Dalam
dunia mikrobiologi hemolisis digunakan untuk mengklasifikasikan mikroorganisme tertentu,
dengan cara mengamati Kemampuan koloni bakteri untuk menginduksi hemolisis bila ditanam
pada agar darah (blod agar). Cara tersebut sangat berguna dalam mengklasifikasikan spesies
streptokokus. Sebuah zat yang menyebabkan hemolisis adalah hemolisin.
Blod agar atau agar darah biasanya dibuat dari Tryptic Soy Agar atau Columbia Agar base
dengan darah domba 5%. atau bisajuga darah Kelinci atau kuda dapat digunakan untuk
pertumbuhan organisme yang membutuhkan NAD, seperti spesies Haemophilus. Pengunaan
darah manusia tidak disarankan karena kemungkinan paparan patogen melalui darah manusia
seperti HIV atau hepatitis.
Ada 3 jenis hemolisis yaitu beta hemolisis (), alpha hemolisis (), dan gamma hemolisis ()
Beta hemolisis () atau biasa disebut hemolisis total, didefinisikan sebagai lisis seluruh sel
darah merah. Sebuah zona yang jelas, mendekati warna dan transparansi media dasar,
mengelilingi koloni.
Banyak spesies bakteri menghasilkan toksin atau racun yang mampu menghancurkan sel-sel
darah merah. Beberapa spesies menghasilkan beberapa racun atau menampilkan berbagai
tingkat beta hemolisis. Salah satu contoh adalah strain sesekali Streptococcus pyogenes yang
hanya menghasilkan hemolisin yang labil oksigen (anaerob fakultatif) yang disebut "streptolysin
O". Dengan kata lain, hemolisin hanya aktif dalam kondisi oksigen rendah. Hemolisis dapat
ditunjukkan dengan teknik pour plate atau teknik overlay agar, atau inkubasi dalam lingkungan
anaerobik. Salahsatu cara sederhana dan mudah untuk menghasilkan kondisi anaerob pada
plate agar adalah "menusuk" loop inokulasi secara vertikal ke dalam agar setelah mengores.
yang sangat lemah ini, koloni dapat dihapus dengan loop inokulasi, yang memungkinkan kita
untuk melihat sel-sel lisis tepat di bawah di mana koloni telah berkembang.
Alpha hemolisis () disebut juga hemolisis sebagian, adalah penurunan hemoglobin sel darah
merah untuk methemoglobin dalam medium sekitar koloni. Hal ini menyebabkan perubahan
warna hijau atau coklat dalam medium. Warna dapat disamakan dengan "memar" sel.
Pemeriksaan mikroskopis sel darah merah alpha-hemolyzed menunjukkan bahwa membran sel
yang utuh, sehingga tidak, pada kenyataannya, lisis benar.
Beberapa penulis buku teks mengacu pada alpha sebagai "hemolisis parsial," yang mungkin
membingungkan kepada peneliti. Hal yang paling penting agar tidak membingungkan hemolisis
"parsial" atau "tidak sempurna" ini berbeda dengan hemolisis "lemah" atau "halus" seperti
Streptococcus agalactiae atau Listeria monocytogenes yang terlihat di atas. Warna coklat atau
hijau Beta hemolisis tidak akan meliputi atau menutupi sel-sel didalam medium sekitarnya. Pada
inkubasi berkepanjangan, banyak organisme alpha hemolitik akan mulai muncul lebih jelas,
tetapi jika media sekitarnya mengandunga atau tertutup salah satu warna coklat atau hijau
Gamma hemolisis () disebut juga non hemolisis. Gamma menunjukkan kurangnya hemolisis.
Seharusnya tidak ada reaksi dalam medium sekitarnya. "Gamma Streptococcus" atau
Enterococcus faecalis (pada inkubasi 24 jam, non-hemolitik). "Gamma streptococcus" biasanya
non-hemolitik setelah 24 jam inkubasi, namun banyak yang akhirnya menampilkan hemolisis
alpha lemah.
