Disusun Oleh :
Kelompok 1
i
29. Rizky Surya Hidayat 20180340038
30. Anggita Vanisia 20180340039
31. Suci Larasati Renaery Refli 20180340041
ii
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah bioinformatika dan penerapannya di
kedokteran gigi ini dengan lancar.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan
terimakasih banyak kepada Bapak dr. Syaiful Fatah, Sp. An. yang telah membimbing dan memberikan
kelompok kami kesempatan untuk membuat makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah bioinformatika dan penerapannya di kedokteran gigi ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
iii
Daftar isi
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bioinformatika sesuai dengan asal kata namanya yaitu “bio” dan “informatika” yang
berarti gabungan antara ilmu biologi dan ilmu teknologi informasi. Selain itu bioinformatika
juga memadukan ilmu matematika, fisika, dan ilmu kedokteran di dalamnya.
Kelahiran bioinformatika diawali dengan mulainya berkembang bioeknologi pada tahun
70-an di Amerika Serikat. Pada saat itu seorang ilmuwan AS melakukan eksperimen tentang
DNA rekombinan. Berkat penemuan tersebut maka lahirlah perusahaan bioteknologi yang
pertama kali yaitu Genentech di AS, yang kemudian memproduksi hormon insulin dalam
bakteri yang dibutuhkan oleh penderita diabetes.
Penemuan teknik sekuensing DNA yang lebih cepat pada pertengahan 1970-an menjadi
landasan terjadinya ledakan jumlah sekuens DNA yang berhasil diungkapkan pada 1980-an
dan 1990-an, menjadi salah satu pembuka jalan bagi proyek-proyek pengungkapan genom,
meningkatkan kebutuhan akan pengelolaan dan analisis sekuens, dan pada akhirnya
menyebabkan lahirnya bioinformatika.
Bioinformatika telah mendorong kemajuan ilmu-ilmu yang memanfaatkannya. Dan
tidak berkelebihan kalau perkembangan ilmu biologi umumnya dan ilmu-ilmu turunannya,
sangat tergantung kepada perkembangan bioinformatika.
Perkembangan jaringan internet juga mendukung berkembangnya bioinformatika. Data
bioinformatika yang terhubung melalui internet memudahkan ilmuwan dalam
mengumpulkan hasil sekuensi ke dalam data tersebut serta memperoleh sekuens biologi
sebagaj bahan analisis. Selain itu, penyebaran program-program aplikasi bioinformatika
melalui internet memudahkan ilmuwan dalam mengakses program-program dan
mengembangkannya.
(Sumber: Fatchiyah, 2009, Pengantar Bioinformatika Kedokteran)
1
3. Apakah yang dimaksud dengan bioinformatika baru?
4. Apakah yang dimaksud dengan bioinformatika klasik?
5. Apa saja cabang yang terkait dengan bioinformatika?
6. Bagaimana teknologi dan cara penerapan bioinformatika?
2
BAB II
ISI
Bioinformatika masih berkembang pesat sampai saat ini. Hal ini dapat dibuktikan
dengan kemampuan manusia untuk memahami genom, yakni cetak biru informasi genetik
yang dapat menentukan sifat setiap mahluk hidup yang tersirat dalam rantai DNA.
Perkembangan internet merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung berkembangnya
3
bioinformatika. Basis data bioinformatika yang terhubung dalam internet memudahkan
ilmuwan untuk mengumpulkan hasil sekuensing ke dalam basis data tersebut ataupun
memperoleh sekuens biologi sebagai analisis. Penyebaran progam bioinformatika melalui
internet dapat memudahkan ilmuan mengakses informasi tersebut dan mengembangkannya.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Sejarah Singkat
a. Biofisika
Biofisika adalah sebuah bidang interdisipliner yang mengaplikasikan teknik-teknik
dari ilmu fisika untuk memahami struktur dan fungsi biologi (British Biophysical
Society). Bioinformatika memerlukan penggunaan TI dalam penggunaan teknik-
teknik ilmu fisika untuk memahami struktur biologi.
4
b. Biologi Komutasi
Biologi komutasi adalah suatu bidang yang mengembangkan dan menerapkan
metode algoritma untuk menganalisis kumpulan data biologis. Seperti urutan
genetik, populasi sel atau sampel protein dan menemukan biologi baru. Dalam
penerapannya, biologi komutasi menggunakan model-model statistika dalam
menjabarkan fenomena biologi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
mengingat kasus atau eksperimen langsung pada fenomena biologi yang cukup
sulit.
c. Medical Informatics
Menurut Aamir Zakaria, pengertian dari medical informatics adalah sebuah disiplin
ilmu yang baru yang didefinisikan sebagai pembelajaran, penemuan, dan
implementasi dari struktur dan algoritma untuk meningkatkan komunikasi,
pengertian dan manajemen informasi medis. (Zakaria, 2004)
d. Biologi Matematika
Menurut Alex Kasman, secara umum mathematical biology melingkupi semua
ketertarikan teoritis yang tidak perlu merupakan sesuatu yang beralgoritma, dan
tidak perlu dalam bentuk molekul, dan tidak perlu berguna dalam menganalisis data
yang terkumpul (Kasman, 2004). Biologi matematika juga menangani masalah-
masalah biologi, akan tetapi metode yang digunakan yaitu dengan
mempublikasikan sebuah hasil yang menyatakan bahwa suatu masalah biologi
berada pada suatu kelas tertentu dan dalam menyelesaikannya tidak perlu
diimplementasikan dalam hardware ataupun software.
Informatika Dental mengacu pada aplikasi komputer dan ilmu informasi untuk
memperbaiki praktek gigi, penelitian, pendidikan, dan manajemen. Tujuan utama dari
Informatika dental adalah untuk meningkatkan jumlah pasien. Dengan demikian,
disiplin harus mendukung dan meningkatkan diagnosis, pengobatan dan pencegahan
penyakit dan cedera traumatis; meringankan sakit; dan menjaga dan meningkatkan
kesehatan mulut. Tujuan kedua adalah untuk menjadikan perawatan gigi lebih efisien,
misalnya, dengan mempertahankan atau meningkatkan rasio biaya-manfaat.
Informatika dental juga harus mendukung penelitian dan pendidikan; perbaikan di
5
daerah untuk meningkatkan perawatan pasien. Dokter harus begitu akrab dengan
proses pemecahan masalah. Dengn ini, pemanfaatan komputer dapat membantu
praktisi mempertahankan kompetensi mereka berlanjut, dan banyak dokter yang sudah
menggunakan komputer untuk terus mengikuti perkembangan baru.
7
hanya melalui tes darah. Kemajuan yang dicapai ke arah kelenjar ludah
diagnostik adalah hasil dari kolaborasi antara insinyur, ahli biologi, peneliti gigi
dan dokter gigi.
d. Miccroarray
Analisis microarray adalah teknologi baru di mana semua gen organisme
yang diwakili oleh oligonucleotide urutan yang tersebar di 80 × 80 array pada
slide mikroskop, dan juga dapat disintesis langsung pada slide pada kepadatan
hingga satu juta per squar e sentimeter. Dari analisis ini, seperangkat gen yang
merespon dengan cara yang sama dapat diidentifikasi. Analisis microarray
dirancang untuk mendeteksi perubahan global dalam transkripsi dalam genom
tetapi tidak menyediakan informasi tentang tingkat protein produk gen, yang
juga dapat dikenakan peraturan translational. Protein array dapat digunakan
dalam beberapa kasus. Di rongga mulut, beberapa kondisi, termasuk kanker
mulut dan precancer telah ditemukan untuk memiliki beberapa dasar genetikJadi
kemudian mikroarray mungkin mampu mengidentifikasi perubahan genetik
orang-orang yang lebih mungkin untuk menentukan perkembangan lesi
premalignant frank malignancy.
e. Imunokopabilitas dalam Implantasi Gigi
8
Cara kerja dari system tersebut, mengaplikasikan substans material implant
yang berupa nanopartikel. Substansi material implant tersebut, memiliki
kemampuan berstimulasi dengan sistem imun. Sistem imun yang mengeksitasi
organ, akan menimbulkan terjadinya proses imunostimulasi dan imunosupresor.
