Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI KARDIOVASKULER

Disusun oleh :
KELOMPOK B3

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes
Misbakhul Munir, dr

ANGGOTA KELOMPOK
Ayub Zen 011711133172
Muhammad Ghifary Mahindisyah 011711133173
Muhammad Rifqo Hafidzudin Farid 011711133174
Salma Fadila 011711133175
Adristi Hanun Naziliah 011711133176
Putu Laksmi Febriyani 011711133177
Clarisa Christina Gabriella 011711133178
Dewan Silasakti Buwana 011711133179
Nandiwardhana D. Pranaya L. 011711133180
Alya Shafira Hewiz 011711133181
Grace Manuela Nurhadi 011711133182
Jihan Nabila Pranjasdhina 011711133183
Fiqih Faizara Ustadi 011711133184
Jihadna Prima Santika Ruslan M. 011711133185
Indah Shofie Marwati 011711133186
Hilmy Abyan Utama 011711133187
Rayhan Alma Shafannisa Heru 011711133188
Savero Mizan Jahidi 011711133189
Radika Naufal Hadi Surya 011711133190
Deshinta Fitrianti Syahida 011711133191
Muhammad ‘Alim Ananto 011711133192
Billy Jiwandono 011711133267
1. PENDAHULUAN

1. Tinjauan Pustaka

Sistem kardiovaskular memegang peran yang penting dalam kehidupan khususnya pada
hewan dan manusia. Gangguan yang terjadi pada sistem kardivaskuler memerlukan
penanganan segera, karena jika tidak segera ditangani akan menimbulkan kematian. Sistem
kardiovaskuler berperan memompa dan mendistribusikan darah yang kaya akan oksigen (O2)
ke seluruh tubuh dan darah yang kaya akan karbon dioksida (CO2) ke paru-paru dan akan
dikeluarkan dalam bentuk nafas ekspirasi, secara kasarnya.

Pada kondisi resting membrane potential (RMP) pergerakan ion kalium lebih besar
daripada natrium dan kalsium. Oleh karena itu, RMP pada otot jantung utamanya ditentukan
oleh rasio konsentrasi ion kalium di dalam dan di luar sel. Bahan-bahan yang dapat
mempengaruhi frekuensi denyut jantung disebut sebagai kronotropik, sedangkan yang
mempengaruhi kekuatan kontraksi disebut inotropik.

Jantung sebagai organ otonom dipengaruhi oleh 2 sistem saraf, yaitu simpatis dan
parasimpatis. Pada kondisi istirahat, sistem saraf simpatis dan parasimpatis berperan. Namun,
aktivitas sistem parasimpatis lebih dominan. Sistem saraf simpatis lebih berperan aktif saat
periode latihan dan saat menghadapi stres (fight or flight). Stimulasi simpatis meningkatkan
frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Sebaliknya, stimulasi parasimpatis menurunkan
frekuensi denyut jantung tanpa menimbulkan perubahan kekuatan kontraksi. Stimulasi N.
Vagus (parasimpatis) yang berlebihan dapat menurunkan frekuensi denyut jantung hingga
jantung berhenti berkontraksi. Namun, refleks simpatis atau inisiasi ritme dari serabut
Purkinje akan menyebabkan ventrikel berdenyut kembali tidak lama kemudian. Fenomena ini
disebut sebagai vagal escape.

Serabut saraf simpatis melepaskan epinefrin dan norepinefrin. Keduanya meningkatkan


frekuensi potensial aksi melalui ikatannya pada reseptor beta 1 adregenik yang terletak pada
memban plasma SA node. Sedangkan serabut saraf parasimpatis melepaskan asetilkolin yang
menimbulkan penurunan frekuensi potensial aksi melalui ikatan pada reseptor muskarinik
kolinergik. Bahan-bahan kimia yang pengaruhnya dapat menghambat, menyerupai, atau
meningkatkan efek asetilkolin disebut sebagai kolinergik. Sedangkan terhadap efek epinefrin
disebut sebagai adrenergik.

1. 2. Bahan

Praktikum ini adalah praktikum kering (dry lab), tidak membutuhkan bahan
habis pakai.

1. 3. Tata kerja

1. Pilih (klik) home menu exercise 6: Cardiovascular Physiology.

2. Pilih activity 1 Investigating the Refractory Period of Cardiac Muscle.

3. Jawablah Pre-lab Quiz

4. Setelah itu, klik Experiment.

5. Pada layar akan tampak peralatan yang digunakan, petunjuk, dan


pertanyaan.

6. Ikuti petunjuk dan jawablah semua pertanyaan yang muncul di layar.

7. Selesai melakukan simulasi, jawablah pertanyaan akhir (Post-lab quiz).

8. Ulangi hal-hal tersebut untuk activity 2, 3, 4, dan 5.

9. Pada saat selesai praktikum, jawaban pre-lab quiz dan tabel hasil harus
diisi dan dikumpulkan melalui server.

10. Pada saat sesi diskusi, setiap mahasiswa membuat laporan praktikum. Isi
laporan memuat hasil, jawaban pertanyaan per topik, dan jawaban post-lab
quiz.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum ini ditujukan agar mahasiswa mampu mengamati autorhytmicity


jantung, memahami fase pada potensial aksi jantung, peran sistem saraf simpatis dan
parasimpatis pada jantung, menjelaskan pengaruh stimulasi Vagal dan mekanisme
vagal escape, memahami pengaruh temperatur terhadap jantung, membedakan
pengaruh kolinergik dan adrenergik terhadap denyut jantung, memahami pergerakan
ion selama periode potensial aksi otot jantung, menjelaskan pengaruh ion kalium,
natrium, dan kalsium terhadap denyut jantung.

3. HASIL PRAKTIKUM

1. Aktivitas Satu: Investigating the Refractory Period of Cardiac Muscle Lab


Report
Pre-lab Quiz Results
1. Otot jantung mampu mengikuti keadaan dari berikut ini?
Jawab : autorhythmicity
2. Tahap 2 dari potensial aksi jantung, bila saluran kalsium tetap terbuka dan
saluran potassium tertutup, dinamakan?
Jawab : plateau phase.
3. Manakah dari berikut ini yang benar dari potensi aksi jantung?
Jawab : Potensial aksi jantung lebih lama dari potensial aksi otot skeletal.
4. Perbedaan anatomis utama antara jantung katak dan hati manusia adalah ?
Jawab: sebuah ventrikel tunggal yang menyatu.
Hasil Percobaan pertanyaan prediksi:

Pertanyaan prediksi 1: Bila Anda meningkatkan frekuensi rangsangan, menurut Anda


apa yang akan terjadi pada amplitudo (tinggi) gelombang sistol ventrikel?
Jawaban: a. Amplitudo akan meningkat.

Pertanyan prediksi 2: Jika Anda memberikan banyak rangsangan (20 rangsangan per
detik) ke jantung, menurut Anda apa yang akan terjadi?
Jawaban: a. penjumlahan gelombang

Stop & Think Questions:


1. Perhatikan aktivitas kontraktil dari jantung kodok pada osiloskop.
Masukkan jumlah kontraksi ventrikel per menit (dari tampilan detak jantung) di
kolom di bawah dan kemudian klik Kirim Data untuk mencatat jawaban Anda dalam
laporan lab.
jawab: 61 beats / min

Manakah dari pernyataan berikut tentang aktivitas kontraktil itu benar?


jawab: a. Gelombang yang lebih kecil mewakili kontraksi atrium.

Selama bagian mana dari kontraksi otot jantung apakah mungkin menginduksi
extrasistol?
Jawab: d. selama relaksasi

Experiment data:

Post-lab Quiz Results:


1. Amplitudo sistol ventrikel tidak berubah dengan stimulasi yang lebih sering karena
Jawab: a. Kontraksi baru tidak bisa dimulai sampai fase relaksasi
2. Manakah dari berikut ini yang menurut Anda berkontribusi pada ketidakmampuan otot
jantung untuk tetanized?
Jawab: a. periode refraktori jangka panjang potensial aksi jantung
3. Mengingat fungsi jantung, mengapa penting otot jantung tidak bisa mencapai tetanus?
Jawab: b. Ventrikel harus berkontraksi dan rileks sepenuhnya setiap denyut untuk memompa
darah.
4. extrasystole sesuai dengan
Jawab: c. kontraksi ventrikel ekstra.

2. Aktivitas Dua: : Examining the Effect of Vagus Nerve Stimulation Lab Report

Pre-lab Quiz Results


1.Efek sistem saraf parasimpatis di jantung adalah untuk
Jawab a. menurunkan denyut jantung.
2. Cabang sistem saraf otonom yang mendominasi saat berolahraga adalah
Jawab: b. cabang simpatik
3. Rangsangan parasimpatis mencapai jantung lewat
Jawab: d. saraf vagus, yang merupakan saraf kranial.
4. pacemaker jantung yang biasa
Jawab: c. adalah simpul sinoatrial.
Experiment Results Predict Question:
Pertanyaan prediksi: Menurut Anda apa yang akan terjadi jika Anda menerapkan
rangsangan ganda ke jantung dengan secara tidak langsung merangsang saraf vagus?
Jawab: b. Detak jantung akan menurun.

Stop & Think Questions:


1. Perhatikan aktivitas kontraktil dari jantung kodok pada osiloskop.
Masukkan jumlah kontraksi ventrikel per menit (dari tampilan detak jantung) di
kolom di bawah dan kemudian klik Kirim Data untuk mencatat jawaban Anda dalam
laporan lab.
Jawaban: 60 beats / min
2. nervus vagus membawa
Jawab: a. sinyal yang menurunkan denyut jantung.

