Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

MODUL GASTROINTESTINAL

KELOMPOK II
Gladys Suwanti FAA 113 010
Sheren Vinera Lins FAA 113 017
Feromiya Oksa FAA 113 018
Sofia Eugenia Manginte FAA 113 019
Ismi Sholihah FAA 113 021
Widi Cahya Utami FAA 113 022
Novi Magdalena Puspita FAA 113 026
Sri Nur Atikah FAA 113 027
Aulia Dewi Ratih FAA 113 029
Ratna Chairunnisa FAA 110 034

FASILITATOR : Helena Jelita, MM., MDSc., Sp. Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2015
PEWARNAAN GRAM

1.1 Pendahuluan
Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan
spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam.
Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan
pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus.
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena
bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun biakannya secara
keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olesan terwarnai
daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah
organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan
dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk,
susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus
diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di
dalam sel. Selain juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Sel-sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus
pandang (transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa hingga sukar dilihat
karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias
lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat
dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel tersebut dengan zat-zat warna.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen
seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi
ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan
pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan
kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku.

1.2 Tujuan
1. Memahami dan menguasai teknik pewarnaan gram.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat bakteri dan mengetahui bahwa pewarnaan gram dapat
membantu diagnosis infeksi pada saluran cerna oleh bakteri.
1.3 Waktu Dan Tempat
Hari / tanggal : senin, 25 Mei 2014
Waktu : 11.00 – 13.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNPAR
Tutor : dr. Rahmiati

1.4 Dasar Teori


Pewarnaan Gram merupakan suatu pewarnaan diferensial, yang membedakan
bakteri dalam 2 golongan berdasarkan kemampuannya mempertahankan zat warna
pertama (primary stain) yaitu zat warna ungu kristal karbol. Bakteri yang mampu
mempertahankan zat warna pertama disebut positif Gram, sedangkan bakteri negatif
Gram adalah bakteri yang melepaskan zat warna tersebut dan mengikat zat warna kedua
(counter stain) yaitu Safranin. Pewarnaan Gram adalah teknik pewarnaan yang penting
karena implikasinya pada pemilihan antibiotika untuk terapi, yaitu antibiotika untuk
golongan kuman positif Gram atau negatif Gram. Pewarnaan Gram dapat juga
digunakan untuk mewarnai sel ragi.
Proses pewarnaan diferensial ini memerlukan 4 jenis reagen. Perbedaan ini
berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen pertama disebut warna
dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua
disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar
tergantung pada komposisi dinding sel, bilakomponen dinding sel kuat mengikat warna,
maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan
warna dasar, maka warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila
warna tidak tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir
tetap warna dasar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sebagai berikut :
a. Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi yang
mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan sampai berlebih
yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti
gram negatif. Namun juga jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan etanol
(underdecolorization) yang tidak akan melarutkan CV-iodine secara sempurna
sehingga sel gram negatif seperti gram positif.
b. Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang tidak lebih
lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada kemampuan sel menyerap
warna utama (CV), khususnya pada gram positif. Mungkin akan menampakkan gram
variabel yaitu satu jenis sel, sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena
pengaruh umur. Walaupun ada beberapa species yang memang bersifat gram variabel
seperti pada genus Acinetobacter dan Arthrobacter.

Ciri-ciri bakteri gram negative Ciri-ciri bakteri gram positif


1. Struktur dinding selnya tipis,sekitar 10- 1. Struktur dindingnya tebal.
45mm,berlapis tiga atau multi layer. 2. Dinding selnya mengandung lipid yang
2. Dinding selnya mengandung lemak lebih lebih normal.
banyak (11-22%),peptidoglikan terdapat 3. Bersifat lebih rentan terhadap senyawa
dalam lapisan kaku,sebelah dalam dengan penisilin.
jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak 4. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh
mengandung asam laktat. zat-zat warna seperti ungu Kristal.
3. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin. 5. Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit.
4. Tidak resisten terhadap gangguan fisik. 6. Lebih resisten terhadap gangguan fisik

