Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

NAMA STAMBUK

: NOVITASARI : 10 777 019

NAMA NO. STAMBUK : KELOMPOK INSTRUKTUR : :

: III

NOVITASARI

10 777 019 Evana Yuslimah S.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

2011
GASTROENTEROHEPATOLOGI I. EMPEDU Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan di dalam kandung empedu. Selama pencernaan, kandung empedu berkontraksi dan menyalurkan empedu ke usus kecil. Banyaknya empedu yang disalurkan tergantung dari : Jenis makanan, makin banyak makanan (lemak) maka makin banyak empedu Susunan empedu dalam hati Faktor makanan Faktor hormonal

Perangsangan empedu tergantung dua factor : Sebelum masuk ke usus kecil empedu bercampur dahulu dengan getah pancreas. Empedu bereaksi alkalis. Diantara bahan-bahan terpenting yang terdapat didalam empedu adalah garam-garam empedu (natrium glikokolat dan taurokolat), pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam organic. Empedu merupakan campuran sekresi dan ekskresi. Bahan yang disekresi misalnya garam-garam empedu dan yang diekskresi adalah pigmen-pigmen empedu dan kolesterol. Garam-garam empedu membantu proses pencernaan dan penyerapan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Aktivitas tadi disebabkan karena : 1. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan membantu emulsifikasi lemak sehingga memudahkan pencernaan 2. Garam empedu berikatan dengan asam lemak membentuk suatu kompleks yang lebih mudah larut dan diserap Disamping mensekresikan zat yang disintesis oleh hepar sendiri, sel-sel hepar juga mengekskresikan sejumlah zat yang dibentuk ditempat lain di dalam tubuh. Diantaranya yang terpenting adalah bilirubin, yang merupakan salah satu produk akhir utama pemecahan haemoglobin. Dimana bila sel darah merah telah melewati masa hidupnya, rata-rata 120 hari, maka membran sel darah merah pecah dan melepaskan hemoglobin yang difagositosis oleh sel-sel retikuloendoteloial system di seluruh tubuh. Disini hemoglobin akan dipecah menjadi hem dan globin, lalu cincin hem cepat dikonversi menjadi bilirubin yang dilepaskan

kedalam plasma atau disebut bilirubin I. Kemudian ada juga yang dikonjugasi oleh sel hepar menjadi bilirubin II yang dieksresikan oleh transpor aktif kedalam empedu. 1. PERCOBAAN-PERCOBAAN EMPEDU A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan sifat-sifat fisis dan reaksi empedu (konsistensi, warna, bau dan PH empedu) 2. Menentukan ada tidaknya emulsi yang terjadi antara empedu dan zat pelarut seperti minyak dan air 3. Menyatakan pigmen empedu dengan beberapa test seperti Gmellins test, Rosenbach Modification Gmallins test dan smiths test yang masing-masing memliki zat pelarut tertentu. 4. Menentukan apakah empedu terkonyugasi (larut dalam air) dengan menggunakan reaksi Van den Berg 5. Untuk menyatakan garam empedu dengan melihat perubahan warna yang terjadi dengan menggunakan Pattenkoffers test 1. Sifat-sifat Fisis dan Reaksinya a. Catatlah warna, bau dan konsistensinya b. Tentukan pH-nya c. Berat jenis dengan urinometer HASIL PERCOBAAN EMPEDU PEKAT CAIR KESIMPULAN : Dari hasil percobaan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa : Empedu yang pekat menghasilkan warna yang lebih coklat dan baunya menyengat serta PH yang terukur 8,31. Empedu yang cair menghasilkan warna kuning dan tidak berbau serta tidak ada PH yang terukur. WARNA LEBIH COKLAT KUNING BAU MENYENGAT TIDAK BERBAU PH 8,31

2. Percobaan Emulsi dengan Empedu a. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml minyak dan 10 ml air b. Kedalam tabung reaksi yang lain dimasukkan 1 ml minyak, 9 ml air dan 1 ml empedu. Kedua tabung reaksi ini dikocok kuat-kuat & tempatkanlah untuk beberapa lama dirak tabung reaksi. Perhatikanlah emulsi yang terjadi. HASIL PERCOBAAN EMPEDU, ZAT PELARUT LAIN DI MASUKKAN EMPEDU,MINYAK,AIR, TIDAK DIMASUKAN EMPEDU,MINYAK,AIR KESIMPULAN : Dari hasil percobaan di atas bahwa : Pada tabung A yang di masukkan empedu dan zat pelarut minyak dan air tidak terjadi emulsi, sedangkan Pada tabung B yang tidak dimasukkan zat pelarut minyak dan air terjadi emulsi. TABUNG A B EMULSI TIDAK TERJADI EMULSI TERJADI EMULSI

3. Percobaan untuk Menyatakan Pigmen Empedu a. Gmellins test Kedalam tabung reaksi yang kering dimasukkan asam nitrat pekat (HNO3) pekat kemudian dituangkan empedu sebanyak 2 ml secara hati-hati sehingga membentuk lapisan bawah. Pada batas antara kedua larutan itu akan terdapat suatu cincin berwarna biru, violet sampai merah. Ulangi percobaan ini dengan menggunakan empedu yang telah diencerkan. b. Rosenbach Modification Gmallins Test

diambil sepotong kertas saring dan dibasahi dengan aquadest. Setelah itu, ditetesi beberapa tetes empedu diatas kertas saring yang telah dibasahi. Kemudian ditetesi lagi dengan 1 2 tetes asam nitrat (HNO3) pekat. Perhatikanlah warna yang terjadi. c. Smiths Test Kedalam tabung reaksi dimasukkan empedu yang sudah diencerkan. Kemudian ditetesi larutan iodium 0,5% dalam alcohol, sehingga membentuk lapisan atas. Perhatikan warna cincin yang terbentuk pada batas kedua lapisan tersebut. HASIL PERCOBAAN a) Gmellins test Tabung 1 2 Empedu, zat pelarut lain Dimasukkan Empedu pekat,asam nitrat pekat (HNO3) Dimasukkan Empedu cair, asam nitrat pekat (HNO3) Cincin lapisan Terbentuk terbentuk Warna biru menjadi merah Tidak terbentuk warna

KESIMPULAN Dari hasil percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan : Pada tabung 1 yang dimasukkan empedu pekat,asam nitrat pekat (HNO3) terbentuknya cincin lapisan dan terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah Pada tabung 2 yang dimasukkan empedu cair, asam nitrat pekat (HNO3) juga terbentuk cincin lapisan tetapi tidak terbentuk warna b) Rosenbach Modification Gmallins Test ALAT Kertas saring EMPEDU ZAT PELARUT LAIN Empedu pekat, Aquades,HNO3, WARNA Biru ke hijauan

KESIMPULAN Empedu yang ditetesi di atas kertas saring yang telah di basahi menggunakan aquades kemudian di tetesi lagi dengan 1-2 tetes HNO3 (asam nitrat) maka akan membentuk warna biru kehijauan. c) Smiths Test TABUNG A EMPEDU,ZAT PELARUT LAIN Dimasukan empedu cair, iodium CINCIN LAPISAN terbentuk WARNA orange

KESIMPULAN Dari hasil percobaan diatas, Pada tabung A yang dimasukan empedu cair, iodium terbentuk cincin lapisan yang berwarna orange 4. Reaksi Van den Berg Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml empedu dan 10 ml air, lalu dicampur. Kemudian ditambahkan 1 ml reagen diazo dari ehrlich yang segar. Perhatikan warna yang timbul. Reaksi ini adalah dasar penentuan bilirubin dengan serum. HASIL PERCOBAAN TABUNG A EMPEDU,LARUTAN Empedu pekat,Reagen diazo (bilirubin direct),AIR WARNA Merah muda TERJADI Terjadi konyugasi (larut dalam air)

KESIMPULAN Pada tabung A yang dimasukkan 1ml empedu dan 10 ml air, lalu dicampur kemudian ditambahkan 1ml reagen diazo akan membentuk warna merah muda, ini menandakan empedu larut dalam air (terkoyugasi).

5. Percobaan Menyatakan Garam Empedu (Pattenkoffers Test) Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml empedu yang telah diencerkan dan 5 tetes larutan sukrosa 5%. Tuangkan 2 ml asam sulfat pekat perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan bawah. diperhatikan warna cincin yang terbentuk pada batas kedua larutan. Dasar reaksi adalah pembentukan furfural dari sukrosa. Reaksi mana lagi yang mempunyai dasar yang sama? Apa bedanya ? Jawab : TABUNG A EMPEDU ZAT PELARUT LAIN Dimasukkan empedu encer,sukrosa,asam sulfat CINCIN LAPISAN Terbentuk cincin WARNA Terbentuk warna ungu

KESIMPULAN Dari hasil percobaan diatas bahwa, pada tabung A yang dimasukkan empedu encer, sukrosa, dan asam sulfat akan membentuk suatu lapisan bawah atau cincin yang berwarna ungu. PEMBAHASAN : Pemeriksaan sistem empedu meliputi pengukuran konsentrasi bilrubin dan metabolitnya dalam serum dan urin, evaluasi aktivitas sel hati, dan pengukuran produk yang mecerminkan kelainan aktivitas duktus. Integritas hepatoseluler dapat diperiksa melalui beberapa pendekatan : Pengukuran produk-produk secara normal disintesis (misal, protein plasma, termasuk faktor pembekuan), pengukurran zat yang secara normal dimetabolisasi dan dibersihkan dari sirkulasi oleh hati (umumnya molekul kecil seperti asam organik), pembuktian adanya produk kerusakan hepatosit dalam serum misalnya, enzim yang berasal dari sel hati), atau 6 pengukurran aktivitas yang diketahui memerlukan jalur hati yang utuh.3 Bilirubin dikonjugasi disekresikan kedalam saluran empedu dan melewati usus ditempat mana dia dikonjugasi. Dalam usus besar ia direduksi oleh kerja bakteri menjadi berbagai pigmen termasuk

urobilinogen. Bagian terbesar urobilinogen disekresikan kedalam feses dimana ia dioksidasi oleh udara menjadi pigmen urobilin cokelat merah muda.1

II. PERCOBAAN BILIRUBIN (Metode Jendrassik dan Grot) LANDASAN TEORI Bilirubin adalah produk penguraian hem, sebagian besar (85 sampai 90%) terjadi penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10 sampai 15%) dari senyawa lain seperti mioglobin. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari hem sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin hem untuk menghasilkan tetrapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin tidak terkonjugasi, indirect). Bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati, hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkannya larut air dengan mengikat bilirubin ke asam glukuronat (bilirubin terkonjugasi, Direct). TUJUAN : Menentukan konsentrasi bilirubin direct, indirect dan bilirubin total dengan menggunakan metode Jendrassik dan Grot DASAR : Total bilirubin ditentukan oleh reaksi dengan Diazotized sulfanilic acid, dengan adanya larutan caffeine sehingga membentuk hasil akhir pigmentazo. Dengan reaksi yang sama tetapi tanpa caffeine dapat digunakan untuk menentukan bilirubin direct. Bilirubin bereaksi dengan Diazotized sulfanilic acid dan membentuk suatu zat warna yang berwarna merah dalam larutan netral dan biru dalam larutan alkali. Bilirubin glukoronides bisa larut dalam air bereaksi langsung (Direct), sedangkan bilirubin yang bebas hanya akan bereaksi bila ada akselerator (Indirect) REAGENS : 1. Larutan sulfanic acid (29 mmol/l C8H7NO3S; 170 mmol/l HCl)

2. Larutan sodium nitrit (29 mmol/l NaNO2) 3. Akselerator (130 mmol/l caffeine; 156 mmol/l sodium benzoat; 460 mmol/l sodium asetat) 4. Larutan Fehling II (930 mmol/l potassium sodium tartrat; 1,9 mmol/l larutan sodium hidroksida) 5. NaCl 0,9 % ALAT : Spektrofotometer, pipet tetes, pipet mikro dan tabung reaksi CARA KERJA : Bilirubin direct Bilirubin total Sample Blanko bilirubin Sample Blanko bilirubin Larutan sulfanic acid (1) 200 l 200 l 200 l 200 l Larutan sodium nitrat (2) 1 tetes 1 tetes Akselerator (3) 1 ml 1 ml NaCl 0,9% (5) 2 ml 2 ml Sample serum/plasma 200 l 200 l 200 l 200 l Diampurkan dengan segera. Untuk bilirubin direct di inkubasi pada waktu yang tepat yaitu 5 menit dengan temperatur kamar, kemudian dipindahkan kedalam kuvet dan diukur absorban sampel terhadap sampel blanko pada panjang gelombang 546 nm. Untuk Bilirubin total, inkubasi selama 10 menit pada temperatur ruang kemudian ditambahkan masing-masing 1 ml larutan Fehling (4). Dicampurkan dan di inkubasi selama 5 menit kemudian ukur absorban sampel terhadap blanko pada panjang gelombang 578 nm. PERHITUNGAN : Konsentrasi bilirubin direct = absorban x 14,4 mg/dl Konsentrasi bilirubin total = absorban x 10,8 mg/dl Konsentrasi bilirubin indirect = bilirubin total bilirubin direct NILAI NORMAL : Bilirubin direct sampai 0,3 mg/dl Bilirubin indirect sampai 1 mg/d A. HASIL Bilirubin direct Bilirubin Total kuning 0,033 x 14,4 mg/dl = 0,4752 (normal) kuning 0,017 x 10,8 mg/dl = 0,1836 (normal)

