Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi,


industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi telah mempengaruhi
nilai-nilai moral etika dan gaya hidup. Tidak semua mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan tersebut yang pada gilirannya yang bersangkutan
dapat jatuh sakit, atau mengalami gangguan penyesuaian diri (Hawari, 2008). Di
samping itu terjadinya perang, konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai
gangguan kesehatan jiwa pada manusia (Yosep, 2007).

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara


dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya
gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara
individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak
produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah
satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan indrustri
keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan
jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai
gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya
gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara
individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak
produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007).

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan
jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang
menderita gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan
jiwa atau keretakan kepribadian (splittingof of personality). Skizofrenia
merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi
personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan
perilakunya abnormal. Di Indonesia, sekitar 1% – 2% dari total jumlah penduduk
mengalami skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000 penduduk, prevalensi 1,44 per
1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan berarti
jumlah penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.

Klien yang yang diterima di unit psikiatri, biasanya dalam keadaan krisis karena
koping mereka sudah tidak efektif. Walaupun kebanyakan klien psikiatri tidak
agresif, klien dengan berbagai diagnosa psikiatri dapat menunjukkan perilaku
marah, permusuhan dan agresif. Secara umum klien yang menderita waham
paranoid dan halusinasi pendengaran biasanya mudah terjadi perilaku agresif
hingga mampu untuk menyakiti orang lain. Perilaku agresif juga dapat terlihat
pada klien demensia, delirium, cedera kepala, intoksikasi alkohol atau obat-obatan
lain, serta gangguan kepribadian antisosial (Videbeck, 2008). Sehingga
peningkatan kemampuan perawat yang profesional sangat diperlukan untuk
pencegahan dan penanganan klien dengan perilaku kekerasan. Namun perlu
diwaspadai juga bahwa perawat juga berisiko menjadi korban dari perilaku
kekerasan yang dilakukan klien. Karena alasan tersebut perawat harus dapat
mengkaji klien dengan risiko perilaku kekerasan dan mengintervensinya secara
efektif sebelum, selama, dan setelah episode agresif klien (Yosep, 2007).

Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan


kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan pada klien dengan masalah
kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa
mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang
melibatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal (Keliat, 2005).

Melihat uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus
dengan judul “Asuhan Keparawatan pada klien Tn. AS dengan Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara” dengan harapan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang holistic dan menghindari terjadinya perilaku kekerasan
pada orang lain termasuk perawat.
II. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu mengelola ataupun memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Scizofrenia
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Skizofrenia
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
Skizofrenia
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
Skizofrenia.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
Skizofrenia.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan yang dicapai
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

III. Metode Penulisan


Metode penulisan laporan kasus ini adalah deskriptif dengan teknik pengumpulan
data wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep Dasar Skizofrenia

2.3.1 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi,
terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah
(Rudyanto, 2007). Skizofrenia dijelaskan sebagai penyakit otak neurobiological
yang serius dan menetap, ditandai dengan kognitif dan persepsi serta afek yang
tidak wajar (Stuart & Laraia, 2005). Skizofrenia dapat dialami oleh setiap individu
tanpa memandang jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi (Maramis,
2005). Skizofrenia dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi, delusi,
disorganisasi pembicaraan dan perilaku, afek datar, penurunan kognitif,
ketidakmampuan bekerja atau kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk
(Bustillo, 2008).

Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan yang cukup berat dan
menunjukkan adanya disorganisasi atau kemunduran fungsi kepribadian, sehingga
menyebabkan disability atau ketidakmampuan (Susanto, 2006). Skizofrenia
adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2007).

Skizofrenia merupakan kumpulan dari beberapa gejala klinis yang penderitanya


akan mengalami gangguan dalam kognitif, emosional, persepsi serta gangguan
dalam tingkah laku. Penderita gangguan jiwa skizofrenia akan mengalami gejala
gangguan persepsi, seperti waham dan halusinasi (Kaplan & Sadock, 2007).
Skizofrenia dapat mempengaruhi pola pikir, emosional dan juga tingkah laku pada
penderitanya. Hal ini dikarenakan pada bagian otak pasien skizofrenia terganggu,
rangsangan yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai
sambungan sel yang dituju (Videbeck, 2008).
2.3.2 Epidemiologi Skizofrenia

World Health Organization (2008), telah memperkirakan ada sekitar 450 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa dan setiap tahun
terdapat sekitar satu pertiga dari satu juta orang yang meninggal karena bunuh diri
di wilayah Asia Tenggara. Penderita skizofrenia umumnya dapat terjadi
disebabkan oleh genetik, neuroanatomi, stres psikologi dan hubungan antar
manusia yang kurang harmonis.

Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan dapat dialami


pada individu yang berusia sekitar 11 sampai 12 tahun dan 18 sampai 45 tahun.
Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta
prnduduk Indonesia mengalami skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah
Sakit Jiwa adalah: penderita skizofrenia (Yosep, 2009).

Berdasarkan laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, dijelaskan


bahwa prevalensi nasional Gangguan Jiwa Berat adalah 0,5%. Sebanyak 7
provinsi mempunyai prevalensi gangguan jiwa berat diatas prevalensi nasional,
yaitu DKI Jakarta (20,3%), Nanggroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat
(16,7%), Sumatera Selatan (9,2%), Bangka Belitung, (8,7%), Kepulauan Riau
(7,4%) dan Nusa Tenggara Barat (9,9%) (Depkes RI, 2013).