3.Masukkan jumlah kontraksi ventrikel per menit (dari tampilan detak jantung) di
kolom di bawah dan kemudian klik Kirim Data untuk mencatat jawaban Anda dalam
laporan lab.
jawab: 60 beats / min
Respon yang dilanjutkan detak jantung setelah stimulasi saraf vagus disebut
Jawab: b. Vagal escape

Experiment Data:

Post-lab Quiz Results


1.Rangsangan n. vagus ekstrem mempengaruhi jantung dengan
Jawab: a. menghentikan jantung sepenuhnya
2.Vagal escape mungkin melibatkan
Jawab: c. refleks simpatik
3. Penelitian menunjukkan bahwa, jika tidak ada pengaruh saraf dan hormonal, nodus
SA menghasilkan potensial aksi pada frekuensi kurang dari 100 kali per menit.
Namun, denyut jantung istirahat sekitar 70 denyut per menit, yang menunjukkan hal
itu
Jawab: b. Sistem saraf parasimpatis memiliki kontrol yang lebih besar terhadap
denyut jantung.
4. nodus SA (sinoatrial) di hati manusia berada
jawab: c. di atrium kanan

3. Aktivitas Tiga : Examining the Effect of Temperature on Heart Rate Lab Report
Pre-lab Quiz Results
1. Organisme yang biasanya menjaga suhu tubuh internal yang sama meski terjadi
perubahan suhu lingkungan.
Jawab: c. homeotermik

2. Nama umum untuk proses yang menjaga suhu tubuh internal pada manusia adalah
Jawab: a. homeostasis
3. Elektrolit dalam larutan Ringer diperlukan untuk
Jawab: b. menyediakan autoritmitas.
4. Suhu tubuh internal yang berada di atas kisaran normal adalah
Jawab: b. Hipertermik

Experiment Results Predict Question:


Pertanyaan prediksi 1: Apa efek penurunan suhu larutan Ringer terhadap detak
jantung katak?
jawab: b. penurunan denyut jantung
Pertanyaan prediksi 2: Apa efek kenaikan suhu larutan Ringer yang ada pada detak
jantung katak? jawab: c. peningkatan denyut jantung

Stop & Think Questions:


Efek apa yang Anda perkirakan bila demam 104 ° F dan pengaruhnya pada detak jantung?
jawab: c. peningkatan denyut jantung

Experiment Data:
Solution Heart Rate
23°C Ringer's 60
5°C Ringer's 50
32°C Ringer's 70
Post-lab Quiz Results
1. Dalam larutan Ringer 5 ° C, jantung katak

Jawab: c. Kalahkan lebih lambat dari pada baseline.


2. Dalam larutan Ringer 32 ° C, jantung katak
Jawab b. Kalahkan lebih cepat dari pada baseline.
3. Jika hati manusia mengalami hipotermia, menurut Anda apa efeknya pada denyut
jantung?
Jawab: c. penurunan denyut jantung
4. Tanpa solusi Ringer
Jawab: d. Potensi aksi jantung spontan tidak akan terjadi.

4. Aktivitas 4: Examining the Effects of Chemical Modifiers on Heart Rate


Lab Report

Pre-lab Quiz Results

1. Sistem saraf parasimpatik menghasilkan __________ untuk mempengaruhi detak


jantung.

Jawab : asetilkolin

2. sebuah obat kolinorgenik yang kerjanya sama dengan asetilkolin akan

jawab: menjadi agonis dan menurunkan detak jantung

3. Norepinefrin mempengaruhi detak jantung dengan

Jawab : meningkatkan depolarisasi dan meningkatkan frekuensi potensial aksi

4. __________ reseptor mengikat epinefrin dan norepinefrin.

Jawab : ß-1 adrenergic

Hasil Eksperimen

Pertanyaan Prediksi:

Pertanyaan prediksi 1 : Pilocarpine adalah obat polinorgenik , sebuah agonis


asetilkolin. Prediksi efek policarpen pada detak jantung.
Jawab : Pilocarpine akan menurunkan detak jantung
Pertanyaan prediksi 2: Atropin adalah obat kolinorgenik, sebuah antagonis asetilkolin.
Prediksi efelk dari atropine pada detak jantung
jawab : Atropin akan meningkatkan detak jantung

Stop & Think Questions:


Yang mana dibawah ini yang benar tentang epinefrin?
Meningkatkan detak jantung dan menyerupai system saraf simpatik.

Senyawa Pengubah yang kita lihat sebagai digitalis (juga dikenal sebagai digoksin
dan digitoksin dan diturunkan dari tanaman foxglove). Individu dengan jantung yang
lemah perlu waktu maksimum untuk aliran balik vena dan meningkatnya volume
stroke dan mendapatkan keuntungan dari?
Jawab : peningkatan kontraksi dan menurunnya detak jantung

Experiment Data:
Post-lab Quiz Results
1. Pilocarpine menurunkan detak jantung. Tipikal dengan Kolinergenik agonis yaitu
jawab : menurunkan frekuensi potensial aksi
2. Efek dari Atropin adalah
Jawab : mengikuti system saraf simpatik.
3. Modifator yang menentukan penurunan detak jantung adalah
Jawab : digitalis and pilocarpine.
4. Untuk meningkatkan detak jantung, jawaban yang paling benar adalah?
Jawab : epinefrin dan atrofin
5. Aktivitas 5: Examining the Effects of Various Ions on Heart Rate Lab Report

Pre-lab Quiz

1. Organel manakah di otot kardia yang memproduksi kalsium?


Jawab : sarcoplasmic reticulum
2. Verapamil adalah calcium-channel blocker. Dampaknya dapat ditunjukkan sebagai
jawab : Negatif Chronotropic dan negatif Inotropic.
3. Ketika otot kardia beristirahat, potassium ditemukan paling banyak pada?
jawab: di sitosol
4. Resting cardiac muscle paling permeable dengan
jawab : potassium.

Data Eksperimen :
Post-lab Quiz

1. Penambahan Ion menyebabkan


jawab : detak jantung yang tak menentu.
2. Efek potassium pada jantung adalah
jawab : negative chronotropic dan ionotropic
3. Ion yang paling mempunyai efek adalah
jawab :potassium.
4. Ectopic pacemakers dapat disebabkan oleh kebocoran potassium masuk ke sel cardiac,
menyebabkan pacemakers tampak pada lokasi yang abnormal yaitu pada otot jantung.
Hiperkalemia menurunkan potensial resting dari sel cardiac. Apa yang kamu pikirkan pada
kekuatan kontraksi?
Jawab : decrease, negative inotropic

4. PEMBAHASAN

Jantung merupakan salah satu organ yang vital karena memiliki fungsi untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Jantung juga memiliki kemampuan untuk berkontraksi secara
spontan, atau disebut (autorhythmicity). Jantung sebagai organ otonom, kerjanya dipengaruhi
oleh 2 saraf, yaitu simpatis dan parasimpatis. Dimana saat kondisi istirahat, saraf
parasimpatis lebih dominan bekerja, dan saat beraktivitas atau saat kondisi fight or flight,
saraf simpatis lebih dominan untuk meningkatkan frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung.
Ion yang memengaruhi jantung ada ion kalium, natrium, dan kalsium. Pada kondisi resting
membrane potential (RMP), pergerakan ion kalium jauh lebih banyak daripada ion natrium
dan kalsium. Kemudian, terdapat satu nervus cranialis yang bersifat parasimpatis mengatur
kerja dari jantung, yakni nervus vagus. Stimulasi dari nervus vagus yang berlebihan dapat
mengakibatkan menurunnya frekuensi denyut jantung, hingga jantung berhenti berkontraksi.
Namun, karena adanya refleks simpatis dari serabut Purkinje, ventrikel dapat berdenyut
kembali selang beberapa waktu. Hal ini disebut vagal escape.

