Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Urine :

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH
berkisar 4,8 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 1,035. Volume normal
perhari 900 1400 ml.

Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-
garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun
secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk speciesyang berbeda.
Jumlah urin yang diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air,
temperatur lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya
(Ganong, 2003).

Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi),


penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat zat (augmentasi). Proses filtrasi
terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal,
dan augmentasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang
beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah
dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma.
(Roberts, 1993).

Proses Terbentuknya Urine :


Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh
nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah
(air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk
kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine
primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus
proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap
kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga
terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi.
Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami
penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya
terbentuklah urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini
disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada
dinding kandung kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter
setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari
banyaknya ar yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urine
meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit.
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika
banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda.
Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau
dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari
warna bening sampai warna kuning pucat.

Komposisi Urine :
Air ( seperti urea )
Garam terlarut
Materi organik
Secara kimiawi kandungan zat dalam urine diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum,
kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badanketon zat
sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormone,
zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah
Kristal kapur dsb)
PROTEINURIA
Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu
lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal,
protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat
menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun
penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria
biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak
progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara
langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin
sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya
penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring
rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi
kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa
kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika
protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500
mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa
gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam
urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:
1.Filtrasi glomerulus
2.Reabsorbsi protein tubulus

Patofisiologi Proteinuria
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1.Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein
plasma normal terutama abumin.
2.Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3.Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam
jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4.Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk
inflamasi.

Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal
yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler
glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah
transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk
menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke
dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot
processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk
transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya
akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan
negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.
Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria
abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini biasanya sering dijumpai pada
diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi
monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang
disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi
protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).

Proteinuria Fisiologis
Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa
keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan
fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan
bersifat sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang
kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang
ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus
tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut
(positif palsu proteinuria masif).

Proteinuria Patologis
Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit
ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan
kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian proteinuria
adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi
ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.
Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali
disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengnadung
lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya
berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering pula dikatakan bila
protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.

Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup
lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3 jenis proteinuria patologis:
1.Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
2.Proteinuria tubular
3.Overflow proteinuria
1. Proteinuria Glomerulus
Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah
jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul
rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1).
Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma,
terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas
tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal
penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah. 2).
Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang
meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.
Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
a. Mikroalbuminuria
Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di urin 30-
300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria merupakan
marker untuk proteinuria klinis yang disertai dengan penurunan faal ginjal LFG (laju filtrasi
glomerulus) dan penyakit kardiovaskular sistemik. Pada pasien diabetes mellitus tipe I dan II,
kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan mikroalbuminuria sangat penting.
Hipotesis mengapa mikroalbuminuria dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskular
adalah karena disfungsi endotel yang luas. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya
hubungan peranan kegagalan sintesis nitrit oksid pada sel endotel yang berhubungan antara
mikroalbuminuria dengan risiko penyakit kardiovaskular.
b. Proteinuria Klinis
Pemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach
dan Biuret. Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.

2. Proteinuria Tubular
Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari, terdiri
atas -2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya
menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom
Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.

3. Overflow Proteinuria
Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi
rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain
Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya
mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus. Protein jenis
ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones
adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.

4. Proteinuria Isolasi
Adalah sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang
tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit sistemik.proteinuria ini hampir
ditemukan secara kebetulan dapat menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang
mungkin saja timbul karena posisi lordotik tubuh pasien. Proteinuria terisolasi dibagi dalam 2
kategori: 1) jinak dan 2) yang lebih serius lagi adalah yang mungkin tidak ortostatik dan
timbul secara persisten.
a. Proteinuria Isolasi Jinak
1. Proteinuria fungsional
Ini adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat pada pasien yang dirawat di rumah
sakit karena berbagai penyakit. Proteinuria tersebut adalah jenis glomerulus yang diyakini
disebabkan oleh perubahan hemodinamik ginjal yang meningkatkan filtrasi glomerulus
protein plasma.

2. Proteinuria transien idiopatik


Merupakan kategori proteinuria yang umum pada anak-anak dan dewasa muda, yang ditandai
dengan proteinuria yang timbul selama pemeriksaan urin rutin orang sehat tetapi hilang
kembali setelah pemeriksaan urin dilakukan kembali.

3. Proteinuria intermitten
Terdapat pada lebih dari separuh contoh urin pasien yang tidak mempunyai bukti penyebab
proteinuria. Prognosis pada kebanyakan pasien adalah baik dan proteinuria kadang-kadang
menghilang setelah beberapa tahun.

4. Proteinuria ortostatik (postural)


Pada semua pasien dengan ekskresi protein massif, proteinuria meningkat pada posisi tegak
dibandingkan posisi berbaring. Perubahan ortostatik pada ekskresi protein tampaknya tidak
mempunyai kepentingan diagnosis dan prognosis. Proteinuria sering terjadi pada usia dewasa
muda, jarang terdapat pada usia di atas 30 tahun.
Patofosiologi proteinuria ortostatik tidaklah diketahui. Walaupun biasanya prognosis
proteinuria ortostatik baik, persisten (non-ortostatik) proteinuria berkembang pada segelintir
orang.

b. Proteinuria Terisolasi yang Persisten/Menetap


Anamnesis secara lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk mencari penyakit
ginjal/sistemik yang menjadi penyebabnya.