1.5 Alat Dan Bahan

Alat Bahan
 Jarum ose  Bakteri Salmonella typhi dan
 Bunsen Escherichia coli
 Cawan petri  NaCl 0,1 N
 Tissue  Aquadest
 Pipet tetes  Larutan gention violet
 Objek glass  Larutan fuchsin
 Rak pewarnaan  Larutan lugol
 Mikroskop  Alkohol 96%

1.6 Cara Kerja


1. Nyalakan api dalam Bunsen. Pijar alat-alat yang mau digunakan seperti inokulum,
dan bahan seperti tabung reaksi berisi bakteri.
2. Membuat preparat
 Bersihkan objek gelas dengan tissue, kemudian lewatkan di atas api untuk
menghilangkan lemak lalu biarkan dingin sebelum dipakai.
 Buat batas bulatan untuk menempatkan bakteri pada objek gelas menggunakan
pensil gelas.
 Jika kuman yang diperiksa dalam media cair, ambil satu sengkelit letakkan di atas
gelas objek gelas, sebarkan seluas 1-2cm2 atau seluas daerah yang tekah ditandai
dalam objek gelas.
 Jika kuman yang diperiksa ditanam pada media padat maka dibuat suspensi
kuman dengan satu sengkelit NaCl fisiologis.
 Biarkan mengering di udara atau dipercepat dengan melewatkan di atas api
(difiksasi).
 Tuang larutan karbol kristal ungu sebanyak ±2 tetes sambil objek gelas digoyang
perlahan sampai zat warna menutupi seluruh permukaan bakteri yang akan diuji.
Biarkan selama 1-2 menit untuk bakteri gram negatif dan 6-7 menit untuk bakteri
gram positif.
 Cuci dengan air lalu tuangkan cairan Lugol selama 40-60 detik, kemudian dicuci
dengan air.
 Lalu cuci alkohol dengan cara dicelupkan ke dalam bejana yang berisi alkohol
96% goyangkan selama 30 detik sampai zat warna tidak mengalir lagi.
 Cuci dengan air.
 Tuangkan air Fukhsin kira-kira 1 tetes sampai menutupi seluruh permukaan
bakteri, biarkan selama 1-2 menit, cuci dengan air lalu keringkan dengan tissue
selama 30-40 detik sambil ditekan perlahan-lahan sampai semua air terserap.
 Tetesi minyak immersi sebanyak ± 2 tetes diatas sediaan kemudian amati di
bawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran awal 100 kali.

1.7 Hasil
Salmonella typhi Escherichia coli
Hasil pengamatan Batang (basil) dengan warna Batang pendek (kokobasil) dengan
kemerahan warna kemerahan
Keterangan Basil gram negatif Basil gram negatif
1.8 Pembahasan
Perbedaan antar gram positif dan negatif adalah pada lapisan dinding selnya. Pada
bakteri gram positif, dinding selnya sebagian besar terdiri atas peptidoglikan sehingga
akan menyerap reagen gention violet dan menghasilkan warna ungu pada pewarnaan
gram, sedangkan bakteri gram negatif, dinding selnya sebagian besar terdiri atas lipid atau
lemak dan kadar peptidoglikan sangat rendah sehingga akan melepas reagen gention
violet dan menyerap reagen kedua fukhsin sehingga akan menghasilkan warna merah
pada pewarnaan gram.

a. Salmonella typhi
Klasifikasi
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Classis : Gamma Proteobakteria
Ordo : Eubacteriales (Enterobacteriales)
Familia : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella thyposa

Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,
bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm. Salmonella sp.
tumbuh cepat dalam media yang sederhana, hampir tidak pernah memfermentasi
laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa,
biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar
bergaris tengah 2-8 milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP
tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac Conceykoloni Salmonella sp.
Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri
ini resisten terhadap bahan kimia tertentu (misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat,
sodium deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi
senyawa tersebut berguna untuk ditambahkan pada media isolasi Salmonella sp.
Berdasarkan serotipenya S. typhi masuk kedalam serotipe D.
b. Escherichia coli
Klasifikasi :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli

Escherichia coli merupakan kuman berbentuk batang pendek (kokobasil) gram


negatif berukuran 0,4 – 0,7 µm. Kuman ini tidak membentuk spora dan biasanya
tidak berkapsul. Escherichia coli tidak dapat memproduksi H2S tetapi bakteri ini
dapat membentuk gas dari glukosa, menghasilkan tes positif terhadap indol, dan
memfermentasikan laktosa. Bakteri ini dapat tumbuh baik pada suhu antara 80 C- 460
C, dengan suhu optimum dibawah temperature 370 C. Bakteri ini berada dibawah
temperature minimum atau sedikit diatas temperature maksimum tidak segera mati,
melainkan berada dalam keadaan dormancy, disamping itu Escherichia coli dapat
tumbuh pada ph optimum berkisar 7,2-7,6.
Bakteri ini merupakan kuman oportunistik yang banyak ditemukan dalam
usus besar manusia sebagai flora normal usus. Sifatnya unik karen dapat
menyebabkan infeksi primer ada usus manusia misalnya diare pada anak serta dapat
menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus.

1.9 Simpulan
Pewarnaan Gram merupakan suatu pewarnaan diferensial, yang membedakan
bakteri dalam 2 golongan berdasarkan kemampuannya mempertahankan zat warna
pertama (primary stain) yaitu zat warna ungu kristal karbol. Bakteri yang mampu
mempertahankan zat warna pertama disebut positif Gram, sedangkan bakteri negatif
Gram adalah bakteri yang melepaskan zat warna tersebut dan mengikat zat warna kedua
(counter stain) yaitu Safranin.
Pewarnaan Gram adalah teknik pewarnaan yang penting karena implikasinya
pada pemilihan antibiotika untuk terapi, yaitu antibiotika untuk golongan kuman positif
Gram atau negatif Gram. Berbagai teknik pewarnaan dipergunakan untuk identifikasi,
seperti pewarnaan Gram yang membedakan bakteri dalam 2 kelompok yaitu positif Gram
dan negatif Gram, pewarnaan Ziehl Nielseen untuk bakteri tahan asam, pewarnaan Gins-
Burry untuk kapsul, pewarnaan untuk spora dan sebagainya.

1.10 Daftar Pustaka


Radji, Maksum. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Depok: Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia
Jawetz, Melnick., Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Joyce,James.et al.2006.Prinsip – Prinsip Sains untuk Keperawatan.(diterjemahkan
oleh: dr. Indah Retno. Jakarta: Erlangga
Radji, Maksum. 2013. Buku Ajar MIKROBIOLOGI : Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta:EGC
Wahyuningsih . 2008 . Pengecatan Gram . Universitas Jenderal Soedirman , Fakultas
Pertanian : Purwokerto.
Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya. 2014. Buku Panduan Praktikum
Gastrointestinal. Palangkaraya : FK UNPAR
UJI BIOKIMIA BAKTERI GRAM NEGATIF

1.1 Pendahuluan
Pada muka bumi kita, terdapat banyak sekali macam dan golongan
mikroorganisme yang hidup. Bahkan jumlah mikroorganisme sekarang melebihi jumlah
manusia yang pernah hidup di bumi. Mikroba satu dengan yang lainnya memiliki
perbedaan yang spesifik, bahkan sesama golongannya pun tidak sepenuhnya identik.
Sama seperti manusia, mikroba pun tidak pernah ada yang identik satu sama lainnya. Dua
bakteri serupa baik morfologi maupun sifat biakannya dapat menunjukkan perbedaan
yang sangat berarti dalam reaksi metabolismenya. Kemamapuan metabolik ini digunakan
utuk melakukan identifikasi maupun klasifikasi bakteri. Identifikasi mikroorganisme
sampai pada strain maupun genotip dapat dilakukan secara lebih akurat melalui
pendekatan molekular.
Karakterisasi mikroorganisme dapat di lakukan dengan beberapa metode seperti
pengamatan makroskopik koloni, pewarnaan mikroba untuk mengetahui penampakan
mikroskopik sel maupun membedakan golongan-golongan mikroorganisme, serta
karakterisasi dengan serangkaian uji-uji biokimia yan mmencerminkan aktivitas
metabolisme enzimatik mikroorganisme. Pada tingkat genus, terdapat beberapa karakter
makro dan mikroskopik serta karakter biokimia identitas yang secara umum dimiliki oleh
spesies-spesies yang termasuk dalam genus tersebut. Selain untuk taksonomik, pengujian
aktivitas biokimia mikroorganisme juga berfungsi untuk determinasi patogen-patogen
penyebab penyakit infeksi, seleksi, dan isolasi mikroba potensial penghasil enzim-enzim
yang penting bagi kehidupan. Karakterisasi mikroorganisme dengan uji-uji biokimia
untuk taksonomik biasanya di lakukan berdasarkan diagram alir dari suatu panduan yan
gtelah di sepakati secara internasional.
Uji biokimia merupakan salah uji yang digunakan untuk menentukan spesies
kuman yang tidak diketahui sebelumnya. Setiap kuman memiliki sifat biokimia yang
berbeda sehingga tahapan uji biokimia ini sangat membantu proses identifikasi. Setelah
sampel diinokulasikan pada media differensial atau selektif, kemudian koloni kuman
diinokulasikan pada media uji biokimia.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan cara pengumpulan dan pengiriman spesimen saluran cerna
2. Memahami berbagai pemeriksaan untuk mengidentifikasi mikroorganisme patogen
penyebab infeksi sistem pencernaan dan keracunan makanan
3. Memahami karakteristik mikroorganisme patogen yang sering menyebabkan
penyakit pada sistem pencernaan manusia

