Kelompok 2.5 :
Henry Evandore
(41150013)
Yemima Kenia A
(41150019)
Mia F Tamara
(41150020)
I Made Fajar S H
(41150079)
Yessica
(41150081)
Alferio Yugo S
(41150082)
Jane P D Rumere
(41150083)
BAB 1
DASAR TEORI
ENZIM
Enzim adalah polimer biologis yang mengatalisis reaksi kimia yang memungkinkan
berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Dan kebanyakan enzim adalah protein,
pengecualian yang penting mencakup RNA ribosom dan beberapa molekul RNA
pemutusan-diri (self-cleaving) dan penjalinan-diri (self-splicing) yang secara kolektif disebut
ribozim.
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan urut-urutan
yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul
nutrient, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan yang membuat
makromolekul sel dari prekursor sederhana. Selain sangat efisien, enzim juga merupakan
katalis yang sangat efektif. Enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi yang dikatalisis
maupun satu substrat atau sekelompok kecil substrat yang berhubungan.
Di antara sejumlah enzim yang berpartisipasi di dalam metabolisme, terdapat
sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur, yang dapat mengenali berbagai
isyarat metabolik dan mengubah kecepatan katalitiknya sesuai dengan isyarat yang diterima.
Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan baik, menghasilkan suatu hubungan
yang harmonis di antara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda, yang diperlukan untuk
menunjang kehidupan.
SALIVA
Saliva mengandung sekresi serosa dan mucus. Saliva merupakan sekresi yang
dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar liur utama yang terletak diluar rongga mulut yaitu, kelenjar
parotis, submandibularis, sublingualis; selain itu, juga ada beberapa kelenjar bukalis yang
kecil. Saliva mengandung 99,5% air dan0,5% elektrolit dan protein.
Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama :
1. Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu
Pertama, empedu memainkan peran penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, bukan
karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam
empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu dalam empedu
melakukan dua hal :
1. Mereka membantu mengemulsi partikel-partikel lemak yang besar dalam makanan
menjadi banyak partikel kecil, permukaan pertikel tersebut dapat diserang oleh enzim
lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, dan
2. Mereka membantu absorpsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalui membran
mukosa intestinal.
Kedua, empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengekskresi beberapa produk buangan
yang penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.
BAB 2
PERSIAPAN PRAKTIKUM
I. Enzim
A. Alat dan Bahan:
BA
1 tetes larutan
BA
o Amilum 1%
o Iodium
o Tepung
kedelai
o Fenol merah
Tambahkan sepucuk sendok tepung
kedelai
Teteskan asam ase
o Saliva saring
Larutan
HCl
Penangaso(suhu
60oC)
o Tabung reaksi
o Asam cuka
o Waterbath/penangas
o Larutan ureum
o Kertas saring
o Aquades
o Bongkahan es
o Pengaduk kaca
B. Cara Kerja
1) Percobaan Amilase
1. Siapkan 3 seri tabung reaksi (A, B, C), dengan masing-masing seri
berisi 4 tabung sebagai berikut
43
2. Vortex setiap tabung dari semua seri sampai larutan tercampur rata
3. Letakkan tabung-tabung seri A di suhu ruangan, seri B di icebox, dan
seri C di waterbath 37oC
4. Setiap tabung dari semua seri diambil 1 tetes dan diteteskan pada
droplet. Teteskan setiap tetes larutan tersebut dengan iodium. Lihat
perubahan warna
4.
5.
6. Kocok.
7. Diamkan beberapa menit. Lihat perubahan yang terjadi.
II.
Saliva
A. Alat dan Bahan
o Saliva
o Larutan biuret
o Larutan molisch
o Asam asetat encer
o Kertas saring
B. Cara Kerja
o H2SO4 pekat
o Tabung reaksi
o pH meter
o Pipet ukur
o Pipet tetes
Mengukur pH
saliva sebagai pH
awal
Menyiapkan 4
tabung reaksi
(SA,SB, SC dan
SD) masukkan 2
mL saliva saring
III.
Empedu
A. Alat dan Bahan
o Larutan empedu encer
o Larutan asam nitrat (HNO3) pekat
o Larutan sukrosa 5%
o Asam sulfat (H2SO4) dalam beuret
o Tabung reaksi
o Pipet volumetrik
o Air suling
o Minyak goreng
B. Cara Kerja
1) Uji Gmelin
Sediakan 1 tabung
reaksi, masukkan 3
mL HNO3 pekat
Miringkan tabung,
alirkan hati-hati 3 mL
larutan empedu encer
melalui dinding
tabung dengan pipet
2) Uji Pettenkofer
Sediakan 1
tabung reaksi,
masukkan 5 mL
larutan empedu
encer
Miringkan tabung,
dengan hati-hati
alirkan 3 mL asam
sulfat pekat melalui
dinding
Tambahkan 5
tetes larutan
sukrosa 5%
3) Uji emulgator
Sediakan 2 tabung
reaksi (labeli dengan
A dan B)
Pada tabung A
masukkan 3 mL
aquades dan tabung
B masukkan 3 mL
larutan empedu encer
Tambahkan 1 tetes
minyak pada setiap
tabung. Kemudian,
kocok tabung & amati
perubahannya
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
I.