Bilirubin indirect = 0,1836 - 0,4752 = -0,2916 B. KESIMPULAN Pada bilirubin direct absorban berwarna kuning dan nilai absorbannya yang diukur pada panjang gelombang 546 nm adalah 0,003 x 14,4 mg/dl= 0,4752 ini menandakan konsentrasi bilirubin direct normal Pada bilirubin total absorban berwarna kuning dan nilai absorbannya yang di ukur pada panjang gelombang 546 nm adalah 0,017 x 10,8 mg/dl = 0,1836 ini menandakan konsentrasi bilirubin total normal Pada bilirubin indirect didapatkan dengan mengurangi hasil dari bilirubin total dengan bilirubin direct yaitu 0,1836 - 0,4752 = -0,2916 C. PEMBAHASAN Pada urin normal tidak ada bilirubin yang dideteksi. Bilirubin indirect (tak terkonjungasi) tidak diekskresikan oleh ginjal yang sehat karena kelarutan yang rendah dan karena dia terikat kuat ke protein sehingga pada ikterus hemolitik, dimana hanya ada bilirubin plasma yang tinggi, tak ada yang dapat dideteksi didalam urin. Bilirubin direct (terkonjungasi) yang larut air dan sejumlah kecil yang terikat lebih longgar dalam protein, bisa di ekskresikan dan bilirubin yang ditemukan dalam urin selalu dalam bentuk di konjungasi. Bila bilirubin direct plasma tinggi, kemudian pigmen ini dapat dideteksi didalam urin sewaktu kadar bilirubin total plasma melebihi sekitar 30umol/l dan busa urin yang dikocok (karena kelebihan garam empedu) berwarna kuning bila kadar bilirubin plasma melebihi sekitar 50 umol/l walaupun ambangnya bervariasi.1

III. ALT (ALANIN TRANSAMINASE) Dasar :


ALT

L-alanin + -Ketoglutarat
LDH

L-Glutamat + Piruvat L-laktat + NAD+

Piruvat + NADH+ + H+ dalam bahan sampel. REAGENSIA : Working reagent :


pH 7,8 100 mM TRIS-HCl buffer

Kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara fotometrik dan berbanding lurus dengan aktivitas ALT

15 mM mM

-Ketoglutarat NADH 0,18

mM ukat/l

NaHCO3 LDH

10 1428

mM

L-alanin

500

ALAT-ALAT : Waterbath, pipet, tabung reaksi, spektrofotometer CARA KERJA : Dengan menggunankan pipet masukkan 1 ml reagen ALT kedalam tabung reaksi Di Inkubasi selama 1 5 menit pada suhu 37 oC (waterbath) Di Tambahkan 100 l sampel serum/plasma Dikocok kemudian dimasukkan ke kuvet dan di baca pada spektrofotometer (dengan panjang Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L

gelombang 340 nm) PERHITUNGAN : Konsentrasi ALT = abs x 1745 U/L NILAI NORMAL : (perempuan) = 9 36 U/L ( 39 U/L) (laki-laki) = 9 43 U/L ( 47 U/L)

KETERANGAN: Pada percobaan Alanin Transaminase tidak di lakukan percobaan

PEMBAHASAN : Analisa enzim terlazim pada penyakit hepar adalah alanin transaminase (ALT) nilai rujukan 5-25 U/1 (atau alanin aminotransferase dulu dinamai glutamat-piruvat transaminase) atau aspartat transaminase. Pada umumnya nilai plasma alanin transaminase (dari sitoplsama dan mitokondria) ditemukan pada pada penyakit hepar akut dan nilai agak lebih rendah pada sirosis biasanya perbedaan ini tak besar dan mungkin tak ada gunanya mengukur kedua enzim secara rutin untuk diagnosa klinis pada hepatitis virus transaminase meningkat diatas normal selama masa prodromal. Nilai puncak (sekitar 500-2.000 U/1) ditemukan pada waktu penyakit maksimum dan nilai ini kembali normal dalam sekitar empat minggu timbul penyakit hepar sub akut. 1

IV. AST (ASPARTAST TRANSAMINASE) LANDASAN TEORI Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanin aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut glutamat-piruvat transaminase (GPT), dan aspartat aminotransferase (AST), yang dahulu di sebut glutamat-oksaloasetat (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi difisiensi B6 misal hemodialisis, malnutrisi). Dasar :
AST

L-aspartat + 2-oksoglutarat
MDH

L-Glutamat + Oksaloasetat L-malat + NAD+

Oksaloasetat + NADH+ + H+ AST dalam bahan sample

Kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara spektrofotometri dan berbanding lurus dengan aktifitas

REAGENSIA : Working reagent : TRIS-HCl buffer pH 7,8 80 Mm L-Aspartat 240 Mm 2-oksoglutarat 12 Mn - Na-azide 0,3% - MDH 10 ukat/l LDH 28 ukat/l NADH 0,18 Mm

ALAT-ALAT : Waterbath, pipet, tabung reaksi, spektrofotometer CARA KERJA : Dengan menggunakan pipet masukkan 1ml reagen AST ke dalam tabung reaksi Di inkubasi selama 1 5 menit pada suhu 37 oC (waterbath) Di tambahkan 100 l sampel serum/plasma Dikocok kemudian di masukkan ke dalam kuvet dan di baca pada spektrofotometer dengan Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L (perempuan) = 10 31 U/L ( 37 U/L) (laki-laki) = 10 34 U/L ( 31 U/L) KETERANGAN Pada percobaan aspartast Transaminase tidak di lakukan percobaan

panjang gelombang ( tidak di tentukan) NILAI NORMAL :

ENDOKRIN METABOLIK I. METABOLISME GLUKOSA A. PENDAHULUAN Glukosa Darah Puasa Kadar glukosa darah memuncak pada sekitar 1 jam setelah makan, kemudian menurun seiring dengan oksidasi atau perubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Dua jam setelah makan, kadar kembali ke rentang puasa. Penurunan glukosa darah ini menyebabkan pancreas menurunkan sekresi insulinnya, dan kadar insulin turun. Hati berespon terhadap sinyal hormon ini dengan memulai degradasi simpanan glikogen dan melepaskan glukosa ke dalam aliran darah. Apabila kita terus berpuasa selama 12 jam, kita masuk ke keadaan basal. Pada saat ini kadar insulin serum rendah dan glukagon meningkat. Pada pokoknya selama fase awal puasa, kadar glukosa dipertahankan dalam rentang 60 100 mg/dl, dan kadar asam lemak serta badan keton meningkat. Hati berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah, yakni dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis. Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO) Harus dicurigai adanya diabetes mellitus (DM) apabila kadar glukosa plasma vena yang diambil tanpa memandang kapan saat makan terakhir jelas meningkat ( 200 mg/dl), terutama pada seseorang yang memperlihatkan tanda dan gejala klasik dari hiperglikemia kronik. Untuk memastikan diagnosis tersebut, penderita harus berpuasa satu malam (10 16 jam), dan pengukuran gula darah harus diulang. Nilai yang kurang dari 100 mg/dl masih dianggap normal. Nilai yang lebih dari 125 mg/dl mengisyaratkan diabetes mellitus. Dalam uji ini penderita yang tidak hamil dan telah berpuasa semalam, minum 50 gram glukosa dalam bentuk larutan. Dilakukan pengambilan sampel darah sebelum pemberian glukosa darah oral dan pada 30, 60, 90 dan 120 menit kemudian. Apabila salah satu dari sampel lebih besar dari 140 mg/dl, diindikasikan adanya diabetes mellitus.

Penetapan kadar gula/glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan kimia darah paling sering dilakukan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap darah, plasma atau serum. Bermacam-macam cara digunakan dalam penetapan kadar gula darah, baik secara makro (dengan menggunakan darah vena), maupun secara mikro (darah kapiler). Cara yang sering digunakan pada dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa golongan. 1. Penetapan kolorimetri berdasarkan sifat mereduksi glukosa, misalnya metode Folinwu dan Somogyi nelson 2. Penetapan dengan cara titrasi berdasarkan sifat mereduksi glukosa (iodometri), misalnya metode Hagedord-Jensen dan Somogyi-Schaffer-Hartmann 3. Pembentukan kompleks berwarna oleh glukosa dengan suatu zat misalnya o-tolouidin (kolorimetri) 4. Reaksi enzim dengan menggunakan glukosa-oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi zat kromogen seperti o-dianisidin (CH3O.C6H3.(NH2)2) Penafsiran Adalah penting bahwa pemeriksaan dilakukan segera setelah pengambilan darah, sebab aktifitas glikolitik yang terdapat pada darah menyebabkan berkurangnya kadar glukosa dengan berlalunya waktu. Jika dipakai anti-koagulan harus hati-hati, sebab penggunaan garam oksalat yang berlebihan misalnya dapat memberikan hasil yang lebih rendah keadaan sebenarnya. Natrium flourida, disamping berguna sebagai antikoagulan juga dapat berfungsi sebagai pengawet. Penetapan yang berdasarkan reaksi reduksi merupakan cara yang tidak spesifik. Darah mengandung banyak zat yang berdaya reduksi selain glukosa (saccharoid) sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh menjadi lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Reaksi enzimatik dengan glukosa oksidase dianggap dapat memberi hasil yang sebenarnya, tetapi harus diperhatikan pula zat-zat yang dapat menghambat aktifitasnya. Dengan demikian, dalam menilai hasil pemeriksaan, hendaknya diperhatikan metode yang digunakan, hasil yang mendekati sebenarnya diperoleh dengan metode o-toluidin dan juga dengan glukosa oksidase.

B. GLUKOSA DARAH (METODE ENZIMATIK GOD-PAP) a. Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami metode pelaksanaan pemeriksaan Tes Glukosa Darah Puasa dan Tes Toleransi Glukosa (TTGO) dan menginterpretasi hasilnya. b. Dasar Reaksi Glukosa Oksidase (GOD) mengkatalisa oksidasi dari glukosa menurut persamaan :
GOD

Glukosa + O2 + H2O

Asam Glukonat + H2O2

Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan 2,4 diklorfenol. Dengan adanya peroksidase (POD) dan menghasilkan antipyrilquinonimin, yakni suatu zat warna merah. Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa, diukur secara fotometrik. c. Bahan dan Alat Reagensia : 1. Reagen warna (Fosfat buffer 200 mmol/liter; GOD 250 kat; POD 20 kat; 4-aminoantipyrin 0,75 mmol/liter; 2,4-diklorofenol 1 mmol/liter) 2. Standar glukosa 100 mg/dl Alat-alat d. Cara Kerja Di siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Di beri tanda masing-masing tabung dengan : Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar Blanko Serum atau plasma 20 l Larutan standar 20 l Reagensia warna 2 ml 2 ml 2 ml Campurkan baik-baik & inkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar dalam waktu 30 menit. Ukur absorban sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 510 nm e. Perhitungan : : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi

Absorban sampel Kadar glukosa = ----------------------- x 100 mg/dl Absorban standard f. Nilai Normal Normoglikemia GDP < 100 mg/dl 2 jam PP < 140 mg/dl GDPT atau TGT Diabetes GDP 100 mg/dl dan < 126 mg/dl GDP 126 mg/dl (GDPT) 2 jam PP 140 mg/dl dan < 200 2 jam PP 200 mg/dl symptom mg/dl (TGT) HASIL Sampel darah: Nama : Ifan Umur : 18 thn Pengambilan darah : Darah pertama setelah berpuasa selama 10-12 jam Darah diambil setelah 30 menit kemudian diambil darah setelah orang coba di berikan glukosa 50 gr Diambil darah setelah 90 menit kemudian Diambil darah setelah 120 menit kemudian diabetes dan GDS 200 mg/dl

KETERANGAN: Percobaan metabolisme glukosa tidak dapat di selesaikan dan dilanjutkan, hal tersebut terjadi karena waktu tidak cukup untuk melanjutkan praktikum.

g. Pertanyaan 1.Gambarkan kurva hasil TTG penderita DM dibandingkan dengan kurva TTG orang normal !
300 280 260 240 220 200

Jelaskan mengapa demikian !


