PENDAHULUAN
Gigi dan mulut merupakan organ penting yang harus dijaga kebersihannya.
mulut mereka. Hal ini berdampak pada timbulnya penyakit gigi dan mulut seperti
karies yang banyak terjadi di masyarakat. (Syahida dkk, 2017; Rahman 2018).
Berdasarkan data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, sekitar 25,9%
Selatan memiliki masalah kebersihan gigi dan mulut yaitu sebesar 36,1%. Di
Kalimantan Selatan angka DMF-T mencapai 7,2. Kabupaten banjar termasuk kepada
lima kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan dengan tingkat keparahan gigi
(indeks DMF-T) di atas rata-rata. Kabupaten Banjar memiliki indeks DMF-t yang
tinggi sebesar 7,80 meliputi 5,88 gigi yang dicabut/indikasi pencabutan, 1,62 gigi
karies/berlubang, dan 0,34 gigi ditumpat (Riskesdas, 2013; Basuni dkk, 2014;
Rohimin, 2018).
kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit baik
lokal maupun sistemik. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya
untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Secara klinis tingkat
kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S).
Kriteria ini dinilai berdasarkan keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi
atau kalkulus. Status kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
kesehatan. Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang
menyikat gigi dengan baik dan benar sebesar 5% dimana kabutapen Banjar hanya
sebesar 3,1%. (Riskesdas, 2013; Basuni dkk, 2014; Narulita dkk, 2016)
Karies gigi adalah penyakit dengan penyebab multifaktor. Insiden karies gigi
dalam suatu populasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor resiko salah satu faktor resiko
yang paling berpengaruh adalah permasalahan sosial ekonomi. Masalah akan karies
gigi lebih sering dijumpai pada anak-anak dari keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan orang dengan kemampuan ekonomi
kurang akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga akan sulit
kesehatan gigi dan mulut. Keadan tersebut juga mempengaruhi pola asuh orang tua
terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
prevalensi karies lebih tinggi pada anak yang berstatus sosial ekonomi rendah.
antara 5-15 tahun, didapatkan hasil bahwa persentase karies yang dialami oleh anak-
anak tersebut tergolong tinggi. Dalam penelitian tersebut 80,4% siswa adalah
kelompok sosial ekonomi rendah (Susi dkk, 2012; Basuni dkk, 2014 Ngantung dkk,
relatif padat dan kurang layak huni, sanitasi langsung dibuang ke sungai, dan keadaan
sosial ekonomi pada masyarakat yang terletak di daerah keraton tersebutlah penulis
tertarik untuk meneliti tentang “Status Kesehatan Gigi Pada Anak Kelas 1 Di SDN
Keraton 2 Martapura”
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah, yaitu:
pemilik wilayah kerja dan instansi lain yang terkait sebagai pengambil
promotif, dan kuratif dalam usaha perbaikan kesehatan gigi dan mulut
Dapat digunakan sebagai referensi mengenai status kesehatan gigi dengan
menggunakan indeks DMF-T dan indeks Ohis pada siswa kelas 1 di SDN
TINJAUAN PUSTAKA
Karies merupakan penyakit infeksi kronis yang paling sering diderita oleh hampir
95% populasi di dunia ( Chandrabhan et al, 2012). Karies merupakan suatu penyakit
jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum, yang disebabkan oleh
aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan
(A.M.Kidd, et al, 2013). Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat
jaringan kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses
dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara
enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan akan menembus
email serta dentin dan dapat mengenai bangian pulpa (Dorland, 2010). Karies gigi
merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses
tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam rongga mulut yang
berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi,
adalah faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis
normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor risiko karies adalah
kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses
yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit
karies (Chemiawan, 2004). Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu
faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan
ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-
tindih (Gambar 2.1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut
harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Chemiawan, 2004). Karies
gigi terjadi karena adanya kerusakan pada email gigi oleh kuman Streptococcus
mutans yang ada pada plak ( Wulandari et al, 2016). Terdapat beberapa faktor yang
dianggap sebagai faktor resiko adalah pengaruh oral hygiene, kebiasaan makan,
kondisi kesehatan umum serta faktor resiko demografi atau faktor modifikasi karies
seperti umur, jenis kelamin, riwayat sosial, fluor, jumlah bakteri dan saliva (Juwita,
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak
terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel
jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula
terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri
(Suryawati, 2010). Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies
gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui
lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru
timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu
banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis,
yang menghasilkan kavitasi yang secara makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin
yang baru mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas
dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam
odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada
proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan
Kesehatan manusia diperngaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal atau dari dalam diri manusia terdisi dari faktor fisik dan
psikis. Faktor eksternal terdisi dari beberapa faktor, antara lain sosial, budaya
Bloom (1974) dalam buku Notoatmodjo secara umum faktor yang mempengaruhi
kesehatan terbagi menjadi 4 bagian yaitu yang pertama l ingkungan yang terdapat sosial,
fisik, politik, dan ekonomi serta berbagai macam budaya didalamnya, yang kedua perilaku,
yang ketiga pelayanan kesehatan, dan yang terakhir adalah keturunan ( Suryawati, 2010;
terhadap keadaan kesehatan rongga mulut. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi
Keluarga. Rendahnya status ekonomi dan pengetahuan pada suatu keluarga juga
mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya,
terutama dalam pemilihan makanan yang sehat untuk anak. Hal ini berdampak pada anak
yang berasal dari orang tua dengan latar pendidikan dan ekonomi yang rendah sering
memakan makanan kariogenik seperti permen, coklat dll. Makanan kariogenik tersebut bila
dikonsumsi dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya karies gigi
individu. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya
meningkatkan kesehatan. Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor
lokal yang pengaruhnya sangat dominan dan dapat menyebabkan berbagai masalah
Masalah kesehatan gigi dan mulut dapat dinilai melalui status oral hygiene.
Status oral hygiene dapat ditentukan dengan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S).
Status kesehatan gigi dan mulut masyarakat atau perorangan menurut Hendrik L.
Belum dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan (fisik maupun sosial budaya),
penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Perilaku kesehatan
gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan pemeliharaan
OHI-S dilakukan dengan mengukur enam permukaan gigi. Gigi yang diperiksa
adalah gigi molar dan insisive kanan dan kiri pada rahang atas dan rahang bawah.
Pemeriksaan ini mewakili segmen anterior dan posterior dari permukaan gigi.
Pengukuran OHI-S merupakan kombinasi antara Debris Index Simplified (DI-S) dan
Calculus Index Simplified (CI-S). Skor OHI-S per individu didapat dari jumlah total
Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies gigi
digunakan nilai indeks. Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari
mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies
seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama
Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut
dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan
mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai
macam bakteri. DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled-Teeth (Putri,
dkk., 2010). Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies
pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang
karena karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang dicabut karena karies gigi,
angka F (filled) adalah gigi yang ditambal karena karies dan dalam keadaan baik.
DMF-T = Jumlah D + M + F
Sosial Ekonomi
Kebiasaan Menyikat Gigi
Indeks OHIS
Kesehatan Rongga Mulut
Keterangan
METODE PENELITIAN
dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pengamatan
atau observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu atau point time
approach.
2 Martapura
penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 13 orang anak dari kelas 1 SDN
DMF-T dan status kebersihan rongga mulut berupa indeks OHIS pada siswa siswi
UKGS.
EGC
Juwita L. Perilaku menyikat gigi dan insiden karies gigi. Jurnal Ners
of Health 2 . 2017
Tantin E. Profil kebersihan dan perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut