UJI KARBOHIDRAT
Kelompok 3.3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
2021
BAB I
DASAR TEORI
A. Hasil
b. tidak dipanaskan
Larutan yang dibiarkan
saja akan tetap
berwarna biru.
B. Pembahasan
1. Mollisch Test
Percobaan menggunakan alpha naphtol. Napthol biasanya
dapat bereaksi di bawah suasana asam. Monosakarida dalam
larutan asam pekat akan diubah menjadi bentuk furfural. Napthol
dan Furfural akan berkondensasi membentuk cincin senyawa
kompleks berwarna ungu. Prinsip percobaan ini adalah suatu reaksi
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural
ketika bereaksi dengan napthol. Pada hasil didapat adanya cincin
namun lapisan tipis dikarenakan konsentrasi Alpha Naphtol yang
digunakan hanya sebesar 0,1% sehingga lapisan cincin furfural
yang terbentuk tidak terlalu pekat.
2. Benedict Test
Monosakarida dapat mereduksi senyawa tembaga pada
kondisi alkalis di larutan fehling / larutan benedict. Monosakarida
akan mereduksi larutan menjadi warna lebih tua dari larutan
terkadang muncul presipitat cupri-oxida berwarna merah. Pada
hasil percobaan kami didapat terlihat hasil yang positif
mengandung karbohidrat dimana terlihat endapan merah bata di
bawah tabung reaksi.
3. Seliwanoff Test
Uji seliwanoff berfungsi untuk mendekteksi adanya gula
ketosa pada substrat yang dicobakan. Pada percobaan ini, kami
mendapatkan hasil positif yang ditandai dengan perubahan warna.
Reagen seliwanoff terdiri atas asam klorida dan resorsinol. Asam
klorida yang terdapat pada seliwanoff ini mendehidrasi fruktosa
yang menghasilkan hidroksi furfural sehingga mengalami
kondensasi setelah penambahan resorsinol yang mengakibatkan
larutan menjadi berwarna merah anggur dan hal ini tidak dialami
oleh zat uji yang lain. Perubahan warna ini mengidentifikasikan
adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat. Pada pelaksaan uji
seliwanoff, salah satu tahapan yang dilakukan adalah memanaskan
reagen yang telah dicampur dengan fruktosa hingga mendidih.
Pemanasan berfungsi untuk mempercepat hidrolisis karbohidrat
sehingga monosakarida yang mempunyai gugus keton dapat segera
bereaksi dengan reagen Seliwanoff dan menghasilkan perubahan
warna.
4. Tauber Test
Reaksi Tauber dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pentosa, tetapi tidak berlaku terhadap heksosa. Reagen tauber
berisi larutan 4% benzidin dalam asam asetat glasial. Reaksi yang
terjadi adalah pentosa dihidrolisis oleh asam asetat glasial menjadi
furfural. Furfural yang terbentuk akan bereaksi dengan 4%
benzidin membentuk kompleks senyawa berwarna merah anggur.
Arabinosa termasuk pentosa (aldopentosa) sehingga memberi
reaksi positif terhadap reagen Tauber, sedang glukosa dan fruktosa
termasuk heksosa sehingga reaksinya negatif. Bila aldopentosa
dididihkan dengan pereaksi Tauber, dihasilkan warna pink sampai
merah setelah didinginkan.
5. Hidrolisis Sukrosa
Hidrolisis Sukrosa bertujuan untuk mencari gula
pereduksinya. Gula pereduksi merupakan golongan karbohidrat
monosakarida yaitu dimana pada sukrosa dapat dihidrolisis
menjadi glukosa dan fruktosa. Pada percobaan ini sukrosa
direaksikan terlebih dahulu dengan timol biru lalu diberi HCl
sebagai indikator asam. Kemudian akan dibagi menjadi dua larutan
yang satu dipanaskan dan satunya lagi tidak. Yang dipanaskan
dalam waterbath bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa. Setelah dipanaskan, ditetesi lagi dengan
Natrium Karbonat sebagai indikator basa.
Percobaan dilanjutkan dengan tes benedict dimana kami
mendapatkan hasil positif yaitu terbentuk endapan merah bata pada
salah satu tabung dimana endapan ini terjadi karena glukosa dan
fruktosa tadi menghasilkan gula yang dapat bereaksi positif dengan
tes benedict. Sedangkan salah satu tabung yang tidak dipanaskan
tidak terjadi perubahan warna atau terbentuk endapan karena
sukrosa tidak terhidrolisis.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan maka dalam Praktikum Uji
Karbohidrat dapat disimpulkan bahwa :