Anda di halaman 1dari 38

Protokol

RISET KESEHATAN DASAR


(RISKESDAS)
2017-2018

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA 2017

1
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes)
merupakan salah satu unit dibawah Kementerian Kesehatan yang mempunyai visi
sebagai pengawal kebijakan dan legitimator program pembangunan kesehatan
berbasis bukti. Visi tersebut memberikan gambaran bahwa Badan Litbangkes
melalui kegiatan penelitian mempunyai peran menata arah kebijakan, program,
dan kegiatan pembangunan, sehingga salah satu misi dari Badan Litbangkes
adalah menghasilkan rekomendasi untuk pembangunan kesehatan1. Dalam
menyusun arah pembangunan kesehatan diperlukan data yang dapat memberikan
informasi pencapaian hasil pembangunan yang telah dilakukan, sehingga dapat
disusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan
tepat sasaran. Badan Litbangkes setiap lima tahun sekali melakukan
pengumpulan data berbasis komunitas di seluruh Indonesia, dengan tujuan
menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu
lima tahun terakhir.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) merupakan penelitian bidang
kesehatan berbasis komunitas yang dapat menggambarkan tingkat nasional
sampai dengan tingkat kabupaten/kota. Pelaksanaan Riskesdas diharapkan dapat
dilakukan setiap 5 tahun sekali. Pelaksanaan lima tahun sekali dianggap interval
yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor
risiko, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan.
Riskesdas dilaksanakan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS)
dalam hal metode dan kerangka sampel, dengan proses mengumpulkan data
spesifik kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga pengumpul data berlatar
belakang pendidikan minimal D3 kesehatan. Metode pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan. Pada tahun 2007
dan 2013, mengukur semua indikator kesehatan utama, yang meliputi status
kesehatan (morbiditas disabilitas, status gizi, dan cedera), kesehatan lingkungan
(higienis, sanitasi, jamban, air dan perumahan), pengetahuan-sikap-perilaku
kesehatan (pencarian pengobatan, PHBS, penggunaan tembakau, minum alkohol,
aktivitas fisik, perilaku konsumsi makanan berisiko), berbagai aspek mengenai
pelayanan kesehatan (akses, cakupan, mutu layananan, pembiayaan kesehatan)
2
dan pengukuran serta pemeriksaan yang dilaksanakan seperti berat badan, tinggi/
panjang badan, lingkar perut, lingkar lengan atas, kesehatan gigi, tekanan darah,
kadar hemoglobin, glukosa darah puasa dan 2 jam pasca pembebanan, RDT
malaria dan pengambilan spesimen darah untuk parameter kimia klinik sebagai
faktor resiko terkait dengan faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak
menular dengan tingkat representative Nasional.
Hasil Riskesdas 2007 dan 2013 telah dimanfaatkan oleh pelaksana
program Kementerian Kesehatan, termasuk pengembangan rencana kebijakan
pembangunan kesehatan jangka menengah (RPJMN 2010-2014 dan RPJMN
2015-2019) oleh Bappenas, dan beberapa kabupaten/ kota menggunakan data
Riskesdas untuk perencanaan, pemantauan, dan mengevaluasi program-program
kesehatan dengan berbasis bukti (evidence-based planning). Komposit beberapa
indikator Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2013 juga telah digunakan menyusun
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di Indonesia. Nilai IPKM
menghasilkan gambaran peringkat Kabupaten/Kota dalam bidang kesehatan,
sehingga dapat melihat disparitas pembangunan kesehatan yang terjadi di
Indonesia.
Tahun 2018 merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan kabinet Indonesia
Bersatu II, dan merupakan tahun awal implementasi pelaksanaan SDGs di
Indonesia, serta awal pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2016.
Pelaksanaan Riskesdas 2018, dilakukan dengan mempertimbangkan SDGs,
RPJMN, Renstra, Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM), Program Indonesia Sehat – Pendekatan Keluarga
(PIS-PK), dan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas).
Banyaknya informasi yang dapat dihasilkan melalui pelaksanaan
Riskesdas 2018 dan dapat dimanfaatkan oleh banyak sektor terkait, maka perlu
dipersiapkan dengan baik mulai tahun 2017. Pelaksanaan Riskesdas 2018
diintegrasikan dengan Susenas yang dilaksanakan BPS untuk menudukung
kebijakan one data. Kedua data tersebut diharapkan menghasilan informasi
lengkap terkait bidang kesehatan dan sudah dapat diakses sebelum tahun 2018
berakhir.
.

3
I.2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana pencapaian status kesehatan masyarakat pada tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota?
b. Bagaimana gambaran karakteristik status kesehatan masyarakat pada tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten/kota?
c. Bagaimana gambaran faktor risiko yang terkait dengan status kesehatan
masyarakat pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota?

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan Umum:
Menyediakan informasi derajat kesehatan yang telah dicapai selama kurun waktu
5 tahun terakhir dan informasi besaran masalah faktor risiko terkait derajat
kesehatan yang diukur, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan
kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia.

Tujuan Khusus:
a. Menyediakan informasi terkait indikator morbiditas, disabilitas, dan status gizi
yang dicapai dari hasil pelaksanaan program selama kurun waktu 5 tahun
terakhir pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.
b. Menyediakan informasi besaran masalah berdasarkan faktor risiko dari
indikator morbiditas, disabilitas, dan status gizi pada tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/ kota.
c. Memberikan gambaran permasalahan morbiditas dan faktor risiko pada tingkat
nasional berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
d. Menyediakan informasi cakupan pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota.
I.4. Manfaat dan Luaran Penelitian
A. Manfaat Penelitian
1. Pemegang Program
a. Pusat
i. Evaluasi capaian program yang telah dijalankan
ii. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data
4
b. Provinsi
i. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan di tingkat provinsi
ii. Dasar evaluasi dan pengembangan program di tingkat provinsi
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data di
tingkat provinsi
c. Kabupaten/Kota
i. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan di tingkat kab/ kota
ii. Dasar evaluasi dan pengembangan program di tingkat kab/ kota
iii. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data di
tingkat kab/ kota
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
i. Sebagai dasar penyusun Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat
ii. Sebagai dasar penentuan masalah untuk prioritas pelaksanaan
penelitian
3. Akademisi/Institusi Pendidikan
i. Mendukung institusi pendidikan dalam menghasilkan sumber
daya manusia bidang kesehatan melalui pemanfaatan data

B. Luaran Penelitian
Tersedianya data kesehatan berdasarkan karakteristik masyarakat sebagai
berikut:
a. Status kesehatan: prevalensi penyakit menular, penyakit tidak menular,
gangguan jiwa, cedera, disabilitas, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
reproduksi, kesehatan bayi dan balita, status gizi.
b. Pengetahuan dan perilaku kesehatan: pengetahuan komprehensif
HIV/AIDS, perilaku higienis, penggunaan tembakau, alkohol, konsumsi
makanan berisiko, aktivitas fisik, konsumsi buah-sayur, penggunaan
tembakau dan minuman beralkohol.
c. Status sanitasi lingkungan perumahan
d. Upaya pelayanan kesehatan: akses dan pelayanan kesehatan, cakupan
pelayanan kesehatan ibu dan anak.

5
II. METODOLOGI

II.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep yang digunakan Riskesdas 2018 mengacu pada
paradigma kesehatan menurut HL Blum. Kerangka konsep menggambarkan
keterkaitan antara status kesehatan dan faktor-faktor risikonya. Kerangka konsep
dapat dilihat pada Gambar 1.

6
PELAYANAN KESEHATAN:
Farmasi, Pengobatan tradisional,
Akses terhadap pelayanan
kesehatan,
Pembiayaan kesehatan, JKN
ANC, KN, Monitoring
pertumbuhan

DERAJAT KESEHATAN:
PERILAKU: KETURUNAN:
Morbiditas (PTM, PM, ODGJ, Gigi),
Aktifitas fisik, PHBS, Makanan Tinggi badan ibu, Cacat
St Gizi, Disabilitas, Riwayat
berisiko, Penggunaan tembakau, Bawaan
kehamilan
Konsumsi alkohol

LINGKUNGAN:
Higiene, Sanitasi,
Penggunaan jamban, air
Perumahan, Konsumsi
makanan berisiko
Gambar 1: Modifikasi Konsep HL Blum

7
II.2 Desain Penelitian
Riskesdas merupakan survey berskala nasional dengan disain potong lintang (cross-
sectional), non-intervensi atau observasi.

II.3 Lokasi dan Waktu


Survei dilaksanakan di 34 provinsi, 514 Kabupaten/Kota di Indonesia. Kegiatan
persiapan sampai dengan pelaporan dilakukan mulai Januari 2017 hingga Desember
2018.

