Anda di halaman 1dari 12

Learning Issue SGD 8 LBM 1

1. Klasifikasi kista dentingerous disertai gambaran klinis?

2. Bagaimana tatalaksana dan prognosis kasus pada skenario?


apakah hanya enukleasi saja?

3. Bagaimana tatacara biopsi?


Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk  pemeriksaan patologis mikroskopik.
 secara umum biopsi adalah pengangkatan
sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke
laboratorium untuk di periksa.
 Biopsi dgn tujuan diagnostik biasanya dilakukan untuk
mengkonfirmasikan suatu diagnosa klinis dan untuk membuat
suatu diagnose definitif sedini mungkin atau untuk
mengesampingkan kemungkinan suatu dugaan adanya
keganasan sehingga dapat dilakukan suatu terapi kuratif sedini.

Prinsip2 Biopsi :
 Harus dihindari teknik manipulasi yang kasar seperti menariknarik
dan menekan jaringan lesi, karena sel-sel mudah lepas dan
jaringan tumor mudah sobek sehingga dapat menyebar melalui
aliran darah atau limfe.
 Daerah biosi atau pembedahan yang dilakukan sebelumnya harus
diangkat pada waktu pembedahan berikutnya
 Daerah operasi biopsi dibilas dengan cairan seperti sublimat 1 :
500, Na Hipoklorit 0,35 % dengan pH 8,9-9,0, Cetrimide 1 %
Cetavlon, Savlon.
 Untuk jenis atau ukuran lesi yang berbeda diperlukan fiksasi yang
berbeda pula. Semua spesimen biopsi harus segera diletakan di
kedalam formalin.

Macam2 teknik biopsy : untuk diagnosis biasanya insisi dan eksisi


jg
1. Biopsi cakot
2. Punch biopsy
3. Biopsi truncut (drill biopsy)
4. Biopsi kerokan (curettage)
5. Biopsi jarum (biopsi aspirasi)
6. Trephine biopsy
7. The sponge method
8. Biopsi irigasi (bilas)
9. Pemeriksaan langsung
10. Biopsi dengan cara tekanan atau pijitan
11. Biopsi endoskopi
12. Biopsi tak disangka

SLIDE 5 :
 Tempat pemilihan area biopsi harus meliputi jaringan yang
mengalami perubahan dengan perluasan ke jaringan normal pada
dasarnya atau pada bagian tepinya
 Jaringan nekrotik harus dihindari karena akan tidak berguna dalam
mendiagnosa
 Pengambilan jaringan lebih baik dalam dan sempit daripada lebar
tetapi dangkal, karena perubahan sel pada superfisial akan
berbeda dengan bagian jaringan yang lebih dalam

EKSISI =
 Biopsi eksisi adalah pengambilan seluruh lesi pada saat
prosedur diagnosa bedah dilakukan
 Jaringan normal dikelilingi lesi juga harus dieksisi untuk
pengambilan secara total
 Tidak hanya jaringan lesi yang berharga untuk dilakukan
pemeriksaan patologis, namun eksisi yang lengkap merupakan
bagian dari terapi definitif.
 Indikasi  bila pada pemeriksaan klinis terlihat lesi tersebut
adalah jinak, lesi terlihat lesi vaskular atau berpigmentasi.
 Prinsip biopsi eksisi adalah keseluruhan lesi dengan 2 mm
sampai 3 mm jaringan normal disekelilingnya dieksisi
ASPIRASI =
 diindikasikan untuk semua lesi yang diperkirakan berisi cairan
(kecuali mokokel) atau semua lesi intraosseous sebelum dilakukan
eksplorasi bedah.