300

Jawab:

280 260 240 220 200

kadar gula (mg/dl)

180 160 140 120 100 80 60 40 20 0

kadar gula (mg/dl) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

180 160 140 120 100 80 60 40 20 0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

waktu (menit)

waktu (menit)

2.Mengapa pada pelaksanaan TTG orang harus dipuasakan minimal 10 jam ? Jawab : Karena pada saat 10 jam setelah makan kadar glukosa darah akan menurun disertai pankreas menurunkan sekresi insulinnya dan dalam keadaan inilah orang akan msuk dalam keadaan basal. Pada saat ini keadaan insulin rendah dan glukosa meningkat, dengan demikian akan dapat mempermudah penilaian glukosa darah apakah meningkat atau normal. Pada orang normal kadar glukosanya 115 mg/dl 140 mg/dl kadar glukosanya masih dianggap normal dan diatas 140 mg/dl mengisyaratkan DM.1 Jika seseorang puasa atau dengan diet rendah karbohidrat, ini dapat melemahkan toleransi glukosa, puasa meningkatkan glukoneogenesis jika seseorang dengan diet yang sangat tinggi karbohidratnya (atau makan tepat sebelum tes), maka ini kan meniggikan toleransi glukosa. Perubahan toleransi glukosa dengan perubahan diet dengan perubahan glikogen hepar serta perubahan ekskresi insulin dan hormon pertumbuhan. Jumlah peningkatan kadar glukosa darah

setelah makan karbohidrat akan bertambah sesuai dosis glukosa, sampai dosis sampai 1 g/kg BB. Sehingga jika pengukuran toleransi glukosa diperlukan untuk pemeriksaan penyakit, maka harus ditentukan keadaan standar diet dan dosis glukosa.1 PEMBAHASAN Pada keadaan pasca penyerapan,kadar glukosa darah di pertahankan antara 4,5-5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi karbohidrat, kadar tersebut dapat meningkat menjadi 6,5-7,2 mmol/L, dan pada kelaparan kadarnya dapat turun menjadi 3,3-3,9 mmol/L. Penurunan mendadak glukosa darah menyebabkan kejang karena ketergantungan otak pada pasokan glukosa. Namun, jika hipoglikemia terjadi perlahan sehingga pasien dapat beradaptasi kadar yang dapat di toleransi menjadi jauh lebih rendah. 1 Karbohidrat dalam makanan yang dapat dicerna akan menghasilkan glukosa, galaktosa, dan fruktosa yang kemudia diangkut ke hati melalui vena porta hepatika. Galaktosa dan fruktosa cepat di ubah menjadi glukosa di hati.4

II. METABOLISME LEMAK A. PENDAHULUAN Triasilgliserol (trigliserida) adalah lemak utama dalam makanan manusia, terutama dicerna di lumen usus. Produk-produk pencernaan tersebut diubah kembali menjadi triasilgliserol di dalam epitel usus, yang dikemas dalam lipoprotein yang dikenal sebagai kilomikron, yang dieksresikan ke dalam limfe. Akhirnya kilomikron masuk ke dalam darah dan berfungsi sebagai salah satu lipoprotein utama di dalam darah. Kolesterol yang mengalir dalam darah dalam bentuk lipoprotein, berfungsi sebagai komponen stabilisasi membran sel dan sebagai precursor garam empedu serta hormone steroid. Precursor kolesterol diubah menjadi ubikuinon, dolikol, dan di kulit menjadi kolekalsiferol yaitu bentuk aktif vitamin D. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dikaitkan dengan pembentukan plak aterosklerotik yang dapat menyumbat pembuluh darah, menimbulkan serangan jantung dan stroke. Kolesterol LDL bersifat aterogenik, namun kadar kolesterol HDL yang tinggi bersifat protektif karena partikel HDL berperan mengeluarkan kolesterol dari jaringan dan mengeluarkannya ke hati. Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam lipoprotein plasma, bisa sebagai kolesterol bebas atau tergabung dengan asam lemak rantai panjang, sebagai ester kolesterol. Kolesterol adalah hasil khas metabolisme hewan dan dengan demikian terdapat dalam segala makanan yang berasal dari hewan seperti merah telur, daging, hati dan otak. Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan dalam keadaan demikian menjadi komponen struktural penting yang membentuk membran sel dan lapisan luar protein plasma. Ester kolesterol merupakan bentuk simpanan kolesterol yang ditemukan dalam sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol dalam tubuh berasal dari 2 sumber : 1. Sintetis dalam tubuh kira-kira 500 mg/hari 2. Berasal dari makanan, jumlahnya tergantung susunan makanan Sintetis dalam tubuh terjadi pada jaringan hati, korteks anak ginjal, kulit, usus, testis dan aorta. Pengeluaran kolesterol tubuh berlangsung melalui 3 cara : 1. Sebagai kolesterol yang dikeluarkan bersama empedu ke lumen usus 2. Setelah diubah menjadi asam empedu dikeluarkan ke lumen usus

3. Diubah menjadi hormon steroid dan setelah berfungsi hormon-hormon ini dan metabolitnya dikeluarkan melalui urin. Didalam darah kolesterol terdapat dalam 2 bentuk, yaitu kolesterol bebas dan sebagai ester. Ester kolesterol mempunyai hubungan dengan fungsi hati, sehingga kadang-kadang perlu ditetapkan tersendiri. Penetapan kadar kolesterol total dilakukan dengan beberapa cara, pada umumnya lebih mudah dari pada penetapan ester kolesterol pada umumnya penetapan dilakukan setelah diekstraksi dengan pelarut lemak. B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pemeriksaan fraksi lemak (kolesterol, LDL, trigliserida) 2. Melihat pengaruh makanan berlemak terhadap peningkatan fraksi lemak. C. 1. TOPIK PERCOBAAN Kolesterol (Metode Enzimatik CHOD-PAP) terbentuk dari hydrogen peroksida dan 4-aminoantipirin dengan adanya fenol dan peroksida. Reaksi :
kolesterolesterase

Dasar : Kolesterol ditemukan setelah hidrolisa enzimatik dan oksidasi. Zat warna quinoneimin

Kolesterol ester + H2O


Kolesteroksidase

kolesterol + asam lemak kolesterol-3-one +H2O2


POD

Kolesterol ester + H2O + O2 H2O2 + 4-aminoantipirin + fenol Reagens : 1. Reagensia warna enzimatik kolesterol
Buffer fosfat 150 mmol/l Natrium fenolat 7,8 mmol/l -

turunan zat warna quinoneimin + 4 H2O2

4-aminoantipirin 0,4 mmol/l Kolesterol esterase 1,7 mmol/l

Kolesterol oksidase 1 mmol/l Peroksidase 20 kat

2. Standar kolesterol 200 mg/dl Alat-alat : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi

Cara Kerja : Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda tabung reaksi masing-masing dengan: Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar Blanko Serum atau plasma 20 ul Larutan standard 20 ul Reagensia Warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml Campurkan baik-baik dan biarkan selama 5 menit pada suhu 37 oC atau 10 menit pada suhu
Absorban sampel 200 mg/dl Absorban standar

ruangan. Ukur absorbansi sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 510 nm Perhitungan : Kadar Total Kolesterol =

Nilai Normal : < 220 mg/dl dan dicurigai jika 220 260 mg/dl D. HASIL Nilai : Blanko = 0,0 Standar = 0,293 Sampel = 0,149 Kadar kolesterol =
0,149 200 mg/dl 0,293

= 101,7 < 220 mg/dl (normal) E. KESIMPULAN pada percobaan kolesterol ( metode enzimatik CHOD-PAP) kadar kolesterol yang di dapatkan adalah 101,7 < 220 mg/dl. Ini menunjukkan kadar kolesterol normal F. PEMBAHASAN Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700mg perhari) dan sisanya diperoleh dari makanan. Hati dan usus masing-masing menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada tubuh manusia hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol, yang berlangsung di retikulum endoplasma dan sitosol.2

10

Pemeriksaan konsesntrasi kolesterol plasma bervariasi . nilai rujukan yang bisa diterima oleh semua pihak, yang menggunakan prosedur enzim untuk orang dewasa adalah 4,0-6,5 mmol/l, yang bervariasi sesuai dengan populasi yang di jadikan sampel, meningkat dengan bertambahnya usia, dan sampai usia 50 lebih tinggi pada laki-laki. Ester kolesterol adalah 65-75% dari kolesterol plasma total.1 Pada banyak keadaan peningkatan kolesterol plasma disertai dengan lipemia sekunder, suatu kombinasi yang lazim terlihat pada diabetesmelitus, sindroma nefrotik, miksedema dan sirosis bilier. Banyak jenis hiperlipidemia primer (dengan atau tanpa lipemia) yang mempunyai peningkatan kolesterol plasma.1

2.

Trigliserida (Metode Enzimatik GPO-PAP) terbentuk dari hydrogen peroksida, 4-aminoantipirin dan 4-klorofenol dengan katalisator peroksidase.

Dasar: Trigliserida ditentukan setelah hidrolisa enzimatik dengan lipase. Zat warna quinoneimin

Reaksi :
LP (lipase)

Trigliserida + H2O
Gliserol kinase

gliserol + asam lemak gliserol-3-fosfat + ADP


GPO

Gliserol + ATP gliserol-3-fosfat + O2

dihydroxyacetonephosphat + H2O2
POD

2H2O2 + 4-aminoantipirin + 4-klorofenol Reagens : 1. Reagens warna enzimatik kolesterol : 7,5 : 24 mmol/l (PAP) : 0,5 mmol Adenosin 4-aminoantipirin Trifosfat (ATP) : 1 mmol/l PIPES buffer pH -

quinoneimin + HCl + 4 H2O2

Lipoprotein Gliserol
Gliserol

lipase (PLP) : 50 kat kinase


Posphat

(GK) : 13 kat
Oksigen (GPO) : 25 kat

11

(POD) : 5 kat 2.

2-peroksidase Standar Trigliserida

mmol/l

4-klorofenol : 6

: 200 mg/dl

Alat-alat : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi Cara Kerja : Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda/label masing-masing tabung dengan : Masukkan kedalam tabung Sample Standar Blanko Serum atau plasma 20 ul Larutan standard 20 ul Reagensia warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml Campurkan dan biarkan selama 20 menit pada temperature kamar. Dalam waktu
Absorban sampel 200 mg/dl Absorban standar

30 menit, baca absorban sample dan standar terhadap blangko pada panjang gelombang 510 nm. Perhitungan : Kadar trigliserida =

Nilai Normal : Laki-laki Perempuan A. HASIL Standard = 0,080 Sampel = 0,51 KadarTrigliserida =

: 40 160 mg/dl : 35 135 mg/dl

0,109 200 mg/dl 0,125

= 174,4 < 220 mg/dl (normal) B. KESIMPULAN

12

Pada percobaan trigliserida (metode enzimatik GPO-PAP) kadar trigliserida yang di dapatkan adalah 174,4 < 220 mg/dl. Ini menunjukkan kadar trigliserida normal.

C. PEMBAHASAN batas rujukan bagi trigliserida plasma dalam keadaan puasa adalah 0,3-1,8 mmol/l, ini merupakan kombinasi trigliserida. Lipemia berarti plasma yang seperti susu, berhubungan dengan peningkatan kandungan trigliseridanya. Umumnya peningkatan konsentrasi trigliserida yang
1

bersirkulasi diatas sekitar 5 mmol/l menyebabkan plasma opalesen. 3. HDL-Kolesterol (Metode Fosfotungstat) Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein) akan mengendap (presipitasi). Supernatant yang jernih (setelah sentrifugasi) dipergunakan untuk menentukan HDL-kolesterol dengan metode CHOD-PAP. Reagens : 1. Reagens pengendap
Asam fosfotungstat 0,55 mmol/l Magnesium klorida 0,25 mmol/l

Dasar : Dengan asam fosfotungstat dan magnesium klorida maka kilomikron, VLDL (Very Low Density

2. Reagens warna enzimatik kolesterol 3. Standar kolesterol 100 mg/dl Alat-alat : spektrofotometer, Sentrifuge, pipet, tabung reaksi Cara Kerja :

13

Metode 1 : Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering Masukkan kedalam tabung Sample Serum atau plasma 200 ul Reagensia pengendap 0,5 ml Dicampurkan dan di biarkan selama 15 menit pada temperature 20 25 oC.

Sentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 4000 rpm atau 2 menit pada kecepatan 12000 rpm. Setelah pemusingan dapat ditentukan kolesterol didalam supernatan. Disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi tanda/label dimasing-masing tabung Masukkan kedalam tabung Sample Standar Blanko Supernatant dari sample 20 ul Larutan standard 20 ul Reagensia warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml Dicampurkan dan biarkan selama 15 menit pada temperature kamar. Dalam dengan :

nm

waktu 45 menit baca absorban sample dan standar terhadap blangko pada panjang gelombang 510

A. HASIL Nilai : standard = 0,080 Sampel = 0,51


0,051 100 mg/dl 0,080

Standard HDL =

= 63,75 < 220 mg/dl (normal) B. KESIMPULAN

14

Pada percobaan HDL-kolesterol (metode fosfotungstat) standard HDL yang di dapatkan adalah 63,75 < 220 mg/dl. Ini menunjukkan kadar HDL normal C. PEMBAHASAN Nilai rujukan konsentrasi lipoprotein plasma total adalah 300-800mg/100ml, walau pengukuran ini sedikit digunakan. Berbagai tindakan analisa membagi lipoprotein plasma menjadi berbagai kelompok, walau mereka merupakan pengatur secara terus-menerus untuk menurunkan densitas yang berhubungan dengan konsentrasi trigliserida. Metode yang penting adalah elektroforesa dan ultrasentrifugasi, disertai dengan analisa kimia lipid, yang terpisah. Ultrasentrifugasi membagi lipoprotein, dengan persetujuan, kedalam kelas: a) b) c) High density (HDL) dari berat molekul sekitar 200.000 dan berat jenis (densitas relatif) > Low density (LDL) dari berat molekul sekitar 2.000.000 dan berat jenis 1,006-1,063 Very low Density (VLDL) dari berat molekul sekitar 6.000.000 dan berat jenis >1,006. 1,063

Lipoprotein plasma berasal dari hepar, yang menghasilkan VLDL dan HDL. Didalam plasma, LDL di bentuk dari VLDL oleh kerja lipoprotein lipase. 1

Metode 2 : Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering Masukkan kedalam tabung Sample Serum atau plasma 300 ul Reagensia pengendap 1 tetes Dicampurkan dan biarkan selama 15 menit pada temperature kamar (20 25

C). Sentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 2000 rpm atau 2 menit pada kecepatan 10000 rpm.

15

setelah pemusingan dapat ditentukan kolesterol didalam supernatan. Siapkan 3 Masukkan kedalam tabung Sampel Standar Blanko Supernatant dari sample 20 ul Serum/plasma Larutan standard 20 ul Reagensia Warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml dicampurkan baik-baik dan biarkan selama 5 menit pada suhu 37 oC atau 10 menit pada suhu
Absorban sampel 100 mg/dl Absorban standar

buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda/label dimasing-masing tabung dengan :

ruangan. Ukur absorbansi sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 500 nm Perhitungan : Kadar HDL-kolesterol = Nilai Normal : HDL-kolesterol = laki-laki Perempuan : 45 65 mg/dl : 35 55 mg/dl

Trigliserida LDL-kolesterol = T kolesterol (HDL-kolesterol) - 5

Rasio (Total kolesterol : HDL-kolesterol) < 5 A. HASIL Nilai : Blanko Standar Sampel = 0,0 = 0,051 = 0,080
0,080 100 mg/dl 0,051

Kadar HDL-kolesterol =

= 0,75 (normal)

B. KESIMPULAN

16

Pada percobaan HDL-kolesterol di dapatkan kadar HDL-kolesterol 0,75. Ini menunjukkan kadar HDL-kolesterol normal. C. PEMBAHASAN Kolesterol merupakan satu-satunya steroid yang ada dalam konsentrasi yang bisa di nilai di seluruh tubuh. Kolesterol diet yang berasal dari hewan diabsorbir dalam jumlah terbatas ke dalam sistim limfatik bila ada garam-garam empedu dan setelah esterifikasi parsiel dengan asam-asam lemak. Sebagian besar kolesterol yang dibutuhkan tubuh, disintesa secara endogen dari asetil Ko-A melalui -metil glutamil Ko-A. Bagian terbesar kolesterol di dalam tubuh di produksi oleh hepar, Ia diangkut di dalam plasma terutama sebagai LDL.

D. PERTANYAAN 3. Jawab : Pada keadaan 1. Luka bakar 2. Diabetes melitus 3. Anoreksia nervosa 4. Penyakit kronis Pada keadaan apa saja terjadi dislipidemia ? Jelaskan.

17

5. Penyakit saluran cerna 6. Sindroma nefrotik 7. Keganasan 8. Infeksi 4. Jawab :

9. Selesai operasi 10. Defisiensi nutrisi berat 11. Penyakit hati kronik

Gambarkan secara skematis mekanisme pencernaan lemak

III. METABOLISME PROTEIN A. 1. PENDAHULUAN PROTEIN PLASMA Protein plasma merupakan bagian utama zat plasma, protein plasma sebenarnya merupakan campuran yang sangat kompleks yang tidak hanya terdiri dari protein sederhana tetapi juga protein campuran atau conjugated protein seperti glikoprotein dan berbagai jenis lipoprotein.

18

Plasma normal mengandung 60 sampai 80 g/l protein. Dari jumlah ini, 30 50 gram adalah albumin dan 15 sampai 30 gram tersusun atas campuran globulin. Asam amino, yang dihasilkan dari pencernaan protein makanan, diserap melalui epitel usus dan masuk kedalam darah. Berbagai sel mengandung asam amino ini yang kemudian masuk menjadi simpanan di dalam sel. Asam amino tersebut digunakan untuk membentuk protein dan senyawa lain yang mengandung nitrogen atau dioksidasi untuk menghasilkan energi. Fibrinogen adalah prazat fibrin, zat bekuan darah, fibrinogen dapat diendapkan dengan ammonium sulfat setengah jenuh sehingga menyerupai globulin dan akan berbeda dengan globulin jika diendapkan dengan 0,75 molar Na2SO4 atau NaCl setengah jenuh. Dalam penetapan fibrinogen kuantitatif. Reaksireaksi ini dipergunakan untuk memisahkan protein ini dari globulin yang mempunyai hubungan erat lainnya. Protein serum terutama adalah fraksi albumin dan globulin, juga dalam analisis protein serum total, bila dikoreksi untuk nitrogen non protein dapat dipergunakan untuk mengirakan seluruh albumin dan globulin total. Dalam larutan Na-sulfat 27% globulin akan mengendap sedang albumin akan tetap tinggal dalam larutan. Cara-cara menentukan/pemisahan protein plasma : Dengan analisis nitrogen Dengan cara kalorimetri langsung Dengan cara elektroforesis tiselius, elektroforesis zone, imuno-elektroforesis Dengan cara ultrasentrifuge Dengan cara presipitasi alcohol Dengan analisis imunologi

Konsentrasi kedua fraksi utama protein sering dinyatakan sebagai rasio albumin terhadap globulin (A/G), nilai normal 1,2 : 1 2. ALBUMIN Albumin merupakan protein globosa yang terdiri dari rantai polipeptida tunggal dan mempunyai berat molekul kurang lebih 66.300. Dua fungsi utama albumin adalah mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan ekstrasel serta memberikan tekanan osmotic di dalam kapiler.

19

Banyak metabolit seperti asam lemak bebas dan bilirubin, kurang dapat larut dalam air. Namun metabolit ini harus diangkut bolak-balik melalui darah dari suatu alat lain yang melalui medium air sehingga dapat di metabolisis atau diekskresi. Albumin mengisi tugas ini dan berperan sebagai protein pengangkut nonspesifik. Selain itu albumin mengikat obat-obat yang tidak mudah larut seperti aspirin, digitalis, antikoagulan koumarin serta obat-obat tidur, sehingga obat-obat ini dapat dibawa secara efisien melalui peredaran darah. B. TUJUAN 1. Mengetahui cara pemeriksaan total protein dan albumin serta interpretasinya 2. Mengetahui profil protein plasma fisiologis dan patologis C. TOPIK PERCOBAAN 1. TOTAL PROTEIN (Metode Biuret) DASAR : Protein dengan ion tembaga dalam larutan alkalis menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna ungu, intensitas warna sebanding dengan kadar protein, diukur secara fotometrik. REAGENS : 1. Reagensia Biuret (K.Na Tartrat 20 mmol/liter; KI 1 mmol/liter; CuSO4 12 mmol/liter; NaOH 200
mmol/liter)

2. Larutan standar (6 gr/dl) CARA KERJA : Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda/label pada masing-masing tabung Masukkan kedalam Sample Standar Blanko tabung Serum 50 ul Larutan standar 50 ul Reagens warna 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml Campurkan baik-baik dan biarkan selama 30 menit pada temperature kamar. reaksi yang dipakai :

Sesudah 30 menit ukurlah absorbans sample dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 545 nm PERHITUNGAN : Kadar Total Protein =
Absorban sampel 6 g/dl Absorban standar

20

NILAI NORMAL : 6,6 8,7 gr/dl HASIL pada panjang gelombang 545 Nilai : Blanko = 0,0 Standar = 0,153 Sampel = 0,217
0,217 6 mg/dl 0,153

Kadar total protein

= 8,5 gr/dl KESIMPULAN pada percobaan total protein (metode biuret) kadar total protein yang didapatkan adalah 8.5 gr/dl. Berdasarkan nilai normalnya antara 6,6-8,7 gr/dl kadar total protein normal. PEMBAHASAN Berat molekul albumin plasma normal sekitar 70.000. albumin bertanggung jawab bagi 80% tekanan koloid osmotik plasma. Bila kadar albumin plasma turun dibawah 20-25gr/l, mungkin timbul edema. Pada pasien yang menderita malnutrisi berat dengan awitan perlahan-lahan, maka kadar albumin plasma bisa rendah tanpa terdapat edema sebaliknya, edema kelaparan dapat timbul dengan kadar albumin plasma yang normal walau bisa terdapat kelebihan masukan cairan. Pada hipoalbuminemia terdapat peningkatan sintesa dan mungkin keterlambatan metabolisme lipid. Albumin bertanggung jawab bagi pengangkutan kebanyakan biliruin dan kalsium yang terikat protein (tak terionisasi) dalam plasma. Albumin mengikat zat

21

warna yang dimasukkan kedalam sirkulasi (misalnya bromsulftalein ; biru evans) dan banyak obat-obatan (misalnya salisilat), metabolit (misalnya FFA) dan hormon (misalnya hormon thyroidea). Yang mempunyai kerja pengstabilisasi atas sistem koloid (seperti yang dsdigunakan untuk tes fungsi hati flokulasi dan atas (LED). Albumin disentesa dalam hati dan mempunyai masa paruh sekitar 15 hari. Albumin yang bersikulasi didalam plasma mungkin tak mempunyai nilai nutritif jaringan secara langsung.1 2. ALBUMIN (Metode Bromcresol Green) Dasar : Albumin dengan Bromcresol Green pada pH 4,3 membentuk kompleks warna, intensitas warna sebanding dengan kadar albumin, diukur secara fotometrik. Reagensia : 1. Reagens warna buffer pH 4,3 Sodium succinat buffer 454 mmol/l 2. Bromcresol Green 0,95 mmol/l Standar albumin 5 gr/dl

22

Alat-alat : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi Cara kerja : Disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi tanda/label pada masing-masing tabung Masukkan kedalam tabung Sample Standar Blanko Reagens warna Q3 3 ml 3 ml Sample plasma/serum 10 l Larutan standard 10 l Dikocok baik-baik isi tabung. Inkubasi pada temperature kamar selama 10 menit. Kemudian
Absorban sampel 5 g/dl Absorban standar

dengan :

ukur absorbans sample dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 620 nm. Perhitungan : Kadar albumin = Nilai Normal : HASIL Nilai : Blanko = 0,0 Standar = 0,491 Sampel = 0,580 Kadar Albumin =
0,580 5 mg/dl 0,491

Albumin = 3,5 5,5 gram/dl Globulin = 1,5 3,5 gram/dl

Rasio A/G = 1,2:1

= 5,91 hiperalbuminemia Dalam panjang gelombang 620 KESIMPULAN Dari percobaan albumin (metode bromcressol green) di dapatkan hasil kadar albumin 5,91. Ini menunjukkan kadar albumin dalam darah meningkat (hiperalbuminemia). Sedangkan kadar normal albumin adalah 3,5-5,5 gr/dl PEMBAHASAN