II.4 Populasi dan Sampel


Populasi dan Sampel Kesehatan Masyarakat
Riskesdas 2018 menggunakan kerangka sampel Susenas 2018 yang dilaksanakan bulan
Maret. Terkait dengan integrasi antara Riskesdas dan Susenas, maka populasi dan sampel
Riskesdas juga merujuk pada 300.000 rumah tangga dari 30.000 BS dari sampel Susenas.
Populasi adalah seluruh rumah tangga di Indonesia, dan sampel adalah rumah-tangga
terpilih di Blok Sensus (BS) menurut kerangka sampel Susenas yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan metode PPS (probability proportional to size)
menggunakan linear systematic sampling, dengan Two Stage Sampling
Tahap 1: Melakukan implicit stratification seluruh Blok Sensus (BS) hasil Sensus
Penduduk (SP) 2010 berdasarkan strata kesejahteraan. Dari master frame 720.000 BS
hasil SP 2010 dipilih 180.000 BS (25%) secara PPS untuk menjadi sampling frame
pemilihan BS. Memilih sejumlah n BS dengan metode PPS disetiap strata urban/rural
per Kabupaten/Kota secara systematic sehingga dihasilkan Daftar Sampel Blok Sensus
(DSBS). Jumlah total BS yang dipilih adalah 30.000 BS.
Tahap 2: Memilih 10 rumah tangga di setiap BS hasil pemutakhiran secara systematic
sampling dengan implicit stratification pendidikan tertinggi yang ditamatkan KRT
(Kepala Rumah Tangga), untuk menjaga keterwakilan dari nilai keragaman karakteristik
rumah tangga.
Berikut ini adalah jumlah alokasi BS per provinsi berdasarkan klasifikasi urban-rural:

8
Tabel 1: Alokasi jumlah BS Kesmas per Provinsi Berdasarkan Strata Urban-Rural
Jumlah Alokasi BS SSN 2018 Estimasi
Kode Provinsi
Kabupaten/kota Kab/Kota dan RKD Modul IPKM
Urban Rural Total
11 Aceh 23 348 820 1,168
12 Sumatera Utara 33 852 1,044 1,896
13 Sumatera Barat 19 414 606 1,020
14 Riau 12 288 476 764
15 Jambi 11 172 456 628
16 Sumatera Selatan 17 312 668 980
17 Bengkulu 10 156 356 512
18 Lampung 15 236 696 932
19 Kep. Bangka Belitung 7 180 180 360
21 Kep. Riau 7 268 92 360
31 Dki Jakarta 6 520 - 520
32 Jawa Barat 27 1,560 836 2,396
33 Jawa Tengah 35 1,456 1,296 2,752
34 Di Yogyakarta 5 260 116 376
35 Jawa Timur 38 1,578 1,418 2,996
36 Banten 8 448 228 676
51 BALI 9 352 224 576
52 NTB 10 276 356 632
53 NTT 22 195 893 1,088
61 Kalimantan Barat 14 228 576 804
62 Kalimantan Tengah 14 232 460 692
63 Kalimantan Selatan 13 300 452 752
64 Kalimantan Timur 10 323 201 524
65 Kalimantan Utara 5 104 104 208
71 Sulawesi Utara 15 301 439 740
72 Sulawesi Tengah 13 136 484 620
73 Sulawesi Selatan 24 468 916 1,384
74 Sulawesi Tengggara 17 157 459 616
75 Gorontalo 6 104 200 304
76 Sulawesi Barat 6 60 236 296
81 Maluku 11 170 326 496
82 Maluku Utara 10 105 311 416
91 Papua Barat 13 129 283 412
94 Papua 29 227 877 1,104
INDONESIA 514 12,915 17,085 30,000

Pada Riskesdas 2018, seperti halnya Riskesdas sebelumnya untuk mengukur faktor risiko
beberapa penyakit akan dilakukan pemeriksaan Laboratorium (Biomedis) terkait, terhadap
sub sampel dengan keterwakilan tingkat Nasional dengan alokasi BS sebesar 2500 BS, 106
Kab/Kota di 26 provinsi terpilih. Adapun provinsi terpilih dan alokasi jumlah BS serta
jumlah rumah tangga di setiap provinsi terpilih seperti dalam tabel berikut ini:

9
Tabel 2: Alokasi jumlah BS Biomedis per Provinsi Berdasarkan Strata Urban-Rural

Jumlah
Jumlah Total
Kode Provinsi Nama Provinsi Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota Jml Blok Sensus Jml Rumah Tangga
Terpilih
Urban Rural Total Urban Rural Total
11 Aceh 23 3 - 21 21 - 210 210
12 Sumatera Utara 33 2 - 21 21 - 210 210
13 Sumatera Barat 19 5 7 16 23 70 160 230
14 Riau 12 4 1 35 36 10 350 360
16 Sumatera Selatan 17 4 36 29 65 360 290 650
17 Bengkulu 10 2 - 3 3 - 30 30
18 Lampung 15 5 2 36 38 20 360 380
31 DKI Jakarta 6 4 205 - 205 2.050 - 2.050
32 Jawa Barat 27 15 584 177 761 5.840 1.770 7.610
33 Jawa Tengah 35 14 170 199 369 1.700 1.990 3.690
34 DI Yogyakarta 5 2 14 9 23 140 90 230
35 Jawa Timur 38 17 243 316 559 2.430 3.160 5.590
36 Banten 8 4 52 73 125 520 730 1.250
61 Kalimantan Barat 14 2 3 7 10 30 70 100
51 Bali 9 1 25 - 25 250 - 250
52 Nusa Tenggara Barat 10 3 12 38 50 120 380 500
53 Nusa Tenggara Timur 22 1 - 5 5 - 50 50
63 Kalimantan Selatan 13 2 18 7 25 180 70 250
64 Kalimantan Timur 10 4 27 3 30 270 30 300
71 Sulawesi Utara 15 1 11 - 11 110 - 110
72 Sulawesi Tengah 13 1 - 9 9 - 90 90
73 Sulawesi Selatan 24 6 35 38 73 350 380 730
74 Sulawesi Tenggara 17 1 - 1 1 - 10 10
81 Maluku 11 2 - 7 7 - 70 70
82 Maluku Utara 10 1 1 - 1 10 - 10
94 Papua 29 1 - 4 4 - 40 40
INDONESIA 445 107 1.446 1.054 2.500 14.460 10.540 25.000

10
II.5 Informasi yang Dikumpulkan pada Riskesdas 2018
Tabel 1: Informasi yang diukur berdasarkan 7 sumber indikator utama
Indikator
Jml
No Informasi standar
PIS- yang
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PK Germas diukur
I Akses dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
prosentase penduduk yang berobat   1
1 jalan di puskesmas dan pukesmas
pembantu
2 Unmet Need Pelayanan Kesehatan   1

3 Ketersediaan fasilitas       
Jarak rumah dan fasilitas kesehatan       
4
terdekat
5
Alat transportasi yang digunakan ke
fasilitas kesehatan
      
6 Waktu tempuh       
7
Biaya transport dari rumah ke fasilitas
kesehatan
      

Indikator

No Informasi Jml
standar
PIS- yang
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PK Germas diukur
II. Farmasi dan Yankestrad
Penggunaan obat / OT/ Pengobatan
1
tradisional sesuai penyakit
Pola swamedikasi dimasyarakat dan
2
perubahannya
Pola dan tren pemanfaatan obat
3 tradisional / jamu untuk preventif
promotive
Akses ke pelayanan kesehatan
4
tradisional
Pemanfaatan pelayanan kesehatan
5
tradisional

11
Indikator
Jml
No Informasi standar
PIS- yang
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PK Germas diukur
III. Kesehatan dan Ganggungan Jiwa
1 Prevalensi peminum alcohol  1
Prosentase penduduk mengalami   1
2
gangguan mental
Gangguan jiwa berat yang diobati/tidak    1
3
ditelantarkan
4 Depresi   

Indikator
Jml
No Informasi PIS- standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM Germas
PK yang
diukur
IV.Kesehatan Lingkungan
proporsi rumah tangga dengan akses
1   2
berkelanjutan terhadap sanitasi layak
prosentase rumah tangga akses air
2   2
bersih 
prosentase rumah tangga yang memiliki
3 akses terhadap sumber air minum layak  1
tingkat pelayanan sanitasi (air limbah
4 domestik, sampah dan drainase  1
lingkungan)
prosentase rumah tangga yang memiliki
5  1
fasilitas cuci tangan di rumah
prosentase rumah tangga yang tidak
6 memiliki fasilitas tempat buang air besar  1
prosentase rumah tangga yang tidak
7 memiliki tempat pembuangan akhir tinja  1
berupa tangki/SPAL
8 keluarga memiliki/memakai jamban sehat  1
9 Sumber air
10 Rerata pemakaian air per orang per hari

11 jenis tempat penampungan air limbah


perilaku rumah tangga dalam menguras
12
kontainer penyimpan air 
kondisi ruang rumah (kebiasaan
13 membuka jendela, ventilasi, dan 
pencahayaan alami)
14 jenis tempat penampungan sampah
15 cara pengelolaan sampah