 Bila teraspirasi :
pus  proses inflamasi atau infeksi.
udara  terdapat keterlibatan kavitas tulang yang traumatik.
darah  mengarahkan pada beberapa lesi (malformasi vaskular,
lesi vaskular, aneurysmal bone cysts, central giant cell granuloma
dan lesi lainnya)
 Teknik aspirasi  menggunakan jarum nomor 18 dengan syringe
nomor 5 sampai 10 mL. alat pemegang jarum suntik terbuat dari
metal sehingga tabung suntik duduk tepat pada pemegang
tersebut. Beberapa jenis alat pemegang tabung suntik antara lain
model Franze, Comeco Syringe Piston, dst
 Daerah lesi diberi anestetikum dan jarum diinsersikan pada masa
dengan suatu kedalaman tertentu  lokasi pusat cairan  piston
ditarik ke arah proksimal dan tekanan di dalam tabung menjadi
negatif
 Jarum digerakkan maju mundur  aspirat (sejumlah sel lesi)
masuk ke dalam lumen jarum atau tabung suntik
 Apabila aspirat sudah kelihatan pada muara jarum, pegangan
piston dilepaskan.
 Sebelum jarum dicabut, piston dalam tabung suntik dikembalikan
pada tempat semula dengan melepaskan pegangan piston 
tekanan di dalam tabung kembali seperti semula
 jarum dibebaskan dari tabung suntik, piston ditarik ke arah
proksimal kemudian jarum disatukan kembalikan dengan tabung.
 Lalu ujung jarum diletakkan di atas kaca obyek piston didorong
pelan-pelan dan aspirat diteteskan di atas kaca obyek dan dibuat
sedian apus

PUNCH =
 Instrumen biopsi khusus untuk punch biopsi sebesar 6 mm dapat
digunakan.
 Jaringan yang terambil berbentuk selinder yang melibatkan
mukosa labial dan kelenjar ludah submukosa
 Alat punch biopsy yang digunakan pada mukosa bibir bawah
dengan tekanan ringan dan gerakan rotasi

DRILL BIOPSY =
 menggunakan suatu alat khusus seperti bor (Modified Ellis biopsy
drill) dengan straight dental handpiece
 spesimen dapat diambil sepanajang 1-2 cm dan diameter 1-4 mm.
 Alat ini biasanya digunakan untuk mengambil spesimen lesi
central fibro-osseous pada rahang.
BIOPSI PADA JARINGAN LUNAK :

A. Anestesi
larutan diinjeksikan sekurang-kurangnya 1 cm menjauhi lesi  dapat
menyebabkan distorsi pada spesimen
B. Stabilitas Jaringan
Beberapa metoda dapat digunakan untuk mendapatkan stabilisasi
jaringan. Bibir dapat dimobilisasi dengan jepit oleh jari asiten pada
kedua sisi area biopsi.
Teknik sutura retraksi atau dengan klip penjepit dapat digunakan untuk
stabilisasi lidah dan palatum lunak.

C. Hemostasis
Penggunaan suction selama biopsi sebaiknya dihindari  Spesimen
yang kedil dapat dengan mudah teraspirasi.

D. Insisi
Digunakan scalpel yang tajam.
Elektrokauter sebaiknya dihindari.
Insisi berbentuk elips pada permukaan dan membentuk V pada dasar
lesi untuk memudahkan dalam penutupan luka.
E. Penanganan Jaringan
Penggunaan sutura traksi pada spesimen merupakan metoda yang baik
untuk menghindari trauma pada specimen

F. Indentifikasi Tepi Jaringan


Bila dicurigai lesi selain proses yang jinak (didiagnosa memerlukan
terapi tambahan patologis)  spesimen biopsi harus ditandai dengan
benang sutera (silk) sebagai orientasi patologis dalam pemeriksaan.
Orientasi lesi dan metoda yang digunakan pada spesimen yang telah
ditandai harus diilustrasikan pada kertas data yang akan diikut sertakan
dalam pengiriman specimen

