KELOMPOK B7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI 2019/2020
Jl. Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.4244574
PRAKTIKUM DIURESIS
HOMEOSTASIS DAN IMBANGAN CAIRAN
TUJUAN :
Pada akhir percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat mendefinisikan dan memahami :
1.Konsep homeostasis dan imbangan cairan
2.Mekanisme umpan balik negatif yang mendasari homeostasis
3. Pengaturan imbangan cairan yang diatus oleh Anti Diuretik Hormon (ADH)
Yang mencakup:
rangsang reseptor jaras eferen pusat jaras eferen efektor efek
TATA KERJA
1. Golongan A/B masing-masing dibagi menjadi 10 kelompok (8 kelompok perlakuan
dan dua kelompok kontrol). Mahasiswa akan melaksanakan 4 macam perlakuan,
masing-masing perlakuan dilaksanakan oleh 2 kelompok.
2. Setiap kelompok menentukan satu orang (o.p.) dengan kriteria: jenis kelamin laki-laki,
sehat, berat badan, usia dan keadaan hidrasi dalam kisaran rata-rata golongan (A/B).
3. Pagi hari o.p. minum air sekitar 2-3 gelas. Pk. 11.00 o.p. makan siang + minum
dibagian Ilmu Faal.
4. Pukul 12.00 o.p. ditimbang berat badannya.
5. Kemudian o.p. buang air kecil (b.a.k) dan menampung urinenya. Selanjutnya o.p.
menjalani rangkaian pemeriksaan berupa:
a. Penimbangan berat badan (usahakan o.p. menggunakan pakaian dan sepatu
yang sama selama percobaan)
2
b. Pengukuran tekanan darah lengan kanan dalam posisi duduk
c. Pengukuran volume urine menggunakan gelas ukur
d. Pengukuran berat jenis (BJ), pH dan kadar glukosa dengan menggunakan
multistix. (Cara menggunakan multistix dapat dilihat pada ptunjuk di botol
multistix).
6. Pukul 13.00 o.p. buang air kecil dan menjalani rangkaian pemeriksaan yang sama
dengan no. 5. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir laporan baris U-0.
7. O.p. menjalani salah satu perlakuan A/B/C/D, sesuai tata cara (lihat lembar
selanjutnya).
8. Setelah perlakuan, o.p. buang air kecil dan menjalani rangkaian pemeriksaan sesuai
no. 5. Pada menit ke-30 dan ke-60. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir laporan
baris U-30 dan U-60.
9. Setelah menjalani masing-masing perlakuan, o.p. tidak diperkenankan makan dan
minum, serta aktivitas fisik minimal saja.
PERLAKUAN A
[MINUM AIR]
1. Setelah menampung U-pra dan U-0, o.p. minum 1 liter air, dalam waktu kurang dari
10 menit.
2. Tiga puluh menit setelah selesai minum o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian
pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no. 8.
3
PERLAKUAN B
[MINUM AIR TEH]
1. Setelah menampung U-pra, dan U-0, o.p. minum 300 cc air teh, dalam waktu kurang
dari 10 menit.
2. Tiga puluh menit setelah selesai minum, o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian
pemerik dan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no. 8.
PERLAKUAN C
[MINUM AIR GULA]
1. Setelah menampung U-pra, dan U-0, o.p. minum 300 cc air gula, dalam waktu
kurang dari 10 menit.
2. Tiga puluh menit setelah selesai minum, o.p. buang air kecil dan melakukan
rangkaian pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no.8.
PERLAKUAN D
ANAEROBIC EXERCISE (OLAHRAGA ANAEROBIK)
1. Setelah menapung U-pra, dan U-0 o.p. mium 300 cc air, dalam waktu kurang dari
10 menit. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
(menggunakan heart rate monitor).
2. O.p. melakukan pemanasan dengan mengayuh depeda selama 5-10 menit dengan
cara selang-seling 30” kayuhan maksimal dengan beban dan 30” istirahat
(pemberian beban dilakukan oleh pembimbing). Pemanasan dilakukan sampai
denyut nadi o.p mencapai ± 150/menit. Denyut nadi pemanasan dicatat.
3. Setelah pemanasan, o.p. istirahat 3-5 menit.
4. O.p. mulai mengayuh hingga mencapai kecepatan maksimal, setelah itu anaerobic
exercise dimulai dengan cara mempertahankan kayuhan maksimal (dibutuhkan
waktu 3-4 detik untuk mencapai kecepatan dan beban maksimal). Kemudian o.p.
mengayuh dengan beban dan kecepatan maksimal selama 30 detik. Setelah selesai
anaerobic exercise dilakukan pencatatan denyut nadi.
5. Pendinginan dilakukan dengan cara mengayuh sepeda kecepatan dan beban
rendah selama 2-3 menit.
6. Tiga puluh menit setelah selesai anaerobic exercise, o.p. buang air kecil dan
melakukan rangkaian pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata
kerja no. 8.