Aktivitas 1: mengamati periode refrakter otot jantung

Otot jantung memiliki beberapa sifat dasar, yaitu irritability (peka rangsangan), conductivity
(menghantarkan rangsangan), contractility (dapat berkontraksi), autorhythmicity (kontaksi
ritmis tanpa rangsangan eksternal). Potensial aksi otot jantung berbeda dengan potensial aksi
otot skelet. Pada potensial aksi otot skelet, periode refrakter absolut otot skelet pendek,
sekitar 10 mdet. Hal ini menyebabkan potensial aksi otot skelet berbentuk spike potential dan
dapat menerima rangsang berurutan yang menyebabkan gelombang summasi dan dapat
berakhir menjadi kontraksi tetani. Sedangkan potensial aksi jantung memiliki bentukan
plateau dan periode refrakter absolut cukup lama, sekitar 250 mdet. Hal ini menyebabkan
tidak terjadinya potensial aksi dan kontraksi otot apabila ada rangsangan berurutan pada masa
refrakter absolut, sehingga tidak akan terjadi kontraksi tetani pada otot jantung. Plateu terjadi
saat repolarisasi dimulai, ketika fast K+ channel menutup, menyebabkan permeabilitas K+
menurun, dan Ca2+ channel membuka, menyebabkan permeabilitas Ca2+ naik, Ca2+ influk
banyak dan K+ keluar sedikit. Repolarisasi kembali terjadi saat Ca2+ channel menutup dan
slow K+ channel membuka.
Pada praktikum dry lab ini, jantung katak digunakan sebagai pengganti jantung manusia.
Perbedaan yang tampak pada jantung katak adalah jantung katak hanya memiliki satu
ventrikel. Jantung katak diberi larutan ringer agar dapat melakukan autorhythmicity dan
dihubungkan dengan oscilloscope. Saat normal, kontraksi ventrikel tercatat sebanyak 59
x/min. Pada oscilloscope, gelombang yang lebih besar menandakan kontraksi ventrikel,
sedangkan gelombang kecil menandakan kontraksi atrium. Lalu, jantung diberi stimulus
tunggal hingga terjadi kontraksi ekstrasistol (kontaksi ekstra dari ventrikel) saat relaksasi dan
jantung tidak akan berkontraksi sampai menyelesaikan fase relaksasinya. Hal ini terjadi pula
pada rangsangan ganda, hanya saja dalam waktu 10 detik terjadi dua kontraksi ekstrasistol.
Peningkatan frekuensi stimulus tidak mengubah amplitudo sistol karena kontraksi selanjutnya
hanya dapat terjadi setelah fase relaksasi yang disebabkan oleh periode refrakter jantung yang
cukup lama. Hal ini juga menyebabkan otot jantung tidak dapat mengalami summasi maupun
tetani. Otot jantung harus berkontraksi dan berelaksasi penuh agar dapat memompa darah
secara optimal.
Review hasil praktikum
 Gelombang yang lebih besar menandakan kontraksi ventrikular karena kontraksi
ventrikular (sistol) bekerja untuk memompa darah dari ventrikel kiri ke aorta menuju
seluruh tubuh sehingga kekuatan kontraksi lebih besar.
 Amplitudo gelombang tidak bertambah walaupun frekuensi rangsangan dinaikkan
karena periode refrakter otot jantung lama, sekitar 250 mdet sehingga otot jantung
dapat berkontraksi dan berelaksasi penuh sebelum rangsangan selanjutnya.
 Kontraksi ekstrasistol dapat dirangsang hanya pada fase relaksasi karena periode
refrakter otot jantung lama yang menyebabkan otot jantung dapat menyelesaikan
fase relaksasinya sebelum terjadi rangsangan selanjutnya.
 Summasi dan tetani tidak dapat terjadi pada otot jantung karena potensial aksi
jantung yang mememiliki bentukan plateu dan periode refrakter yang lama, sehingga
rangsangan ganda pada fase relaksasi hanya menyebabkan kontraksi ekstrasistol dan
akan memberikan kesempatan otot jantung untuk menyelesaikan periode
refrakternya. Otot jantung perlu berkontraksi dan relaksasi penuh agar dapat
memompa darah secara optimal.

Aktivitas 2: Memeriksa Efek Laporan Laboratorium Stimulasi Saraf Vagus

Pre-lab Quiz:

1. Efek sistem saraf parasimpatis pada jantung adalah untuk a. menurunkan denyut
jantung.
Karena pada dasarnya sistem saraf parasimpatis adalah sistem saraf otonom yang
berfungsi menurunkan kinerja organ-organ tubuh. Sehingga sistem saraf parasimpatis
yang berhubungan ke jantung akan memperlambat denyut jantung.

2. Cabang sistem saraf otonom yang mendominasi saat berolahraga adalah b. cabang
simpatik
Sistem saraf simpatik memiliki kebalikan dari sistem saraf parasimpatik. Jika sistem
saraf parasimpatik berfungsi menurunkan kinerja organ-organ tubuh, sistem saraf
simpatik berfungsi menaikkan kinerja tubuh. Pada saat berolahraga, tubuh
membutuhkan kinerja yang lebih untuk mencapai homeostasis. Oleh karena itu,
sistem saraf simpatik yang bekerja pada umumnya saat kita berolahraga.

3. Rangsangan parasimpatik yang mencapai jantung d. saraf vagus, yang merupakan


saraf kranial.
Ada 4 saraf parasimpatis yang berasal dari kranial dan yang bekerja pada jantung
yaitu saraf vagus. Saraf vagus juga biasa disebut dengan saraf pneumogastric karena
bekerja pada daerah paru-paru (pneumo) hingga lambung (gastric). Karena jantung
diantara paru-paru, secara anatomis juga di innervasi dengan saraf vagus.

4. Pacemaker pada jantung c. adalah nodus sinoatrial.


Jantung memiliki pemacu tersendiri, oleh karena itu jantung tidak mudah untuk
dihentikan. Contohnya ketika jantung dikeluarkan dari tubuh, jantung akan tetap
berdetak walau sudah terpisah dari tubuh. Karena adanya nodus sinoatrial sehingga
jantung dapat berkontraksi sendiri walau tanpa bantuan dari saraf pusat.