1.3 Tempat dan Waktu


Hari / tanggal : Senin, 25 Mei 2014
Waktu : 11.00 – 13.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNPAR
Tutor : dr. Rahmiati

1.4 Dasar Teori


a. Tes TSIA (Triple Sugar Iron Agar)/ KIA (Kligger Iron Agar)
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan kuman untuk
memfermentasikan gula dan mengubahnya menjadi energi. Pada media TSIA berisi
tiga macam karbohidrat yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa, ditambahan dengan besi
dan protein. Indikatornya adalah phenol red yang menyebabkan perubahan warna dari
merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. Sedangkan media KIA berisi dua
macam karbohidrat yaitu glukosa dan laktosa serta besi dan protein.
Interpretasi Hasil :
 Hanya memfermentasi laktosa : Bila pada dasar (butt) media berwarna
kuning (bersifat asam) dan lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa)
→ Al/Ac atau K/A
 Memfermentasi semua gula : Bila pada dasar (butt) media berwarna
kuning (bersifat asam) dan lereng (slant) berwarna kuning (bersifat
asam) → Ac/Ac atau A/A
 Tidak dapat memfermentasi karbohidrat : Bila pada dasar (butt) media
berwarna merah (bersifat basa) dan lereng (slant) berwarna merah
(bersifat basa) → Al/Al atau K/K
selain menguji kemampuan bakteri dalam memfermentasi gula, uji biokimia
menggunakan media TSIA/KIA juga dapat digunakan untuk menguji kemampuan
bakteri dalam menghasilkan gas CO2 yang dapat dilihat dari pecahnya dan
terangkatnya agar dan menguji kemamapuan bakteri memfermentasi metionin dan
sistein (Asam amino yang mempunyai gugus S). Jika kuman memfermentasi kedua
asam amino ini maka gugus S akan keluar dan gugus S akan bergabung dengan H2O
membentuk H2S. Selanjutnya H2S bergabung dengan Fe2+ membentuk FeS berwarna
hitam dan mengendap.

b. Uji Citrat
Media yang dipakai adalah Simons citrat. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui apakah kuman menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada media
Simons citrat berisi indikator BTB (Brom Tymol Blue). Apabila bakteri
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media berubah menjadi basa dan
berubah warna menjadi biru.
Interpretasi Hasil:
 Negatif (-) : Tidak terjadinya perubahan warna media dari hijau
menjadi biru. Artinya bakteri ini tidak mempunyai enzim sitrat
permease yaitu enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel.
Sehingga kuman tidak menggunakan citrat sebagai salah satu/satu-
satunya sumber karbon
 Positif (+) : Terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi
biru, artinya kuman menggunakan citrat sebagai salah satu/satu-
satunya sumber karbon.

c. Uji Motilitas
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan kandungan
agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui gerak kuman
(motilitas), bisa memakai media MIO (Motilitas Indol Ornitin) atau SIM (Sulfida
Indol Motility). Pada media SIM selain untuk melihat motilitas bisa juga untuk test
indol dan pembentukan H2S.
Interpretasi Hasil :
 Negatif (-) : Terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih keruh
seperti akar hanya pada bekas tusukan inokulasi.
 Positif (+) : Terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih keruh
seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan
dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini
memiliki flagel.
 Ornitin (+) : kuman mampu mendekarboksilasi ornitin sehingga
terbentuk warna ungu.

d. Lysin Iron Agar (LIA).