Sumber http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/2885-blood-agar-plates-andhemolysis-protocols
Media agar darah disebut media universal karena dapat digunakan untuk
menumbuhkan beragam jenis bakteri. Media Agar Darah juga dapat
membedakan bakteri hemolitik dan bakteri non hemolitik, yang ditandai oleh
adanya zona (halo) disekitar koloni . Penimbangan media dilakukan secara hatihati dan teliti dengan meggunakan neraca analitik.
Pada praktikum dilakukan penimbangan sebanyak 5,6 gram agar nutrient yang
dilarutkan dalam 200 ml aquadest. Pemanasan dilakukan supaya agar larut
sempurna.
Selanjutnya media disterilisasi dengan autoclave, sebelum ke autoclave media
ditutup dengan bundle,dan diikat karet, hal ini dilakukan karena autoclave akan
memberikan tekanan yang tinggi yang dapat menekan bundle lepas dari mulut
erlenmeyer, sehingga penutup bundle harus terikat kuat dalam mulut
erlenmeyer .
Selanjutnya ditambahkan darah ke dalam media, penambahan darah dilakukan
dengan aseptis dan steril, yang dilakukan di dekat api.
Mac Conkey Agar adalah salah satu jenis media yang digunakan untuk identifikasi
mikroorganisme. Mac Conkey agar termasuk dalammedia selektif dan diferensial bagi mikroba.
Jenis mikroba tertentu akan membentuk koloni dengan ciri tertentu yang khas apabila
ditumbuhkan pada media ini.
Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu, dan merah
netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram
negatifyang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya memfermentasikan laktosa. Koloni
bakteri yang memfermentasikan laktosa berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan
garam empedu. Endapan ini disebabkan oleh penguraian laktosa menjadi asamyang akan
bereaksi dengan garam empedu.[1]
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen. Golongan bakteri ini
tidak memperlihatkan perubahan pada media. Ini berarti warna koloninya sama dengan warna
media. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni yang terpisah.[1]
Beberapa contoh pertumbuhan koloni pada Mac Conkey Agar [1]:
Pengenalan media
1.EMBA ( Eusin Metelin Blue Agar ) ialah semua bakteri bisa
ditumbuhkan di EMBA. Contoh : bakteri E. Coli warnanya akan gelap.
2.NA ( Nutrien Agar ) untuk mengetahui adanya bakteri E. Coli
warnanya bening.
3.MCA ( Much Counkey Agar ) untuk melihat bakteri E. Coli termasuk
media diferensial.
3. SSA ( Salmonela Sigela Agar ) untuk menumbuhkan bakteri
salmonela dan sigela.
NA ( NUTRIENT AGAR )
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk
pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji
biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel
pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml
dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada
121C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.
Nutrient Agar (NA) adalah medium padat untuk pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan dalam berbagai
kultur mikroorganisme. Medium ini cukup baik untuk memulai belajar tentang bagaimana koloni bakteri dapat tumbuh
dan menyebar.
Adapun tipe mikroorganisme yang dikultur dalam medium NA ini adalah :
Mikroorganisme
a.
b.
c.
d.
e.
Pertumbuhan
Escherichia coli
Sangat baik
Staphylococcus aureus
Sangat baik
Staphylococcus epidermis
Sangat baik
pH 6.9 - 7.4
Termasuk media padat
Media MacConkey Agar membedakan bakteri yang memfermentasi laktosa,
(berkoloni merah muda) dengan yang nonfermentasi (tidak berwarna). NaCl yang
terkandung dpt menghambat koloni bakteri proteus. Koloni salmonella halus dan
tak berwarna. Mempunyai keistimewaan memilah bakteri enteric gram negatif
yang memfermentasi lak-tosa, karena media ini mengandung laktosa, crystal
violet dan neutral red bile salt. Kemampuan E. coli memfermentasi laktosa
menyebabkan penurunan pH, sehingga mempermudah absorpsi neutral red
untuk mengubah koloni menjadi merah bata. Koloni lain (S. aureus; P. aeruginosa
dan Salmonella), bila tumbuh tidak akan berwarna karena tidak mampu
memfermentasi laktosa. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara
lain Enterobacter;Proteus; Salmonella; Shigella, Aerobacter; Enterococcus.