12
Indikator
No Informasi
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PIS-PK Germas Jml standar
yang diukur
V. Penyakit Menular
Proposi jumlah penduduk usia 15-24 thn  1
1 yang memiliki pengetahuan komprehensif
tentang HIV/AIDS
Angka kejadian malaria per 1000  1
2
penduduk
angka pencapaian pengobatan penyakit  1
5
filariasis 100%
Proposi anak balita dengan demam yang  1
6 diobati dengan obat anti malaria yang
tepat
7 prevalensi anak balita terkena hepatitis  1
8 prosentase pneumonia balita   1
9 prosentase diare pada balita   1
10 prosentase ISPA pada balita   1
orang dengan TB mendapatkan  1
11
pelayanan TB sesuai standar
12 Pemakaian kelambu
13 Pengobatan ACT malaria
Penanganan diare pada anak
14
(penggunaan oralit)
Pencegahan penularan penyakit
15
ditularkan akibat gigitan nyamuk
Pemeriksaan Hepatitis pada ibu hamil
16 (pertanyaan/bukti pem hepatitis pd buku
KIA)
Pemeriksaan HIV pada ibu hamil
17 (pertanyaan/bukti pemeriksaan pd buku
KIA)

Indikator
No Informasi PIS-
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM Germas Jml standar
PK yang diukur
VI. Penyakit Tidak Menular
prevalensi tekanan darah tinggi   
1 3
(skrening hipertensi)
prevalensi obesitas pada penduduk usia  
2 2
≥18 thn
3 penderita hipertensi berobat teratur     1
4 prosentase penduduk dengan diabetes       1
mellitus
5 prosentase penduduk dengan penyakit     
jantung
6 prosentase penduduk dengan penyakit     
ginjal
7 prosentase penduduk dengan penyakit     
stroke
8 prosentase penduduk dengan     
rematik/encok
9 prosentase penduduk dengan asma     
10 prosentase penduduk dengan kanker     

13
Indikator
No Informasi Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PIS-PK Germas
yang diukur
VII. Cedera dan disabilitas
1 prosentase jumlah penduduk yang   1
mengalami cedera
2 tingkat kecelakaan lalu-lintas  1
3 Jenis cedera
4 Disabilitas

N Indikator
Informasi Jml standar
o SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PIS-PK Germas
yang diukur
VIII. Kesehatan Gigi dan Mulut
1 Penduduk dengan keluhan sakit gigi  1
(persepsi)
2 berobat ke profesional medis gigi
3 Prosentase penduduk dengan Karies
gigi (pertanyaan)
4 Penduduk dengan gigi goyah
(pertanyaan)
5 Penduduk tidak memiliki gigi/edentulous
(pertanyaan)
6 Penduduk dengan diskolorasi
7 Penduduk dengan gigi berjejal
(pertanyaan)

Indikator
No Informasi Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PIS-PK Germas
yang diukur
IX. Pengetahuan Sikap dan Perilaku
1 prosentase merokok pada penduduk usia     4
≤18 thn
2 Aktivitas fisik      3
3 tidak ada anggota keluarga yang    2
merokok
4 prosentase merokok pada penduduk usia   2
≥15 thn
5 Penggunaan tembakau pada penduduk  1
berumur 15 thn keatas
6 Konsumsi buah dan sayur   1
7 Buang Air Besar di jamban   1
8 Penduduk menggosok gigi dengan benar  1
9 Kebiasaan mencuci tangan  1
10 Konsumsi alkohol    1
11 Konsumsi tembakau     
12 Konsumsi makanan dan minuman 
berisiko
13 Konsumsi makanan olahan dari tepung 
terigu

14
Indikator
No Informasi Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PIS-PK Germas
yang diukur
X Kesehatan Ibu dan Reproduksi
1 Prosentase ibu hamil yang mendaptkan      5
pelayanan anternatal ke empat (K4)
2 Prosentase kelahiran ditolong tenaga     4
kesehatan terlatih
3 Angka pemakaian kontrasepsi (CPR)       2
semua cara pada Pasangan Usia Subur
(PUS) usia 15-49 thn
4 prosentase kepersertaan KB pria       2
5 prosentase tingkat putus pakai       2
kontrasepsi
6 UnMet need KB (Kebutuhan ber KB yang       2
tidak terpenuhi)
7 prevalensi pemakaian kontrasepsi semua       2
cara
8 Prosentase perempuan pernah kawin        2
berusia 15-49 thn yang proses
kelahirannya terakhir di fasilitas
kesehatan
9 Usia rata-rata ibu saat kelahiran anak  1
pertama
10 tingkat kelahiran pada anak remaja       1
11 angka kelahiran pada perempuan usia       1
15-19 tahun (ASFR)
12 proporsi wanita umur 20-40 thn yg       1
berstatus kawin atau hidup bersama
sebelum berusia 15 thn dan sebelum
berusia 18 tahun
13 proporsi perempuan usia 15-49 thn yang       1
membuat keputusan sendiri terkait
hubungan seksual, penggunaan
kontrasepsi dan pelayanan kesehatan
reproduksi
14 unmet need KB (kebutuhan keluarga       1
berencana/KB yang tidak terpenuhi)
15 pengetahuan dan pemahaman pasangan       1
usia subur (PUS) tentang metode
kontrasepsi modern
16 Median usia kawin pertama perempuan       1
pernah kawin umur 25-49 thn
17 Pelayanan: ANC, persalinan, Post       1
Partum Care (PPC)
18 pelayanan antenatal memenuhi 10 T       1
19 Proporsi perempuan pernah kawin umur      
15-49 tahun yang proses kelahiran
terakhirnya ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih.
20 Prosentase ibu hamil yang mengalami      
komplikasi kehamilan
21 Prosentase ibu bersalin yang mengalami      
komplikasi persalinan

15
Indikator
No Informasi Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PIS-PK Germas
yang diukur
X. Kesehatan Ibu dan Reproduksi
22 Prosentase ibu nifas yang      
mengalami kompliasi masa nifas
23 Prosentase ibu yang melahirkan      
dengan anak hidup
24 Prosentase ibu yang melahirkan      
dengan anak lahir mati
25 Kehamilan remaja <15 tahun      
26 Pelayanan kehamilan (ANC pada      
remaja) < 15 tahun
27 Pemeriksaan laboratorium selama      
hamil: HB, gol darah, protein urin,
gula darah, hepatitis, HIV, IMS, TB
28 Penerimaan Buku KIA untuk ibu      
hamil
29 Pemanfaatan Buku KIA untuk ibu      
hamil (obserasi)
30 Cara bersalin      
31 Pelayanan KB & KB Pasca salin      
(masuk dalam pelayanan pasca
persalinan--> satu paket )
32 Umur pertama kali menikah      
33 Umur pertama kali berhubungan      
seksual
34 Kehamilan saat ini (age specific      
pregnancy rate) (10-49 tahun)
35 Pelayanan komplikasi yang ditangani      
36 Pelayanan Post Partum Care (KF1,      
KF2-KF3)
37 Tempat dan Tenaga pemberi      
layanan PPC

Indikator
No Informasi PIS- Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM Germas
PK yang diukur
XI. Gizi
1 Prevalensi kekurangan gizi
    
(underweight) pada anak balita   3
2 prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek) pada anak dibawah   
lima tahun (balita)     3
3 prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek) pada anak dibawah  
dua tahun (baduta)      2
4 prevalensi balita kelebihan berat
   
badan    2
5 Prosentase ibu hamil mendapat Fe        2
6 Prosentase bumil KEK mendapat
   
makanan tambahan    2
7 prevalensi ibu hamil KEK    
  2

16
Indikator
No Informasi PIS- Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM Germas
PK yang diukur
XI. Gizi
8 prevalensi wasting pada anak balita        1
9 prevalensi anemia pada ibu hamil        1
10 prevalensi berat badan lebih dan
obesitas pada penduduk usia ≥18 thn 
      1
11 prevalensi obesitas sentral pada       1
penduduk ≥15 thn 
12 Prosentase balita kurus mendapat       1
makanan tambahan 
13 Prosentase remaja putri mendapat Fe        1
14 prevalensi anemia pada remaja putri
15 prevalensi anemia pada anak balita

Indikator
No Informasi PIS- Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM Germas
PK yang diukur
XII. Kesehatan Anak dan Imunisasi
1 Prosentase anak berusia 12-23 bln       4
yang menerima imunisasi dasar
lengkap
2 Prosentase bayi kurang dari 6 bulan       3
yang mendapatkan ASI eksklusif
3 Pemantauan pertumbuhan     3
(penimbangan dan pengukuran
tinggi badan)
4 Prosentase kunjungan neonatal       3
pertama
5 Prosentase anak berumur 1 tahun  1
yang diimunisasi campak
6 prosentase bayi baru lahir mendapat       1
inisiasi menyusui dini (IMD)
7 prosentase bayi 0-28 hr mendapat       1
pelayanan kesehatan sesuai standar
8 prosentase anak 0-59 bulan       1
mendapat pelayanan kesehatan
sesuai standar
9 Anak lahir premature
10 prosentase bayi BBLR
11 Penggunaan Metode kangguru untuk
bayi BBLR
12 Prosentase Panjang badan lahir
13 IMD
14 Perilaku thd kolostrum
15 Proses mulai menyusu
16 Usia penyapihan
17 Umur pertama kali MP ASI
18 Perawatan tali pusar
19 Pemberian Vit K