Kegunaan Untuk deteksi bersama dari lycine decarboxilase (lCD) dan
hidrogensulfida indentifikasi dari bakteri citobacter, khususnya salmonella dan
Arizona. Prinsip kerja : Lysin di karboksilase oleh mikroorganisme member LCD
positif member amin cadaverin yang menyebabkan PH indicator bromocresol ungu
berubah warnanya menjadi violet. Karena dekarboksilasi hanya terjadi pada media
asam ( PH < 6.0 ),kultur media harus diasamkan terlebih dahulu oleh fermentasi
glukosa. Oleh karena itu hanya dapat digunakan untuk difrensiasi mikroorganisme
yang dapat memfermentasi glukosa.
Mikroorganisme memfermentasi glukosa tapi LCD negative ,menyebabkan
media berubah menjadi kuning. Perpanjangan inkubasi alkalinitas dari permukaan
media dapat terjadi perubahan warna hasil menjadi violet. Produksi H2S
menyebabkan penghitaman media karena bentuk dari iron sulfide. Pengecualian
beberapa strain Proteus morganii, deaminase lysine membentuk alfa ketokarbocilik
acid, campuran ini berekasi dengan iron salt dekat permukaan medium, dibawah
pengaruh oksigen berbentuk gabungan coklat kemerah-merahan. Kandungan : Pepton
dari daging, ektrak yeast, glukosa (D+), Lysin monohidroclorida, sodium thiosulfat,
ammonium iron III citrate, bromocrecol purple, agar-agar.
Interpretasi hasil :
 Negatif (-) : bakteri tidak mampu memfermentasi lysin, terjadi
perubahan warna dari coklat menjadi kuning (bakteri hanya mampu
memfermentasi gula)
 Positif (+) : bakteri mampu memfermentasi lysin, terjadi perubahan
warna dari coklat menjadi ungu.
 H2S (+) : bakteri mampu menghasilkan H2S sehingga terbentuk pigmen
hitam.
e. SSS (Semi Solid Sucrose )
SSS (Semi Solid Sucrose ) agar dalam media ini digunakan untuk menguji
kemampuan bakteri memfermentasi sukrosa. Selain itu media SSS juga dapat meihat
motilitas (pergerakan bakteri) tetapi tidak sebaik media MIO . Disamping itu bila
sukrosa diganti dengan gula yang lain (yang diperlukan) maka dapat diketahui
kelakuan bakteri terhadap gula tersebut.
Interpretasi hasil :
 Negatif (-) : bakteri tidak mampu memfermentasi sukrosa sehingga
media tetap berwarna merah muda.
 Positif (+) : bakteri mampu menfermentasi sukrosa sehinngga warna
media menjadi kuning.

1.5 Alat dan bahan


1. Madium KIA,SS,LIA,MIO dan Sitrat
2. Sampel bakteri E.coli dan Salmonella typhi
3. Rak tabung reaksi
4. Bunsen
5. Jarum ose
6. Masker
7. Sarung tangan lateks

1.6 Cara kerja


1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Menggunakan masker dan sarung tangan lateks
3. Menyalakan bunsen menggunakan korek api.
4. Memfiksasi jarum ose (needle) sampai merah
5. Memfiksasi permukaan tabung
6. Ambil sampel bakteri menggunakan jarum ose kemudian masukkan kedalam
media
Cara meletakkan sampel :