2.3.3 Etiologi Skizofrenia

Menurut Maramis (2009), etiologi dari skizofrenia diantaranya adalah:

1. Genetik

Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan
dengan penelitian yang dilakukan pada keluarga penderita skizofrenia, terutama
anak-anak kembar satu telur. Presentase seseorang mengalami skizofrenia yang
memiliki hubungan sebagai saudara tiri sekitar 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-
15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7-16%;
bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2- 15%; bagi kembar satu telur(monozigot) 61-86%.
2. Neurokimia

a. Hipotesis dopamine

Skizofrenia disebabkan oleh neuroaktifitas pada jaras dopamin mesolimbik. Hal


ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin yang kerjanya meningkatkan
pelepasan dopamin dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia; dan obat
psikotik (terutama obat tipe tipikal/klasik) bekerja dengan cara memblok reseptor
dopamin terutama reseptor D2. Keterlibatan neurotransmitter lainnya seperti
serotonin, noradrenalin, GABA, glutamat dan neuropeptid lain masih terus diteliti
oleh para ahli.

b. Hipotesis perkembangan saraf

Studi autopsi dan pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur dan


morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat otak yang rata-rata
lebih kecil 6% daripada otak normal dan ukuran anterior-posterior yang 4% lebih
pendek; pembesaran ventrikel otak non spesifik; gangguan metabolisme di daerah
frontal dan temporal; dan kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa
daerah kortex dan subkortex tanpa adanya gliosis yang menandakan kelainan
tersebut terjadi pada saat perkembangan.

Studi neuropsikologis mengungkapkan defisit di bidang atensi, pemilihan


konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada penderita skizofrenia. Semua bukti
tersebut melahirkan hipotesis perkembangan saraf yang menyatakan bahwa
perubahan patologis gangguan ini terjadi pada tahap awal kehidupan, mungkin
sekali akibat pengaruh genetik dan dimodifikasi oleh faktor maturasi dan
lingkungan.

2.1.4 Manifestasi Klinis Skizofrenia

Secara general gejala skizofrenia dibagi menjadi tiga yaitu gejala positif, gejala
negatif dan gejala kognitif ( Maramis, 2005).
1. Gejala positif

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang datang. Klien
skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya
tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya.
Halusinasi pendengaran, gejala yang biasanya timbul yaitu klien merasakan ada
suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukan hati, memberi
kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat
berbahaya, seperti bunuh diri.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam


menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.
Misalnya penderita skizofrenia, lampu traffic di jalan raya yang berwarna merah,
kuning, hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa
penderita skizofrenia berubah menjadi paranoid, mereka selalu merasa sedang di
amat amati, diikuti atau hendak diserang. Kegagalan berpikir mengarah kepada
masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya.

Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika.
Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan
emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara
sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat
penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan
tidak bisa mengerti apa itu manusia, juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir serta
dimana dia berada.

2. Gejala negatif

Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis yaitu kehilangan minat dalam
hidup yang membuat klien menjadi orang pemalas. Karena klien hanya memiliki
minat sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal lain selain tidur dan makan.
Perasaan yang tumpul membuat emosinya menjadi datar. Klien skizofrenia tidak
memiliki ekspresi yang baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-
akan dia tidak memiliki emosi apapun. Mereka mungkin bisa menerima perhatian
dari orang lain tapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka. Depresi yang
tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari
hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang
menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain. Depresi
yang berkelanjutan akan membuat klien menarik diri dari lingkungannya dan
merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus skizofrenia sering menyerang
pada usia antara 15-30 tahun dan kebanyakan menyerang saat usia 40 tahun ke
atas.

3. Gejala kognitif

Permasalahan yang berhubungan dengan perhatian, tipe-tipe ingatan tertentu dan


fungsi yang memungkinkan kita untuk merencanakan mengorganisasikan sesuatu.

2.1.5 Kriteria Diagnosis Skizofrenia

Kriteria diagnostik di Indonesia menurut PPDGJ-III yang menuliskan bahwa


walaupun tidak ada gejala-gejala patognomonik khusus, dalam praktek dan
manfaatnya membagi gejala-gejala tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang
penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama yaitu:

1. Thought echo

Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya dan isi
pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas berbeda atau thought
insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar
dirinya (withdrawal) dan tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar
sehingga orang lain mengetahuinya.

2. Waham atau Delusinasi

Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan oleh suatu
kekuatan tertentu,; delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; delusion of passivity yaitu
waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap
suatu kekuatan dari luar; delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang
tidak wajar yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

3. Halusinasi Auditorik
a. Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasien.
b. Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (dia antara berbagai
suara yang berbicara).
c. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak wajar
dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling sedikit
dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indera baik disertai waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.
f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan stupor.
h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar biasanya mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptika.

2.1.6 Tipe-Tipe Skizofrenia

Skizofrenia di dalam PPDGJ-III dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtipe,


menurut Kaplan & Sadock (2010) subtipe tersebut antara lain:

1. Skizofrenia Paranoid
Jenis skizofrenia paranoid biasanya ditandai dengan adanya waham kejar (rasa
menjadi korban atau seolah-olah dimata-matai atau waham kebesaran, halusinasi
dan terkadang terdapat waham keagamaan yang berlebihan (fokus waham agama),
atau perilaku agresif dan bermusuhan.

2. Skizofrenia Terdisorganisasi atau Hebefrenik

Jenis skizofrenia tidak terorganisir biasanya ditandai dengan afek datar atau afek
yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan disorganisasi
perilaku yang ekstrem.

3. Skizofrenia Katatonik

Jenis Skizofrenia katatonik biasanya ditandai dengan gangguan psikomotor yang


nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang berlebihan
terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal.

4. Skizofrenia Tak Tergolong

Jenis skizofrenia tidak dapat dibedakan biasanya ditandai dengan gejala-gejala


skizofrenia campuran (atau jenis lain) disertai gangguan pikiran, afek, dan
perilaku.

5. Skizofrenia Residual

Jenis skizofrenia residual biasanya ditandai dengan setidaknya satu episode


skizofrenia sebelumnya, tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari masyarakat,
afek datar serta asosiasi longgar.

2.1.7 Penatalaksanaan Skizofrenia

Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang relatif
cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi,
dan rehabilitasi. Terapi psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu,
terapi kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial
dan manajemen kasus (Hawari, 2009).