Pertumbuhan jamur Dermatophyte pada medium Sabouraud dengan koloni berwarna putih seperti beludru.
Sabouraud (diucapkan sah-bu-Ro ') medium agar dikembangkan oleh dokter kulit Perancis, Raymond JA
Sabouraud pada akhir 1800 untuk mendukung pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi kulit, rambut,
atau kuku, secara kolektif disebut sebagai dermatofit. Investigasi medis Sabouraud berfokus pada bakteri dan
jamur yang menyebabkan lesi kulit, dan ia mengembangkan banyak agar dan teknik untuk cetakan patogen
budaya dan ragi, seperti dermatofita dan Malassezia. Media ini sangat diharapkan bahwa semua mycologists
detil formulasi mereka tepat media, suhu dan waktu inkubasi spesimen, dalam rangka standarisasi observasi
lapangan dan dengan demikian mengurangi perbedaan dalam penampilan sebagai kemungkinan sumber
kesalahan dalam identifikasi.
Secara historis, Sabouraud agar dikembangkan untuk mendukung studi dermatofit, yang membutuhkan
masa inkubasi yang lama (minggu). Ada dua kekuatan pendorong di belakang pengembangan Sabouraud
tentang media ini: kebutuhan untuk menghindari kontaminasi bakteri sementara dermatofit kultur dan jamur
lainnya, dan kebutuhan untuk menyediakan media yang akan menghasilkan hasil yang dapat diandalkan untuk
identifikasi jamur di laboratorium.
JENIS MEDIA
Menurut konsistensinya: media Soboroud Dextrose Agar merupakan media berbentuk padat (solid).
Menurut fungsinya: media Soboroud Dextrose Agar merupakan media selektif untuk pertumbuhan jamur dan
menghambat pertumbuhan bakteri.
Menurut bahan penyusunnya: media Soboroud Dextrose Agar tersusun dari bahan sintetis.
Menurut wadahnya: media Soboroud Dextrose Agar merupakan media yang disimpan dalam plate (cawan petri).
FUNGSI
MEDIA
Umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
jamur Aspargilus, di
media
ini
Media SDA banyak di gunakan untuk media jamur khususnya banyak ke jamur Aspargilus, di media ini
pertumbuhan jamur akaan optimal di suhu 25 - 30 drajat celcius.
Glucose
: dalam konsentrasi yang tinggi dimasukkan sebagai sumber energi
Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform
dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth)
untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada
umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme
bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk
organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test
untuk koliform.
Sistin tryptic agar (CTA), juga dikenal sebagai sistin trypticase agar, [1] [2]
adalah media pertumbuhan yang digunakan untuk identifikasi mikroorganisme.
[3]
Hal ini dapat digunakan untuk menentukan apakah organisme dapat
memfermentasi karbohidrat berbagai, termasuk maltosa, laktosa, dan sukrosa.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengetik organisme karena meskipun
strain cepat mendapatkan resistensi antibiotik, mereka jarang mendapatkan
kemampuan untuk memetabolisme nutrisi baru (meskipun pengecualian
dikenal.) Sebagai contoh, pola fermentasi berikut telah diamati:
Media Eosin Methylene Blue Agar adalah hasil modifikasi dari Levine M. (1918-1921) yang
digunakan untuk diferensiasi Escherichia coli dan Enterobacteria aerogenes, untuk identifikasi
cepat dari Candida albicans, dan untuk identifikasi Staphylococcus koagulase-positif.
Media yang sudah jadi dirumuskan secara spesifik oleh APHA (American Public Health
Association) (1970-1992). Media ini dibuat dan dirumuskan dengan tujuan untuk mendeteksi dan
membedakan
mikroorganisme
dari
kelompok
bakteri coliform.