Cara Mengukur Protein di Dalam Urin


Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan
bermakna.Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil positif
palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah.Urin yang sangat
encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung
albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu.Ini terutama sangat penting
untuk menentukan proteinBence Jones pada urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk
mengukur konsentrasi urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam
sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang sangat sensitif tersedia di
pasaran dengan kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan merupakan
petanda awal dari penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus
pada nefropati diabetik dini.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung dari mekanisme jejas pada
ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati
kapiler glomerulus, tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektifitas dinding glomerulus
mencegah transportasi albumin, globulin, dan protein dengan berat molekul besar lainnya
untuk menembus dinding glomerulus.Akan tetapi, jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran
protein plsama ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100kDal)
sementara foot processes dari epitel atau podosit akan memungkinkan lewatnya air dan solut
kecil untuk transport melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein
yang kaya akan glutamat, asam partat, asam sialat yang bermuatan negatif pada pH
fisiologis.Muatan negatif ini akan menghalangi transport molekul anion seperti albumin.
Pemilihan sampel urin
Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang 24 jam pada seseorang
akan memberikan hasil yang hampir sama dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun
meskipun pada hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan memberikan
hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda dengan urin siang atau malam.
Berbagai jenis sampel urin antara lain urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial, urin 24 jam
serta urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada pria
1. Urin sewaktu
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tak ditentukan secara
khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup baik
untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.
2. Urin pagi
Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur. Urin pagi lebih
pekat daripada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll.
Bagi kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan kehamilan berdasarkan adanya
hormon human chorionic gonadotrophin (HCG) di dalam urin.
3. Urin postprandial
Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam setelah makan.
Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa di dalam urin)

Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat
membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering
dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan
menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang
diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan
kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain (1) pemeriksaan visual. Urin
mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah
dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa,
dan warna abnormal. (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila
substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan
mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas
normal atau tidak
(Ganong 2002).

Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah
bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning
pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi,
misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir)
berkisar pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi
daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi
juga tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang
memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-
obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan
kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga
mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi
sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu
menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun
tidur) bersifat lebih asam. (Evelyn 1993). Berikut ini cara mengetahui pH urin dapat dilihat
pada Gambar

Urine normal merupakan suatu larutan yang sangat kompleks, sebagian terdiri atas produk-
produk sisa proses metabolisme. Senyawa normal yang terdapat dalam urin antara lain, urea,
kreatinin, asam urat, kalium, chloride, kalsium.
Sedangkan zat-zat abnormal dalam urine adalah :

1. Protein, yang secara normal dalam sehari tidak lebih dari 30-200 mg yang
diekskresikan, jika ekskresi naik disebut proteinuria.
2. Gula, normal tidak lebih dari 1 gr sehari, bila diuji dengan benedict hasilnya negative.
Bila ekskresi lebih besar disebut glukosuria, misalnya pada penyakit diabetes militus.
3. Benda-benda keton, normal hanya 3-15 mg perhari. Ekskresi naik pada kelaparan,
gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan.
4. Darah, pada penyakit-penyakit tertentu mungkin terdapat darah dalam urin, keadaan
ini disebut hematuria. Bila darah pecah, maka hemoglobin keluar dan adanya
hemoglobin dalam air kencing disebut hemoglobulinuria.
5. Billirubin dan garam-garam folat.
B. UNSUR SEDIMEN URIN

Unsur-unsur sedimen terbagi dalam 2 golongan yaitu unsure organic dan anorganik.

1. Unsur organic

adalah unsur yang berasal dari suatu organ atau jaringan, dan unsure anorganik adalah unsur
yang tidak berasal dari jaringan. Unsur organic lebih bermakna daripada unsure anorganik.
Contoh unsur organic: sel epitel, eritrosit, leukosit, silinder, mikroorganisme (jamur, ragi
bakteri), spermatozoa.

2. Unsur anorganik

Dibedakan menjadi kristal-kristal normal dalam urin antara lain: asam urat, kalsium oksalat,
urat ammorf, tripel fosfat dan kristal-kristal abnormal antara lain: bilirubin, tirosin dan
leucine.

Proses pembentukan urin


1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul
Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam
terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding
dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit). Proses filtrasi terjadi karena
adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik
plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga
mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori
endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng
filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian
tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal.
Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang
direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan
sebagian urea. Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam
amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan
H2O terjadi di tubulus kontortus distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah)
masuk ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion
Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu,
filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis
dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung
henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus
kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH
(hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+,
urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder
yang memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urin.
3. Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui
ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan
sementara urin.

Tes glukosa urine merupakan tes atau pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui
ada/tidaknya glukosa yang terkandung di dalamnya. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan
penyaring dalam urinalisis.
Tujuan tes ini adalah untuk mendiagnosis ada atau tidaknya glukosa di dalam urine.Teori
Pemeriksaan glukosa pada urine ini menggunakan tes reduksi. Hal ini dilakukan dengan
memanfaatkan sifat glukosa yang mudah mereduksi zat lain. Untuk menyatakan adanya
reduksi, zat yang paling sering digunakan adalah zat yang mengandung garam cupri dan
reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict = glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam
benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict
tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna
seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak
akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah atau tetap seperti semula.Hati-hati =
tes reduksi ini tidak spesifik. Hal tersebut dikarenakan ada zat lain yang juga mempunyai
sifat pereduksi seperti monosakarida (galaktosa, fruktosa, pentosa), disakarida (laktosa), dan
beberapa zat bukan gula (asam homogentisat, formalin, salisilat kadar tinggi, vitamin
C).Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam
hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap
dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton
bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu
kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative
karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas)

Anda mungkin juga menyukai