WHO merekomendasikan sistem 4 level untuk penanganan masalah gangguan


jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada tatanan kebijakan seperti puskesmas
dan rumah sakit.

1. Level keempat adalah penanganan kesehatan jiwa di keluarga.


2. Level ketiga adalah dukungan dan penanganan kesehatan jiwa di masyarakat.
3. Level kedua adalah penanganan kesehatan jiwa melalui puskesmas.
4. Level pertama adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas.

Penerapan nyata yang dilakukan oleh pihak RSJ melalui 4 level tersebut yaitu:

1. Level 4: melakukan home visit, namun tidak ke semua pasien (hanya yang
bermasalah). Contohnya pasien yang jarang dikunjungi pihak keluarga, pasien
yang sering mengalami kekambuhan, dan pasien dengan riwayat pemasungan.
2. Level 3: memberikan penyuluhan/pengobatan gratis melalui program bansos.
3. Level 2: RSJ memiliki 32 jejaring puskesmas diseluruh Bali. Pihak RSJ juga
dengan rutin melakukan kunjungan setiap bulannya disetiap puskesmas,
memberikan pengobatan secara rutin, melatih tenaga puskesmas (dokter &
perawat) untuk mampu memberikan penanganan pertama pada pasien.

Level 1 : RSJ setiap tahunnya melakukan bakti sosial dan program komunitas
yaitu penanganan & penyuluhan

2.2 Perilaku Kekerasan

2.2.1 Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang


yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Yusuf, 2014).
Perilaku kekerasan adalah rentan melakukan perilaku yang menunjukkan bahwa ia
dapat membahayakan orang lain atau diri sendiri secara fisik, emosional, dan/
seksual (Nanda, 2015-2017).

2.2.4 Tanda dan gejala.

1. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel
2. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat

2.3.4 Proses Terjadinya

Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai


dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol,
yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat,
1991). Amuk adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri
rendah, rasa bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan. Respons marah dapat
diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal dapat berupa perilaku
yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa
perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara
yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan
dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat.
Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan
tingkah laku yang destruktif dan amuk.

I. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Aserif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.

Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontr

Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.

II. A. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Resiko menciderai diri sendiri , orang lain dan lingkungan.
DS : Klien mengatakan akan memukul orang lain atau dirinya sendiri dan
mengancam orang lain.

DO : Mengepalkan tangan, merusak benda di sekitar, peningkatan aktifitas


motorik, mondar-mandir dan mudah marah.

2. Perilaku kekerasan.
DS: klien mengatakan kesal dengan orang lain.

DO: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, memukul.

3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.


DS: klien mengatakan malu terhadap diri sendiri, merasa bersalah terhadap
diri sendiri.

DO: menarik diri, percaya diri kurang, kontak mata kurang dan mencederai
diri.

B. Pohon Masalah

Akibat resiko menciderai diri sendiri , orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan
Masalah utama

Penyebab Gangguan konsep diri: harga diri rendah

III. Diagnosa keperawatan.


1. Resiko menciderai diri,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri
rendah.
3. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah berhubungan dengan gangguan
psikiatrik
IV. Rencana tindakan keperawatan
2.3 Defisit Perawatan Diri
2.3.1 Definisi

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit
perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi (mandi,
berpakaian, makan, toileting) (Yusuf, Fitryasari, Nihayati, 2015)

Keliat, B.A, dkk (2011), menyatakan defisit perawatan diri adalah


ketidakmampuan dalam kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias, BAB dan
BAK sendiri. Defisit perawatan diri merupakan kurangnya perawatan diri yang
terjadi akibat adanya perubahan proses piker sehingga kemampuan melakukan
aktivitas diri menurun

2.3.2 Etiologi

Terdapat dua faktor penyebab defisit perawatan diri yaitu :

1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri diantaranya adanya penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

(Damariyanti ; Iskandar, 2014)

2.3.3 Jenis–Jenis Perawatan Diri

Menurut NANDA (2015-2017), jenis defisit perawatan diri terdiri dari :

1. Defisit perawatan diri : Mandi


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas mandi atau
beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2. Defisit perawatan diri : berpakaian.


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Defisit perawatan diri : Makan


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri.

4. Kurang perawatan diri : Toileting


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

2.3.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari defisit perawatan diri adalah: (Yusuf, Fitryasari, Nihayati,
2015)

1. Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri


Rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan abu keringat, kuku panjang dan
kotor. Tidak mampu/tidak ada keinginan untuk membersihkan atau
mengeringkan badan, tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian / berhias
Rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi (pakaian kotor), tidak mau/tidak
mampu menyisir rambut, tidak mau/tidak mampu berpakaian secara benar,
tidak mampu memilih atau mengambil, mengenakan atau melepas pakaian
termasuk mengancingkan dan menutup atau membuka resletting, tidak
mampu/tidak mau memakai alas kaki, laki-laki tidak bercukur dan perempuan
tidak berdandan.
3. Defisit perawatan diri : makan
Tidak mampu menyiapkan/mengambil makanan sendiri, tidak mampu
memegang/menggunakan alat makan, tidak mampu memasukkan makanan ke
dalam mulut, makan berceceran atau tidak pada tempatnya, tidak mampu
mengunyah atau menelan makanan.
4. Defisit perawatan diri : toileting (BAB & BAK)
BAB dan BAK tidak pada tempatnya atau sembarang tempat, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAk, tidak mampu
menggunakan kloset/pispot, tidak mampu menyiram atau menjaga kebersihan
toilet, tidak mau/tidak mampu menggunakan pakaian setelah BAK/BAB.

I. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan Tidak melakukan perawatan diri
diri, kadang tidak

Keterangan :

- Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapat stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif
- Kadang perawatan diri, kadang tidak : saat klien mendapat stressor kadang-
kadang tidak memperhatikan perawatan
dirinya
- Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat menghadapi
stressor.

