai : Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar,
dengan sguama halus diatasnya dan tepi tidak meninggi. Bentuk
folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.
 Gambaranb Klinis : Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-
kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama
sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak
tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai
bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka
lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan.
b. Piedra
 Definis: Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong
rambut yang memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut
tersebut. Ada dua macam : Piedra putih : penyebabnya Piedraia
beigeli Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlal
 Epidemiologi : Piedra ditemukan didaerah tropis, daerah lembab dan
panas, Amerika Selatan, Amerika Tengah, pantai barat Amerika, Asia
timur, Afrika dan Asia tenggara. Kasus pada laki-laki lebih sering
daripada wanita, tetapi di Brazilia pada laki-laki dan wanita tidak
berbeda, berhubungan dengan kultur, sosial budaya setempat. Piedra
hitam hanya ditemukan di daerah tropis tertentu, merupakan penyakit
endemis ditempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra putih
lebih jarang ditemukan, terdapat didaerah beriklim sedang dan sesekali
ditemukan didaerah tropis

1. Piedra Beigeli
 Definisi : Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut.
Jamur ini dapat ditemukan ditanah, udara,dan permukaan tubuh.
 Taksonomi :
Filum : Basidiomycota
Subfilum: Agaricomycotina
Kelas : Tremellomycetes
Ordor : Tremellales Tremellales
Family : Trichosporonaceae
Genus : Trichosporon
Spesies : Trichosporon beigelii
 Etiologi : Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat
didaerah subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan)
 Morfologi: Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk
moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan
arthrokonidia dan blastoconidia.
 Gambaran Klinis : Adanya benjolan warna tengguli pada rambut,
kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan gejala-gejala
keluhan.
2. Piedrea Hortal
 Definisi : merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada
rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna
hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan
subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis ataujambang,
dan dagu.
 Taksonomi :
Kingdom: Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Euascomycetes
Order : Dothideales
Family : Piedraiaceae
Genus : Piedraia
Spesies : Piedra hortai
 Morfologi: Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut
dibentuk dalam suatu kantung yang disebut askus. Askus-askus
bersama dengan anyaman hifa yang padat membentuk benjolan hitam
yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut yang ada benjolan,
tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut)
yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang
besarnya 1-2 um.
 Gambaran Klinis : Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak
benjolan atau penebalan yang keras warna hitam. Penebalan ini sukar
dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya rambut lebih
suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya
penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak
langsung.

c. Otomikosis
 Definesi : Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian
luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang
dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau
melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal atau
sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna
merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan
dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah
dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama
halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani,
maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran.
Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab
biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus sp. Mukor dan
Penisilium.
d. Tinea Nigra
 Definisi : Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya
menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna
hitam sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula yang terjadi
tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada
tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai
ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar
sampai dileher, dada dan muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa
polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti
setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit. Penyebabnya adalah
Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anakanak
dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.

III. ALAT&BAHAN

Alat
1. Ose
2. Cawan petri
3. Bunsen
4. Korek api
5. Cover glass
6. mikroskop
Bahan
1. Sampel Rambut
2. Media SDA
3. Lactophenol cotton blue

IV. PROSEDUR KERJA


 Dengan cara pembiakan
1. Lakukan fiksasi objek glass dengan bunsen
2. Teteskan lactophenol cotton blue pada objek glass tersebut
3. Lakukan flaming pada ose kemudian dinginkan sebentar
4. Ambilah jamur yang sudah tumbuh paa media SDA Letakakan pada
objek glass yang telah di tetesi lactophenol cotton blue tadi
5. Ratakan jangan sampai menggumpal
6. Tutup dengan cover glass
7. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10,40 dan 100x

 Dengan cara langsung


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Fiksasi objek glass dengan Bunsen
3. Potong batang rambut sekitare 1m dan taruh di atas objek glass
4. Ditetetesi dengan larutan KOH 10% diatas objek glass yg sudah berisi
rambut
5. Difiksasai kembali dan jangan terlalu lama
6. Diamati pada perbesaran 10x dan 40x pada mikroskop

V. HASIL

NO GAMBAR KETERANGAN

1 pada pengamtan dengan


biakan ditemukan yeast
Pada pengamatan secara
langsung tidak
ditemukannya jamur
pada rambut

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan jamur
pada rambut dengan 2 metode yaitu metode langsung dengan larutan KOH
10% dan pembiakan dengan media SDA, dimana pada pembiakan
menggunakan media SDA ditemukanya Yeast yang tidak patogen penyebab
tidak ditemukannya jamur yang patogen pada rambut yaitu karena sampel
rambut yang digunakan memang bersih tidak berisi jamur sejenis ketombe
dimana seharusnya sampel rambut harus dengan kondisi yang kotor seperti
jarang keramas dapat menimbukan adanya ketombe yang parah dan juga
dapat terkontaminasi dengan jamur yang berada di udara. Sedangkan pada
pembiakan langsung tidak ditemukannya jamur yang artinya rambut yang
digunakan untuk pemeriksaan bersih atau sehat dimana sampel yang
digunakan yaitu sampel rambut sendiri yang sering keramas dan tidak ada
ketombe otomatis hasilnya pun negatif terdapat jamur yang seharusnya
menggunakan sampel rambut dengan sanitasi yang rendah seperti jarang
keramas yang menyebabkan adanya ketombe dengan sampel rambut yang
sesuai maka akan ditemukannya jamur pada rambut.

VII. KESIMPULAN
Dari hasi praktikum yang diatas dapat disimpulkan pada pemeriksaaan
dengam pembiakan hanya ditemukannya yeast yang tidak patogen begitu juga
pada pengamatan langsung tidak ditemukannya jamur pada rambut, penyebab
tidak ditemukannya jamur dikarenakan sampel rambut yang digunakan tidak
sesuai kriteria yang seharusnya dengan sampel rambut lansia dan jarang
keramas yang dapat menyebabkan terjadinya ketombe dan dapat juga media
pertumbuhan jamur pada media SDA terkontaminasi dengan jamur lain.

DAFTAR PUSTAKA

Boel. Trilea. 2003. “ Mikosis Superfisial. http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-


trelia1.pdf. Diakses tglm 31 maret 2019

Pitaloka. Endah. 2015. “Laporan Mikologi. https://dokumen.tips/documents/laporan-


miko-kel-5.html. Diakses tgl 31 maret 2019
IDENTIFIKASI JAMUR

PADA RAMBUT
OLEH

IDA AYU OKA GANDHAWATI

17.131.0723

DIII ANALIS KESEHATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI


2019

Anda mungkin juga menyukai