17
Indikator
No Informasi PIS- Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM Germas
PK yang diukur
XII. Kesehatan Anak dan Imunisasi
20 Pemberian salep mata
21 Kepemilikan buku KIA
22 Kepemilikan buku KMS
23 Pemanfaatan buku KIA anak
24 Kelengkapan catatan pemantauan
25 Keluhan sakit dan pencarian
pertolongan ketika sakit pada usia 0-
28 hr
26 Pemberian kapsul Vit A
27 Imunisassi lanjutan
28 Kejadian pasca imunisasi

Indikator
No Informsi Jml standar
SDGs RPJMN Renstra SPM IPKM PIS-PK Germas yang diukur

XIII. Pengukuran dan Pemeriksaan Biomedis


Pengukuran
1 Tekanan darah
Panjang badan pada anak dibawah
2
2 thn
3 Tinggi badan penduduk ≥2 thn
4 Berat badan seluruh umur
Lingkar perut penduduk usia ≥15
5
thn (kecuali ibu hamil)
6 Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil
Pemeriksaan Biomedis
1 RDT malaria (semua umur)
sediaan apus darah malaria (ART
2
panas atau RDT positif)
3 HB (semua umur)
Kadar glukosa darah (puasa, PP,
4
sesaat ≥15 th)
5 serologi (PD3I dan hepatitis)
6 Kadar kolesterol total (usia ≥15 th)
7 HDL(usia ≥15 th)
8 LDL (usia ≥15 th)
9 Trigeliserida (usia ≥15 th)
10 Kreatinin (usia ≥15 th)

18
III. RENCANA KEGIATAN

III.1 Kegiatan Persiapan


Persiapan Riskesdas dilaksanakan sejak Januari 2017 sampai dengan Desember 2017
melalui beberapa tahap:
Tahap I: Identifikasi Indikator yang akan diukur
Tahap awal dalam melakukan identifikasi indikator, dengan cara menginfentarisasi
indikator yang diukur pada Riskesdas 2013, hal tersebut dilakukan agar dapat
membandingkan kecenderungan derajat kesehatan dari waktu ke waktu. Tahap
selanjutnya adalah mencocokan daftar indikator yang ada dengan indikator standar
yaitu: (1) Standar Pelayanan Minimal berdasarkan PMK No 43 tahun 2016; (2) SDGs;
(3) IPKM; (4) PIS-PK; (5) Germas. Dari tahap I ini akan dihasilkan daftar indikator
yang dibahas bersama Program, Tim Pakar, Akademisi dan organisasi profesi, sehingga
dihasilkan indikator yang telah mendapatkan legitimasi dari pengampu program terkait,
akademisi dan tim pakar dalam bidangnya. Indikator yang telah mendapatkan legitimasi
tersebut dilakukan modifikasi dan penyesuaian agar spesifik, dapat terukur, dapat
dicapai, relevan dan pencapaiannya berdasarkan waktu tertentu (SMART).
Tahap II: Pengembangan indikator
Setelah disusun daftar indikator yang akan diukur pada Riskesdas 2018, tahap
selanjutnya adalah mengembangkan indikator tersebut kedalam satu pohon akar
masalah dengan cara melihat factor-faktor terkait dengan indikator yang akan
dikembangkan. Berdasarkan pohon akar masalah tersebut kuesioner akan di susun.
Tahap III: Pengembangan Instrumen
Berdasarkan pohon akar masalah yang telah disusun, dikembangkan pertanyaan yang
terkait, oleh masing-masing blok, untuk kemudian dilakukan kompilasi menjadi 2
kuesioner. Kusioner Rumah Tangga dan Kuesioner Individu, untuk kemudian kedua
kuesioner tersebut dipaparkan kepada para pemegang program dan pakar terkait,
sehingga para pemegang program mengetahui informasi yang akan diperoleh dari
Riskesdas 2018.
Selanjutnya dilakukan uji coba terhadap kuesioner tersebut. Uji coba dilakukan dalam
beberapa tahapan. Tahap pertama uji coba untuk melihat pemahaman responden
terhadap pola pertanyaan yang telah disusun serta ketepatan alur pertanyaan.
Wawancara pada saat uji coba pertama dilakukan oleh Tim Teknis masing-masing blok.
19
Uji coba pertama ini dilakukan di Badan Litbangkes dengan menggunakan responden
karyawan lepas Badan Litbangkes, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan kuesioner
sesuai temuan uji coba.
Uji coba kedua dilakukan menggunakan kuesioner yang telah diperbaiki setelah ujicoba
pertama. Uji coba kedua ini bertujuan untuk melihat variasi jawaban dari responden
yang lebih luas ketepatan kuesioner, sehingga uji coba ini dilakukan oleh tim teknis
kepada masyarakat di kabupaten Bogor. Dari uji coba kedua ini diharapkan kuesioner
sudah lebih bisa dipahami oleh responden dan memiliki alur pertanyaan lebih baik.
Berdasarkan kuesioner hasil uji coba kedua, tim manajemen data membuat aplikasi
entry yang akan digunakan pada saat pungumpulan data hasil ujicoba. Berdasarkan
hasil uji coba kedua, kuesioner yang telah diperbaiki serta program entry yang telah
dibuat sesuai dengan kuesioner telah diperbaiki maka selanjutnya dilakukan uji coba
ketiga.
Berbeda dengan uji coba pertama dan kedua, untuk uji coba ketiga selain untuk melihat
pemahaman responden terhadap materi pertanyaan dan alur pertanyaan, diujicobakan
juga pengorganisasian pengumpulan data di lapangan sehingga pengumpulan data
dilakukan oleh tim calon pelatih utama, dengan prosedur sesuai rencana pelaksanaan di
lapangan. Kegiatan ujicoba meliputi simulasi pelatihan tim pengumpul data,
penggunaan alat pengukuran dan pemeriksaan sesuai yang riil akan dilaksanakan, serta
pelaksanaan manajemen data di lokasi penelitian. Uji coba ketiga dilakukan di 4 blok
sensus (BS) yang tidak terpilih sebagai lokasi sampel Riskesdas 2018. Diharapkan hasil
ujicoba dapat memberikan gambaran kendala yang dihadapi dalam pengumpulan data
sesungguhnya.
Dari uji coba ketiga ini diharapkan dapat menghitung jumlah waktu yang diperlukan
oleh seorang enumerator mengumpulkan data dari satu kuesioner Rumah Tangga dan
satu kuesioner Individu, serta menyelesaikan manajemen data di lapangan. Pada uji
coba ketiga ini, kuesioner Rumah Tangga maupun Individu dan pedoman pewawancara
serta program entry sudah dapat disiapkan sebaik mungkin. Hasil uji coba ketiga
diharapkan menghasilkan dokumen final untuk pelaksanaan tahun 2018.
Tahap IV: Penyusunan Pedoman Pewawancara, Organisasi Lapangan dan
Manajemen Data
Setelah kuesioner terbentuk dan telah dilakukan uji coba, tahap selanjutnya adalah
penyusunan pedoman pewawancara yang berisikan tentang definsi operasional setiap
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner Rumah Tangga dan Individu. Dalam
20
pedoman pewawancara ini juga dijabarkan tentang tata cara pengukuran maupun
pemeriksaan antropometri, tensi dan tes cepat pemeriksaan darah.
Selain pedoman pewawancara pada tahap keempat ini juga akan disusun pedoman
pengorganisasian lapangan, yang berisikan tentang bagaimana proses pelaksanaan
pengumpulan data dilapangan baik secara teknis maupun secara administratif. Secara
teknis akan diuraikan prosedur yang harus dilakukan sebelum pengumpulan data, pada
saat pengumpulan data maupun setelah pengumpulan data, sedangkan secara
administratif akan diuraikan tentang tata cara pertanggungjawaban keuangan.
Pedoman lain yang disusun pada tahap empat adalah pedoman manajemen data. Dalam
pedoman manajemen data akan dijabarkan tentang persyaratan laptop yang akan
digunakan, prosedur instalasi program entry, prosedur entry data dan prosedur
pengiriman data.
Tahap V: Etik Penelitian dan Ijin Penelitian
Persetujuan etik penelitian diajukan pada Komisi Etik Badan Litbangkes,dan izin
pelaksanan uji coba dalam persiapan dan pelaksanaan Riskesdas 2018 berkoordinasi
dengan pemerintah daerah masing-masing provinsi.
Tahap VI: Pengadaan Perlengkapan Pengumpulan Data
Berbeda dengan tiga riskesdas sebelumnya pengadaan perlengkapan pengumpulan data
dilakukan pada tahun bersamaan dengan tahun pengumpulan data. Pada Riskesdas
2018 ini akan diupayakan pengadaan perlengkapan pengumpulan data dilakukan pada
tahun sebelumnya (tahun persiapan) hal ini dilakukan oleh karena mengantisipasi
keterlambatan distribusi logistik yang akan digunakan pada saat pengumpulan data
seperti: kuesioner, pedoman, kartu peraga, stiker, kartu hasil, alat pengukuran, surveyor
kit dan kebutuhan pengumpulan dan pemeriksaan spesimen.