Albumin bertanggung jawab bagi pengangkutan kebanyakan biliruin dan kalsium yang terikat protein (tak terionisasi) dalam plasma. Albumin mengikat zat warna yang dimasukkan kedalam sirkulasi (misalnya bromsulftalein ; biru evans) dan banyak obat-obatan (misalnya salisilat), metabolit (misalnya FFA) dan hormon (misalnya hormon thyroidea). Yang mempunyai kerja pengstabilisasi atas sistem koloid (seperti yang digunakan untuk tes fungsi hati flokulasi dan atas (LED). Albumin disentesa dalam hati dan mempunyai masa paruh sekitar 15 hari. Albumin yang bersikulasi didalam plasma mungkin tak mempunyai nilai nutritif jaringan secara langsung.1

PERTANYAAN 1. Tuliskan Jawab : hiperabuminemia peningkatan konsentrasi albumin plasma ditemukan pada penyakit, hanya bila terajdi kehilangan air plasma yang bisa disebabkan oleh statis lokal. Kemudian konsentrasi komponen yang terikat albumin seperti kalsium juga meningkat biasanya disertai hemokonsentrasi dan peningkatan viskositas plasma. Tetapi pada banyak kelainan yang menyebabkan hemokonsentrasi misalnya luka bakar,maka protein maupun air hilang dalam tubuh. Dalam keadaan ini, konsentrasi albumin plasma tergantung atas perbandingan jumlah air dan protein yang telah hilang atau diganti.1 Hipoalbuminemia pada penyakit hepar akut berat atau kronis, sintesa albumin melemah. Penurunan albumin plasma yang terjadi setelah trauma, pada keganasan dan penyakit akrovi lain yang berlangsung lama serta kontinu, ataupun pada infeksi akut atau kronis dan penyakit sistemik lain, sebagian karena kerusakan keadaan-keadaan yang menyebabkan hipoalbuminemia dan hiperalbuminemia !

hepar, sebagian karna kelemahan masukan dan sebagian karena destruksi protein toksik yang tidak bisa dijelaskan. 1

UROGENITALIA A. SIFAT-SIFAT URIN TEORI DASAR 1. VOLUME URIN Volume urin dalam 24 jam tergantung pada faktor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu dan kerja fisik) dan faktor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dan sebagainya). Beberapa obat misalnya golongan diuretik, kopi, alkohol dapat pula mempengaruhi volume urin. Pada manusia, normalnya volume urin antara 600 2500 ml/24 jam. Kelainan-kelainan dalam volume urin : Poliuri Oligouri Anuri : bila volume urin > 2500 ml/24 jam : bila volume urin < 600 ml/24 jam : bila tidak terbentuk urin

Prinsip : untuk menentukan volume urin diperlukan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam Cara kerja : Urin hari pertama dibuang pada waktu yang telah ditentukan (misalnya jam 6 pagi). Semua urin mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama pada hari berikutnya dikumpulkan. Seluruh urin tersebut harus disimpan dalam keadaan dingin dengan toluen sebagai pengawet. TEORI DASAR 2. BERAT JENIS URIN Berat jenis urin normal antara 1,003 1,030 tergantung pada jumlah zat-zat yang larut didalamnya dan volume urin. Jumlah total zat padat dalam urin 24 jam kira-kira 50 gram. Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal. Prinsip : untuk menentukan berat jenis urin diperlukan alat hydrometer/urinometer. Urine yang digunakan adalah urine 24 jam.

Cara kerja : Di tampung urin (sewaktu, pagi hari dan urin 24 jam) kedalam wadah yang telah disediakan Di isi sebuah tabung urinometer dengan urin tersebut diatas dan diletakkan hidrometer

didalamnya hingga urinometer pada posisi terapung. Hidrometer tidak boleh menyentuh dinding tabung. Catatlah suhu urin tersebut dengan menggunakan termometer. Tiap-tiap urinometer telah ditera pada suhu tertentu. Bila suhu urin tidak sama dengan suhu tera, lakukanlah koreksi dengan cara tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan hidrometer bagi tiap penambahan suhu 3 oC diatas suhu tera atau kurangi 0,001 pada angka yang dinyatakan hidrometer bagi tiap penambahan suhu 3 oC dibawah suhu tera. Kemudian bacalah skala pada meniskus bawah urin dan hitunglah dengan menggunakan rumus
(suhu urin suhu tera) x 0,001 3

berikut : BJ urin sesungguhnya = BJ ukur + -

Kalikan dua angka terakhir berat jenis urin sesungguhnya tersebut diatas dengan koefisien Long

(2,6). Hasilnya diperoleh secara kasar jumlah zat padat total dalam 1 liter urin (gram) TEORI DASAR 3. pH URIN Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan pH antara 4,7 8,0. Tetapi urin yang dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urin yang diambil pada waktu-waktu tertentu mempunyai pH yang berbeda-beda. Beberapa waktu setelah makan, urin akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin tide. Bila dibiarkan untuk waktu lama, urin dapat mengalami ammoniacal fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urin menjadi basa. Prinsip : pH urin ditentukan dengan indikator universal, urine yang digunakan adalah urine 24 jam Cara kerja : dicelupkan secarik strip indikator universal ke dalam urin sewaktu dan 24 jam kemudian bacalah pH urin tersebut.

TEORI DASAR 4. BAU, WARNA DAN KEKERUHAN Urin yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urin mengalami dekomposisi, timbul bau amonia yang tidak enak. Pada penderita diabetes mellitus dengan ketosis maka urin akan berbau aseton. Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekatannya, tetapi dalam keadaan normal urin berwarna kuning muda. Warna terutama disebabkan oleh pigmen urokrom yang berwarna kuning & sejumlah kecil oleh urobilin & hematoporfirin. Dalam keadaan demam karena pemekatan, warna urin berubah menjadi kuning tua atau agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dapat menyebabkan urin menjadi hijau, coklat atau kuning tua. Darah/hemoglobin menyebabkan warna urin merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urin coklat tua. Urin normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam waktu lama akan timbul kekeruhan disebabkan oleh nukleoprotein, mukoid atau sel-sel epitel. Selain itu pada urin yang alkalis, kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat sedangkan pada urin asam biasanya disebabkan oleh endapan urat. Cara kerja : dicatat bau, warna dan kekeruhan urin sewaktu, pagi hari dan urin 24 jam

HASIL 1. Hasil : Volume total urin 24 jam = 2. Hasil : Berat jenis urine yang terukur = (pengukuran Berat jenis urin tidak di lakukan karena tidak tersedianya alat) Berat Jenis Urin Volume Urin

Suhu urine = 31oC \Berat jenis urine sesungguhnya = (pengukuran Berat jenis urin tidak di lakukan karena tidak tersedianya alat) 3. pH urin Hasil : pH urin = 6,24 (asam) 4. Hasil : Bau Warna = Amonia = kuning Bau, warna dan kekeruhan

Kekeruhan = tidak keruh

PEMBAHASAN Volume urin normal 24 jam pada orang dewasa antara 750 dan 2000 ml. Ini tergantung pada masukkan cairan dan kehilangan cairan melalui jalan lain (keringat, yang tanpa demam, tergantung pada aktivitas fisik dan suhu luar) suatu perubahan yang jelas dalam pengeluaran urin dapat menjadi tanda yang menonjol pada penyakit ginjal. Urina sehat mengandung kira-kira antara 1500 dan 700 mmol solut per 24 jam, nilai maksimum di atas waktu ini kira-kira 1000 dan 3000 mmol/kg. Dalam lingkungan normal, konsentrasi urina berbanding terbalik dengan volume urina. Biasanya urin bersifat asam, umumnya bervariasi dalam pH kira-kira antara 5,5 dan 8,0. pH urin pada penyakit dapat mencerminkan keadaan asam-basa plasma, fungsi tubulus-tubulus ginjal. Jika ada konstituen-konstituen abnormal yang tidak berwarna, maka makin tinggi konsentrasi urina makin pekat warnanya. Urin yang terinfeksi dengan organisme gram negatif seringkali mempunyai bau yang kurang menyenangkan. Urin yang terinfeksi dengan organisme-organisme pemecah urea menghasilkan bau amonia.

B. TUJUAN PERCOBAAN

ZAT-ZAT FISIOLOGIK URIN

1. menentukan jumlah klorida dengan mengidentifikasi NaCl yang di ekskresikan melalui urin 2. menentukan jumlah belerang yang diekskresikan melalui urin dalam 24 jam 3. menentukan jumlah fosfat yang diekskresikan melalui urin dalam 24 jam

TEORI DASAR 1. KLORIDA Klorida merupakan zat padat yang jumlahnya terbanyak kedua setelah urea dalam urin. ekskresi melalui urin utamanya dalam bentuk NaCl sekitar 10 15 gr/24 jam tergantung intake. Dengan menentukan jumlah klorida maka kita dapat menentukan jumlah NaCl yang diekresikan melalui urin. ekskresinya menurun pada perspirasi berlebihan, retensi natrium, radang ginjal menahun, diare dan sebagainya. Sedangkan pada insufisiensi korteks adrenal, ekskresinya akan bertambah. Cara kerja : TEORI DASAR 2. BELERANG Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 5 ml urin kedalam tabung reaksi Diperhatikan apa yang terjadi, endapan putih yang terbentuk adalah perak klorida yang larut tersebut. Dit ambahkan beberapa tetes HNO3 encer (4 tetes) dan beberapa tetes AgNO3 2% (4 tetes). dalam amonia. Dicatat dan digambar.

Dalam keadaan normal, 1 gram belerang dikeluarkan dalam 24 jam. Belerang adalah zat sisa metabolisme asam amino yang mengandung S, tiosulfat, tiosianat, sulfida dan sebagainya. Belerang yang diekskresi terdapat dalam 2 bentuk yakni : belerang yang tak teroksidasi (belerang netral) belerang yang teroksidasi (oxidized sulfur) sulfat anorganik sulfat eterial

Belerang teroksidasi ada 2 bentuk yaitu : Sulfat anorganik adalah bagian terbesar dari belerang teroksidasi. Sedangkan sulfat eterial yang terpenting dalam urin adalah indikan. Indikan merupakan zat yang berasal dari pembusukan triptofan dalam usus atau ditempat lain dalam tubuh. Jumlah indikan yang diekskresi dalam urin kira-kira 10 20 mg/24 jam. Ekskresi indikan meninggi pada beberapa keadaan seperti stagnasi usus, pembusukan dalam usus meningkat dan pada pemecahan protein jaringan atau protein cairan tubuh (abses, gangren, emfisema dan sebagainya). Cara kerja : 1. Sulfat Anorganik Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih & kering. Dimasukkan 10 ml urin kemudian ditambahkan 1 ml HCl encer dan 1 ml BaCl2 setelah itu kocok. Terbentuknya endapan putih menunjukkan BaSO4 yang terbentuk 2. Belerang yang tak-teroksidasi Dasar : Dengan adanya katalisator Zn, belerang yang terdapat dalam urin bereaksi dengan HCl encer menghasilkan gas H2S, yang baunya sangat khas dimana gas ini dapat diidentifikasi dengan menghitamnya kertas saring yang telah direndam dengan Pb asetat membntuk PbS (endapan hitam) Siapkan sebuah tabung reaksi bersih & kering. Masukkan 10 ml urin lalu masukkan sebutir Zn & sedikit HCl encer Tutup tabung tersebut dengan kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat. Kertas saring akan tampak berwarna hitam 3. Indikan (tes obermeyer) Tujuan : memeriksa adanya indikan (potassium indoksil sulfat) dalam urine

Dasar : -

pereaksi obermeyer (FeCl3 dalam HCl pekat) akan mengoksidasi gugus indoksil membentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform

Dimasukkan 5 ml urin kedalam tabung reaksi bersih dan kering. Ditambahkan sejumlah pereaksi obermeyer (5 ml), biarkan beberapa menit Lalu tambahkan 3 ml kloroform. Dicampur dengan membolak-balikkannya kira-kira 10 kali. Jangan mengocoknya! Kloroform akan mengekstraksi biru indigo yang terbentuk. Warna biru akan lebih nyata bila cairan diatas ekstrak kloroform dibuang dan ditambah dengan air

TEORI DASAR 3. FOSFAT Pada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urin kira-kira 1,1 gram/24 jam. Sebagian besar dalam bentuk fosfat anorganik dan hanya 1 4 % dalam bentuk fosfat organik. Jumlah fosfat meningkat pada beberapa penyakit, misalnya hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit tulang seperti osteomalasia, ricketsia dan sebagainya. Sedangkan ekskresi fosfat menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal, kehamilan dan lain-lain. Percobaan : Dis iapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering lalu di masukkan 5 ml urin. Ditambahkan 1 ml Dicampur dan di tambahkan 1 ml larutan ferosulfat spesial. Warna biru yang terbentuk larutan urea 10% dan 10 ml pereaksi molibdat spesial menunjukkan adanya fosfat. TEORI DASAR 4. AMONIA Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein yang mengandung N. Ini merupakan kedua yang terpenting setelah urea. Dalam urin, amonia terdapat dalam bentuk garam amonium dan jumlahnya kirakira 0,7 gram/24 jam atau 2,5 4,5 % dari nitrogen total/24 jam. Percobaan :

Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan larutan natrium hidroksida

(NaOH) pada beberapa ml urin (2 ml) sehingga reaksinya alkalis (caranya dengan melihat perubahan warna dari kertas lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru hentikan penambahan NaOH) Dipanaskan, perhatikan bau yang timbul dan uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang dibasahi HASIL PERCOBAAN KLORIDA +HNO3 + AgNO3

Kuning Sebelum penambahan

Putih

KESIMPULAN

: Urin yang ditambahkan HNO3 + AgNO3 berubah menjadi warna Putih

PEMBAHASAN : Pada percobaan klorida tabung reaksi yang berisi 5ml urin berwarna kuning. Setelah penambahan HNO3 + Ag NO3 berubah warna menjadi putih. HNO3 untuk mengasamkan urin. Warna putih yang terbentuk adalah perak klorida yang larut dalam amonia.