Percobaan Amilase
No
.
Nama
Tabung
Menit ke-0
A1
Kuning kebiruan
Warna Tetesan
Menit ke-10
Kuning
kebiruan
Menit ke-20
Kuning iodium
2
3
4
A2
A3
A4
Biru kehitaman
Kuning bintik biru
Biru kehitaman
B1
6
7
B2
B3
Biru kehitaman
Kuning bintik biru
B4
C1
10
C2
Biru kehitaman
11
C3
Biru kehitaman
12
C4
Biru kehitaman
II.
Biru
Kuning gelap
Biru
Kuning bintik
biru
Kuning gelap
Kuning gelap
Biru
pinggiran
kuning
Kuning bintik
biru
Biru
Kuning
kebiruan
Kuning
kebiruan
Biru
Kuning bintik biru
Biru
Kuning iodium
Biru
Kuning bintik biru
Biru pinggiran
kuning
Kuning iodium
Biru
Kuning bintik biru
Biru pinggiran
kuning
Percobaan Urease
Larutan
Fenol merah
Asam cuka
Tepung kedelai
Endapan
A (Ureum)
Merah muda
Kuning
Merah muda
Ada
B (Aquades)
Kuning
Kuning
Kuning
Ada
Warna Awal
Uji Biuret
Uji Molisch
Diberi
H2SO4
Bening
Ungu
Diberi
Asam
Asetat
-
Bening
Bening
bening
IV.
pH saliva : 8
Warna awal
Bening
Terbentuk
endapan
protein
-
Percobaan Pettenkofer
Larutan
Warna awal
Empedu
encer
Hijau muda
VI.
Percobaan Gmelin
Larutan
HNO3
V.
Putih keruh
dan
terdapat
endapan
hitam
Ada
endapan,
susuan
warna dari
atas ke
bawah :
putih, cincin
ungu, cincin
coklat, hijau
Setelah ditetesi
sukrosa (5 tetes)
Warna belum
berubah (hijau
muda)
Percobaan Emulgator
No.
Nama Tabung
1
2
A
B
Sebelum ditetesi
minyak
Bening
Hijau
BAB IV
PEMBAHASAN
I.
Percobaan Amilase
10
Berdasarkan teori, enzim hanya dapat bekerja pada substrat apabila suhu dari
medium enzim tersebut optimal, yaitu 37oC (suhu tubuh). Pada suhu di bawah
37oC enzim menjadi inaktif, sedangkan pada suhu di atas 37 oC enzim akan
mengalami denaturasi sehingga kehilangan sifat enzimatisnya. Setiap enzim
memiliki pH optimal yang khas dan bervariasi. Dalam hal ini, pH yang optimal
bagi enzim amilase berdasarkan teori berkisar antara 6,8-7 (netral). Namun,
ada lagi yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu kofaktor (zat dari
bahan organik yang berperan mempercepat reaksi).
Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa tabung nomor 1 dalam
setiap seri mengalami perubahan warna paling cepat yang mendekati warna
kuning iodium, yaitu menandakan bahwa enzim amilase sudah berhasil
memecah amilum. Hal ini dikarenakan tabung nomor 1 pada setiap seri
dicampurkan dengan amilum matang, saliva saring, dan HCl. Amilum yang
matang sudah terhidrolisis, sehingga mudah bagi enzim amilase untuk bekerja
pada amilum tersebut. Saliva saring mengandung enzim amilase yang
berfungsi memecah amilum menjadi lebih sederhana. HCl pada tabung-tabung
dengan label 1 dalam percobaan ini berperan untuk menyumbang Cl- sebagai
kofaktor yang dapat mempercepat reaksi enzimatis. Oleh karena itu, tabungtabung yang memiliki label 1 perubahan warnanya mendekati iodium lebih
cepat, sesuai dengan teori.
Tabung dengan nomor 1 dan 3 dari setiap seri terlihat mengalami perubahan
warna mendekati warna iodium dengan lebih cepat karena tabung nomor 1 dan
3 menggunakan saliva saring yang mengandung enzim amilase yang berguna
untuk memecah amilum. Namun, tabung nomor 1 lebih cepat daripada tabung
nomor 3 karena tabung nomor 3 menggunakan amilum segar yang ikatan
kimianya belom terhidrolisis, sehingga masih agak sulit bagi enzim amilase
untuk bekerja memecah amilum segar tersebut.
Tabung dengan nomor 2 dan 4 menghasilkan warna yang biru setelah
ditetesi iodium karena pada tabung tersebut tidak ditambahkan saliva saring,
namun ditambahkan dengan H2O, sehingga H2O berikatan dengan larutan
iodium dan menghasilkan warna yang biru.
Percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
kerja enzim tidak menunjukkan hasil yang sesuai teori, karena menurut teori
seharusnya tabung seri A dan C yang diletakkan pada suhu kamar dan
waterbath 37oC mengalami perubahan warna mendekati iodium dengan lebih
cepat, terutama tabung pada seri C karena enzim bekerja optimum pada suhu
37oC Namun pada percobaan kami, tabung pada seri B yang diletakkan pada
icebox juga mengalami perubahan warna mendekati warna iodium dalam waktu
yang sama. Padahal berdasarkan teori, enzim tidak dapat bekerja pada suhu
11
yang terlalu dingin. Hal ini disebabkan karena pada saat penambahan HCl pada
tabung nomor 1 dan 3 yang seharusnya sebanyak 1 tetes, kami menambahkan
HCl sebanyak 3 tetes, maka reaksi yang terjadi pada tabung 1 seri A dan B juga
mengalami perubahan warna menjadi sama dengan iodium lebih cepat
(waktunya sama dengan tabung 1 seri C).
II.
Percobaan Urease
2NH3 + CO2
12
Percobaan Saliva
Uji Biuret bertujuan untuk melihat ada tidaknya protein dalam saliva yang
diuji, uji Biuret memiliki hasil reaksi positif apabila larutan berwarna ungu ketika
ditambahkan larutan biuret. Hasil uji biuret yang kami lakukan dalam praktikum
menunjukkan hasil positif yang berarti sampel saliva yang diuji mengandung
protein. Hal tersebut terbukti dari warna ungu yang terbentuk pada larutan.
Pada Uji Molisch yang dilakukan pada tabung dengan label B dalam
percobaan kami menggunakan larutan molisch serta larutan H 2SO4 pekat. Uji ini
dapat dibuktikan berdasarkan pembentukan furfural atau turunan-turunan dari
karbohidrat yang didehidrasi oleh asam pekat. Asam pekat yang digunakan
dalam percobaan kami adalah asam sulfat pekat (H 2SO4). Reaksi pembentukan
furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu
senyawa. Furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna
apabila direaksikan dengan -naftol/molisch. Berdasarkan teori, furfural apabila
ditambahkan asam sulfat pekat akan membentuk dua lapisan zat cair. Pada
batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan -naftol/molisch. Percobaan yang kami
lakukan sudah sesuai dengan teori, karena pada tabung B terbentuk furfural
ketika saliva ditetesi molisch. Setelah itu, terbentuk pula 2 lapisan zat cair yang
dipisahkan oleh cincin ungu di tengahnya setelah larutan ditambahkan dengan
asam sulfat pekat. Hasil percobaan kami tersebut menunjukkan bahwa dalam
sampel saliva terdapat karbohidrat. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu pada tabung.
Tabung yang diberi label C, yaitu saliva yang ditambahkan asam asetat
merupakan percobaan yang bertujuan untuk membuktikan bahwa di dalam
saliva terdapat zat yang bernama musin. Musin dalam saliva berguna sebagai
bahan dari mucus, yang berfungsi untuk melumasi makanan saat dicerna
dalam mulut. Penambahan asam asetat encer dalam percobaan ini akan
membentuk endapan putih yang bentuknya amorf atau tidak terlalu jelas.
Endapan putih itulah yang menunjukkan keberadaan dari musin dalam saliva.
Asam asetat dalam hal ini berfungsi untuk mengendapkan musin. Penambahan
asam akan mendenaturasi protein dalam musin sehingga strukturnya menjadi
tidak larut dan mengendap.
IV.
Percobaan Gmelin
13
Percobaan Pettenkofer
Percobaan Emulgator
Uji emulgator yang sudah kami lakukan bertujuan untuk membuktikan fungsi
empedu sebagai emulgator yang dapat dilihat dari hasil penetesan minyak,
yaitu emulsi dari minyak yang diteteskan pada empedu encer tersebut. Emulsi
adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling
sedikit dua fase
sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lain. Garam empedu bersifat
digestif dan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak.
Garam empedu sebagai emulgator berfungsi untuk memecah partikelpartikel lemak yang besar menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Hal ini
merupakan salah satu fungsi empedu yang berkaitan dengan sistem
pencernaan, yaitu untuk memecah lemak menjadi lebih sederhana supaya
bisa diserap oleh tubuh.
14
Pada tabung label A, dapat dilihat bahwa lemak tidak dapat larut di
dalam aquades. Hal ini sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori,
aquades bersifat polar sedangkan lemak bersifat nonpolar. Sehingga lemak
tidak dapat larut di dalam aquades. Apabila suatu larutan bersifat polar,
maka supaya bisa larut pelarutnya juga harus polar. Hal ini berdasarkan
teori juga berlaku bagi larutan dan pelarut nonpolar.
Pada tabung B, dapat dilihat bahwa lemak teremulsi di dalam empedu
encer. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa larutan empedu dapat
mengemulsi lemak. Hasil ini sudah sesuai teori karena berdasarkan teori,
empedu mengandung garam empedu yang berfungsi untuk melarutkan
lemak supaya dapat dicerna dalam tubuh.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, kesimpulan yang dapat
diambil antara lain:
15
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Rodwell, V. W. (2015). Harpers Illustrated Biochemistry (30th ed.). New York:
Mc-Graw Hill.
16
17