Hasil eksperimen

Diketahui kondisi awal jantung katak berdetak 60 kali per menit. Lalu diberi
rangsangan saraf vagus. Sehingga detak jantung katak yang semula normal menjadi
berkurang perlahan-lahan hingga akhirnya berhenti (tidak ada denyut jantung).
Kemudian jantung berdetak kembali karena pengaruh saraf vagus hanya pada nodus
di jantung dan bukan pada otot-otot di jantung sehingga refleks simpatis pada sabut
purkinje memacu kontraksi ventrikel secara otomatis. Kondisi inilah yang disebut
dengan Vagal Escape.
Post-lab Quiz:

1. Rangsangan saraf vagus ekstrem mempengaruhi jantung a. menghentikan jantung


sepenuhnya
Karena saraf vagus merupakan saraf parasimpatik yang berfungsi sebagai
menurunkan kinerja organ pada tubuh. Sehingga jika rangsangan ini diberikan secara
terus menerus, akan terjadi berhentinya denyut jantung sementara waktu.

2. Vagal escape melibatkan c. refleks simpatik


Ketika denyut jantung berhenti total karena rangsangan saraf vagus yang terus
menerum, maka akan ada refleks simpatis pada sabut purkinje memacu kontraksi
ventrikel secara otomatis.

3. Penelitian menunjukkan bahwa, dengan tidak adanya pengaruh saraf dan hormonal,
nodus SA menghasilkan potensial aksi pada Frekuensi sekitar 100 kali per menit.
Namun, denyut jantung istirahat sekitar 70 denyut per menit, yang menunjukkan hal
itu b. Sistem saraf parasimpatis memiliki kontrol yang lebih besar terhadap denyut
jantung.
Karena pengaruh saraf vagus lebih besar dari pada nodus di jantung. Sehingga jantung
bisa beristirahat total walau nodus berpotensial aksi lebih tinggi.

4. Nodus SA (sinoatrial) di hati manusia berada c. di atrium kanan


Secara anatomis Nodus SA terletak pada atrium kanan karena bekerja mengawali
gelombang depolarisasi sehingga timbul potensial aksi yang disebarkan melalui sel-
sel otot atrium dan akan menyebar ke seluruh jantung.

Aktivitas 3: Pengaruh suhu terhadap denyut jantung

Pre-lab quiz
1. Organisme yang biasanya menjaga suhu internal tubuh agar tetap walaupun terdapat
perubahan suhu di lingkungan disebut homioterm. Apabila suhu internal tubuh nya berubah-
ubah disebut poikiloterm. Organisme homoioterm (seperti mamalia) akan selalu menjaga
suhu tubuhnya tetap, seperti pada manusia pada kisaran 36,5⁰C – 37,5⁰C agar metabolisme
dan fisiologis tubuh tetap berjalan dengan lancar.
2. Nama umum untuk proses menjaga suhu internal tubuh manusia disebut homeostasis.
Homeostasis sendiri memiliki arti suatu keseimbangan tubuh internal yang ideal, dimana
semua sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dengan cara yang tepat untuk memenuhi
keseimbangan tubuh. Salah satu contohnya adalah saat kedinginan, suhu internal tubuh akan
mencoba memproduksi panas agar tubuh tetap dalam suhu normal, dengan cara menggigil
3. Elektrolit yang berada di dalam Ringer’s Solution berfungsi untuk menjaga denyut jantung
agar tetap berdetak (autorhythmicity). Ringer’s Solution sendiri merupakan larutan garam,
yang memiliki kandungan ion, dan kerja jantung sendiri pun dipengaruhi oleh ion kalsium,
kalium, dan natrium.
4. Suhu tubuh yang berada diatas batas normal disebut hyperthermic. Sedangkan yang berada di
bawah batas normal disebut hypothermic

Pada percobaan ini, kami menguji pengaruh denyut jantung terhadap suhu. Pada saat jantung katak
diberi ringer’s solution bersuhu normal (23⁰C), jantung akan bekerja secara normal. Ketika diberi
ringer’s solution bersuhu rendah (5⁰C), denyut jantung akan melambat. Begitu pula saat diberi suhu
tinggi (32⁰C), denyut jantung akan meningkat. Disini metabolisme tubuh memiliki hubungan. Apabila
suhu rendah, seperti saat kita hypothermia (di pegunungan umumnya), metabolisme tubuh juga akan
ikut menurun sehingga memproduksi oksigen lebih sedikit, dan akan memengaruhi frekuensi
pernapasan yang akan menurun, dan denyut jantung yang menurun juga. Sedangkan saat suhu tinggi,
seperti saat kita demam, metabolisme tubuh akan memproduksi oksigen dalam jumlah yang lebih
banyak, sehingga frekuensi pernapasan akan meningkat, dan denyut jantung juga meningkat.