II. A. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Defisit Perawatan Diri
DS : Pasien mengatakan merasa lemah, malas untuk beraktivitas, merasa
tidak berdaya, pasien mengatakan tidak peduli dengan penampilannya.

DO : Tampak rambut kotor dan acak – acakan, badan dan pakaian kotor serta
bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak
terawat.

2. Harga diri rendah


DS : pasien mengatakan dirinya malu, pasien mengatakan tidak
senang/kurang pas terhadap apa yang telah dicapai.
DO : pasien tampak pendiam, sedikit bicara, kontak mata kurang, sering
menundukkan kepala
3. Isolasi Sosial
DS : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
DO : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang,
Aktivitas menurun, Menolak berhubungan dengan orang lain.
4. Mekanisme koping tidak efektif
DS : pasien mengatakan tidak dapat menyelesaikan masalah sendiri
DO : pasien tampak gelisah

B. Pohon Masalah

Effect Isolasi sosial/ Risiko perilaku kekerasan

Core Problem Defisit perawatan diri


Cause Harga diri rendah

Mekanisme kopinfg tidak efektif

III. Diagnosa keperawatan


1. Defisit Perawatan Diri
IV. Rencana Tindakan Keperwatan
BAB 3

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Ruangan Rawat : - Tanggal Rawat :-
Inisial : Tn. AS No. Rekam Medik :-
Umur : 33 tahun Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : STM

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan ingin mengamuk saat penyakitnya kambuh

III. RIWAYAT PENYAKIT


Pasien mengatakan mengalami gangguan kejiwaan sejak 6 tahun yang lalu dan
sempat kambuh sebanyak lima kali serta saat kambuh pasien selalu diajak berobat
ke RSUP Sanglah Denpasar. Awalnya pasien mendengar suara-suara yang tidak
jelas, oleh keluarga pasien kemudian diajak berobat ke RSUP Sanglah Denpasar
dan sempat menjalani rawat inap kurang lebih 10 hari diruang Lely RSUP Sanglah.
Setahun kemudian (± 5 tahun yang lalu). Pasien mengalami gangguan proses pikir
(kedewan-dewan), pasien merasa sangat dekat dengan Tuhan. Tahun berikutnya (4
tahun yang lalu) kembali pasien kambuh dengan keluhan yang sama. Kemudian
tiga tahun yang lalu kembali pasien kambuh, namun dengan keluhan yang berbeda,
pasien merasa curiga kalau sakit yang dideritanya disebabkan oleh saudaranya
(pasien kembali dirawat di RSUP Sanglah Denpasar). Setahun kemudian penyakit
pasien kembali kambuh dengan keluhan yang sama, pasien menaruh curiga
terhadap saudaranya. Kurang dari setahun yang lalu pasien kembali kambuh dengan
keluhan yang berbeda. Pasien mulai marah-marah dan sempat mengamuk, oleh
keluarga kembali pasien diajak berobat ke RSUP Sanglah. Pasien mengatakan
sudah lama (± 6 bulan) tidak kontrol ke RS atau ke puskesmas, tetapi pasien rutin
dikunjungi dan diberikan obat setiap bulan oleh petugas Puskesmas. Pasien rutin
mendapatkan injeksi Skizonoate setiap bulan, akan tetapi pasien mengatakan jarang
minum obat, pasien hanya minum saat pasien merasa perlu saja.

IV. FAKTOR PRESDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?  Ya  Tidak
2. Pengobatan sebelumnya:
 Berhasil  Kurang berhasil
3. Penolakan dari lingkungan:  Ya  Tidak
Jelaskan:
Keluarga mengatakan memang pasien mengalami gangguan kejiwaan sejak 6 tahun
yang lalu dan sering kambuh, dan setiap kambuh pasien selalu dibawa berobat ke
RSUP Sanglah denpasar. Terakhir pasien kambuh ± 1 tahun yang lalu dengan
keluhan suka marah-marah dan mengamuk. Walaupun begitu tidak ada penolakan
baik dari keluarga ataupun masyarakat lingkungan sekitar pasien

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


 Ada  Tidak
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menaglami gangguan
jiwa atau berperilaku yang sama dengan pasien

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


Pasien mengatakan sebelum sakit tidak memiliki pengalaman yang tidak
menyenangkan, pasien juga tidak mengalami masalah yang berat.
Lain-lain:
Tidak ada keluhan

Masalah Keperawatan:

Resiko perilaku kekerasan

V. FISIK
1. Tanda-Tanda Vital:
TD: 100/60mmHg N: 80 x/menit RR: 18 x/menit S: 36,7 0C
2. Ukur: BB: 60 kg TB: 160 cm
3. Keluhan Fisik  Ya  Tidak
Jelaskan:

Pasien mengatakan tidak ada keluhan sakit pada tubuhnya

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

 

       

   

 
Jelaskan:
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama (gangguan kejiwaan) seperti pasien

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan.


2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri:
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukainnya, pasien
menyukai semua bagian tubuh yang dimilikinya
b. Identitas Diri:
Pasien mampu menyebutkan namanya yaitu Tn. As. Pasien berjenis kelamin
laki-laki dan pasien mamu menyebutkan tanggal lahirnya dan menyebutkan
pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
c. Peran:
Pasien mengatakan masih menjalani perannya sebagai kepala keluarga.
Pasien masih mampu bekerja sebagai tukang servise elektronik dirumahnya
dan pasien juga mampu melakukan kegiatan bermasyarakat seperti ngayah
d. Ideal Diri:
Pasien mengatakan ingin tetap bisa bekerja dan menafkahi keluarganya
e. Harga Diri:
Pasien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti:
Pasien mengatakan orang yang berarati dalam hidupnya adalah keluarganya,
terutama anak dan istrinya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Pasien mengatakan masih mampu menjalankan kegiatan bermasyarakat
seperti ngayah dibanjar jika ada kegiatan atau megebagan bila ada warga
yang meninggal
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien dan keluarga mengatakan pasien masih dapat berinteraksi dengan
orang lain. Saat daijak berbicara pasien nyambung dan mampu menjawab
pertanyaan dengan benar