III.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data


Pengumpulan data Riskesdas sampai dengan penyusunan laporan dilaksanakan sejak
Januari sampai dengan Desember 2018 melalui beberapa tahap:
Tahap I: Rekruitmen PJT Provinsi
Rekruitmen PJT Provinsi dilakukan oleh Badan Litbangkes secara langsung dengan
melekatkan otoritas pemilihan PJT provinsi kepada masing-masing penanggung jawab
korwil. PJT Provinsi diambil dari peneliti Badan Litbangkes, dengan pertimbangan
mempermudah pengorganisasian pelaksanan penelitian dan penyelesaian laporan
tingkat provinsi. Jumlah total PJT Provinsi yang dibutuhkan 39 orang.
21
Dalam rekruitmen PJT Provinsi ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dan
persyaratan yaitu:
1. Peneliti Badan Litbangkes
2. Bukan merupakan PJT penelitian lain
3. Bukan anggota tim lab mandat
4. Pendidikan minimal S2
5. Bersedia menandatangani dan mentaati perjanjian
6. Mampu bekerjasama dalam tim

Tahap II: Rekruitmen PJT Kabupaten


Rekruitmen PJT Kabupaten dilakukan oleh Badan Litbangkes dengan otoritas masing-
masing korwil. Satu orang bertanggungjawab 2 sampai 3 Kabupaten/ Kota. PJT
Kabupaten berasal dari Badan Litbangkes dan Perguruan Tinggi. Jumlah total PJT
Kabupaten yang dibutuhkan 324 orang. Adapun persyaratan dari PJT Kabupaten adalah:
1. Peneliti Badan Litbangkes dan Perguruan Tinggi yang memiliki pengalaman dalam
riset skala nasional
2. Latar belakang pendidikan minimal S1 kesehatan
3. Tidak terlibat dalam Riset Nasional lainnya pada tahun 2018
4. Bukan anggota tim lab mandat
5. Selama pelaksanaan mendapat persetujuan dari atasan untuk bebas dari tugas
kedinasan
6. Tidak sedang menjalani pendidikan
7. Sehat jasmani dan rohani
8. Selama pelaksanaan bersedia tidak hamil dan tidak dalam masa nifas
9. Bersedia menandatangani dan mentaati surat perjanjian
10. Lolos seleksi wawancara yang dilaksanakan Badan Litbangkes

Tahap III: Rekruitmen Enumerator


Berbeda dengan rekruitmen PJT, untuk rekruitmen enemurator, Badan Litbangkes
melibatkan institusi pendidikan dalam hal ini Poltekes dan Dinas Kesehatan Provinsi.
Poltekes memberikan rekomendasi nama calon enumerator kepada Pejabat yang
ditunjuk dari Dinas Kesehatan Provinsi, untuk kemudian dilakukan pemanggilan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi, dan dilakukan tes dan wawancara oleh Tim terdiri dari
Badan Litbangkes, Poltekes, dan Dinas Kesehatan Provinsi. Tim memutuskan diterima
22
atau tidaknya enumerator berdasarkan hasil penilaian dan persyaratan enumerator.
Adapun persyaratan enumerator sebagai berikut:
1. Berlatar belakang pendidikan minimal D3 Kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat,
Gizi, Sanitasi)
2. Sehat jasmani dan rohani (dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari
puskesmas)
3. Bersedia tidak hamil dan tidak dalam masa nifas
4. Tidak sedang menjalani pendidikan
5. Bersedia ditempatkan dimana pun (lokasi penelitian), diutamakan berdomisili di
wilayah provinsi penelitian, dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan domisili
dari RT/RW setempat.
6. Bersedia mengikuti pelatihan enumerator selama 10 hari
7. Bersedia berada secara penuh di kab/kota terpilih pengumpulan data selama 42 hari
8. Bersedia menandatangani kontrak sebagai tenaga enumerator
9. Memiliki kepesertaan BPJS atau asuransi kesehatan lainnya
10. Tidak sedang mengikuti penelitian lain
11. Bagi enumerator yang sudah bekerja menunjukkan surat ijin atasan untuk
mengikuti proses penelitian dari awal hingga akhir.
Jumlah total enumerator yang dibutuhkan kurang lebih 10.068 orang yang akan terbagi
dalam 2.517 tim. Setiap tim terdiri atas 1 orang bidan/ dokter/ sanitarian, 1 orang
perawat, 1 orang gizi dan 1 orang dengan latar belakang pendidikan D3 diutamakan
bidang kesehatan yang mahir mengoperasikan komputer.
Khusus untuk pemeriksaan gigi akan dilakukan tenaga dokter gigi yang telah dilatih dan
dikalibrasi (Examinator Calibration) lulus seleksi sesuai dengan standar WHO.

Tahap III: Rakornis di Tingkat Provinsi


Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) bertujuan untuk mensosialisasikan pelaksanaan
Riskesdas 2018 kepada daerah. Rakornis dilaksanakan di ibu kota provinsi dengan
mengundang Kepala Dinas Kesehatan seluruh Kabupaten/Kota yang ada diwilayah
provinsi tersebut dan Kepala Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten yang ada di
wilayah provinsi tersebut. Dalam pelaksanaan rakornis selain paparan tentang ruang
lingkup Riskesdas 2018 juga akan dibahas kesiapan daerah dalam melaksanaan
Riskesdas 2018, serta pembagian kewenangan daerah dalam pelaksanaan Riskesdas
2018. Keluaran yang dihasilkan dari rakornis tersebut adalah Daftar Sampel Susenas
23
2018 pada bulan maret dan Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari Dinas Kesehatan
Provinsi maupun Dinas Kesehatan Kabupaten.

Tahap IV: Training of Trainer (TOT)


Berbeda dengan Riskesdas sebelumnya, pada Riskesdas 2018 ini tidak dilakukan MOT
namun langsung dilakukan TOT. PJ Blok yang sudah berproses dalam penyusunan
instrument dan pedoman, akan melatih tim pengajar enumerator lain yang berasal dari
peneliti badan litbangkes yang telah dipilih (tidak termasuk tim teknis) dan dosen
poltekes dibawah kementrian kesehatan. Rekruitmen tenaga pengajar dilakukan oleh
Badan Litbangkes dengan proses rekruitmen sebagai berikut:
1. Pendaftaran tenaga pengajar (trainer) bagi peneliti Badan Litbangkes, dosen Poltekes
melalui Badan PPSDM, dan dosen Perguruan Tinggi bidang kesehatan
2. Proses seleksi pengajar dari Badan Litbangkes dilaksanakan di Badan Litbangkes
dengan mempertimbangkan kemampuan mengajar dan penguasaan materi riskessdas
serta beban kerja peneliti yang bersangkutan
3. Proses seleksi dosen Poltekes atau Perguruan Tinggi dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama dilakukan di masing-masing poltekes, tahap kedua poltekes
mengirimkan daftar nama para calon pengajar yang telah lulus seleksi tahap pertama
dengan menyertakan biodata dan lamaran dari masing-masing calon pengajar ke tim
seleksi di Badan Litbangkes. Tahap ketiga seleksi oleh tim Badan Litbangkes dengan
kriteria yang telah ditetapkan oleh Badan Litbangkes.
4. Mengirim surat panggilan untuk mengikuti TOT kepada calon pengajar yang telah
lulus seleksi.
Kriteria tenaga pengajar:
1. Pendidikan minimal S2 kesehatan
2. Umur di bawah 56 tahun
3. Peneliti aktif dari Badan Litbangkes atau dosen
4. Berpengalaman mengikuti penelitian berskala nasional dan diutamakan pernah
mengikuti Riskesdas dengan riwayat kerja berkualitas
5. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian pelatihan dengan menandatangani surat
perjanjian diatas metrai
6. Bersedia dan mampu mengajar seluruh materi pelaksanaan penelitian
7. Bersedia bekerja dalam tim dan mempunyai komitmen kerja yang baik
8. Bersedia ditugaskan ke wilayah manapun sesuai penugasan dari Badan Litbangkes
24
Pelatihan dilakukan selama 9 hari yang meliputi:
1. Paparan tentang Riskesdas 2018
2. Penjabaran dan Penjelasan tentang kuesioner Riskesdas 2018, baik kuesioner Rumah
Tangga (RT), maupun kuesioner Individu.
3. Penjelasan cara penggunaan alat ukur yang digunakan pada saat pengukuran dan
pemeriksaan dilapangan
4. Manajemen data dilapangan
5. Pengorganisasian dilapangan
6. Praktek lapangan dengan pencarian sampel berdasarkan DSRT, melakukan pengisian
kuesioer secara lengkap dan pengukuran antropometri, pemeriksaan darah tes cepat
dan pengambilan darah, serta data entry dengan program yang akan digunakan pada
saat pengumpulan data dilapangan nantinya.
Untuk selanjutnya tim pengajar dibagi dalam 10 tim, dimana setiap tim terdiri dari 20
pengajar, setiap kelas diampu oleh 2 orang pengajar.