Weld Julia (1951-1953) mengusulkan penggunaan media Levine Eosin methylene blue
agar, dengan menambahkan chlortetracycline hydrochloride untuk identifikasi cepat Candida
albicans untuk spesimen klinis. Dengan metode ini identifikasi positif Candida albicans dapat
dilakukan setelah 24 sampai 48 jam inkubasi pada 37 C dalam 10% karbon dioksida dari feses,
sekresi oral dan vaginal, dan kuku atau kerokan kulit. Vogel dan Moses mengkonfirmasi
keunggulan metode Weld untuk identifikasi yang relatif cepat untuk spesies Candida
albicans dalam dahak. Mereka menemukan bahwa penggunaan Eosin methylene blue agar hanya
dapat digunakan untuk metode yang lebih konvensional untuk identifikasi Candida albicans dalam
dahak. Selain itu, dengan penambahan chlortetracycline hydrochloride media menyediakan sarana
untuk identifikasi beberapa jenis bakteri Gram-negatif. Doupagne juga meneliti penggunaan
media Levine dalam kondisi tropis.
Haley dan Stonerod menemukan bahwa metode Weld adalah variabel sehingga Walker dan
Huppert 14 menganjurkan penggunaan agar tepung jagung dan tes fermentasi cepat di samping
media Levine. Dengan menggunakan teknik cepat gabungan mereka mampu mendapatkan hasil
dalam waktu 48 sampai 72 jam.
Setelah temuan Vogel dan Moses, Menolasino dan kawan-kawan menggunakan media
LevineEosin methylene blue agar untuk identifikasi Staphylococcus koagulase-positif yang tumbuh
dengan warna yang khas, dengan koloni titik yang tersebar. Media Levine lebih efisien jika
dibandingkan dengan media Tellurite Glisin Agar dan menunjukkan korelasi yang baik dengan tes
koagulase
plasma.
(Thermo
Fisher
Scientific,
2013)
Secara umum media EMB agar adalah media isolasi untuk membedakan
bakteri Enterobacteriaceae. EMB Agar adalah media yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya bakteri coliform di dalam suatu sample. Media
Eosin Methylene Blue Agar ini mempunyai keistimewaan mengandung laktosa
dan berfungsi untuk membedakan mikroba yang memfermentasikan laktosa
seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi
laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam.
Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Fungsi
dari eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan warna. Namun
demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal, kuman lain bisa juga
tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan
keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa
kontaminan tersebut adalah E.coli. Media ini berbentuk padat berguna untuk
menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung dan
dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni. Media padat juga
menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam
pengujian suatu hasil metabolit.
Agar EMB merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan
memberikan hasil positif dalam tabung. EMB Agar yang menggunakan eosin dan metilin blue sebagai indikator
memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang dapat memfermentasikan laktosa dan yang tidak. Medium
tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri coliform yang lebih cepat memfermentasikan sukrosa
daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal
dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.
Pengertian media Eosin Methylen Blue Agar ini digunakan untuk diferensiasi dari Enterobacteriaceae.
Media berisi sukrosa dan laktosa. Jika organisme fermentasi sukrosa dan / atau laktosa, pH di dalam
dan sekitar koloni akan jatuh di bawah pH5, menyebabkan pembentukan kompleks metilen biru
eosinate yang memiliki kemilau metalik. Pada saat yang sama, koloni-koloni berwarna gelap. Sukrosa
dan laktosa-koloni-negatif berwarna ungu berwarna atau cahaya dalam warna. Kehadiran Eosin
kuning dan biru metilen dalam medium menghambat bakteri Gram-positif.
untuk organisme
memfermentasikan.