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan:
Pasien menagtakan dirinya beragama Hindu dan sering sembahyang saat ada
odalan (upacara). Pasien juga mengatakan selain menjalani pengobatan medis,
pasien juga pernah menjalani pengobatan alternatif
b. Kegiatan ibadah:
Pasien mengatakan jarang bersembahyang setiap harinya, tapi pasien sering
sembahyang saat ada odalan (upacara)

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


VII.STATUS MENTAL
1. Penampilan
 Tidak rapi

 Penggunaan pakaian tidak sesuai

 Cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan:
Berdasarkan observasi saat pengkajian pasien tampak kurang rapi, pakaian tampak
kusut. Rambut pasien tampak tidak disisir dan kuku tangan pasien tampak panjang
dan kotor

Masalah Keperawatan:

Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren  Apatis

 Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan:
Pasien berbicara dengan nada suara yang pelan, terkadang pasien tiba-tiba berhenti
bicara dan seperti berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Pasien mengatakan
saat penyakitnya kambuh pasien bicara kasar dan ingin mengamuk

Masalah Keperawatan:

Resiko perilaku kekerasan

3. Aktivitas Motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi

 Tik  Grimasen  Tremor  Kompulsif

Jelaskan:
Pasien tampak sedikit lesu, akan tetapi pasien mengatakan kalau pasien mearsa fit
dan tidak ada keluhan.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


4. Alam Perasaan
 Sedih  Ketakutan  Putus asa

 Khawatir  Gembira Berlebihan

Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak merasa sedih, khawatir, ketakutan dan juga putus asa.
Pasien mengatakan kalau pearsaannya baik-baik saja

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

5. Afek/Emosi
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai

Jelaskan:
Berdasarkan observasi saat wawancara pasien menunjukkan sikap yang biasa, tetapi
pasien jarang tersenyum

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

6. Interaksi Selama Wawancara


 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Gagap

 Kontak mata kurang  Defensif  Membisu

Jelaskan:
Pasien mampu berinteraksi selama dilakukan wawancara, pasien mampu menjawab
semua pertanyaan yang diberikan. Pasien juga melakukan kontak mata saat
berbicara dengan petugas

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

7. Persepsi
Halusinasi:

 Pendengaran  Penglihatan  Perabaan

 Pengecapan  Penghidu
Jelaskan:
Pasien pernah mengalami halusinasi dengar 6 tahun yang lalu, pasien mengatakan
saat itu sering mendengar suara-suara yang tidak jelas, tetapi pasein saat ini sudah
tidak pernah lagi mendengar saura-suara tersebut.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

8. Proses Pikir
 Sirkumstansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi

 Flight of ideas  Blocking Pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan:
Saat wawancara pasien menjawab pertanyaan dengan baik, hanya sesekali pasien
berhenti bicara dan berusaha mengingat kejadian yang lalu.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir
 Obsesi  Fobia  Hipokondria

 Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran magis

Waham:

 Agama  Somatik  Kebesaran  Curiga

 Nihilistik  Sisip pikir  Siar pikir  Kontrol pikir

Jelaskan:
Pasien menagtajkan empat tahun yang lalu sempat menaglami perilaku kedewan-
dewan (waham Agama) dimana pasien merasa sangat dekat denga Tuhan, akan
tetapi keluhan tersebut sudah tidak pernah dialami lagi oleh pasien

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


10. Tingkat Kesadaran
 Bingung  Sedasi  Stupor

Disorientasi:

 Waktu  Tempat  Orang

Jelaskan:
Kesadaran pasien compos mentis, pasien dapat menyebutkan hari apa saat
dilakukan wawancara, dimana pasien tinggal dan dengan siapa saja pasien tinggal.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang

 Gangguan daya ingat jangka pendek

 Gangguan daya ingat saat ini

 Konfabulasi

Jelaskan:
Saat wawancara pasien dapat menceritakan dengan baik kondisinya saat ini dan
dimasa lalu. Pasien dapat menceritakan berapa lama mengalami sakit dan berapa
kali penyakit pasien kambuh. Pasien juga dapat emngingat apa saja kegiatan yang
sudah dilakukannya pada hari saat wawancara.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperwatan

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


 Mudah dialihkan

 Tidak mampu berkonsentrasi

 Tidak mampu berhitung

Jelaskan:
Pasien mampu berhitung dengan baik dan konsentrasi pasien saat dilakukan
wawancara juga baik, namun perhatian pasien mudah beralih saat melihat anaknya
bermain.
Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan Penilaian


 Gangguan ringan  Gangguan bermakna

Jelaskan:
Ketika pasien diberikan pilihan, pasien dapat memilih dengan tepat sesuai dengan
ilustrasi kondisi yang diberikan

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperwatan

14. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita

 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya

Jelaskan:
Pasien menaydari dirinya sakit, namun pasien mengatakan sakit yang dialaminya
disebabkan oleh orang lain (saudaranya).

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperwatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan Klien Memenuhi/Menyediakan Makanan
1) Makan  Ya  Tidak
2) Keamanan  Ya  Tidak
3) Tempat tinggal  Ya  Tidak
4) Perawatan kesehatan  Ya  Tidak
5) Pakaian  Ya  Tidak
6) Transportasi  Ya  Tidak
7) Uang  Ya  Tidak
2. Kegiatan Hidup Sehari-Hari
1) Perawatan diri
Pasien mangtakan mandi setiap hari, dan untuk perawatan dirinya dibantu oleh
istrinya
2) Nutrisi
 Apakah anda puas dengan pola makan?  Ya  Tidak
 Apakah anda memisahkan diri?  Ya  Tidak
 Frekwensi makan perhari : 3 kali perhari
 Frekwensi kudapan perhari : 2 kali perhari
 Nafsu makan : Baik
 Berat badan : 55 kg
 Diet khusus : tidak ada diet khusus
3) Tidur
 Apakah ada masalah?  Ya  Tidak
 Apakah anda merasa segar setelah bangun tidur?  Ya  Tidak
 Apakah ada kebiasaan tidur siang?  Ya  Tidak
 Apa yang menolong anda untuk tidur?  Ya  Tidak
 Waktu tidur malam: pukul 22.00 – 06.00 wita

3. Kemampuan Klien Dalam


1) Mengantisipasi kebutuhan sendiri?  Ya  Tidak
2) Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri?  Ya  Tidak
3) Mengatur penggunaan obat?  Ya  Tidak
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan (Follow up)?  Ya  Tidak

4. Klien Memiliki Sistem Pendukung


1) Keluarga  Ya  Tidak
2) Profesional/terapis  Ya  Tidak
3) Teman sejawat  Ya  Tidak
4) Kelompok sosial  Ya  Tidak

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan/hobi?


 Ya  Tidak

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif

 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol

 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan

 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan

 Aktivitas konstruktif  Menghindar

 Olahraga  Mencederai diri

 Lainnya: .......................................  Lainnya: merokok

Masalah Keperawatan:

Resiko perilaku kekerasan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan

Pasien mendapat dukungan dari keluarganya terutama istrinya. Pasien selalu


ditemani dan dibantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan

Keluarga mengatakan pasien masih mampu melakukan kegiatan bermasyarakat


seperti ngayah dibanjar atau megebagan saat ada warga yang meninggal

 Masalah dengan pendidikan, uraikan

Pasien mengemnyam pendidikan STM (setara SMA), sehingga dengan bekal


pendidikan yang dimilikinya pasien dapat membuka usaha jasa servise elektronik
dirumahnya

 Masalah dengan pekerjaan, uraikan

Pasien masih mampu melakukan aktivitasnya dan melanjutkan pekerjaannya


sebagai tukang servise elektronik

 Masalah dengan perumahan, uraikan

Pasien mengatkan tidak ada masalah dengan perumahan, pasien tinggal bersama
anak dan istri serta kedua orang tuanya dirumah orang tuanya sendiri.
 Masalah dengan ekonomi, uraikan

Pasien mengatakan usahanya sepi, sehingga penghasilannya berkurang dan


istrinya juga sudah tidak bekerja lagi. Untuk membantu kekurangannya pasien
dibantu oleh orang tuanya.

 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan

Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan. Pasien


biasanya rutin kontrol ke RSU wangaya untuk mendapatkan obat, akan tetapi
sejak 6 bulan terakhir rutin mendapatkan obat dari kunjungan yang dilakukan oleh
petugass puskesmas setiap bulannya.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


 Penyakit jiwa  Sistem pendukung

Faktor presipitasi  Penyakit fisik

 Koping  Obat-obatan

 Lainnya: ..............................................................................................................

Masalah Keperawatan: -

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnosa Medik
Skizofrenia

2. Terapi Medik
- Sikzoanoate inj @ 1 bulan

- Risperidone 2 mg kalau perlu


XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No Tanggal/Jam Data Fokus Masalah Keperawatan

1 31 juli 2018 DS : pasien mengatakan suka marah-marah dan ingin Resiko perilaku kekerasan
mengamuk saat penyakitnya kambuh

DO :

- saat duduk pasien tampak tenang, tetapi saat berdiri


pasien tampak tidak bisa diam (mondar mandir)
- saat bicara pasien lambat
2 31 juli 2018 DS : pasiem mengatakan mandi sehari sekali dan perawtan Defisit perawatan diri
dirinya dibantu oleh istrinya

DO :

- pasien tampak menggunakan pakian tapi tidak rapi


- rambut pasien tampak tidak disisir
- kuku tangan tampak kotor
B. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri,
Efect
orang lain dan lingkungan