Tahap V: Pelatihan Enumerator


Pelatihan enumerator dibagi dalam 3 periode, periode 1 meliputi 14 provinsi, periode 2
meliputi 10 provinsi, dan periode 3 meliputi 10 provinsi. Pelatihan dilakukan di
masing-masing provinsi, selama 9 hari yang meliputi:
1. Paparan tentang Riskesdas 2018
2. Penjabaran dan Penjelasan tentang kuesioner Riskesdas 2018, baik kuesioner Rumah
Tangga (RT), maupun kuesioner Individu.
3. Penjelasan cara penggunaan alat ukur yang digunakan pada saat pengukuran dan
pemeriksaan dilapangan
4. Manajemen data dilapangan
5. Pengorganisasian dilapangan
6. Penjelasan mengenai puldata biomedis
7. Penjelasan mengenai pemeriksaan gigi dan mulut
8. Praktek lapangan dengan pencarian sampel berdasarkan DSRT, melakukan pengisian
kuesioner secara lengkap dan pengukuran antropometri, pemeriksaan darah tes cepat
dan pengambilan darah, serta data entry dengan program yang akan digunakan pada
saat pengumpulan data dilapangan nantinya.

25
Peserta pelatihan selain enumerator yang akan mengumpulkan data dilapangan juga
para PJT provinsi dan PJT kabupaten yang berada di wilayah provinsi tersebut. Masing-
masing kelas terdiri dari 10 tim dan kurang lebih 40 enumerator dan 1 atau 2 orang PJT.

Tahap VI: Pengumpulan Data


Setelah pelatihan enumerator tahap selanjutnya adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator dengan pengawasan teknis oleh PJT
Kabupaten/kota dan pengawasan administratif oleh PJO Kabupaten/kota. Dalam
pengumpulan data 1 tim rata-rata bertanggungjawab terhadap 11 hingga 12 BS, 1 BS
terdiri dari 10 Rumah Tangga (Ruta) sehingga 1 tim bertanggung jawab terhadap 110
hingga 120 Ruta.
Pengumpulan data dimulai dengan melakukan identifikasi lokasi sampel oleh
enumerator, PJT kabupaten, dan PJO kabupaten. Dari identifikasi tersebut diharapkan
enumerator mendapatkan gambaran lokasi sampel sehingga dapat disusun rencana
jadwal pengumpulan data, dan strategi pengumpulan data yang akan dilakukan agar
pengumpulan data dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

Tahap VII: Data Prosesing


Selain pengumpulan data, tahapan yang cukup penting dalam Riskesdas ini adalah
prosesing data. Prosesing data dimulai dari editing data dilapangan yang dilakukan oleh
enumerator untuk selanjutnya kuesioner yang telah diedit dan dikoding dengan benar
dilakukan inputing data oleh petugas enumerator yang telah ditunjuk dan dilatih secara
khusus. Setelah data dientry kemudian data dikirim melalui email ditujukan kepada tim
manajemen data Badan Litbangkes, untuk kemudian dilakukan penggabungan data,
cleaning data dan analisis data, sesuai dengan dummy table yang dibuat oleh masing-
masing blok.

Tahap VIII: Penulisan Laporan


Ada 2 laporan yang akan dihasilkan dari Riskesdas 2018 ini. Pertama adalah laporan
tingkat nasional dan kedua adalah laporan tingkat provinsi. Laporan nasional berisi
tentang prosentase indikator yang diukur pada level nasional dan bagaimana sebarannya
pada tingkat provinsi, sedangkan laporan provinsi berisikan prosentase indikator yang
diukur pada masing-masing provinsi dan bagaimana sebarannya ditingkat kabupaten.

26
Laporan nasional akan disusun oleh tim teknis, sedangkan laporan provinsi akan
disusun oleh PJT Provinsi yang akan didampingi oleh PJT teknis yang telah ditunjuk.
Tahap IX: Diseminasi Hasil
Tahap akhir dari Riskesdas 2018 ini adalah penyelenggaran diseminasi hasil.
Diseminasi pertama akan dilakukan di tingkat Badan Litbangkes. Diseminasi kedua
dilakukan untuk para pelaksana program dan lintas sektor.

III.3. Pemeriksaan Laboratorium (Biomedis)


Riskesdas 2018 akan melakukan pemeriksaan darah pada semua kelompok umur,
dengan perkiraan rata-rata jumlah ART dalam Ruta terpilih adalah 3 orang, maka
jumlah sampel biomedis yang akan diperiksa diasumsikan adalah:
2500 BS x 10 Ruta x 3 ART sehingga total sampel Biomedis diasumsikan 75.000 orang.
Berdasarkan jenis pemeriksaan darah, maka target sampel dari masing-masing
pemeriksaan berbeda yaitu :
1. Kadar hemoglobin dilakukan pada responden semua umur.
2. RDT malaria dilakukan pada responden semua umur.
3. Glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan pada responden
umur ≥ 15 tahun. Bila responden lupa berpuasa atau ibu hamil, maka pemeriksaan
glukosa darah tetap dilakukan sebagai glukosa darah sewaktu.
4. Kimia klinis (profil lipid trigliserida dan kreatinin) pada responden umur ≥ 15
tahun.
5. Mikroskopis malaria dilakukan pada responden semua umur dengan riwayat
demam dalam 2 hari terakhir.
6. Pengambilan darah vena dilakukan pada semua responden untuk pemeriksaan
kesehatan lainnya

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Responden Biomedis


1. Kriteria inklusi pada responden biomedis adalah :
1.1. Tercantum dalam daftar responden kesmas.
1.2. Kesediaan berpartisipasi dengan menandatangani lembar persetujuan setelah
penjelasan (PSP) informed consent.
2. Kriteria eksklusi
2.1. Sakit berat;
2.2. Riwayat perdarahan: hemofili, Idiophatic Trombocytopenic Purpura (ITP);
27
2.3. Mengidap penyakit kronis yang menggunakan obat pengencer darah (asam asetil
salisilat: asetosal, aspirin, aspilet, ascardia) secara rutin.

Pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi ditentukan oleh dokter
ditunjuk yang bertugas di BS biomedis. Pengambilan sampel darah vena dilakukan oleh
tenaga analis kesehatan lokal yang kompeten. Bila analis mengalami kesulitan mengambil
darah vena, misalnya pada bayi atau balita maka pengambilan darah dapat dilakukan dari
kapiler pada ujung jari atau tumit.
Volume darah yang diambil sebanyak 9 ml (ART usia ≥ 15 tahun), dan 5 ml (ART
usia 0-14 tahun, dan ibu hamil). Dokter mengawasi pengambilan sampel darah yang
dilakukan analis sesuai SOP yang berlaku. Dokter dapat membantu pengambilan darah bila
analis mengalami kesulitan. Selain itu, dokter bertugas memberikan penanganan yang
diperlukan seandainya terjadi reaksi simpang yang tidak diharapkan saat pengambilan sampel
darah dilakukan. Penusukan jarum saat pengambilan darah maksimal dilakukan dua kali di
lokasi yang sama atau dapat mengganti posisi yang lain (bila pengambilan gagal dilakukan di
lengan kiri maka lokasi pengambilan diganti di lengan kanan) atas persetujuan responden.
Pemeriksaan dan manajemen spesimen Biomedis di Lapangan dan di Laboratorium
Pusat (Jakarta) pada responden yang bersedia dan memenuhi kriteria inklusi-eksklusi
dikumpulkan pada tempat yang telah disepakati sebagai Laboratorium Lapangan dan
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Pemeriksaan biomedis di
lapangan dari spesimen darah vena dan/atau darah kapiler adalah: kadar hemoglobin darah,
RDT malaria untuk responden semua umur, sementara kadar glukosa darah pada responden
umur ≥ 15 tahun. Pemisahan serum, pengepakan dan pengiriman spesimen beserta form di
kirim ke Badan Litbangkes pada hari yang sama dibawah tanggung jawab ketua tim
enumerator. Pada serum terkirim akan langsung dilakukan pemeriksaan kimia klinik
sementara pemeriksaan serologi akan dilakukan pada tahun berikutnya.

Prinsip dan alat untuk pemeriksaan biomedis menggunakan Rapid Tes adalah:
1. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah berdasarkan panjang gelombang fotometri,
dilakukan secara cepat menggunakan alat Hemocue.
2. Pemeriksaan gula darah (puasa dan 2 jam setelah pembebanan, atau sewaktu)
berdasarkan reaksi enzimatik perubahan glukosa menjadi gluconolactone yang dapat
dideteksi melalui arus listrik pada alat Accuchek Performa.
3. Pemeriksaan malaria berdasarkan reaksi antigen-antibodi, menggunakan kit komersial.
28
Pemeriksaan Spesimen di Laboratorium Badan Litbangkes.
Pemeriksaan di Laboratorium Badan Litbangkes terdiri dari:
Pemeriksaan kimia klinis untuk profil lipid (kadar kolesterol, HDL, LDL direct, trigliserida)
dan kreatinin) dan mikroskopis malaria dilakukan di Laboratorium Nasional Balitbangkes
Jakarta. Semua pemeriksaan dilakukan secara standar dan mengacu pada pedoman
internasional.