Post-Lab Quiz
1. Pada pemberian ringer’s solution 5⁰C, hati katak akan bekerja dibawah batas normal. Karena
produksi oksigen sedikit, sehingga denyut jantung akan melambat.
2. Pada pemberian ringer’s solution 32⁰C, hati katak akan bekerja diatas batas normal. Karena
produksi oksigen meningkat, denyut jantung akan meningkat juga.
3. Apabila jantung manusia mengalami hypothermia, efek yang akan timbul terhadap frekuensi
denyut jantung adalah penurunan frekuensi denyut jantung. Karena hypothermia berarti suhu
internal tubuh yang rendah
4. Tanpa ringer’s solution aksi potensial jantung tidak akan secara spontan. Karena ringer’s
solution memiliki ion yang akan membuat jantung berfungsi (natrium, kalium, kalsium) dan
bekerja secara spontan.

tubuh. Sebaliknya, saat lingkungan atau suhu tubuh panas (seperti saat demam), kebutuhan
metabolisme tubuh akan meningkat, kebutuhan oksigen juga akan meningkat, sehingga
menyebabkan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat, dan denyut jantung lebih cepat juga.
Aktivitas 4: pengaruh bahan kimia terhadap detak jantung

Pada activity 4 digunakan bahan kimia kolinergik dan adrenergik untuk menentukan dan
melihat adakah pengaruh kedua bahan kimia tersebut terhadap kecepatan denyut jantung.
Bahan yang digunakan adalah atropine dan epinephrine untuk bahan kimia bersifat
adrenergic, pilocarpine dan digitalis untuk bahan kimia bersifat kolinergik. Disebut
kolinergik karena memperlambat sirkulasi darah, mengurangi kegiatan jantung atau frekuensi
denyut jantung melalui ikatan pada reseptor muskarinik kolinergik. Sebaliknya, disebut
adrenergik karena meningkatkan kegiatan dan frekuensi denyut jantung melalui ikatan pada
resptor beta 1 adrenergik. Kerja dari kolinergik menyerupai saraf parasimpatis sehingga bila
sarafnya dirangsang timbulah efek yang menyerupai keadaan istirahat tidur, sedangkan kerja
dari adrenergic menyerupai saraf simpatis. karna pilocarpine dan digitalis bersifat
parasimpatis, umumnya pilocarpine digunakan untuk menurunkan tekanan di dalam mata
sedangkan digitalis untuk memperlambat konduksi impuls jantung. Sedangkan epinephrine
umumnya digunakan saat dalam kondisi peningkatan kebutuhan oksigen, atropine digunakan
untuk mengurangi sekresi berlebih saat infeksi atau alergi.

Dari pertanyaan yang didapat selama percobaan, diperoleh beberpa penjelasan singkat
sebagai berikut;

 Cholinergic agonist : menurunkan frekuensi potensial aksi


 Atropine : bekerja seperti saraf simpatik
 Dari hasil percobaan, yang menyebabkan detak jantung menurun adalah digitalis dan
pilocarpine
 Dari hasil percobaan yang menyebabkan detak jantung meningkat adalah epinephrine
dan atropine
 Untuk meningkatkan detak jantung saraf parasimatis mengeluarkan acetylcholine
 Reseptor dari norepinephrine dan epinephrine adalah B-1 adrenergic

Pertanyaan di buku Praktikum

1. Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran
panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm). Jantung terletak di belakang
tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan
bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal
notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya
disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-
5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.jantung dibungkus oleh pericardium
dan dilapisi 3 lapisan otot yaitu epicardium,myocardium,endocardium. Katup jantung
terdiri dari 2 bagian yaitu atrioventrikuler dan semilunar. Jantung memiliki 2 ruang
(atrium,ventrikel). Pembuluh darah besar yang ada pada jantung yaitu vena cava
superior inferior, sinus coronary, pulmonary trunk, arteri pulmonalis, vena
pulmonalis,assending dan desending aorta.
2. Karena periode refraktornya lebih lama sehingga jantung dapat terleindungi.
3. Jika nervus vagus dipotong maka tidak ada yang menstimulasi jantung untuk
memperlambat kinerjanya sehingnya detak jantung dan frekuensinya akan terus
meningkat.
4. Kondisi atau peristiwa dimana vagus terlalu menekan kinerja jantung sampai berhenti
tetapi reflex simpatis jantung di sabut purkinje memacu kontraksi ventrikel secara
otomatis.
Aktivitas 5: menguji efek yang ditimbulkan dari berbagai macam ion pada frekuensi
detak jantung
Ion-ion yang mempengaruhi kerja otot jantung adalah Na+, K+, dan Ca2+. Ion-ion tersebut
menentukan perbedaan potensial antara luar sel dan dalam sel. Perubahan potensial dapat
terjadi karena perubahan konsentrasi ion di luar dan daam sel. Pada saat relaksasi, potassium
(kalium) lebih banyak terdapat di sitosol sel dan permeabilitas terhadap potassium tinggi,
sedangkan sodium (natrium) terdapat lebih banyak di luar sel. penyimpanan ion Ca2+ pada sel
otot jantung berada di sarcoplasmic reticulum. Potential aksi otot jantung dimulai dengan
terbukanya channel sodium naiknya permeabilitas sodium, sodium masuk hingga batas
ambang, sodium berhenti masuk, dan depolarisasi dimulai. Lalu, channel kalsium terbuka,
diikuti dengan masuknya kalsium hingga potensial membran naik sampai +20 mV.
Selanjutnya, channel potassium terbuka dan potassium keluar, repolarisasi dimulai, potensial
membran turun dan keadaan kembali ke potensial istirahat. Pengaturan ini terdiri dari
inotropik yang mengatur kekuatan kontraksi dan kronotropik yang mengatur frekuensi
kontraksi.
Pada praktikum ini, jantung katak secara normal berdetak sebanyak 62 x/menit dalam
pengaruh larutan ringer. Lalu, jantung katak diberi larutan kalsium yang menyebabkan
kronotropik positif, sehingga jantung berdetak lebih banyak yaitu 72 x/menit. Setelah jantung
kembali bekerja secara normal, jantung diberi larutan sodium yang menyebabkan kronotropik
negatif, sehingga jantung berdetak lebih sedikit yaitu sekitar 34 x/menit. Percobaan terakhir
menggunakan larutan potassium yang menyebabkan efek kronotropik negatif dan inotropik
negatif, jantung katak berdetak semakin lambat, sebanyak sekitar 28 x/menit.
Penambahan ion menyebabkan detak jantung yang tidak menentu. Ion yang menyebabkan
perubahan kerja jantung paling jelas adalah potassium. Kebocoran potassium yang cukup
banyak dapat menyebabkan ectopic pacemaker dan pacemaker terlihat pada posisi abnormal.
Keadaan hiperkalemia ini menyebabkan menurunnya harga potensial istirahat membran otot
jantung. Hal ini akan menyebabkan inotropik negatif.
Review hasil praktikum
 Naiknya kadar ion kalsium pada jantung menyebabkan kronotropik positif, sehingga
frekuensi kontraksi jantung meningkat
 Naiknya kadar ion potassium pada jantung mengakibatkan menurunnya harga
potensial istirahat membran otot jantung. Hal ini menyebabkan otot jantung semakin
sulit mencapai nilai ambang potensial aksi, sehingga naiknya kadar ion potassium
dapat menyebabkan kronotropik negatif dan inotropik negatif.
 Calcium channel blocker adalah obat untuk terapi antihipertensi, angina, aritmia,
flutter, dll., yang bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium ke dalam
sitosol, menyebabkan penurunan frekuensi kontraksi otot jantung dan penurunan
kekuatan kontraksi otot jantung (kronotropik negatif dan inotropik negatif).
5. KESIMPULAN

1. Jantung memiliki kemampuan untuk berkontraksi secara spontan (autorhythmicity)


2. Selama relaksasi, kontraksi otot jantung memungkinkan terjadinya extrasistol
3. Otot jantung tidak bisa mencapai tetanus karena ventrikel harus kontraksi dan relaksasi
sepenuhnya secara ritmis untuk memompa darah
4. Saraf simpatis berperan saat periode latihan dan saat menghadapi stres (fight or flight).
Stimulasi simpatis meningkatkan frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Sedangkan
stimulasi parasimpatis dapat menurunkan frekuensi denyut jantung
5. Stimulasi N. Vagus (parasimpatis) yang berlebihan dapat menurunkan frekuensi denyut
jantung hingga jantung berhenti kontraksi. Namun, refleks simpatis dari serabut purkinje
akan menyebabkan ventrikel berdenyut kembali. Peristiwa ini disebut vagal escape
6. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat pula denyut jantungnya
7. Serabut saraf simpatis melepaskan norepinefrin dan epinefrin yang dapat meningkatkan
frekuensi potensial aksi melalui ikatannya dengan reseptor beta 1 adrenergik pada
membran plasma SA node. Sedangkan serabut saraf parasimpatis melepaskan asetilkolin
yang menimbulkan penurunan frekuensi potensial aksi melalui ikatan dengan reseptor
muskarinik kolinergik
8. Epinefrin dan atrofine dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung. Sedangkan
pilocarfin dan digitalis dapat menurunkan frekuensi denyut jantung
9. Pada otot jantung, tempat penyimpanan kalsium berada di sarcoplasmic reticulum
10. Pada otot jantung, kalium lebih banyak terdapat di dalam sel sedangkan natrium dan
kalsium di luar sel

Anda mungkin juga menyukai