Lowenstein Jensen adalah media yang digunakan untuk isolasi dan budidaya micobakterium dan
sebagai basis untuk selektif, diferensial dan media diperkaya untuk Micobacterium tuberculosis
Sebelum kita mengetahui mengenai media Lowenstein Jensen, terlebih dahulu kita juga harus tahu
mengenai bakteri Micobacterium tuberculosis : M.tuberculosis adalah kelompok bakteri di dalam famili
Micobacteriaceae dan ordo Actinomycetales dan genus Micobacterium. Bakteri ini penyebab penyakit
tuberculosis, bersifat tahan asam dan sukar diwarnai. Berbentuk batang lurus dengan panjang 1-4um
dan lebar antara 0,2-0,5um. Pewarnaan yang berguna untuk melihat morfologi bakteri ini adalah
pewarnaan tahan asam, misalnya pewarnaan Zeihl Neelsen ataupun Kinyon
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
6.
MacConkey Agar
Merupakan media selektif dan diferensial yang mempunyai keistimewaan memilah bakteri
enteric gram negatif dari campuran bakteri yang memfermentasikan laktosa, karena dalam
MacConkey agar ini terdapat laktosa, crystal violet dan neutral red bile salt. Sehingga media
ini dapat membedakan bakteri yang memfermentasi laktosa berupa koloni berwarna merah
muda dan nonfermentasi yang tidak berwarna. Media ini bisa disimpan dengan suhu antara
+15C hingga +25C dan pH 6,9 sampai 7,4. Komposisi dari media macConkey agar antara
lain:
17 gram/L Pancreatic Digest of Gelatin
10/L Lactose
13,5/L Agar
1,5/L Pancreatic Digest of Casein
1/L Crystal Violet
1,5/L Peptic Digest of Animal Tissue
5/L Sodium Chloride
30 mg/L Neutral Red
1,5/L Bile Salt Mixture
7.
Eosin Methylene Blue
Merupakan media selektif dan diferensial, media ini tidak boleh digunakan jika ada tandatanda kontaminasi, kemerosotan yang dapat berupa menyusut, retak, atau perubahan
warna serta jika sudah masuk kadaluarsanya. Fungsi dari media ini yaitu dapat menentukan
jenis bakteri E.coli dengan mendapatkan hasil positif dalam tabung saat penelitian. Media
Eosin Methylene Blue dapat disimpan pada suhu +15C hingga +25C dengan pH kisaran
7,0 sampai 7,2. Komposisi dari media ini adalah:
a. Metilen blue
b. Eosin
c. Karbohidrat Laktosa
Lactose Broth (LB)
Media ini digunakan untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk
susu. Selain itu juga sebagai kaldu pemerkaya atau pre-enrichment broth untuk Salmonellae
serta dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Komposisi dari
media Lactose Broth ini antara lain:
a. 0,3% ekstrak beef
b. 0,5% peptone
c. 0,5% laktosa
Dalam media ini peptone dan ekstrak beef menyuplai nutrien esensial untuk melakukan
metabolisme dari bakteri. Sedangkan laktosa digunakan untuk penyedia sumber karbohidrat
yang dapat difermentasikan untuk orgaisme koliform. Pertumbuhan mikroba dengan
membentuk gas merupakan presumtive test untuk koliform.
Difco MR-VP Medium
Merupakan media diferensial yang dapat membedakan bakteri dengan cara pemberian
metil merah dan pereaksi Voges-Proskauer. Komposisinya antara lain:
a. 5.0 g/L Dextrose
b. 7.0 g/L Buffered Peptone
c. 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
32. BBL MR-VP Broth
Merupakan media diferensial, fungsinya sama saja dengan Difco MR-VP Medium. Yang
mana komposisinya adalah:
a. 3.5 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b. 5.0 g /L Dextrose
c. 3.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
d. 5.0 g/L Potassium Phosphate
Difco Triple Sugar Iron Agar
Merupakan media diferensial yang dapat bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi
karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida. Komposisi media ini antara lain:
a. 1.0 g/L Dextrose
b. 10.0 g/L Lactose
c. 10.0 g/L Sucrose
d. 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
e. 0.3 g/L Sodium Thiosulfate
f. 0.2 g/L Ferrous Sulfate
g. 3.0 g/L Beef Extract
h. 3.0 g/L Yeast Extract
i. 12.0 g/L Agar
j. 5.0 g/L Proteose Peptone No. 3
k. 24.0 mg/L Phenol Red
l. 5.0 g/L Sodium Chloride
Urease Test
Tujuan Tes ini adalah untuk mengetahui apakah suatu organisme dapat memecah urea menjadi ammonia
dan karbon dioksida oleh karena adanya enzim urease yang dimiliki organisme tersebut. . Tes
menggunakan medium urea Christensen's broth (cair) . Produk ammonia yang dihasilkan menyebabkan
pH medium menjadi alkali sehingga menjadi berwarna merah (menggunakan indikator phenol red).