Penutupan Luka
Insisi elips pada mukosa lekat seperti gusi dan palatum tidak dapat
ditutup dengan rapat namun dapat diarahkan pada penyembuhan
sekunder.
Periodontal dressing  luka yang lebar pada gusi atau palatum 
kenyamanan pasien dan untuk memacu penyembuhan.
Biopsi pada dorsum atau lateral lidah  sutura yang ditempatkan dalam
dan pada jarak yang dekat pada bagian dari lidah untuk
mempertahankan penutupan
Mukosa didiseksi dengan gunting tumpul pada sekeliling luka insisi pada
biopsi eksisi ke samua arah sehingga menghasilkan penutupan luka
tanpa tegangan

PADA JARINGAN KERAS :


Flap Mukoperiosteal
Berbagai macam flap mukoperiosteal dapat dilakukan dan dipilih
berdasarkan ukuran dan lokasi lesi  jalan masuk yang dibutuhkan bila
diindikasikan suatu biopsi eksisi.
Harus dihindari struktur neurovaskular mayor dan tempat insisi berada
diatas tulang yang sehat pada waktu penutupan.
Desain flap dilakukan kurang lebih 4 - 5 mm sekeliling tulang sehat
untuk mengantisipasi tepi bedah.
flap pada lesi sentral yang mengerosi tulang kortikal  jauh dari lesi dan
diatas tulang yang sehat  menghasilkan suatu bidang jaringan yang
baik untuk diseksi
Flap mukoperiosteal untuk biopsi pada rahang harus dilakukan secara
full thickness  meliputi mukosa, submukosa dan periosteum  diseksi
pada tulang yang terekspos harus dilakukan pada subperiosteal.
C. Window Osseous
Untk lesi yang terdapat didalam tulang rahang).
Bila perluasan lesi sentral telah mengerosi tulang kortikal pada suatu
tempat dimana terdapat lubang osseous setelah dilakukan flap  dapat
diperluas dengan menggunakan rongeur (bone cutting forcep) atau bor.
Bila tulang kortikal masih intak, bor  digunakan untuk mengangkat
jendela osseous  diperluas dengan rongeur.
Jendela osseous harus selalu diikutsertakan dalam pemeriksaan
histopatologis dengan spesimen primernya.

4. Bagaimana mengetahui ada gigi impaksi tanpa menggunakan


pemeriksaan radiografi?

Anamnesis
- Biasanya tidak menimbulkan sakit, kecuali jika kista terinfeksi maka akan
timbul rasa sakit
- Riwayat infeksi gigi
- Keluhan wajah tampak asimetris
- Keluhan terkait sinusitis akut atau selulitis
Pemeriksaan fisik
- Pada kista yang terinfeksi akan menyebabkan nyeri tekan.
- Kista yang cukup besar dan terletak dipermukaan akan terasa lunak dan
bercelah

Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan radiolografi panoramik, CT-Scan, MRI
- Histopatologis
- Biopsi, Pengiriman Dan Pengisian Data Biopsi :
 Semua spesimen harus diberikan label dan diidentifikasi dengan data
demografi dari pasien dan dokter yang mengirim pada lembar kertas
pengiriman biopsi.
 Riwayat penyakit dan gambaran klinis lesi harus diikutsertakan untuk
dikirim kepada ahli patologi.
 Gambaran radiografis sebaiknya diberikan karena sangat berguna untuk
melihat lesi pada jaringan keras.
 Multipel biopsi harus ditulis dan digambar secara rinci.
 Setelah biopsi dilakukan, pasien diinstruksikan untuk kembali dalam 10
hari sampai 2 mingu

Pemeriksaan dapat ditunjang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


yaitu BPJS. Dengan biaya maksimal yang ditanggung BPJS untuk melakukan
rontgen adalah 150-300 ribu asalkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku. Yaitu untuk pemasangan menggunakan behel, tanpa indikasi,. Melainkan
ditanggung jika gigi dlm kondisi kegawatdaruratan atau dicurigai penangannya
adalah pembedahan, biasanya jika ada pembengkakan yg dicurigai kista atau tumor.
Dalam penggunaan BPJS bisa sesuai rs/ klinik sesuai rujukan faskes tingkat
pertama BPJS pasien tsb.

Anda mungkin juga menyukai