 Mengambil media KIA, membuka kapas penutup, memfiksasi mulut tabung,


menggoreskan jarum ose dari bawah keatas dengan metode zig-zag, tetapi
jangan sampai merusak agar dan menutup kembali tabung dengan kapas.
 Mengambil media Sitrat, membuka kapas penutup, memfiksasi mulut tabung,
menggoreskan jarum ose dari bawah keatas dengan metode zig-zag, tetapi
jangan sampai merusak agar dan menutup kembali tabung dengan kapas.
 Mengambil media SSS, membuka kapas penutup, memfiksasi mulut tabung,
menusukkan jarum ose dan menutup kembali tabung dengan kapas
 Mengambil media LIA, membuka kapas penutup, memfiksasi mulut tabung,
menusukkan jarum ose dan menutup kembali tabung dengan kapas
 media MIO, membuka kapas penutup, memfiksasi mulut tabung,
menusukkan jarum ose tegak lurus dan menutup kembali tabung dengan
kapas
7. Memberikan label nama disetiap tabung, kemudian diam kan medium selama 24
jam.
8. Mengamati koloni bakteri yang terbentuk pada masing-masing medium setelah di
inkubasikan.

1.7 Hasil
a. Salmonella typhi

KIA SSS LIA MIO SITRAT


K/A S (-) / K L (-) M (-) Sitrat (-)
H2S (+) M (-) H2S (+) O (-)
G (-)

Keterangan :
K : Bersifat alkali (K) berwarna merah
A : Bersifat asam (A) berwarna kuning
S : Sukrosa
G : Gas
L : Lysin
M : Motilitas
O : Ornitin
b. Escherichia coli

KIA SSS LIA MIO SITRAT


A/A S (-) / K L (-) M (+) Sitrat (-)
G (+) M (+) H2S (-) O (-)
H2S (-)

Keterangan :
K : Bersifat alkali (K) berwarna merah
A : Bersifat asam (A) berwarna kuning
S : Sukrosa
G : Gas
L : Lysin
M : Motilitas
O : Ornitin

1.8 Pembahasan
a. Salmonella typhi
Pada uji TSIA/KIA warna media pada lereng berubah menjadi merah
sedangkan pada dasar media berwarna kuning. Hal ini terjadi karena bakteri
Salmonella typhi hanya menggunakan laktosa sebagai sumber energinya sehingga
terbentuklah warna kuning pada media. Kadar laktosa pada media KIA sedikit
sehingga ketika laktosa habis maka bakteri Salmonella typhi akan menggunakan
protein sebagai sumber energinya. Metabolisme protein bersifat aerob dan
menghasilkan produk yang be sifat basa sehingga pada lereng media KIA terbentuk
warna merah muda.
Pada uji coba SSS (semi solid sukrosa) untuk mengetahui kemmpuan
bakteri menggunakan sukrosa sebagai sumber energi dan motilitas bakteri. Pada
media tidak terlihat perubahan. Hal ini menunjukan bahwa bakteri salmonella typhi
tidak mampu menggunakan sukrosa sebagai sumber energi serta tidak motil.
LIA mengandung glukosa, asam amino ,lisin, dan brom kresol ungu sebagai
pH indikator, serta natrium tiosulfat. LIA dapat digunakan untuk identifikasi
mikroba penghasil enzim yang mampu mendekarboksilasi asam amino lisin dan
memproduksi gas H2S. Pada media hanya terbentuk pigmen hitam. Hal ini
menunnjukan bahwa salmonella typhi tidak mendekarboksilasi lisin tetapi mampu
menghasilkan H2S.
Media MIO (Motility Indole Ornithine), menunjukan pertumbuhan bakteri
hanya di sepanjang tususkan ketika diinokulasi dan tidak terbentuk cincin berwarna
merah setelah ditetesi pereaksi Kovac. Hal ini menunjukan bahwa Salmonella
termasuk bakteri yang non motil atau tidak dapat bergerak, tidak dapat
mendekarboksilasi ornitin, dan tidak memproduksi indol.
Uji sitrat untuk mengetahui kemampuan bakteri untuk
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber energi. Hasil positif ditandai
dengan perubahan w a r n a m e d i a d a r i h i j a u m e n j a d i b i r u , d a n h a s i l
n e g a t i f b i l a t i d a k t e r j a d i perubahan warna pada media. Bakteri yang
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan amoniak sebagai sumber nitrogen,
maka dalam media simmon sitrat yang mengandung indikator BTB (Bromothymol
blue ) akan memperlihatkan perubahan warna menjadi biru pada suasana basa yang
diperoleh dari hasil reaksi penggunaan amoniak sebagai sumber nitrogen.Dengan
adanya indikator BTB yang ada pada media simon citrat, penggunan citrat akan
membentuk CO32- dan HCO3- yang mempengaruhi pH, jika pH naik akan berubah
menjadi biru. Hasil positif menunjukkan adanya perubahan warna menjadi biru
pada slent media. Hasil negatif (-) yang menunjukkan tidak adanya warna biru
pada slent media. Pada media tidak terjadi perubahan warna yang menunjukkan
bakeri salmonella tidak menggunakan sitrat sebagai sumber energinya.