Imunostimulasi dapat diartikan sebagai perkenalan sebuah bahan atau material
asing kepada tubuh sehingga menimbulkan suatu respon terhadap organ tubuh.
Sedangkan imunosupresor diilustrasikan sebagai down-regulation yang berguna
untuk mencegah terbentuknya sebuah system imun dalam tubuh.
Masalah utama yang sering terjadi dalam rongga mulut adalah karies gigi.
Menurut Albiner (dalam Nadia, (2014), prevalensi karies gigi di Indonesia
terbilang cukup tingi, yaitu mencapai angka 90%. Karies gigi terjadi karena
adanya reaksi antara karbohidrat seperti glukosa, sukrosa dari sisa makanan dan
bakteri. Reaksi tersebut akan terproses di dalam rongga mulut sehingga
membentuk asam laktat pada rongga mulut sehingga akan menyebabkan
demineralisasi. Demineralisasi terjadi karena terdapat proses pelepasan ion
kalsium dan fosfat yang bereduksi terhadap email gigi. Email gigi yang tereduksi
inilah yang menyebabkan terkikisnya lapisan gigi, sehingga rentan terkena
9
karies. Apabila gigi sudah mulai terkikis dengan ditandainya rasa linu pada gigi,
maka penyakit itu dapat dicegah dengan memperbaiki jumlah nutrisi yang
dikonsumsi. Cara yang efektf adalah mengurangi makanan kariogenik dan
menigkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi. Cara lain yang
efektif yaitu dengan mencegah terbentuknya plak yang menempel pada
permukaan gigi. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan pembersihan gigi
secara mekanis serta menekan pertumbuhan Steptococcus mutans yang terjadi di
dalam rongga mulut. Steptococcus mutan sendiri, merupakan penyebab utama
terbentuknya colonial bakteri yang terdapat dalam mulut, sehingga
memetabolisme karbohidrat serta menurunkan pH normal saliva.
Menurut Berlian dkk (panjaitan (1999), Stepcoccus mutan memiliki sifat
aktif yang berperan dalam proses terjadinya karies gigi, diantaranya seperti : (1)
Memfermentasikan karbohidrat menjadi senyawa organik yang bersifat asam
sehingga, senyawa tersebut dapat menurun kan pH di dalam rongga mulut. (2)
Membentuk dan menyimpah polisakarida intraseluler dari karbohidrat, yang
kemudian akan dipecah oleh bakteri sehingga akan memproduksi asam amino
secara terus menerus. (3) Memiliki kemampuan dalam membentuk polisakarida
ekstraseluler (dekstran) yang akan memproduksi senyawa-senyawa yang bersifat
adhesive dan kohesif di permukaan gigi. (4) Memiliki kemampuan dalam
menggunakan glikoprotein dari saliva yang ada di permukaan gigi. Dalam hal
tersebut, Steptococcus mutan dikatakan sebagai peran utama yang aktif dalam
proses terjadinya karies gigi dengan bantuan bakteri. Sehingga, salah satu cara
pencegahannya dengan metode imunisasi. Metode tersebut terjadi karena adanya
interaksi satu tipe eitop dengan sebuah klon limfosit B yang ada di dalam darah.
Selain itu, metode imunisasi yang digunakan dilakukan dengan tindakan
imunisasi pasif. Imunisasi pasif tersebut menggunakan bantuan antibodi
monoklonal secara tropical. Peran dan teknik dari antibodi monoklonal, telah
dikembangkan Kohler dan Milsten pada 1975. Teknik tersebut memberikan
tempat untuk berkembangnya populasi klon dari sel yang mengasilkan antibodi
dengan spesifikasi tertentu. Antibodi yang digunakan dalam pencegahan karies
gigi adalah antibodi monoklonal S.mutans 1 © 67 kDa. Mekanismenya, antibodi
10
monoklonal S. mutans akan diikat dengan S.mutans serotipe c (specific adherene
pathogen terhadap organ tubuh), dengan berat molekul 67 kDa kemudian akan
diformulasikan pada sel bakteri yang memiliki sifat hidrofobik sebagai adhesin.
Selanjutnya, S. mutans akan menghentikan aktivitas antigen penyebab muncunya
penyakit caries pada gigi. Prosesnya, antigen yang telah disiapkan kemudian
akan dicerna oleh magrofag dengan cara melapisi permukaan antigen dengan
antibodi monoklonal S.mutans 1 © 67 kDa. Kemudian penyebab karies gigi akan
di bunuh dan dihilangkan oleh netrofil dan komplemen dari gingiva. Dalam
proses tersebut, S. mutans secara efektif akan menurunkan resiko terjadinya gigi
karies pada gigi.
g. Aplikasi Sistem Pakar
Sebagai manusia biasa seorang dokter gigi bisa saja melakukan kesalahan
pada hasil diagnosa. Untuk itu Ilmu informatika merancang suatu sistem yang
berpengetahuan Pakar tetapi memiliki kapasitas dan daya tahan lebih kuat, yaitu
Sistem pakar diagnosis penyakit gigi dan mulut pada manusia.
11
2.2.4 Penerapan Teknologi dan Bioinformatika
12
b. Bioinformatika untuk Identifi-kasi Agen Penyakit Baru
Bioinformatika dapat menjadi sarana untuk mengidentifikasi agen penyakit
yang belum diketahui penyebab-nya. Akhir–akhir ini banyak penyakit yang
muncul, di antaranya yaitu SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Awal mulanya, penyakit ini diduga influenza karena gejalanya mirip dengan
gejala influenza. Ternyata dugaan ini salah karena virus SARS terpisah dari pasien
dan virus influenza sebaliknya. Perkiraan lain penyakit ini disebabkan oleh jamur
Candida karena jamur ini terpisah dari pasien. Tetapi perkiraan ini juga salah.
Akhirnya ditemukan bahwa sebagian besar pasien SARS terpisah virus yang
bentuknya mirip dengan virus Corona. Urutan DNA pada genom virus ini
kemudian dibaca dan hasil analisisnya menunjukkan bahwa penyebab SARS adalah
virus Corona yang telah mengalami perubahan di dalam kromosom bila
dibandingkan dengan virus Corona yang ada selama ini.
Pada basis data bank-bank gen, EMBL (European Molecular Biology
Laboratory) dan DDBJ (DNA Data Bank of Japan) telah memiliki urutan data
DNA beberapa virus corona yang digunakan untuk mendesain rangkaian primer
pada amplifikasi DNA virus SARS. Perangkat lunak yang biasanya digunakan
untuk mendesain primer tersedia gratis mdan komersial. Contoh yang gratis
adalah Webprimer, GeneWalker dan sebagainya. Untuk yang komersial ada Primer
Disainer dan perangkat-perangkat lunak untuk ana lisis DNA lainnya seperti
Sequencher (GeneCodes Corp.), SeqMan II (DNA STAR Inc.), Genetyx
(GENETYX Corp.), DNASIS (HITACHI Soft-ware) dan lain-lain.
Hasil proses pencarian kesamaan urutan DNA (homology alignment) virus
SARS dengan vi-rus lainnya memperlihatkan bahwa genom virus Corona penyebab
SARS berbeda dengan virus Corona lainnya. Bioinformatika dapat digunakan
untuk analisis sejauh mana suatu virus berbeda dengan virus lainnya.
c. Bioinformatika untuk diagnosa penyakit baru
13
akan mempengaruhi kebijakan yang diambil terhadap penyakit tersebut . Pada
kasus SARS, gejala yang muncul mirip dengan gejala flu, sehingga dari gejala
saja tidak bisa dibedakan apakah dia mengidap SARS atau mengidap flu.
