Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah pemeriksaan


fisik pada penderita. Untuk lesi-lesi jaringan lunak mulut, pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain pemeriksaan radiologi, biopsi (eksisi dan insisi: scalpel, punch, needle,
brush, aspirasi), pemeriksaan sitologi, pemeriksaan mikrobiologi dan pemeriksaan darah
(Birnbaum dan Dunne, 2000).
A. Pemeriksaan Radiologi
Ada beberapa teknik radiologi yang dapat dilakukan untuk melihat gambaran rongga
mulut, tergantung pada jenis lesi yang ditemukan. Contohnya adalah antero-posterior view,
cephalometri, panoramic, x-ray periapikal, occlusal foto. Untuk lesi jaringan lunak mulut, jenis
pemeriksaan radiologi yang sering diperlukan adalah occlusal foto. Teknik ini dapat digunakan
untuk mengetahui letak dari batu kelenjar liur yang biasanya ditemukan pada saluran kelenjar
liur submandibula. Untuk melihat gambaran regio ini, maka teknik yang paling tepat adalah
occlusal foto. Dengan cara ini letak batu dapat diketahui ada di mana, jauh atau dekat dengan
muara duktus kelenjar liur.

Gb 1. Benjolan di dasar mulut yang merupakan batu


kelenjar liur (Cawson dan Odell, 2008).

Gb 2. Dengan occlusal foto letak batu kelenjar liur dapat


diketahui lokasinya (Neville dkk, 1999).
B. Pemeriksaan biopsi
Biopsi eksisi
Biopsi eksisi adalah pengambilan jaringan yang dilakukan untuk pemeriksaan
histopatologi lebih lanjut. Biopsi dilakukan bila ditemukan lesi yang mencurigakan atau bila
diagnosis tetap belum dapat ditentukan. Biasanya tindakan ini dilakukan pada lesi yang berdiri
sendiri, dan spesimen harus cukup besar (lebih dari 1 x 0,5 cm) untuk keperluan pemeriksaan
histopatologi. Cara ini dilakukan bila operator yakin bahwa lesi tersebut jinak.
Biopsi insisi
Biopsi insisi dilakukan untuk lesi yang besar atau bila diduga ada keganasan. Cara ini
memiliki risiko berupa terlepasnya sel ganas.Pada biopsi insisi ini hanya sebagian kecil dari
lesi yang diambil beserta jaringan sehat di dekatnya. Pengambilan lesi dapat dilakukan dengan
menggunakan scalpel, menggunakan alat punch (punch biopsy), menggunakan jarum suntik
(needle biopsy), dan biopsi aspirasi.

Gb 3. Biopsi insisi dilakukan pada lesi yang diduga


karsinoma. Insisi meliputi tepi ulkus dan
dasarnya tanpa melibatkan jaringan
normal (Marx dan Stern, 2003).
a. Punch biopsy
Pada punch biopsy ini instrumen operasi digunakan untuk mendorong keluar sebagian
jaringan yang dapat mewakili lesi. Oleh karena spesimen yang dihasilkan seringkali rusak
akibat prosedur ini, maka biopsi yang menggunakan scalpel lebih disukai.
b. Needle biopsy
Teknik ini telah digunakan untuk biopsi pada lesi fibro-osseous yang letaknya dalam.
Spesimen yang dihasilkan kecil, sehingga tidak dapat mewakili lesi yang terlibat dan dapat
rusak akibat prosedur yang digunakan, karena itu tidak banyak digunakan.
c. Biopsi aspirasi
Biopsi aspirasi digunakan untuk lesi berupa kista dan mengandung cairan. Cara ini
lebih disukai dibandingkan biopsi insisi pada lesi vaskular karena adanya risiko terjadi
perdarahan berlebihan. Aspirasi udara yang terjadi di daerah molar rahang atas
menunjukkan bahwa jarum berada di dalam sinus maksilaris. Aspirasi darah menunjukkan
adanya suatu hematoma, hemangioma ataupun pembuluh darah. Aspirasi pus menunjukkan
adanya suatu abses atau kista yang terinfeksi (Birnbaum dan Dunne, 2000).
C. Pemeriksaan Mikrobiologi
Dua jenis pemeriksan mikrobiologi yang sering dilakukan untuk lesi jaringan lunak mulut
adalah: Oral mycological smear yaitu dilakukan untuk membuktikan adanya infeksi jamur
pada lesi yang ditemukan dan Oral Bacteriological Smear yaitu dilakukan untuk membuktikan
adanya infeksi bakteri pada lesi yang ditemukan.
D. Pemeriksaan Darah
Venepuncture dilakukan untuk melakukan pemeriksaan sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit. Biasanya darah dikumpulkan ke dalam tabung EDTA. Untuk pemeriksaan ESR dan
prothrombin time, biasanya darah dikumpulkan ke dalam tabung sitrasi. Darah diambil dari
lengan bagian dalam.

Gb 14. Tourniquet diletakkan di lengan atas dan


daerah venepuncture diolesi alcohol (Lamey dan
Lewis, 1991).

Gb 15. Jarum dimasukkan ke dalam vena


(Lamey dan Lewis, 1991).

Gb 16. Sebelum jarum dicabut, tourniquet


segera dilepaskan (Lamey dan Lewis, 1991).

Untuk pemeriksaan darah lengkap, yang diperiksa adalah: red cell count, hemoglobim,
hematokrit, mean cell volume, mean cell hemoglobin, mean cell hemoglobin concentration,
white cell count dan platelet count (Birnbaum dan Dunne, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Birnbaum, W. dan Dunne, S. 2000. Oral Diagnosis: The Clinician’s Guide. Wright, Oxford. Hal. 46-
59.

Cawson, R.A. dan Odell, E.W. 2008. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. Ed
ke-8. Churchill-Livingstone, Edinburg. Hal. 291 – 292.

Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher, London. Hal. 5 – 7.

Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Diseases. Ed ke-2. Thieme, Stuttgart. Hal. 101-111.

Marx, R.E. dan Stern, D. 2003. Oral and Maxillofacial Pathology. Quintessence Publishing, Chicago.
Hal. 2.

Neville, B.W., Damm, D.D., White, D.H. 1999. Color Atlas of Clinical Oral Pathology. Ed ke-2.
Lippincott, Williams and Wilkins. Hal 254-255.

Rasyad, E.M. 1995. Pengaruh infusa dan rebusan sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Thesis.
Program Pascasarjana, Universitas Airlangga Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai