Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN TUMOR


NASOFARING DENGAN TINDAKAN BIOPSI NASOFARING

Oleh:
NI PUTU SRI ANGGRENI (1302106021)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
BIOPSI NASOFARING
A. DEFINISI
Biopsi merupakan tindakan pengambilan jaringan pada tubuh yang dicurigai
kanker tersebut sebagai sampel. Lalu dokter akan melakukan pemeriksaan
mikroskopik untuk menentukan sifat jaringan kanker tersebut. Hal ini akan
menentukan jenisnya yang bisa ganas ataupun jinak, agar pasien bisa bernapas
lega jika masih jinak.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh didaerah
nasofaring dengan prediksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas di daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia (Efiaty dan Nurbaiti, 2001 )

B. TUJUAN BIOPSI

1. Mengetahu morfologi tumor


a. Tipe histologic tumor
b. Subtipe tumor
c. Grading sel
2. Radikalitas operasi
3. Staging tumor
a) Besar specimen dan tumor dalam centimeter
b) Luas ekstensi tumor
c) Bentuk tumor
d) Nodus regional
1) Banyak kelenjar limfe yang ditemukan
2) Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastasis
3) Adanya invasi kapsuler
4) Metastase ekstranodal

C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


Indikasi
1. Neoplasms yang ganas atau dicurigai ganas
Kontraindikasi
1. Biopsi insisional pada tumor kecil yang dapat diangkat secara
keseluruhan
2. Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif)
3. Gangguan faal hemostasis berat (relatif)
4. Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi

D. PENATALAKSANAAN / JENIS-JENIS TINDAKAN


Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi nasofaring bukan dari
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau biopsi insisional/eksisional kelenjar
getah bening leher. Biopsi dilakukan dengan menggunakan tang biopsi yang
dimasukkan melalui hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi posterior
atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber.
Eksplorasi nasofaring dengan anestesi umum dilakukan jika :
1). Dari biopsi dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil yang positif
sedangkan gejala dan tanda yang ditemukan menunjukkan ciri karsinoma
nasofaring.
2). Unknown Primary Cancer
Prosedur ini dapat langsung dikerjakan pada :
a). Penderita anak
b). Penderita dengan keadaan umum kurang baik
c). Keadaan trismus sehingga nasofaring tidak dapat diperiksa.
d). Penderita yang tidak kooperatif
e). Penderita yang laringnya terlampau sensitif
3). Dari CT Scan paska kemoradiasi/ CT ditemukan kecurigaan residu /
rekuren, dengan Nasoendoskopi Nasofaring menonjol.
Tehnik Operasi
1. Pasien berbaring diatas meja operasi sesuai dengan posisi tumor.
2. Daerah yang akan dibiopsi didesinfeksi dengan povidone iodine 10%.
3. Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang.
4. Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips.
5. Pada biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips
dengan margin 1-2 cm diluar tumor
6. Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di
dalam.
7. Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu.
8. Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin 10% dengan
perbandingan volume minimal 1:5, dan semua bagian spesimen
harus terendam dalam larutan formalin
9. Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan
sebagian potongan tumor yang viable seperti pads kulit atau permukaan
lain yang mudah dijangkau dengan tang pemotong yang sesuai. Prosedur
semacam im umumnya tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya
dilakukan tanpa pemberian Novocain selama kanker tidak disuplai oleh
saraf. Namun, kadang diperlukan biopsi yang melibatkan jaringan sehat
serta yang dicurigai sakit untuk mendapatkan sel yang hidup. Dalam
hal ini , tentu diperlukan anastesi lokal.
10. Ada dua macam bentuk biopsi bedah, yaitu biopsi insisional dan
biopsy eksisional. Biopsi insisional adalah pengambilan sebagian jaringan
yang sakit. Biopsi ini dilakukan bila jaringan yang sakit terlalu besar
(ukuran lebih dari 2 cm), sehingga tidak dapat dilakukan pengangkatan
seluruh jaringan yang sakit tanpa tindakan rekonstruksi untuk menutup
defeknya. Biopsi eksisional adalah pengangkatan seluruh jaringan yang
sakit sampai tepi yang sehat. Biopsi ini bias dilakukan bila jaringan yang
sakit kecil (kurang dari 2 cm), sehingga defek masih bisa ditutup primer.
Salah satu syarat biopsi adalah tidak boleh dilakukan undermining
atau pembuatan flap, karena berpotensi menyebabkan penyebaran
jaringan ganas.
11. Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsy difiksasi, dan dikirim untuk
pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan
patologi ini adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak,
dan membedakan jenis histologisnya. Pada beberapa keadaan, biopsi dari
kelenjar getah bening menentukan staging dari keganasan. Tepi dari
specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk mengetahui apakah
seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor)
12. Satu jenis biopsi khusus yang dapat mengetahui sitologi dari lesi adalah
FNAB (fine needle aspiration biopsy). Untuk beberapa jenis keganasan,
sensitifitas dan spesifisitas FNAB sama atau lebih balk dari biopsi
konvensional
E. KOMPLIKASI BIOPSI SECARA UMUM