TES OBERMEYER

+FeCl3 + HCl

+kloroform 3ml

Coklat

bir u indig o 10

Biru Kuning Sebelum penambahan hitam

KESIMPULAN : Tabung reaksi yang berisi urin 5ml sebelum penambahan berwarna kuning. Setelah penambahan FeCl3 + HCl berubah menjadi warna hitam. Lalu ditambahkan larutan kloroform 3ml, warnanya berubah lagi menjadi coklat dan biru terlihat seperti gambar tiga diatas. Ketika kloroform dikeluarkan dan ditambahkan air warna biru indigo lebih nyata terlihat. PEMBAHASAN FOSFAT

Biru

PEMBAHASAN : tabung reaksi yang berisi urin dan di tambahkan 1ml urea 10% + 10 ml pereaksi molibdat spesial + 1ml larutan ferosulfat spesial berubah menjadi warna biru yang menunjukkan adanya fosfat.

AMONIA Keterangan : Pada percobaan Amonia tidak dilakukan percobaan karna tidak tersedianya kertas lakmus.

11

C. 1. UREA

SISA-SISA METABOLISME

Urea merupakan komponen terbanyak zat padat dalam urin. urea merupakan sisa metabolisme asam amino. Biosintesis urea dari asam amino terjadi dalam 4 tahap, yaitu : (1) Transaminasi, (2) Deaminasi oksidatif, (3) Pengangkutan amonia, dan (4) Reaksi pada siklus urea.

Kebanyakan urea dibentuk di dalam hati dan pada penyakit hati berat, nitrogen urea darah (BUN) turun dan NH3 darah meninggi. Enzim yang terlibat dalam sintesis urea adalah ornitin karbamoiltransferase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan keracunan NH3 (kongenital), sekalipun orang-orang yang heterozigot untuk defisiensi ini. Ekskresi urea dalam urin jumlahnya sangat dipengaruhi oleh 3 hal yakni intake makanan berprotein tinggi, metabolisme protein dalam tubuh dan kemampuan ginjal dalam filtrasi dan reabsorpsi urea. Pada penderita gagal ginjal dimana terjadi gangguan pada filtrasi urea akan menyebabkan terjadinya peninggian urea dalam darah yang disebut uremia. 2. ASAM URAT Asam urat dibentuk dari pemecahan purin dan dengan sintesis langsung dari 5-fosforibosil pirofosfat (5-PRPP) dan glutamin. Kadar asam urat darah normal pada manusia adalah sekitar 4 mg/dl (0,24 mmol/l). Pada manusia asam urat diekskresi melalui urin, tetapi pada mamalia yang lain asam urat dioksidasi menjadi allantoin sebelum diekskresi. Ekskresi asam urat melalui urin jumlahnya dipengaruhi olehh intake makanan sehingga kurang tepat dalam mengekspresikan laju filtrasi glomerulus. Dalam urin, asam urat dapat membentuk kristal yang mengendap dan menyebabkan batu ginjal. Peningkatan asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan urin

12

terjadi pada peningkatan intake makanan kaya purin yang meningkat pada penderita anemia hemolitik dan kanker dan penderita penyakit sendi. Hiperurisemia juga terjadi pada penderita gagal ginjal.

3. KREATININ Kreatinin disintesis didalam hati dari asam amino methionin, glisin dan arginin. Dalam otot rangka, kreatinin difosforilasi menjadi fosforil kreatinin yang merupakan simpanan energi penting untuk sintesis ATP. Kreatinin di dalam urine dibentuk dari fosforilkreatinin. Kreatinin tidak dikonversi secara langsung menjadi kreatinin. Kecepatan ekskresi kreatinin relatif konstan setiap hari, jumlahnya tidak dipengaruhi oleh intake makanan dan tidak direabsorpsi oleh ginjal. Hal ini memungkinkan ekskresi kreatinin menunjukkan kemampuan laju filtrasi glomerolus yang dinyatakan sebagai kreatinin klirens. a. Tujuan 1. Mengetahui metode pemeriksaan sisa-sisa metabolisme, yaitu urea, asam urat dan kreatinin 2. Menginterpretasi hasil pemeriksaan sisa metabolisme dalam urin b. 1. Percobaan Penentuan kadar Urea (Metode Berthelot)

Dasar : Urea dihidrolisis oleh adanya air dan urease menjadi amonia dan karbondioksida. Dalam reaksi berthelot ion amonium bereaksi dengan hipoklorit dan salisilat untuk membentuk zat warna yang dihasilkan (turunan indophenol) dapat diperkuat dengan menambahkan sejumlah kecil natrium nitroprussid. Intensitas warna sebanding dengan kadar urea diukur secara fotometrik. Reaksi :
urease + 2Urea + H2O 2NH4 + CO3 4 + + salisilat + hipoklorit 2N H4

turunan indofenol

Metode 1 : Reagensia :

13

a.

Reagens warna (fosfat buffer pH = 6,8 20 mM;sodium salisilat 61 mM;sodium nitroprussid b. Standar urea 40 mg/dl dan Larutan hypoklorit c. Sample serum/urin pengenceran 50 kali

3,4 mM;EDTA-Na2 1,34 mM; urease 23 U/ml; stabilizer)

Alat-alat : Spektrofotometer, kuvet, waterbath, pipet dan tabung reaksi

Cara kerja : Disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi label pada setiap tabung dengan : Masukkan kedalam Sampel Standa Blanko tabung r Reagen warna 1 ml 1 ml 1 ml Sampel serum/urine yg sdh 10 l diencerkan 50 kali (1 dlm 49) Standar urea 10 l Dicampurkan segera, kemudian diinkubasikan dalam waterbath selama 3 menit pada suhu 37 Larutan hypoklorit 1 ml 1 ml 1 ml o Dicampurkan segera, kemudian biarkan selama 5 menit pada suhu 37 C atau selama 10 menit Dibaca absorbansi sampel pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 578 nm (range
Absorban sampel 40 mg/dl Absorban standar

C/selama 5 menit pada suhu 20-25 oC

pada suhu 20-25 oC panjang gelombang 570 600 nm) Perhitungan : Sampel serum/plasma, kadar urea = Sampel urine, kadar urea =

Absorban sampel 2 g/dl Absorban standar

Fp = 50, jadi kadar urea urine = abs x fp x [standar] = abs x [(50 x 40 mg/dl) / 1000 g/dl] Nilai normal : Metode 2 : Sampel serum/plasma, kadar urea = 10 50 mg/dl Sampel urine, kadar urea = 20 35 g/24 jam

14

Reagensia :
a. b. suspensiurease3,5KU/l standarurea40mg/dl c. d. reagen fenol(150 mmol/liter fenol; 0,47 mmol/liter natrium larutanhipoklorit(13mmol/literNaOCl;130mmol/literNaOH) nitroprussid)

Cara kerja : Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri label pada setiap tabung dengan : Masukkan kedalam Sampel Standar Blanko tabung Suspensi urease 100 l 100 l 100 l Reagen fenol salisilat 1 ml 1 ml 1 ml Sampel serum 10 l Standar urea 10 l Dicampurkan segera, kemudian inkubasikan dalam waterbath selama 15 menit pada suhu 37 oC Larutan hypoklorit 1 ml 1 ml 1 ml Dicampurkan segera, kemudian biarkan pada suhu ruang selama 15 menit pada suhu 37 oC.

Baca absorbansi sampel pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 620 nm 2. Penentuan kadar Asam Urat (Metode enzimatik Urikase PAP) Dasar : Asam urat diubah secara kuantitatif oleh uricase sehingga menghasilkan hidrogen peroksida. Dengan adanya enzim peroksidase, H2O2 akan mengoksidasi 3,5-dikloro-2-hidroksi benzena sulfanic acid (DCHBS) dan 4-aminoantipyrin membentuk zat warna merah derivat quinoneimin. Intensitas warna yang terjadi sebanding dengan konsentrasi asam urat dan diukur secara fotometrik. Reaksi :
Uricase

Asam urat + H2O + O2


POD

Allantoin + CO2 + H2O2


zat warna merah (turunan quinoneimin) + 4 H2O

2H2O2 + 4-aminoantipyrin +3,5-dikloro-2-hidroksi sulphonat

Reagensia :

15

a. Reagens warna (Buffer pH=7 120 mM; 3,5-dikloro-2-hidroksi benzena sulfanic acid (DCHBS) 3,5 mM; 4-aminoantipyrin 0,4 mM; EDTA Na2.H2O 0,9 mM; K3Fe(CN)6 0,1 mM; Uricase 120 U/L; Peroksidase 350 U/L; Ascorbat-oksidase 7000 U/L; Stabilizers tidak reaktif) b. Standar asam urat 8 mg/dl Alat-alat : Spektrofotometer, kuvet, pipet, waterbath dan tabung reaksi

Cara Kerja : disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi label pada masing-masing tabung reaksi Sampel Standa r 1 ml 20 l Blanko dengan Masukkan kedalam tabung

Reagens warna 1 ml 1 ml Standar asam urat Sampel serum/urine yang sudah diencerkan 1:10 (larutkan 1 ml 20 l urine dalam 10 ml aquadest) - dicampurkan segera, biarkan pada suhu ruang selama 5 menit pada suhu 37 oC atau 10 menit pada suhu
ruangan

dibaca absorbans pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm

Atau Masukkan kedalam tabung Sampel Standa Blanko r Reagens warna 2 ml 2 ml 2 ml Standar asam urat 40 l Sampel serum/urine yang sudah diencerkan 1:10 (larutkan 1 ml 40 l urine dalam 10 ml aquadest) - Campurkan segera, biarkan pada suhu ruang selama 15 menit pada suhu 37
o

C. Baca absorbans pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm


Absorban sampel 8 mg/dl Absorban standar

Perhitungan : Kadar asam urat serum =

16

Kadar asam urat urin =

Absorban sampel 88 mg/dl fp Absorban standar

Dalam hal ini, fp = faktor pengenceran = 11 Jadi, 88 = fp x 8 Nilai Normal :Asam urat serum = laki-laki = 3,4 7 mg/dl Perempuan = 2,4 5,7 mg/dl Asam urat urin = 250 750 mg/24 jam

3.