Urease Test
Urease broth media differensial yang dapat membedakan bakteri penghasil eksoenzim yaitu
enzim urease ( untuk menghidrolisa urea amonia karbodioksida)
Fungsi Urease broth : untuk membedakan bakteri genus Proteus terutama Proteus morganella dan
Proteus providential dari golongan bakteri enteric lain.
Kandungan Urease broth : Buffer, Urea, sedikit nutrient, indicator phenol red.
Phenol red berubah jadi kuning lingkungan asam , berubah fuchsia lingkungan basa.
Prinsip Urease test
Media urea terdegradasi menjadi amoniak menyebabkan lingkungan basa, maka media menjadi pink .
Sebagian besar bakteri golongan enteric dapat mendegrasi urea, tetapi lambat.
Fungsi Uji Urease : mendeteksi bakteri yang dapat mendegradasi dengan cepat rapid ureasepositive,contoh ; genus Proteus
Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah karena
adanya indicator phenol red,Klebsiella pada media urea memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil
positif pada pneumonia, oxytoca atau bisa juga ozaenae karenaKlebsiella juga ada beberapa
yang mampu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia.
Uji IMViC
IMViC adalah singkatan untuk memudahkan dalam mengingat empat tes biokimia yang digunakan:
Indole, Metil merah, Voges-Proskauer, dan Citrate. Keempat tes tersebut membantu dalam
memisahkan anggota keluarga Enterobacteriaceae menjadi dua kelompok utama yaitu kelompok E.
coli- dan Enterobacter, serta kelompok Klebsiella.
Indole
Prinsip
Organisme yang memiliki enzim tryptophanase dapat menghancurkan asam amino triptofan
menjadi gugusan indol . Ketika indole bereaksi dengan para-dimetil - aminobenzaldehye (Kovac's
reagen) akan menghasilkan kompleks yang berwarna merah muda Triptofan adalah yang paling
banyak dalam media. Pertumbuhan pada agar darah atau coklat agar dapat menghasilkan efek
terbaik.
Indole Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu organisme dapat menghasilkan gugus indol dari
tryptophan atau peptone. Sesudah inkubasi mikroorganisme dalam media tryptophan atau peptone
Merah metil
Prinsip
Beberapa organisme menghasilkan asam dari metabolisme glukosa dalam jumlah yang cukup untuk
menghasilkan pH 4,4 dalam media. Asam ini tidak dimetabolisme lebih lanjut dan dikatakan
sebagai asam stabil . Pada pH 4,4 atau kurang pH indikator metil red berwarna merah ceri.
Voges-Proskauer
Prinsip
Beberapa organisme awalnya menghasilkan asam dari metabolisme glukosa, tetapi lebih lanjut akan
dimetabolisme menjadi asam netral sebagai produk akhir, seperti acetoin, dan 2,3-butanediol.
Awalnya mungkin penurunan pH menjadi 4,4 tapi produk akhir menyebabkan meningkatnya pH
dan uji metil red menjadi negatif. Acetoin dan 2,3-butanediol di bawah kondisi alkali akan
bereaksi dengan alfa-naphthol (1-naphthol) untuk menghasilkan warna merah mahoni.
Voges-Proskauer Test
Tujuan Tes ini adalah untuk mengetahui apakah organisme dapat menghasilkan
acetylmethylcarbinol
(acetoin) dari fermentasi glukosa Biakan organisme dalam media Clark and Lubb's diinkubasi pada
kondisi yang sesuai. Biakkan dalam media Clark and Lubb's diinkubasi pada kondisi yang sesuai.