Prinsip dan alat yang digunakan untuk pemeriksaan kimia klinis dan mikroskopis malaria di
Laboratorium Nasional Badan Litbangkes adalah:
1. Pemeriksaan kimia klinis dilakukan secara automatis menggunakan prinsip enzimatik yang
berbeda dengan metode Jaffe-Picrate. Pemeriksaan kadar kreatinin serum sudah
mempertimbangkan metode penghitungan estimasi laju filtrasi glomerulus sehingga hasil
yang keluar dapat memberikan gambaran umum terkait fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan malaria dengan sediaan apus tebal dilakukan di bawah mikroskop dengan
pembesaran 10x100 menggunakan minyak immersi. Pembacaan dilakukan pada seluruh
lapang pandang, sedangkan penentuan spesies dan kepadatan parasit dihitung dalam
minimal 200 leukosit.

Manajemen dan Analisis Data


Data yang diperoleh dari form biomedis dan hasil pemeriksaan laboratorium dientri
menggunakan software LIMS berbasis web dengan database MySQL. Hasil entri
digabungkan dengan data kesmas. Hasil analisis data disajikan secara diskriptif dalam bentuk
persentase.
Seluruh spesimen telah diverifikasi dan disimpan oleh bagian Laboratory Information
Management System (LIMS) Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar kesehatan (PBTDK).
Spesimen yang diperiksa adalah spesimen yang memenuhi syarat yaitu spesimen dalam
keadaan baik dan volume cukup. Hasil pemeriksaan tiap spesimen selanjutnya dikompilasi
dan di link dengan data kesmas yang disimpan di laboratorium manajemen data (mandat)
Badan Litbangkes.

29
Bahan dan Prosedur Kerja Pemeriksaan Biomedis

Pemeriksaan spesimen darah di lapangan terdiri dari :

1. Pemeriksaan Hb menggunakan alat deteksi cepat yang disebut point of care test
(POCT) seperti Hemocue Hb201+.
2. Pemeriksaan darah malaria menggunakan RDT. Sementara pembuatan SD malaria
dan diwarnai secara standar dengan larutan Giemsa 3% hanya dilakukan bagi ART
yang menderita deman atau memiliki riwayat demam dalam 2 hari terakhir.
3. Pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam setelah pembebanan, menggunakan alat
deteksi cepat Accu check.
4. Pemisahan serum menggunakan centrifuge dengan kecelatan 3000 rpm selama 10
menit.
5. Pemeriksaan kimia klinik, meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, HDL, LDL,
trigliserida, dan kreatinin menggunakan mesin autoanalyzer. Penentuan cut off point
kolesterol abnormal, HDL abnormal atau dibawah normal, LDL direct diatas nilai
optimal, dan trigliserida abnormal merujuk pada National Cholesterol Education
Program-Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III), sedangkan untuk kreatinin
serum abnormal merujuk pada International Federation of Clinical Chemistry (IFCC).
6. Pemeriksaan gizi (mikronutrien), serologi dan molekuler akan dilakukan tahun
mendatang.

III.4. Pemeriksaan Gigi

Dalam Riskesdas 2018 akan dilakukan pula pemeriksaan gigi yang dilaksanakan di 26
provinsi dan 106 kabupaten, menggunakan sampel biomedis dengan masing-masing
provinsi terdiri dari urban dan rural. Provinsi itu adalah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra
Barat, Riau, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Adapun perkiraan
jumlah responden untuk pemeriksaan gigi berjumlah 75.000 s/d 100.00 dengan
perhitungan berdasarkan Jumlah BS 2500 BS, 1 BS terdiri dari 10 Ruta dan 1 Rumah
Tangga (Ruta) terdiri dari ± 3 – 4 Anggota Rumah Tangga (ART).

30
Kriteria Inklusi dan Eksklusi untuk pemeriksaan gigi adalah:
1. Kriteria Inklusi:
Penduduk usia 3 Tahun keatas.
a. Bersedia terlibat dalam penelitian ini, yang dinyatakan dalam informed concent.
b. Subyek telah terpilih untuk pemeriksaan biomedis

2. Kriteria eksklusi:
Penduduk yang menolak untuk ikut serta dalam penelitian ini dan sakit keras, tidak
bisa membuka mulut
Variabel yang dikumpulkan:
1. Status gigi geligi: def-t & DMF-T
2. Status periodontal : gingival bleeding, kehilangan perlekatan & pocket
3. Gigi tiruan
4. Fluorosis email
5. Erosi gigi
6. Lesi mukosa oral
7. Kebutuhan perawatan segera

Bahan dan Instrumen dan Cara Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas pengukuran.
1) Formulir pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut (dentogram) menggunakan
format yang telah dikembangkan oleh WHO 2013 edisi 5. Data status kesehatan gigi
dan mulut berdasarkan hasil pemeriksaan gigi. Alat yang digunakan untuk
pemeriksaan status kesehatan gigi anak adalah diagnostic set gigi, senter, masker,
sarung tangan, gelas kumur, bahan sterilisasi alat (Ditergent dan Betadine).
2) Petugas pengumpul data adalah Tenaga dokter gigi yang telah dilatih dan dikalibrasi
(Examinator Calibration) lulus seleksi sesuai dengan standart WHO (Oral Health
Survey basic Methode ed 5 2013).
3) Persiapan dan rekrutmen tenaga Examinator
Tenaga Examinator adalah dokter gigi yang akan melakukan pemeriksaan intra oral
dengan parameter klinis. Ada beberapa tahap dalam proses rekrutmen examinator:

3.1. Persiapan tenaga Pelatih Nasional.


Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) di seluruh Indonesia. yang mendaftar.
Setelah memperoleh 200 calon tenaga Pelatih Nasional yang mendaftar maka
31
dilakukan pelatihan Pelatih Nasional dengan standar Balai Besar Pelatihan Kesehatan
PPSDMK Kemenkes RI. Pelatihan dilakukan di BBPKK Ciloto selama 40 jam.
Pelatihan berupa materi utama survey Kesgilut-Riskesdas 2018 dan materi penunjang
dan latihan dengan pasien standar. Kalibarasi Pelatih Nasional diutamakan untuk
semua parameter intra oral yang akan digunakan dalam survey Kesgilut-Riskesdas
2018. Oleh karena Pelatih Nasional harus melakukan pelatihan dan kalibrasi
Examinator maka kemampuannya dievaluasi dalam kegiatan microteaching. Pelatih
adalah dokter gigi yang ditetapkan sebagai Gold standar oleh PB-PDGI melalui proses
pelatihan bersama secara terus menerus yang selanjutnya disebut sebagai Pelatih
Utama Survey KesGilut. Pelatih Utama Kesgilut juga melakukan pelatihan bersama
dan uji coba lapangan bersama dengan tim Pelatih Utama Riskesdas Litbangkes.
Pelatih Nasional diperoleh dari Institusi Pendidikan Dokter Gigi (IPDG) dan angota
3.2. Persiapan tenaga Examinator
Tenaga Examinator adalah ujung tombak pengumpulan data dalam survey Kesgilut-
Riskesdas 2018. Examinator direkrut dari dokter gigi anggota PDGI di Provinsi yang
masuk dalam Sample Frame Riskesdas 2018 yaitu di Provinsi: Aceh, Sumatra Utara,
Sumatra Barat, Riau, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua.
Calon Examinator yang terpilih dilatih dan dikalibrasi oleh Pelatih Nasional di
masing-masing Provinsi. Oleh karena survey kesgilut terintegrasi dengan Riskesdas
maka waktu pelatihan dilakukan bersamaan dengan waktu Pelatihan Enumerator
Riskesdas. Demikian pula untuk latihan koordinasi dilapangan antara enumerator
Biomedis dan examinator Kesgilut dilaksanakan secara bersamaan.
Cara kalibrasi: model responden yang telah diperiksa pertama kali oleh pelatih, akan
diperiksa ulang oleh para petugas pengumpul data. Hasil pemeriksaan dicatat pada
formulir pemeriksaan gigi. Hasil pemeriksaan dari petugas tim pengumpul data
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan pelatih. Bila ada perbedaan,
maka perbedaan tersebut didiskusikan bersama untuk meningkatkan kesamaan
persepsi dan akurasi. Apabila perbedaan lebih dari 20%, maka prosedur di atas diulang
kembali, sampai diperoleh kesamaan hasil pemeriksaan minimal sebesar 80%.
Perhitungan nilai Kappa < 80% (Perhitungan dilapangan secara manual atau melalui
Web). Bila calon pemeriksa mempunyai nilai Kappa lebih rendah dari 80 maka calon
32
ini tidak dapat digunakan sebagai pemeriksa (Examinor). Untuk mengevaluasi nilai
reliability diambil 10% subyek untuk diulang pemeriksaan gigi-giginya.