Penentuan kadar Kreatinin (Metode Jaffe tanpa deproteinisasi) Kreatinin (anhidrida kreatin) banyak terdapat dalam jaringan otot. Kreatin fosfat merupakan cadangan

ikatan fosfat berenergi tinggi dalam otot. Kreatinin terutama dibentuk didalam otot dan diekskresi melalui ginjal. Ekskresi kreatinin pada seseorang dalam 24 jam dari hari ke hari tetap dan berhubungan dengan berat badan orang itu. DASAR : Kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana alkali bereaksi membentuk suatu senyawa kompleks berwarna kuning orange. Intensitas warna yang dihasilkan sebanding dengan kadar kreatinin diukur secara fotometrik. REAGENS :
1. mol/l Asam pikrat 0,035 2. Natrium hidroksida 3. mg/dl Standar kreatinin 2 0,32 mol/l

ALAT-ALAT : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi, stopwatch CARA KERJA : Sebelumnya buatlah larutan pikrat alkali sesuai dengan kebutuhan, dengan mencampur reagens 1 dan 2 dengan perbandingan 1 : 1 (tahan selama 6 jam pada temperatur kamar dalam botol berwarna gelap). Siapkan 2 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda pada tabung reaksi :

17

Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar Larutan pikrat alkali 2 ml 2 ml Sampel serum/urine yang diencerkan 1:49 200 l Standar 200 l Campurkan baik-baik dan biarkan selama 30 detik pada temperatur kamar. Kemudian ukur

absorbansinya. Diamkan selama 2 menit. Ukurlah kembali absorbansi sampel dan standar terhadap blanko (aquadest) pada panjang gelombang 492 nm PERHITUNGAN : Kadar kreatinin =
Asp 2 Asp 1 2 mg/dl Ast 2 Ast 1 Asp 2 - Asp1 100 mg/dl Ast 2 - Ast1

Kadar kreatinin urine = Kreatinin klirens =

kreatinin urin 1440 kreatinin serum 24

Keterangan : Asp1 = absorbansi sampel pada waktu 30 detik Asp2 = absorbansi sampel pada waktu 2 menit Ast1 = Absorbansi standar pada waktu 30 detik Ast2 = absorbansi standar pada waktu 2 menit Dimana, fp = faktor pengenceran = 50. Jadi, 100 = fp x 2 NILAI NORMAL : Serum = Laki-laki Perempuan Urin = Laki-laki Perempuan < 50 tahun) (> 50 tahun) < 1,3 mg/dl < 1,4 mg/dl < 1,1 mg/dl : 20 26 mg/kg BB/24 jam : 14 22 mg/kg BB/24 jam

HASIL Kadar kreatinin =


0,530 - 0,528 2 mg/dl 0,850 - 0,833

18

0,002 2 mg/dl = 0,235 mg/dl 0,017 0,530 - 0,528 100 mg/dl 0,850 - 0,833 0,002 100mg/dl = 11,7650 mg/dl 0,017 11,765 1440 0,235 24

Kadar Kreatinin Urin =

Kreatinin Clearance =

= 50,063 x 60 = 3003,78 mg/dl PEMBAHASAN Kreatin terutama di sintesa dalam hati dan ginjal dari asam-asam amino. Ia diambil dari aliran darah oleh otot-otot, pada mana ia di fosforilisasi dan memasuki metabolisme otot- hampir semua kreatin tubuh terdapat dalam otot. Produk akhir metabolisme kreatin dalam otot adalah kreatinin, yang secara metabolik tak aktif; kreatinin berdifusi ke dalam plasma dan disekresikan ke dalam urin. Ekskresi kreatinin dalam urin pada orang sehat sedikit bervariasi dari hari e hari. Besarnya ekskresi kreatin mulai urin di anggap menggambarkan masa otot aktif total dan pemeriksaan kreatin urina di gunakan sebagai pemeriksaan sangat kasar akan ketetapan pengumpulan contoh urina 24 jam berturut-turut. Pada orang dewasa, kreatin urina sekitar 9-18 mmol/24 jam, sedangkan pada anak kecil ekskresi 24 jam sekitar 90-160 umol/kg berat badan.

19

PEMBAHASAN UREA Hampir seluruh urea dibentuk didalam hati, dari katabolisme asam-asam amino dan merupakan produk ekskresi metabolisme protein yang utama. Konsentrasi urea dalam plasma darah terutama menggambarkan keseimbangan antara pembentukan urea dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal. Sejumlah urea dimetabolisme lebih lanjut dan sejumlah kecil hilang dalam keringat dan feses. ASAM URAT Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme asam nukleat dan purin pada manusia melalui jalur umum akhir untuk konversi xantin, dengan menggunakan xantin oksidase, menjadi asam urat. D. ZAT-ZAT PATOLOGIK DALAM URIN 1. GLUKOSA Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram glukosa diekskresi dalam 24 jam. bila kadar glukosa dalam urin tinggi disebut glukosuria. Pada keadaan fisiologik, glukosuria dapat terjadi setelah makan banyak karbohidrat (alimentary glukosuria). Sedangkan, pada keadaan patologik glukosuria dapat disebabkan oleh : Ambang ginjal untuk glukosa menurun. Pada keadaan ini, gula darah dalam batas-batas normal. Gangguan metabolisme karbohidrat. Ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat sehingga Hal ini terjadi pada beberapa kelainan ginjal dan disebut renal diabetes. ambang ginjal dilampaui dan glukosa dikeluarkan kedalam urin. misalnya, terdapat pada penyakit diabetes mellitus, hipopituitarisme dan hiperadrenalisme. Tujuan : memeriksa kadar gula dalam urine secara semikuantitatif Dasar : dalam suasana alkalis ion kupri akan direduksi menjadi kuprooksida oleh gula yang memiliki gugus aldehide atau keton bebas. Kuprooksida yang terbentuk bersifat tidak larut dan berwarna

20

merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sebanding dengan kadar gula yang terdapat dalam urine. Cara kerja : Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih & kering. Dimasukkan 2,5 ml pereaksi benedict & Dipanaskan selama 5 menit pada penangas air mendidih atau didihkan diatas api kecil selama 1 campurlah dengan 4 tetes urin menit. Biarkanlah menjadi dingin perlahan-lahan Penafsiran : Warna Biru/hijau keruh Hijau/kuning hijau Kuning/kuning kehijauan Jingga Merah bata PEMBAHASAN 2. ZAT-ZAT KETON Yang termasuk zat-zat keton ialah asam asetoasetat, -hidroksibutirat dan aseton. Zat-zat ini merupakan zat antara pada pemecahan asam lemak didalam hati dan selanjutnya mengalami pemecahan pada jaringan ekstrahepatik. Pada beberapa keadaan patologik, terjadi penimbunan zat-zat keton dalam darah (ketonemia) dan dikeluarkan melalui urin dalam jumlah besar (ketonuria). Keadaan ini disebut ketosis. Cara kerja : Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 5 ml urin kedalamnya Dibubuhkan kristal amonium sulfat sampai jenuh (penambahan diteruskan sedikit demi sedikit, Ditambahkan 23 tetes Na-nitroprussid 5% dan 1 2 ml amonium hidroksida pekat. Dicampur Penilaian 0 + ++ +++ ++++ Kadar <0,5 g% 0,5 1 g% 1 2 g% > 2 g%

jika dikocok kristal amonium sulfat tidak larut lagi maka hentikan penambahan) dan biarkan selama setengah jam. Terbentuknya warna ungu menyatakan adanya zat-zat keton.

21

PEMBAHASAN 3. PROTEIN Dalam keadaan normal, tidak lebih dari 30 200 mg protein diekskresi dalam 24 jam. yang dimaksud dengan proteinuria ialah terdapatnya protein dalam jumlah yang abnormal dalam urin. urin normal tidak memberi hasil positif dengan tes-tes terhadap protein yang biasa dikerjakan. Percobaan : Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 2 ml urin kedalamnya dan ditambahkan 4 tetes larutan asam sulfosalisilat 10%. Kekeruhan atau presipitat menyatakan adanya albumin atau globulin, presipitat akan bertambah pada pemanasan. PEMBAHASAN 4. DARAH Bila dalam urin terdapat darah, keadaan ini disebut hematuria atau hemoglobinuria. Hematuria terjadi karena darah masuk kedalam urin, misalnya pada radang atau kerusakan ginjal dan saluran kemih. Sedangkan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis sehingga hemoblin dibebaskan. Ini dapat terjadi pada penyakit malaria, reaksi transfusi atau kongenital. Darah dapat kita periksa secara mikroskopis atau kimia. Secara kimia yaitu dengan tes yang kita kenal sebagai benzidin test/orthotoluidine test atau dapat pula dengan menggunakan tes guaiak. Cara kerja : a. Tes guaiak : Disiapkan tabung reaksi kosong dan bersih. dipipet 2 ml urin kedalamnya dan 3 ml reagen guaiak 1% dalam alkohol. Tambahkan 1 ml H2O2 3%. Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil tes positif Disiapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Dipipet 2 ml urin yang telah dimasak (diatas penangas air mendidih) kedalam tabung reaksi, dinginkan. Kemudian tambahkan 1 ml reagen guaiak 1% dalam alkohol dan 1 ml H2O2 3%. Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil tes positif dan catat perbedaannya b. Tes orthotoluidin/benzidin:

22

Disiapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Dipipetkan 1 ml urin kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 ml reagen orthotoluidin 1% dalam asam asetat glasial dan 1 ml H 2O2 3%. Warna biru kehijauan yang terbentuk menunjukkan hasil tes positif

PEMBAHASAN 5. BILIRUBIN Bilirubin normalnya tidak terdapat dalam urin. pada keadaan-keadaan patologik seperti hepatitis dan batu empedu maka bilirubin akan meninggi kadarnya didalam darah dan kemudian akan diekskresikan melalui urin. Cara kerja : Disiapkan tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 5 ml urin dan 3 ml BaCl2 10%. Campur Dibentangkan kertas saring tersebut diatas corong biarkan hingga kering. Diteteskan 2 3 tetes kemudian saring reagen fouchet diatas kertas saring berisi endapan tersebut. Terbentuknya warna hijau menandakan bilirubin positif HASIL 1. Zat-zat keton

Hasil : negatif Kesimpulan : karena pada sampel pada percobaan ini tidak terbentuknya warna ungu yang tertera pada penuntun biokimia. Pembahasan : badan keton adalah asam asetoasetat, -hidroksibutirat dan aseton. Zat ini merupakan zat antara pada pemecahan pada jaringan ekstrahepatik. Pada beberapa keadaan patologik, terjadi penimbunan zat-zat keton dalam darah (ketonemia) dan dikeluarkan melalui urin dalam jumlah besar (ketonuria). Keadaan

23

ini disebut ketosis. 2. Protein Hasil : positif Kesimpulan : karena pada sampel terbentuk warna kekeruhan Pembahasan : kekeruhan pada hasil protein menyatakan adanya albumin atau globulin, yang akan dibertambah pada pemanasan. Dan pada keadaan normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan dalam 24 jam.

3.

Darah = negatif = positif b) tes orthotoluidin/benzidin

Hasil : a) tes guaiak

karena terbentuk warna merah karna ditambahkan reagen ortholuidin Kesimpulan : a) pada tes guaiak, pada sampel tidak terbentuk warna merah b) pada tes orthotoluidin/benzidin, terbentuk warna merah karena di tambahkan reagen orthotoluidin Pembahasan : bila dalam urin terdapat darah, keadaan ini di sebut hematuria atau hemoglobinuria. Hematuria terjadi karena darah masuk kedalam urin, misalnya pada radang atau kerusakan ginjal dan saluran kemih. Sedangkan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis sehingga hemoblin dilepaskan. Ini dapat terjadi pada penyakit malaria, reaksi transfusi atau kongenital. 4. Bilirubin

Keterangan : pada percobaan bilirubin tidak dilakukan percobaan 5. Glukosa

24

Hasil : negatif dan menghasilkan warna biru atau hijau keruh Kesimpulan : karena tidak terbentuknya endapan-endapan yang tertera pada penuntun Pembahasan : pada percobaan di dapatkan warna biru. Hal tersebut terjadi karena tidak terbentuk endapan. Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1gr glukosa diekskresikan dalam 24 jam.