Ada beberapa cara untuk diagnosa suatu penyakit. Diantaranya isolasi agent
penyebab penyakit tersebut dan analisa morfologinya, deteksi antibodi yang
dihasilkan dari infeksi dengan teknik enzyme- linked immunosorbent assay
(ELISA), dan deteksi gen dari agent pembawa penyakit tersebut dengan
Polymerase Chain Reaction (PCR). Isolasi agent pembawa penyakit
memerlukan waktu yang lama. Teknik ELISA bisa dilakukan dalam waktu yang
pendek, namun untuk tiap-tiap penyakit kita harus mengembangkan teknik
tersebut terlebih dahulu. Untuk pengembangannya ini memerlukan waktu yang
lama.
Yang banyak dipakai saat ini adalah teknik PCR. Teknik ini simpel, praktis
dan cepat. Yang penting dalam teknik PCR adalah design primer untuk
amplifikasi DNA. Untuk mendesign primer ini diperlukan data sekuen dari
genom agent yang bersangkutan dan software seperti yang telah diuraikan di
atas. Di sinilah Bioinformatika memainkan peranannya. Untuk agent yang
mempunyai genom RNA, harus dilakukan reverse transcription (proses sintesa
DNA dari RNA) terlebih dahulu dengan menggunakan enzim Reverse
transcriptase. Setelah DNA diperoleh baru dilakukan PCR. Dua step reverse
transcription dan PCR ini bisa dilakukan sekaligus dan biasanya dinamakan RT-
PCR.
Karena PCR ini hanya bersifat kualitatif, sejak beberapa tahun yang lalu
telah dikembangkan teknik Real Time PCR yang bersifat kuantitatif. Dari hasil
Real Time PCR ini bisa ditentukan kuantitas suatu agent di dalam tubuh
seseorang, sehingga bisa dievaluasi tingkat emergensinya. Pada Real Time PCR
ini selain primer diperlukan probe yang harus didesign sesuai dengan sekuen
agent yang bersangkutan. Di sini juga diperlukan software atau program
Bioinformatika.
14
Untuk penyakit SARS sendiri sekarang telah tersedia kit RT-PCR yang
dikembangkan oleh Takara Bio Inc., dengan nama komersial CycleaveRT-PCR
SARS virus Detection Kit. Selain itu Roche Diagnostics juga juga tengah
mengembangkan kit untuk deteksi virus SARS. Keberhasilan pengembangan kit
ini tidak terlepas dari didorong kemajuan Bioinformatika.
Karena itu analisa struktur dan fungsi enzim ini biasanya difokuskan pada
analisa asam amino yang berperan untuk aktivitas (active site) dan untuk
kestabilan enzim tersebut. Analisa ini dilakukan dengan cara mengganti asam
amino tertentu dan menguji efeknya. Sebelum perkembangan Bioinformatika,
analisa penggantian asam amino ini dilakukan secara random sehingga memakan
waktu yang lama. Dengan adanya Bioinformatika, data-data protein yang sudah
dianalisa bebas diakses oleh siapapun, baik data sekuen asam amino-nya seperti
yang ada di SWISS-PROT (http://www.ebi.ac.uk/swissprot/) maupun struktur
3D-nya yang tersedia di Protein Data Bank (PDB) (http://www.rcsb.org/pdb/).
Dengan database yang tersedia ini, enzim yang baru ditemukan bisa
dibandingkan sekuen asam amino-nya, sehingga bisa diperkirakan asam amino
yang berperan untuk active site dan kestabilan enzim tersebut. Hasil perkiraan
kemudian diuji di laboratorium. Dengan demikian, akan lebih menghemat waktu
dari pada analisa secara random.
15
Setelah penemuan asam amino yang berperan sebagai active site dan untuk
kestabilan enzim tersebut, kemudian dicari atau disintesa senyawa yang bisa
berinteraksi dengan asam amino tersebut. Sebelumnya pencarian atau sintesa
senyawa juga dilakukan secara random. Dengan data yang tersedia di PDB, bisa
dilihat struktur 3D suatu enzim termasuk active site-nya, sehingga bisa
diperkirakan bentuk senyawa yang akan berinteraksi dengan active site tersebut.
Dengan demikian, kita cukup hanya mensintesa senyawa yang diperkirakan akan
berinteraksi, sehingga obat terhadap suatu penyakit akan jauh lebih cepat
ditemukan dari pada mencari secara random. Cara ini dinamakan “docking” dan
telah banyak digunakan oleh perusahaan farmasi untuk penemuan obat baru.
16
Bioinformatika untuk mengidentifikasi agen penyakit baru.
Bioinformatika dapat membantu dalam menemukan penyebab dari SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrom). Analisis sekuen gemon telah menunjukkan bahwa
SARS disebabkan oleh virus corona yang sudah bermutasi. Dari hasil pencarian
kesamaan urutan DNA (homology alignment) virus SARS dengan virus lain
menunjukkan bahwa genom virus corona penyebab SARS tidak sama dengan virus
corona lainnya.
Bioinformatika untuk diagnosis penyakit baru
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit baru
diantaranya yaitu dengan isolasi agen penyebab penyakit beserta analisis
morfologinya, hasil infeksi dengan teknik ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assay ) dan deteksi agen peneyebab penyakit dengan PCR (olyme-rase Chain
Reactio) (Teresa, 2006).
Bioinformatika dalam metode komputasi pada polifarmakologi
Perkembangan bioteknologi dalam bidang farmakologi memunculkan penerapan
yang kompleks ntuk menemukan obat dapat dilakukan dengan menemukan zat
yang bisa menekan perkembangbiakan suatu agen penyebab penyakit. Enzim –
enzim yang diperlukan untuk perkembiakan suatu agen dianalisis struktur dan
fungsinya, lalu di sintesis zat atau senyawa yang dapat menekan fungsi dari enzim
tersebut (Teresa,2006).
Bioinformatika membantu dalam indentifikasi penemuan bakteri dan mikroba
dalam pembentukan limbah.
Bakteri yang dimaksud yaitu Deinococcus radiodurans, bakteri ini memiliki
kemampuan untuk memperbaiki DNA yang rusak dan fragmen kecil dari
kromosom dengan mengisolasi bagian-bagian yang rusak dalam ruangan berbentuk
seperti cincin. Untuk membersihkan lingkungan dari kimia organik maupun logam-
logam berat yang berasal dari limbah radioaktif dilakukan dengan memasukkan gen
dari bakteri lain ke bakteri Deinococcus radioduran. (Edi, 2017)
17
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
Daftar Pustaka
Hapsari, N.F., Ismail, A. & Santoeso, O. 2014. Pengaruh konsumsi keju cheddar 10 gram
terhadap ph saliva-studi terhadap mahasiswa kedokteran gigi Universitas Islam Sultan
Agung Semarang. Odonto Dental Journal, 1(1), 34-38.
Jiang, R. Zhang, X. Zhang, M. Q. 2013. Basics of Bioinformatics: Lecture Notes of the Graduate
Summer School on Bioinformatics of China. Beijing :Springer.
Jumanto, Machmud, M., & Manzila, Ifa. Produksi anibodi monoklonal (McAb) untuk deteksi
virus kerdil hampa padi: produksi hibridoma penghasil McAb. Jumanto et al.: Produksi
Antobodi Monoklonal (McAb).
Nisa, T. D. Primartha, R. 2014. Diagnosis Penyakit Gigi Periodontal Menggunakan Sistem Pakar
Fuzzy. Jurnal Generic. Vol 9 (1).
Nurzaman, Destiani D. Dhamiri, D. J. 2012. Pembangunan aplikasi sistem pakar untuk diagnosis
penyakit gigi dan mulut pada manusia. Jurnal Algoritma.vol 9 (12).
19
Utama, A. 2003. Peranan bioinformatika dalam dunia kedokteran. Ilmu Komputer.com. Diambil
dari: http://www.komputasi.lipi.go.id/data/1014224403/data/1110939555.pdf (diakses
pada 13 September 2018).
Utama, M.D, (2016). Gigi tiruan implant dan overdenture pengertian dasar dan prosedur
pembuatan. Makassar : CV. Menara Intan.
Wargasetia, T. L. 2006. Peran Bioinformatika dalam Bidang Kedokteran. JKM. vol 5 (2).
20