Separoh dari biakan media ini kemudian digunakan untuk uji Methyl red, dan separoh sisanya untuk
uji Voges-Proskauer . Alpha-naphtol (5%) dan potassium hydroxide (40%) ditambahkan ke dalam
medium. Jika acetoin terdapat dalam medium akan menghasilkan warna merah muda merah.
- Ditambahkam reagen Metil Red, dikocok. Jika terjadi warna merah maka MR
Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam kuat sebagai hasil
fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir
semua Klebsiella sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red terbentuk warna
merah, kecuali padapneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negatif
Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang dapat diketahui dengan
penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol
sehingga penanaman pada media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan jenis pneumonia dan oxytoca yang
mampu memberikan hasil positif pada media ini.
Sitrat
Prinsip
Sitrat mengandung karbon. Jika suatu organisme dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon maka sitrat dalam media akan dimetabolisme. Bromthymol biru adalah indikator
yang dimasukkan ke dalam media . Dalam kondisi basa indikator ini berubah dari hijau ke biru.
basa
ion
bikarbonat
yang
menyebabkan
Simmons citrate
Tujuan Tes ini adalah untuk mengetahui apakah suatu organisme dapat menggunakan sitrat sebagai satusatunya sumber karbon dengan menghasilkan suasana . Bromthymol blue digunakan sebagai indicator
yang menunjukkan warna biru pada media bila suasana menjadi alkali
Citrat Test
Tujuan : Untuk menguji kemampuan bakteri memfermentasikan sitrat sebagai sumber carbon pada media
Koser Citrate atau Simmon Citrat.
Isi media Simmon Citrat :
- Natrium Sitrat sumber karbon
- Amonium Dihidrogen Phosphat sumber nitrogen , dan nutrient lain
- Indikator Brom Thymol Blue ( berubah warna jadi biru asam)
Prinsip :
Bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber carbon tunggal, dengan bantuan emzim citrate permease maka
bakteri akan menyebarkan citrat kedalam sel. Selain itu bakteri mengubah Amonium Dihidrogen Phosfat
menjadi Amonium Hidroksida (NH3) dan amoniak yang bersifat basa. Pada pH 7,5 keatas indicator BTB akan
berwarna biru , sedangkan pada pH netral akan berwarna hijau.
Uji Citrat positif media menjadi biru , jenis bakteri Citrobacter dan sebagian Enterobacter)
Uji Citrat negative media tidak berubah warna ( hijau ), jenis bakteri Escherichia coli dan Klebsiella.
Produk lain yang terbentuk : Hidrogen Sulfida (H2S)
Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali,
dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya
jenis rhinos yang tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negative. Sedangkan
spesiesKlebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae menunjukkan hasil positif pada media ini.
Simon Citrat (SC)
pH
Kegunaan :
Untuk identifikasi mikroorganisme (terutama entrobacteriaceae dan jenis fungi tertentu) berdasarkan kemampuan nya
memetabolisme citrate, sebagai sumber karbohidrat.
Prinsip kerja:
Metabolisme citrate menyebabkan alkalinitas dari medium,yang diindikasikan dengan perubahan warna media dari PH
indikator bromothymol blue menjadi biru tua.
Kandungan :
Ammonium dihidrogen phospat, dipotasium hydrogen phospat, NaCl, Bromothimol blue, agar.
Hasil positif : Warna media berubah menjadi biru tua.
a.
Warna media
b.
Konsistensi
: semi padat
c.
Indicator
:-
d.
pH
e.
: ungu
: 6,5
Kegunaan
: Untuk identifikasi Enterobacteriaceae yang didasarkan
pada
motilitas, aktivitas dekarboksilase ornithine, dan produksi indole
Media identifikasi adalah perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan
beberapa media bersama-sama.
1.Gula-gula.