4
P6. Apa efek yang diharapkan dapat terjadi?
E. KONTROL
1. Setelah menampung U-pra dan U-0, o.p. tidak menjalani perlakuan apapun.
2. Tiga puluh menit setelah b.a.k untuk U-0, o.p. buang air kecil dan melakukan
rangkaian pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no 8.
5
Dasar Teori
6
2. Endotelin
Hormon ini dihasilkan oleh sel endotel vaskuler ginjal atau jaringan lain yang
rusak. Jika pembuluh darah rusak, maka endotelnya pun akan rusak dan melepaskan
endotelin. Hormon ini memiliki efek untuk vasokonstriktor kuat sehingga dapat
mencegah hilangnya darah. Efeknya terhadap ginjal adalag menurunkan GFR.
3. Angiotensin II & Aldosteron
Angiotensin II dapat merangsang sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal.
Keduanya memainkan peranan penting dalam mengatur reabsorpsi natrium oleh
tublus ginjal. Bila asupan natrium rendah, peningkatan kadar kedunya akan
merangsang reabsorpsi natrium oleh ginjal sehingga dapat mencegah kehilangan
natrium yang besar.
Sebaliknya, dengan asupan natrium yang tinggi, penurunan pembentukan kedua
hormon ini memungkinkan ginjal mengeluarkan natrium dalam jumlah besar.
4. Prostaglandin & Bradikinin
Kedua hormon ini cenderung mengurangi efek vasokonstriktor ginja akibat
aktivitas saraf simpatis, sehingga meningkatkan GFR.
5. Antidiuretik Hormon/ADH (Vasopresin)
ADH berperan dalam pengaturan konsentrasi urin, sehingga juga turut mengatur
osmolaritas plasma dan konsenrasi natrium. Jika osmolaritas plasma meningkat di
atas normal (zat terlarut dalam cairan tubuh terlaru pekat), kelenjar hipofisis
posterior akan terangsang untuk menyekresikan ADH. ADH akan meningkatkan
permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhada air sehingga
meningkatkan reabsorpsi air dan mengurangi volume urin. Sebaliknya, jika terdapat
kelebihan air di dalam tubuh (osmolaritas cairan ekstrasel menurun), sekresi ADH
akan dikurangi. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya permeablitas tubulus distal
& duktus koligentes terhadap air sehingga urin menjadi encer.
b. Serabut saraf lainnya adalah serabut motorik skeletal (melalui saraf pudendus) yang
menginervasi dan mengatur otot rangka volunter sfingter eksterna uretra.
7
c. Persarafan simpatik berjalan melalui saraf hipogastrik yang berasal dari segmen
lumbal 2 dari medula spinalis. Persarafan ini merangsang pembuluh darah dan meberi
sedikit efek terhadap proses kontraksi kandung kemih.
8
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
G
Periode Laju lu Tekanan
Waktu Volume Berat
pengamb produksi P k darah
Pengamb urin BJ Warna badan
ilan urin(ml/m H o (mm/Hg
ilan (ml) (kg)
(menit) enit) s )
a
U-pra 0 0 0 - 0 - - - - -
103 kuning
U-0 0 250ml 0 - 6 - 70 140/100
0 pekat
U- 15
pasca 100 kuning
15 150ml 15 0,211 6 - 71 120/90
perlak 5 bening
uan
U- 30
Kunin
pasca 100 6,
30 260ml 15 0,166 g - 71 120/90
perlak 0 5
bening
uan
U- 45
pasca Kunin
100
perlak 45 300ml 15 0,1677 g 6 - 71 120/80
0
uan bening
U- 60
pasca
60 - 71
perlak
uan
Volume urine total
dalam 30 menit
960 ml
9
Perlakuan B [Minum Air Teh]
Nama : zelloano Tanggal praktikum : 27-11-19
Kelompok : B-08 Jenis perlakuan : Perlakuan B
Berat badan pukul 12.00 : 70 kg Waktu pelaksanaan : 13.30s/d 14.52
Ber
Periode Laju Tekana
Waktu Volume Glu at
pengambi produksi P n darah
Pengamb urin BJ Warna kos bad
lan urin(ml/ H (mm/H
ilan (ml) a an
(menit) menit) g)
(kg)
Kuning
U- Pra 0 200ml 0 - 1,015 6 - 70 110/80
bening
kuning
U-0 0 200ml 0 0 1,015 6 - 70 110/80
pekat
U- 15
pasca 6,
15 190ml 15 0,211 1,005 Bening - 70 110/80
perlak 5
uan
U- 30
pasca Lebih 6,
30 15ml 15 1,005 - 70 110/80
perlak 0,166 bening 5
uan
U- 45