Core Resiko perilaku kekerasan Defisit perawatan diri


problem

Causa waham curiga

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Defisit Perawatan Diri

XIV. RENCANA KEPERAWATAN


Terlampir
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENAGN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 1 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan marah-marah dan ingin
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan mengamuk saat penyakitnya
kambuh
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
HASIL
RESIKO PERILAKU  Tujuan : S : Pasien mengatakan pasien mengalami sakit sejak 6 ttd
KEKERASAN Pasein mampu tahun yang lalu dan sudah pernah kambuh sebanyak 6
SP I :
 Data subyektif  Membina hubungan saling kali. Pasien mengatakan saat penyakitnya kambuh
Pasien mengatakan tentang : percaya  Identifikasi  Mengidentifikasi pasien ingin marah dan mengamuk
 Ungkapan berupa ancaman  Menjelaskan penyebab marah penyebab, tanda & penyebab, tanda O:
 Ungkapan kata-kata kasar  Menjelaskan perasaan saat gejala, PK yang & gejala, PK - pasien tampak tenang saat duduk, namun saat berdiri
 Ungkapan ingin memukul penyebab marah/prilaku dilakukan, akibat yang dilakukan, pasien tampak mondar mandir
kekerasan PK akibat PK - pasien kooperatif dan mau diajak berinteraksi
 Data Obyektif  Menjelaskan perilaku tyang - pasien tampak percaya dengan petugas dan mengikuti
 Wajah memerah dan tegang dilakukan saat marah  Jelaskan cara  Menjelaskan cara instruksi yang diberikan
 Pandangan tajam  Menyebutkan cara mnegontrol PK : mengontrol PK :
 Mengatupkan rahang dengan mengontrol rasa fisik, obat, verbal, fisik, obat, A : tujuan tercapai
kuat marah/perilaku kekerasan spiritual verbal, spiritual
 Mengepalkan tangan  Melatih kegiatan firik dalam  Melatih cara P : lanjutkan intervensi SP II
 Bicara kasar menyalurkan kemarahan  Latihan cara mengontrol PK Evaluasi kegiatan fisik 1 (nafas dalam) pada pertemuan
 Suara tinggi, menejrit atau  Memakan obat secara teratur mengontrol PK fisik Fisik 1 & 2 kedua dan ajarkan kegiatan fisik 2(memukul bantal)
memukul  Melatih bicara yang baik saat 1&2  Masukan pada untuk mengontrol PK dan informasikan kekeluarga
 Mondar-mandir marah  Masukan pada jadual kegiatan mengenai pentingnya mengkomsumsi obat yang
 Melatih kegiatan ibadah jadual kegiatan untuk latihan
 Melempar atau memukul diberikan dari pelayanan kesehatan (Puskesmas)
untuk mengendalikan rasa untuk latihan fisik fisik
benda/orang lain
marah
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENAGN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 2 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan marah-marah dan ingin
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan mengamuk saat penyakitnya
kambuh
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
RESIKO PERILAKU KEKERASAN  Tujuan : S : keluarga mengatakan pasien mau melakukan ttd
 Data subyektif Pasein mampu latihan fisik menarik nafas dalam dan
SP II :
Pasien mengatakan tentang :  Membina hubungan saling memukul bantal serta minum obat yang
 Ungkapan berupa ancaman percaya  Mengevaluasi cara diberikan
 Ungkapan kata-kata kasar  Menjelaskan penyebab marah  Evaluasi kegiatan mengontrol PK 1 & O:
 Ungkapan ingin memukul  Menjelaskan perasaan saat latihan fisik 1 & 2. 2 - Pasien dapat berinteraksi dan
penyebab marah/prilaku Beri pujian kooperatif
 Data Obyektif kekerasan  Melatih cara - Pasien mau melakukan latihan fisik 2
 Wajah memerah dan tegang  Menjelaskan perilaku tyang  Latih cara mengontrol PK (memukul bantal)
 Pandangan tajam dilakukan saat marah mengontrol PK dengan obat - Pasien meminum obatnya
 Mengatupkan rahang dengan  Menyebutkan cara mengontrol dengan obat (jelaskan 6 benar :
kuat rasa marah/perilaku kekerasan (jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,
 Mengepalkan tangan  Melatih kegiatan firik dalam jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, A : tujuan tercapai
 Bicara kasar menyalurkan kemarahan frekuensi, cara, kontinuitas minum P : lanjutkan intervensi III
 Suara tinggi, menejrit atau  Memakan obat secara teratur kontinuitas minum obat)
 Melatih bicara yang baik saat obat) - Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2
memukul
 Mondar-mandir marah  Masukkan pada - Evaluasi pemberian obat
 Melatih kegiatan yang baik saat  Masukkan pada jadwal kegiatan - Latih cara mengontrol PK dengan verbal
 Melempar atau memukul (mengungkapkan dengan benar)
marah jadwal kegiatan untuk latihan
benda/orang lain
 Melatih kegiatan ibadah untuk untuk latihan fisikdan minum obat
mengendalikan rasa marah fisikdan minum obat
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENAGN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 3 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan marah-marah dan ingin
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan mengamuk saat penyakitnya
kambuh
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
RESIKO PERILAKU KEKERASAN  Tujuan : SP III : S : keluarga mengatakan pasien mau melakukan ttd
 Data subyektif Pasein mampu  Evaluasi latihan fisik 1 (nafas dalam) dan @ ( memukul
 Mengevaluas
Pasien mengatakan tentang :  Membina hubungan saling kegiatan latihan bantal), tetapi pasien belum dapat mengungkapkan
i cara
 Ungkapan berupa ancaman percaya fisik 1 & 2 dan keinginannya secara benar (verbal)
mengontrol
 Ungkapan kata-kata kasar  Menjelaskan penyebab marah minum obat.
O:
PK 1 & 2
 Ungkapan ingin memukul  Menjelaskan perasaan saat Beri pujian
dan minum - Pasien belum mampu mengontrol PK dengan
penyebab marah/prilaku obat. Beri mengungkapkan perasaan dan kkeinginannya
 Data Obyektif kekerasan  Latih cara secara benar
pujian
 Wajah memerah dan tegang  Menjelaskan perilaku tyang mengontrol PK - Pasien tampak diam
 Pandangan tajam dilakukan saat marah dengan
 Melatih cara
 Mengatupkan rahang dengan  Menyebutkan cara mengontrol verbal/bicara
mengontrol
kuat rasa marah/perilaku kekerasan A : Tujuan belum tercapai
PK dengan
 Mengepalkan tangan  Melatih kegiatan firik dalam  Masukkan pada P : lanjutkan intervensi SP III
verbal/bicara
 Bicara kasar menyalurkan kemarahan jadwal kegiatan
 Masukkan - Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2serata
 Suara tinggi, menejrit atau  Memakan obat secara teratur untuk latihan
pada jadwal
 Melatih bicara yang baik saat fisikdan minum pemberian obat
memukul kegiatan
obat dan - Latihan cara mengontrol PK dengan verbal