RESPIRASI
PRAKTIKUM 1. HEMOGLOBIN Pendahuluan Hemoglobin merupakan protein yang terdapat didalam sel darah merah (SDM)/Red Blood Cell (RBC) dan berfungsi antara lain untuk : 1. Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh 2. Mengikat dan membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru 3. Memberi warna merah pada darah 4. Mempertahankan keseimbangan asam basa dari tubuh Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap manomernya terikat pada gugus prostetik heme dan keseluruhannya mempunyai berat molekul 64,450 Dalton. Darah mengandung 7,8 sampai 11,2 mMol hemoglobin monomer/L (12,6 sampai 18,4 g/dl) tergantung pada umur dan jenis kelamin individu. Hemoglobin dapat mengikat 4 atom oksigen pertetramer (satu pada tiap subunit heme). Atom oksigen terikat pada atom Fe+2, yang terdapat pada heme, pada ikatan koordinasi lima. Hemoglobin yang terikat

25

pada oksigen disebut hemoglobin teroksigenasi atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin (Hb). Hemoglobin juga dapat mengikat gas hasil pembakaran yang tidak sempurna yaitu karbonmonoksida (CO) dan disebut karbonmonoksida hemoglobin (HbCO). Ikatan Hb dengan CO 200 kali lebih kuat daripada ikatan Hb dengan oksigen dan akibatnya Hb tidak dapat lagi mengikat, membawa dan mendistribusikan oksigen ke jaringan. Dalam keadaan lain, muatan atom Fe yang terdapat pada pusat heme dapat berubah menjadi Fe+3. Hal ini dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut hemoglobin teroksidasi atau methemoglobin (metHb) atau Hb(Fe+3). Dalam bentuk ini Hb tidak dapat mengikat oksigen atau kehilangan fungsinya yang amat penting. Beberapa derivat dari Hb, misalnya oksiHb, Hb dan HbCO dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada pengenceran ini oksiHb terlihat berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna merah kecoklatan dan HbCO berwarna merah terang (carmine tint). Untuk lebih jelas lagi setiap derivat Hb dapat pula dibedakan dengan menggunakan spektroskop, yaitu suatu teknik berdasarkan perbedaan absorpsi warna-warna tertentu dari spectrum cahaya putih. Bila suatu larutan berisi suatu zat warna diletakkan antara lain tersebut dan sumber cahaya, maka akan terlihat daerah (pita) berwarna hitam pada bagian spectrum tempat terjadinya penyerapan warna tersebut. Dengan menentukan letak serta intensitas pita-pita absorpsi itu, maka dapat ditemukan pigmen apa yang sedang diperiksa itu. Pada spektroskop yang tidak dilengkapi dengan skala panjang gelombang cahaya, letak pita absorpsi itu ditentukan dengan membandingkan dengan garis-garis fraunhofer itu akan terletak pada perkiraan : B = 687 mu, C = 656 mu, D = 589 mu, b = 517 mu, F = 486 mu, dan G = 431 mu. Diagram spectrum matahari dengan garis-garis Fraunhofer dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
B Merah 700 C jingga 600 D kuning hijau 500 E b F G biru ungu 400

Tujuan praktikum : a. b. Memperlihatkan bahwa Hb dapat mengikat dan melepaskan oksigen Memperlihatkan bahwa ikatan Hb dengan karbonmonoksida jauh lebih kuat

dibandingkan ikatan Hb dengan O2

26

c. d. Percobaan : I.

Memperlihatkan bahwa besi dalam molekulHb bila dioksidasi akan menjadi MetHb & Penetapan kadar Hb kuantitatif (cara sianmethemoglobin) HEMOGLOBIN

tidak dapat mengikat oksigen lagi

1. UJI OKSIHEMOGLOBIN DAN DEOKSIHEMOGLOBIN A. TUJUAN : Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2) dan terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin B. DASAR Dalam keadaan tereduksi Fe dalam molekul Hb dapat mengikat dan melepaskan oksigen tergantung pada tekanan O2 dan CO2 Hb(Fe+2) + O2
DeoksiHb

Hb(Fe+2)O2
OksiHb

Untuk mereduksi oksi Hb menjadi deoksi Hb digunakan larutan stokes C. BAHAN DAN PEREAKSI 1. Darah segar D. CARA KERJA 1. Oksihemoglobin a. Ke dalam sebuah tabung reaksi encerkan 2 ml darah dengan 6 ml air suling. Campur dengan baik dan perhatikan warna kekuning-kuningan dari oksihemoglobin yang terbentuk. b. Bagi 2 isi tabung sehingga masing-masing berisi 4 ml. Gunakan tabung 1 sebagai kontrol 2. Pembentukan Deoksihemoglobin a. Isi tabung ketiga dengan 2 ml pereaksi stokes dan tambahkan NH4OH secukupnya untuk melarutkan endapan yang segera terbentuk. Campuran ini merupakan pereduksi yang amat kuat. b. Masukkan beberapa tetes larutan stokes kedalam tabung 2. Terlihat perubahan warna karena terbentuknya deoksihemoglobin. Bandingkan dengan tabung 1 c. Pindahkan 2 ml larutan deoksihemoglobin ke tabung lain sebagai kontrol 3. Pembentukan kembali Oksihemoglobin dari Deoksihemoglobin 2. Pereaksi stokes 3. Larutan NH4OH

27

a. Kocok kuat-kuat tabung yang berisi deoksihemoglobin, maka akan kembali terjadi oksigenasi dari udara. Perhatikan dan catat warna HbO2 yang kembali terbentuk b. Oksigenasi dan deoksigenasi ini dapat dilakukan berulang-ulang E. HASIL Hasil Warna terbentuk yang Tabung 1 OksiHb MERAH Tabung 2 DeoksiHb MERAH TUA Tabung 3 Reoksigenasi DeoksiHb KUNING KEHIJAUAN

F. KESIMPULAN Hemoglobin dapat mengikat oksigen, terlihat pada hasil tabung-tabung reaksi yang berwarna merah maron dan hemoglobin juga dapat melepas oksigen (deoksihemoglobin) terlihat pada tabung ke-4 yang berwarna merah pekat.

H. PEMBAHASAN Oksihemoglobin: hemoglobin tanpa oksigen (hemoglobin tereduksi) adalah ungu muda; hemoglobin teroksigenasi penuh, dengan tiap pasangan hem +globin membawa dua atom oksigen, berwarna kuning-merah. 1gr hemoglobin membawa 1,34 ml oksigen. Seharusnya symbol untuk oksihemoglobin adalah HdO8, tetapi HbO2 adalah kovensional.

28

A. TUJUAN : Membuktikan bahwa Hb dapat mengikat CO yang ikatannya lebih kuat daripada Hb dengan O2 B. DASAR : Gas CO yang berasal dari proses-proses pembakaran yang tidak sempurna dapat mengikat Hb membentuk HbCO. Ikatan ini sangat kuat (kurang lebih 200 kali lebih kuat dibanding ikatan Hb dengan O2). HbCO berwarna merah terang HbO2 + CO HbCO + stokes HbCO + O2 tidak bereaksi
(tetap berwarna merah terang)

C. BAHAN DAN PEREAKSI


1. Darah segar 2. Sumber gas CO 3. Pereaksi stokes

4. NH4OH

D. CARA KERJA 1. Encerkan 2 ml darah dengan 8 ml air suling. Bagi 2 darah encer tersebut (masing-masing 5 ml) dalam 2 tabung reaksi 2. Pada tabung 1 alirkan gas CO (dalam lemari asam). Oksihemoglobin akan berubah menjadi karbonmonoksida hemoglobin. Bandingkan kedua warna tabung tadi 3. Pindahkan masing-masing 1 ml dari tabung 1 (berisi HbCO) kedalam tabung 3 dan tabung 4 dan masing-masing 1 ml dari tabung 2 (berisi HbO2) kedalam tabung 5 dan 6 4. Tambahkan pereaksi stokes pada tabung 3 dan 5. Perhatikan hasil yang diperoleh 5. Encerkan isi tabung ke-4 dan ke-6 dengan 4 ml air suling. Bandingkan warna kedua cairan itu. OksiHb berwarna kekuning-kuningan, sedang HbCO berwarna kemerahan (carmine tint)

E. HASIL Tabung OksiHb Warna sebelum penambahan pereaksi stokes Warna setelah penambahan pereaksi stokes F. KESIMPULAN KarbonmonoksidaHb

29

Pada percobaan ini tidak dilakukannya percobaan. PERTANYAAN Gejala-gejala apakah yang terlihat pada seseorang yang keracunan CO Jawaban :

2.

UJI METHEMOGLOBIN A. TUJUAN : Memperlihatkan bila besi dalam molekul Hb dioksidasi menjadi Fe+3 maka terbentuk metHb yang tidak lagi dapat mengikat O2 B. DASAR Hb(Fe+2) + K3Fe(CN)6
Hb oksidator

Hb(Fe+3) + K4Fe(CN)6
metHb

metHb tidak dapat lagi mengikat O2 C. BAHAN DAN PEREAKSI


1. Darah segar

2. Pereaksi K3Fe(CN)6

3. Pereaksi stokes

D. CARA KERJA 1. Encerkan 1 ml darah dengan 4 ml air suling kedalam tabung reaksi 2. Ke dalam tabung itu ditambahkan beberapa tetes K3(Fe(CN)6 33%. Perhatikan & catat perubahan warna yang terjadi. Kemudian tambahkan pereaksi stokes kedalam tabung tersebut & kocok kuat-kuat. Perubahan apakah yang terlihat?

30

3. Encerkan 3 ml darah dengan 3 ml air suling dan panaskan sebentar. Lalu tambahkan 6 ml K3Fe(CN)6. Campur dengan membalik-balikkannya. Perhatikan gelembung-gelembung oksigen yang terbentuk E. HASIL Tabung + K3(Fe(CN)6 Pengocokan kuat + stokes Pengocokan kuat Biru Biru tua & ada Gelembung udara Warna tabung 1 Merah + K3(Fe(CN)6 Gelembung udara Warna tabung 2 Coklat tua Ada gelembung udara dr bawah keatas

F. KESIMPULAN Tabung 1 yang mempengaruhi perubahan warna adalah pelarut stokes dan tidak terjadi pengikatan oksigen karna pereaksi stokes yang mengambil oksigen dari hemoglobin dan bersifat oksidasi, pereaksi stokes adalah zat reduktor. Dan terjadi perubahan warna setelah pengocokan kuat menjadi biru tua serta adanya gelembunggelembung oksigen yang terbentuk. Tabung 2 adanya pembentukan gelembung-gelembung oksigen karna pemanasan dan penambahan K3(Fe(CN)6. Hb(Fe+2) + K3Fe(CN)6
Hb oksidator

Hb(Fe+3) + K4Fe(CN)6
metHb

G. PERTANYAAN Percobaan ini terdiri atas 2 bagian, apakah perbedaan dari ke-2 percobaan itu ? Jawaban : Yang membedakan percobaan 1 dan 2 terlihat pada hasil diatas yaitu , tabung 1 adanya penambahan pelarut stokes dan terjadi perubahan warna menjadi biru tua setelah dilakukan pengocokan kuat, sedangkan tabung 2 tidak

31

adanya penambahan pelarut stokes dan terjadi perubahan warna menjadi coklat tua. H. PEMABAHASAN Ia merupakan hematin-globin, yang mengandung FeIII. Methemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen untuk pernapasan. Pada metabolism hemoglobin normal ia diedarkan oleh autooksidasi dan reduksi melalui methemoglobin, walaupun kurang 1 persen yang terdapat pada suatu waktu kapanpun. Methemoglobin adalah coklat dan methemoglobinemia dapat dicurigai dari warna darah yang diencerkan serta di diagnosa dengan spektroskopi diferensial gejala-gejala sianosis timbul bila 15% hemoglobin (2,5 g/dl) dan anoksia bila lebih dari 30% hemoglobin terdapat sebagai methemoglobin.

3.

PENETAPAN

KADAR

Hb

DALAM

DARAH

(METODE

SIANMETHEMOGLOBIN) A. DASAR : Derivat-derivat hemoglobin dalam darah diubah oleh kalium hexacianoferat (III) dan kalium cianida menjadi cianmethemoglobin (HbCN). Intensitas warna sebanding dengan kadar hemoglobin, diukur secara fotometrik. Hb + Fe(CN)63MetHb + KCN ml) C. ALAT-ALAT : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi D. CARA KERJA Drabkins reagent Darah 5 ml 20l MetHb MetHbCN

B. REAGENS : Drabkins reagent (NaHCO3 1000 mg; K3Fe(CN)6 200 mg; KCN 50 mg/1000

32

Bilas pipet dengan campuran pereaksi, campurkan benar-benar. Sesudah 3 menit pindahkan isi tabung reaksi ke dalam kuvet dan baca absorbans pada panjang gelombang 546 nm E. PERHITUNGAN Kadar Hb = absorbans x 36,8 gr/dl F. NILAI NORMAL
25 gr/dl Laki-laki :14 18 gr/dl 11 14 gr/dl Anak (6 tahun 12 tahun):12 16 gr/dl Anak (1 bulan 2 Perempuan :12 16 gr/dl Bayi (0 4 minggu):16 tahun):10 15 gr/dl Anak (2 tahun 6 tahun) :

G. KESIMPULAN Dalam percobaan penetapan kadar Hb dalam darah (metode sianmethemoglobin) tidak dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Baron D.N, kapita selekta patologi klinik, 4thed, penerbit buku kedokterran
EGC.1990

2. Murray R.K, granner D.K, rodwell V.W, biokimai Harper, 27th, penerbit buku
kedokteran EGC.2009

3. Sacher R.A, McPherson R.A, tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, 11thed,
penerbit buku kedokteran EGC.2004

33

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

RESPIRASI

34

NAMA STAMBUK

: NOVITASARI : 10 777 019

NAMA NO. STAMBUK : KELOMPOK INSTRUKTUR : :

: III

NOVITASARI

10 777 019 dr. Rezki Tantular

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU 2011

35

Anda mungkin juga menyukai