1. Perdarahan
Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi.
Pada insisional biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila
perdarahan merembes dan tidak dapat dijahit (jaringan rapuh),
dilakukan penekanan dan balut tekan diatas titik perdarahan.
2. Infeksi
Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan
tepat, atau sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi

F. JENIS BIOPSI

Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan sebagian


potongan tumor yang viable seperti pads kulit atau permukaan lain yang
mudah dijangkau dengan tang pemotong yang sesuai. Prosedur semacam ini
umumnya tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya dilakukan tanpa
pemberian Novocain selama kanker tidak disuplai oleh saraf. Namun, kadang
diperlukan biopsi yang melibatkan jaringan sehat serta yang dicurigai sakit
untuk mendapatkan sel yang hidup. Dalam hal ini, tentu diperlukan anastesi
lokal.

Ada beberapa jenis biopsi yaitu:


1. Biposi Insisional
Biposi insisional adalah pengambilan sebagian jaringan yang sakit untuk
diperiksa. Biopsi ini dilakukan bila jaringan yang sakit terlalu besar
(ukuran lebih dari 2 cm), sehingga tidak dapat dilakukan pengangkatan
seluruh jaringan yang sakit tanpa tindakan rekonstruksi untuk menutup
defeknya. Biopsi ini murni untuk menentukan diagnosa hingga harus
diikuti dengan tindakan lanjutan apakah operasi dan atau radiasi serta
kemoterapi. Pada tindakan biopsy ini, klien akan dibius total atau lokal
tergantung lokasi massa.
2. Biopsi Eksisional
Biopsi eksisional adalah pengangkatan seluruh jaringan yang sakit sampai
tepi yang sehat. Massa yang dicurigai untuk kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Biopsi ini biasa dilakukan bila jaringan yang sakit kecil
(kurang dari 2 cm), sehingga defek masih bisa ditutup primer. Metode
ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan
biasanya dilakukan jika massa tumor belum metastase atau penyebaran
tumor.

3. Biopsi Jarum
Biopsi jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara
disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya
area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan
radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan bagi dokter untuk
membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan. Bila biopsi
jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi,
sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine
needle aspiration biopsi.

4. Biopsy Jarum dengan Bantuan Endoskopi


Biopsy jarum dengan bantuan endoskopi. Prinsipnya sama yaitu
pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode
ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk
tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pernapasan, pencernaan dan
kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju
lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
5. Punch Biopsy
Biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan
dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian ditekankan
pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan mengambil
jaringan kulit yang ditekan. Anda akan dibius lokal saja dan bila
pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk
pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan
patologi ini adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau
jinak, dan membedakan jenis histologisnya. Pada beberapa keadaan,
biopsi dari kelenjar getah bening menentukan staging dari keganasan.
Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk
mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi
tumor).
Satu jenis biopsi khusus yang dapat mengetahui sitologi dari lesi
adalah FNAB (fine needle aspiration biopsy). Untuk beberapa jenis
keganasan, sensitifitas dan spesifisitas FNAB sama atau lebih baik dari
biopsi konvensional

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1). CT Scan :Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai
setinggi sinus frontalis sampai dengan klavikula, potongan koronal,
aksial, dan sagital, tanpa dan dengan kontras. Teknik pemberian kontras
dengan injector 1-2cc/kgBB, delay time 1 menit. CT berguna untuk
melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya serta
penyebaran kelenjar getah bening regional.
2). USG Abdomen: Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen.
Apabila dapat keraguan pada kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan
dengan CT Scan Abdomen dengan kontras.
3). Foto Thoraks : Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai
adanya kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan
kontras.
4). Bone Scan: untuk melihat metastasis tulang.

Anda mungkin juga menyukai