pasca
45 25ml 0,177 1,000 bening 6 - 70 110/80
perlak
uan
U- 60
pasca
perlak
uan
Volume urine total
dalam 30 menit
630 ml
10
Perlakuan C [Minum Air Gula]
G
Periode Laju lu Tekanan
Waktu Volum Berat
pengambi produksi P k darah
Pengamb e urin BJ Warna badan
lan urin(ml/m H o (mm/Hg
ilan (ml) (kg)
(menit) enit) s )
a
U-pra - - 0 - - - - - -
U-0 - - 0 - - - - - - -
U- 15
pasca 1,01 Kunin
16.20 45ml 45 2,25 6 - 123 120/90
perlak 5 g
uan
U- 30
pasca 1,02 Kunin
16.35 30ml 30 2 6 - 123 130/90
perlak 5 g
uan
U- 45
pasca
perlak
uan
U- 60
pasca
perlak
uan
Volume urine total
dalam 60 menit
75ml
11
1,02 kuning 6,
U-0 15.45 100ml 0 - - 55 110/90
5 kunyit 5
U- 15
pasca 1,03 kuning
16.30 30ml 15 2 5 - 55 110/80
perlak 0 kunyit
uan
U- 30
pasca 1,02 kuning
17.00 15ml 15 1 5 - 55 -
perlak 5 kunyit
uan
U- 45
pasca
perlak
uan
U- 60
pasca
perlak
uan
Volume urine total
dalam 30 menit
145ml
Perlakuan E [Kontrol]
G
Periode Laju lu Tekanan
Waktu Volume Berat
pengamb produksi P k darah
Pengamb urin BJ Warna badan
ilan urin(ml/m H o (mm/Hg
ilan (ml) (kg)
(menit) enit) s )
a
1,03 6,
15 75/18 0 Kunin 5 61
U-pra 13,40 75ml -
15 detik 1,03 g 6, 61 100/70
0 pekat 5
75/18 1,03 kuning 100/70
U-0 13,40 75ml 15 - 61
detik 0 pekat 6
U- 15 6,
pasca Kunin 5
13.45 15ml 15 - 61
perlak 15/15 1,02 g 6,
uan detik 5 pekat 5 90/60
U- 30 1,03 kuning 6,
15 10/10 61
pasca 14.00 10ml 0 keruh 5 - 90/60
15 detik 61
perlak 1,03 6
12
uan 0
U- 45
pasca
perlak 14.15 10ml 15 61
uan 10/10 1,03 Kunin 6, 100/70
detik 0 g 5
U- 60
pasca 100/70
14.30 10ml 15 61
perlak 10/10 1,02
uan detik 5 kuning
Volume urine total
120ml
dalam 60 menit
Perlakuan D memiliki penurunan jumlah urine, kenaikan BJ, perubahan warna urine
dan kenaikan tensi darah.
Kesimpulan :
14
Exercise dapat mengubah keseimbangan cairan dalam tubuh karena adanya pengeluaran
keringat tapi masukan air dibanding tidak melakukan apapun.
15
KESIMPULAN
Dalam praktikum ini kami mempelajari tentang homeostasis tubuh atau keseimbangan
tubuh. Homeostasis tubuh dipertahankan dengan pengaturan volume dan osmolaritas cairan
ekstrasel. Apabila volume cairan didalam tubuh meningkat, volume darah serta tekanan darah
akan meningkat juga.
Di dalam keseimbangan tubuh, asupan cairan kedalam tubuh harus kurang lebih sama
dengan cairan yang keluar pula. Bila asupan cairan kedalam tubuh lebih banyak, tubuh akan
merespon dengan pengurangan sekresi ADH, dan peningkatan sekresi ANP yang
menimbulkan blockade pada sekresi aldosterone.
Apabila terjadi volume cairan akan menurunkan volume darah serta tekanan darah.
Karenanya, timbul rangsangan system RAA dan timbul respons berupa pengurangan
produksi urine, dan rangsangan haus.
Dalam praktikum ini, hasil yang kami dapatkan setelah o.p. diberi minum air the
adalah, pH urine bersifat asam lemah karena pH menunjukan angka 6, serta urine tidak
mengandung glukosa. Urine tidak mengandung glukosa karena teh tidak dimimum o.p. tidaj
mengandung kadar glukosa, tetapi apabila cairan yang dimasukkan mengandung glukosa,
glukosa akan di absorpsi di kapsula bowman dan di reabsorpsi lagi tubulus kontortus
proksimal. Glukosa dapat mempengaruhi ekskresi urin dengan meningkatkan reabsorpsi air
sehingga volume air yang dikeluarkan menurun.
Teh sendiri merupakan diuretic alami bagi tubuh, sehingga hormone ADH yang
berperan sebagai hormon antidiuretic dikeluarkan lebih banyak. Karena hormone ADH yang
dikeluarkan lebih banyak, urin menjadi kental atau pekat.
Uji diuresis bertujuan untuk terapi pasien yang memiliki hipertensi, biasanya pasien
hipertensi tekanan darahnya akan menurun apabila dilakukan terapi ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
17