Prosedur Kerja
1. Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan :
a. 1 tim pemeriksaan gigi terdiri dari 2-3 tenaga dokter gigi yang telah lulus
seleksi sebagai examiner sesuai standart WHO. (Oral Health Survey basic
Methode ed 5 2013).
b. Tim tenaga dokter gigi melakukan pemeriksaan gigi menggunakan formulir
yang diadaptasi dari formulir pemeriksaan gigi WHO (Oral Health Survey
basic Methode ed 5 2013).
c. Waktu pemeriksaan gigi dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan darah (Tim
Biomedik, Riskesdas 2018) untuk kegiatan medis di laboratorium lapangan
pada hari ke 4.
Manajemen dan Analisis Data :
1. Manajemen dan analisis data: editing, entry, dilakukan di lapangan pada saat
pengumpulan data lapangan (puldata).
2. Ikut serta dalam pembahasan, penyusunan dan pembuatan laporan penelitian; hasil
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut terintegrasi dengan Riskesdas 2018
3. Setiap penggunaan data pemeriksaan gigi dan mulut, sesuai prosedur yang berlaku di
Badan Litbangkes.
4. Pengadaan formulir-formulir pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh Tim PDGI.

Dummy tables informasi umum survei klinis kesehatan gigi dan mulut (dalam RISKESDAS
2018):
1. Frekuensi distribusi total sampel berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur.
2. Frekuensi distribusi total sampel berdasarkan pekerjaan.
3. Frekuensi distribusi total sampel berdasarkan rural dan urban.
4. Frekuensi distribusi total sampel berdasarkan nilai DMF-T, def-t, CPI, Penyakit
periodontal, Fluorosis, Erosi gigi, Kehilangan gigi dengan pengunaan protesa, Mukosa
oral dan kebutuhan perawatan segera.

33
IV. PENGORGANISASIAN

IV.1 Tim Pelaksana


Organisasi pelaksanaan Riskesdas 2018, terbagi ataas 3 tingkatan. Berikut ini adalah
tim berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab di masing-masing tingkatan
organisasi:
1. Ditingkat pusat:
1. Tim inti yang terdiri dari tim teknis, tim manajemen data, tim manajemen, dan
tim pakar
2. Tim pelatih
2. Ditingkat provinsi
1. Penanggung jawab provinsi
2. Tim penanggungjawab administrasi dan logistik
3. Ditingkat kabupaten/kota
1. Penanggung jawab kabupaten/ kota
2. Tim penanggungjawab administrasi dan logistik
3. Tim pengumpul data

34
IV.2 Jadwal Kegiatan Persiapan

No Kegiatan Rencana Pelaksanaan


A Persiapan SDM
1 Finalisasi Rekrutmen Pelatih 12 Januari 2018
2 Rekrutmen PJT Provinsi dan Kab/Kota Minggu I Januari
3 Verifikasi data nama-nama PJT Prov dan Kab/Kota Minggu II Januari
4 Persiapan workshop Tim Pelatih Nasional 22 – 25 Januari 2018
(Updating MOT)
5 Persiapan Rakornis Pusat 26 Januari 2018
6 Rakornis Pusat (dibuka oleh Bu Menkes) 28 – 30 Januari 2018
7 Rakornis Provinsi 1 – 9 Februari 2018
8 Lokakarya (Workshop) Tim Pelatih Nasional/ 19 – 27 Februari 2018
Training of Trainer (TOT)
9 Rekrutmen Enumerator 10 – 22 Februari 2018
10 Verifikasi data nama-nama enumerator 26 – 28 Februari

B Lokakarya (Workshop) Tim Puldat (PJT


Kab/Kota dan Enumerator)/Training Centre
(TC)
1 Tahap I 19 – 27 Maret 2018
2 Tahap II 2 – 10 April 2018

C Pengumpulan Data
1 Pengumpulan Data Tahap I 28 Maret – 2 Mei 2018
2 Pengumpulan Data Tahap II 11 April – 15 Mei 2018

D Persiapan Analisis
1 Penyusunan Dummy Table Mei

E Manajemen Data
1 Cleaning Data Mei – Juni
2 Imputasi Data Mei – Juni
3 Pembobotan Juni/Juli
4 Analisis Juli – Agustus

F Penyusunan Laporan dan Workshop


1 Laporan sementara September
2 Penyusunan laporan Nasional dan Provinsi September – Oktober
3 Workshop hasil Nasional November
4 Penyampaian Laporan ke daerah penelitian November

35
IV.3 PERTIMBANGAN ETIK
Untuk pelaksanaan Riskesdas tahun 2018, persetujuan etik penelitian akan dimintakan
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Departemen
Kesehatan RI. Naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah
Penjelasan) akan disusun sebelu turun lapangan.
Penjelasan kepada responden diberikan per rumah tangga oleh Ketua Tim Pengumpul
Data dan/atau anggota tim yang telah dilatih. Penjelasan akan dilakukan di rumah
responden secara tatapmuka sebelum wawancara, pengukuran ataupun pemeriksaan
dilakukan. Bagi responden yang dapat dan ingin membaca sendiri Naskah Penjelasan,
diberi kesempatan untuk melakukannya. Sedang bagi yang tidak bisa atau tidak ingin
membaca sendiri, naskah dan PSP akan dibacakan. Risiko, waktu yang akan terpakai,
kompensasi yang akan diterima, serta hal-hal lain yang terkait akan dijelaskan.
Responden juga akan diberi kesempatan untuk bertanya

36
V. BIAYA

Biaya Riskesdas (kecuali pemeriksaan gigi) disediakan oleh Kementerian Kesehatan R.I. tahun anggaran 2017-2018

Per Kegiatan Korwil


Kesekretariatan
No Korwil Satker dan Koordinasi TOT Rakornis TC Puldat Supervisi Pusat Mandat Analisis Data Laporan Nasional Laporan Provinsi Validasi TOTAL
Pusat
1 Korwil 1 Puslitbang SD & Yankes 1.432.200.000 - 1.611.250.282 26.235.879.522 54.270.938.184 - - - - 2.282.551.227 - 85.832.819.215
2 Korwil 2 Puslitbang UKM 1.432.200.000 - 1.376.502.548 23.447.928.718 53.881.092.032 - - - - 2.198.101.227 - 82.335.824.525
3 Korwil 3 Puslitbang HMK 1.432.200.000 - 2.011.897.777 27.405.942.135 55.062.056.989 - - - - 2.265.661.227 - 88.177.758.128
4 Korwil 4 B2P2VRP 1.318.400.000 - 919.590.815 10.970.511.419 22.968.951.681 - - - - 1.209.511.227 - 37.386.965.142
5 Korwil 5 B2P2TOOT 1.318.397.941 - 1.029.831.529 11.315.274.459 21.914.017.604 - - - - 1.155.299.456 - 36.732.820.989
6 Pusat Setban Litbang Kesehatan 3.037.444.000 3.189.900.000 - - - 1.085.892.000 2.757.404.000 779.280.000 1.150.080.000 - 3.000.000.000 15.000.000.000
Jumlah 9.970.841.941 3.189.900.000 6.949.072.951 99.375.536.253 208.097.056.490 1.085.892.000 2.757.404.000 779.280.000 1.150.080.000 9.111.124.365 3.000.000.000 345.466.188.000

Per Belanja
No Belanja Kesekretariatan TOT Rakornis TC Puldat Supervisi Pusat Mandat Analisis Data Laporan Nasional Laporan Provinsi Validasi TOTAL
1 Belanja Bahan 873.244.000 132.320.000 68.000.000 4.520.400.000 27.606.790.000 - 10.000.000 24.320.000 78.640.000 243.744.365 102.000.000 33.659.458.365
2 Pengiriman Pos/Surat 111.997.941 - - - 514.000.000 - - - - - 15.000.000 640.997.941
3 BNO - - - - 27.004.500.000 - 630.000.000 - - - 187.500.000 27.822.000.000
4 Honor 6.460.000.000 - - - - - - - - - - 6.460.000.000
5 Jaspro 50.000.000 40.000.000 68.000.000 1.700.000.000 - - 50.000.000 10.000.000 10.000.000 100.000.000 30.000.000 2.058.000.000
6 Perjadin 2.475.600.000 3.017.580.000 6.813.072.951 93.155.136.253 152.971.766.490 1.085.892.000 2.067.404.000 744.960.000 1.061.440.000 8.767.380.000 2.665.500.000 274.825.731.694
Jumlah 9.970.841.941 3.189.900.000 6.949.072.951 99.375.536.253 208.097.056.490 1.085.892.000 2.757.404.000 779.280.000 1.150.080.000 9.111.124.365 3.000.000.000 345.466.188.000

Catatan:
Seluruh anggaran terkait kegiatan pemeriksaan gigi dan hasilnya dibebankan pada anggaran PDGI dan menjadi
tanggungjawab PDGI

37
VI. KEPUSTAKAAN

1. Kementerian Kesehatan.Visi Misi dan Strategi Renstra Kementrian Kesehatan


2010 – 2014.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS Indonesia dan 33 Provinsi –
Tahun 2007.
3. Blum.M.D. Hendrick L. Planning for Health,Second Edition.New York: Human
Science Press 1974.

38

Anda mungkin juga menyukai