b. Escherichia coli
Pada uji TSIA/KIA warna media pada lereng dan dasar terlihat berwarna
kuning. Hal ini menandakan bahwa bakteri E.coli mampu menggunakan glukosa
sebagai sumber energinya. Selain itu juga terbentuk gas yang ditandai dengan
terangkatnya agar pada media KIA, tetapi pada agar tidak telihat pigemn hitam
yang menunnjukan bahwa tidak terbentuknya H2S.
Pada media SSS tidak terjadi perubahan warna dari merah muda ke kuning,
hal ini disebabkan bakteri E. coli tidak menggunakan sukrosa sebagai sumber
energinya. Pada media SSS terjadi pergerakan bakteri (motility), di daerah tusukan
(butt) terlihat keruh dan melebar. Hal ini menunjukkan bahwa E. coli bersifat
motil.
Media MIO digunakan untuk mengetahui adanya pergerakan bakteri, dapat
juga digunakan untuk mengetahui kemmapuan bakteri mendekarboksilasi ornitin,
kemampuannya menghasilkan indol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
terjadi perubahan warna media dari ungu menjadi kuning, pada bagian tusukan
terlihat keruh dan melebar, berarti bakteri yang diperiksa dapat ber-gerak, serta
terbentuk cincin merah (indol) setelah ditambah pereaksi Covacs. Dilepaskannya
karbondioksida menyebabkan kenaikan pH media, akibatnya terjadi perubahan
warna indikator brom kresol dari ungu menjadi kuning. Tetapi tidak terjadi
perubahan warna dari ungu cerah menjadi ungu pekat, hal ini menunjukkan bahwa
E. coli tidak mampu mendekarboksilasi ornitin.
Pada media Simon Sitrat Agar tidak terjadi perubahan warna dari hijau ke
biru. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri E. coli tidak mampu menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon / energi.

1.9 Kesimpulan
Bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli merupakan basil gram negatif yang
mempunyai perbedaan dalam kemampuan metabolisme. Untuk melihat perbedaan itu
dapat dilakukan dengan uji biokimia deret. Berikut merupakan sifat-sifat Salmonella
typhi dan Escherichia coli yang diperlihatkan saat uji biokimia deret.

Sifat Salmonella typhi :


 Hanya mampu menggunakan laktosa sebagai sumber energi
 Tidak motil
 Mampu menghasilkan H2S
 Tidak mampu menggunakan sukrosa dan sitrat sebagai sumber energi
 Tidak mampu mendekarboksilasi lysin dan ornitin

Sifat E.coli :
 Mampu menggunakan glukosa dan laktosa sebagai sumber energi
 Motil
 Tidak mampu menghasilkan H2S
 Tidak mampu menggunakan sukrosa dan sitrat sebagai sumber energi
1.10 Daftar pustaka
Volk and Wheleer. 1993. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan
Tinggi. UGM Press, Yogyakarta.
Dwidjoseputro. 1954. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
Haryani, Y., Chainulfiffah, dan Rustiana., Fermentasi Karbohidrat Oleh Isolal
Salmonella Spp. Dari jajanan Pinggir jalan.
Radji, Maksum. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Depok: Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia
Jawetz, Melnick., Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Radji, Maksum. 2013. Buku Ajar MIKROBIOLOGI : Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta:EGC
Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya. 2014. Buku Panduan Praktikum
Gastrointestinal. Palangkaraya : FK UNPAR

Anda mungkin juga menyukai