Urutan :
-Tutup, kapas putih kuning: Glukosa
-Tutup, kapas putih ungu: Laktosa
-Tutup,kapas putih hijau : Manitol
-Tutup,kapas putih merah :Maltosa
-Tutup,Kapas putih biru :Sakarosa.
Positif memfermentasikan gula-gula :warna merah larutan berubah menjadi kuning.
Ada tidaknya gas pada tabung durham glukosa juga harus dilihat.
1.
Uji
Gula-gula
(fermentasi
karbohidrat)
LGS
=
Laktosa,
Glukosa,
Sukrosa
Tujuan : untuk mengetahui bakteri yang menghasilkan gas & asam
Hasil + ditandai dengan terjadinya perubahan dari ungu menjadi kuning menandakan
bakteri tersebut menghasilkan asam, serta adanya gelembung udara menandkaan
bakteri tersebut menghasilkan gas.
2. Reaksi Indol
Tujuan : untuk mengetahui bakteri yang mempunyai enzim triftofanase
Reaksi :
Triptophan ------> Indole + asam piruvat + amonia
P-dimethyl benzaldehide (dlm reagen kovaks) + indole -------> Quinoidal redviolet compound
Hasil + ditandai dengan adanya cincin merah setelah di+kan reagen kovaks.
3. Reaksi MR
Tujuan : untuk mengetahui bakteri yang memfermentasikan glukosa
Reaksi :
Glukosa + H2O ----------> asam laktat /as. asetat/ as. format ----------> CO2 + H2
Hasil + ditandai dengan terjadinya perubahan dari kuning menjadi merah
Ini menandakan bakteri tersebut memfermentasikan glukosa sehingga PH turun
Dan mempengaruhi warna media.
Perubahan warna indikator Methyl red :
PH 4,4 : Merah
PH 5,1 : Kuning kemerahan
PH 6,8 : Kuning
4. Reaksi VP
Tujuan : sama dengan MR
Reaksi:
Glukosa + O2 ----> as. asetat -----> 2,3 butanadiol asetil metil karbinol ------> CO2
+H2
Acetylmethyl-carbinol + alpha naftol + KOH40% ------->
Diacetyl + Guanidine group of peptone
Hasil + ditandai dengan terbentuknya cincin dari merah kecoklatan menjadi ungu
5. Reaksi Sitrat
Tujuan :
untuk mengetahui bakteri yang dapat menggunakan sitrat sebagai sumber
carbonnya
Hasil + ditandai dengan terjadinya perubahan hijau menjadi biru
6. TSIA
Tujuan :
untuk melihat bakteri yang bisa memfermentasikan glukosa dan menghasilkan
gas
Reaksi:
a. pembentukan H2S dari cystein asam amino dimana peptone terdapat dalam
media
b. pembentukan H2S dari reaksi anorganik bahan yang mengandung sulfur yaitu
Na2S2O3
1)
Indol
Tryptophan merupakan asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi dengan cara
kegiatan enzimatik beberapa bakteri. Konversi triptofan menjadi produk metabolik di mediasi
oleh enzim Tryptophanase. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat.
Perbenihan indol digunakan untuk melihat kemampuan bakteri mendegradasi asam amino
triptofan secara enzimatik. Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan
(cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol
dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan
kovaks. Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada
protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat
penguraian protein (Volk dan Wheeler, 1993).
2)
MR-VP
Uji MR Perbenihan ini digunakan untuk mendeteksi bakteri yang memiliki kemampuan untuk
mengoksidasi glukosa menghasilkan produk asam berkonsentrasi tinggi yang stabil sehingga
menyebabkan pH media turun hingga dibawah 4,4 yang ditandai dengan hasil positif, terjadi
perubahan warna menjadi merah setelah ditambahkan Methyl Red. Artinya, bakteri ini
mengahasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung
dalam medium MR-VP (Lehninger, 1995).
3)
Uji VP
Dengan hasil negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri inibukan asetil metil karbinol (asetolin)
(Volk dan Wheeler, 1993).
4)
Simmons Citrate