 Mondar-mandir marah untuk latihan
verbal/bicara (mengungkapkan dengan benar)
 Melempar atau memukul  Melatih kegiatan yang baik saat fisikdan
benda/orang lain marah minum obat
 Melatih kegiatan ibadah untuk dan
mengendalikan rasa marah bicara/verbal
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENAGN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 1 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan marah-marah dan ingin
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan mengamuk saat penyakitnya
kambuh
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN HASIL
RESIKO  Tujuan : SP I: S: ttd
PERILAKU keluarga mampu - keluarga mengatakan pasien mengalami sakit
 Diskusikan masalah  Mendiskusikan
KEKERASAN  Mengenal masalah resiko (gangguan jiwa) sejak 6 tahun yang lalu
yang dirasakan dalam masalah yang - Pasien mengatakan pasien kambuh sebanyak 6 kali
perilaku kekerasan
merawat pasien dirasakan dalam
 Memutuskan untuk dan terakhir kambuh pasien mengamuk
merawat pasien - Keluarga (istri pasien) mengatakan membantu
melakukan perawatan pada
 Jelaskan pengertian, pasien untuk bisa melatih kegiatan latihan fisik
pasien resiko perilaku
tanda & gejala, proses  menjelaskan menarik nafas dalam
kekerasan
terjadinya PK (gunakan pengertian, tanda &
 Merawat pasein resiko O:
booklet) gejala, proses
perilaku kekerasan dengan
terjadinya PK - Keluarga pasien koopeartif selama berinteraksi
mengajarkan dan
(gunakan booklet)
mendampingi pasien  Jelaskan cara merawat - Keluarga pasien mau menerima informasi dari
 menelaskan cara petugas
melakukan kegiatan fisik, PK
merawat PK
bicara yang baik, minum obat A : tujuan tercapai
teratur dan spiritual
 Latih satu cara merawat  melatih satu cara
 Memodifikasi lingkungan - Keluarga pasien mampu mendiskusikan masalah
PK : fisik 1,2 merawat PK : fisik yang dirasakan selama merawat pasien
yang kondusif aga pasien
1,2 - Kelurga mengatakan akan membantu pasien latihan
mampu mengontrol resiko
perilaku kekerasan dan  Anjurkan membantu  menganjurkan fisik
mnegurangi stressor yang pasien sesuai jadual membantu pasien
dan memberi pujian sesuai jadual dan P : Lanjutkan intervensi SP II
menimbulkan perilaku
kekerasan memberi pujian - Evaluasi kegiatan latihan fisik pasien dan
 Mengenal tanda kekambuhan keikutsertaan keluarga dalam membimbing pasien
dan mencari pelayanan melakukan latihan fisik
kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENAGN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 2 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan marah-marah dan ingin
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan mengamuk saat penyakitnya
kambuh
Alamat / No. Telepon :
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN HASIL
RESIKO  Tujuan : SP II : S:
PERILAKU keluarga mampu - Keluarga mengatakan sudah mengajak pasien untuk
KEKERASAN  Mengenal masalah resiko  Evaluasi  Mengevaluasi latihan nafas dalam dan memukul bantal
perilaku kekerasan kegiatan kegiatan keluarga - Keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan
 Memutuskan untuk keluarga dalam dalam petugas saat mengajarkan latihan fisik
melakukan perawatan merawat/melatih merawat/melatih - Keluarga mengerti cara memberikan obat kepada pasien
pada pasien resiko pasien pasien fisik 1.2. beri
perilaku kekerasan fisik 1.2. beri pujian. Jelaskan 6 O:
 Merawat pasein resiko pujian benar cara - Keluarga pasien kooperatif selama berinteraksi
perilaku kekerasan dengan jelaskan 6 benar memberikan obat - Keluarga pasien mau menerima informasi dari petugas
mengajarkan dan cara
mendampingi pasien memberikan  Melatih cara A : Tujuan tercapai
melakukan kegiatan fisik, obat memberikan/membim Keluarga pasien mampu mengajak pasien untuk latihan
bicara yang baik, minum bing minum obat fisik 1 (nafas dalam) dan 2 (memukul bantal), keluarga
obat teratur dan spiritual
 Latih cara pasien mengerti 6 benar cara memberikan obat
 Memodifikasi lingkungan  Menganjurkan
memberikan/me P : Lanjutkan intervensi III
yang kondusif aga pasien membantu pasien
mbimbing Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2 serta pemberian obat
mampu mengontrol resiko sesuai jadwal dan beri
minum obat
perilaku kekerasan dan pujian
mnegurangi stressor yang  Anjurkan
menimbulkan perilaku membantu
kekerasan pasien sesuai
 Mengenal tanda jadwal dan beri
kekambuhan dan mencari pujian
pelayanan kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENAGN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 3 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan marah-marah dan ingin
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan mengamuk saat penyakitnya
kambuh
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
RESIKO  Tujuan : SP III : S: ttd
PERILAKU keluarga mampu - Keluarga mengatakan sudah membimbing pasien untuk
KEKERASAN  Mengenal masalah  Evaluasi kegiatan  Mengevaluasi melakukan latihan fisik nafas dalam dan memukul bantal
resiko perilaku keluarga dalam kegiatan keluarga diwaktu senggang
kekerasan merawat/melatih dalam - Keluarga pasien mengatakan akan membimbing pasien
 Memutuskan untuk pasien merawat/melatih untuk bisa mengungkapkan secara verbal
melakukan perawatan fisik 1.2 dan pasien fisik 1.2 dan - Keluarga pasien mengatakan akan membimbing pasien
pada pasien resiko memberikan obat. memberikan obat. untuk beribadat
perilaku kekerasan Beri pujian Beri pujian
 Merawat pasein resiko  Melatih cara O:
perilaku kekerasan membimbing - Keluarga pasien kooperatif selama berinteraksi
 Latih cara - Keluarga pasien mau menerima informasi dari petugas
dengan mengajarkan verbal/bicara
membimbing
dan mendampingi  Melatih cara
verbal/bicara A : tujuan tercapai
pasien melakukan membimbing
kegiatan fisik, bicara kegiatan spitual - Keluarga mampu membimbing pasien untuk latihan fisik
 Latih cara nafas dalam dan memukul bantal
yang baik, minum obat
membimbing kegiatan
teratur dan spiritual  Menganjurkan - Keluarga pasien mengerti dan mau membimbing pasien
spitual
 Memodifikasi membantu pasien melalui komunikasi verbal dan membimbing pasien untuk
lingkungan yang sesuai jadual dan beribadat
 Anjurkan membantu
kondusif aga pasien memberikan pujian P : lanjutkan intervensi SP IV
pasien sesuai jadual
mampu mengontrol Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2 serta pemberian obat,
dan memberikan
resiko perilaku komunikasi verbal dan kegitan spitual (berdoa)
pujian
kekerasan dan
mnegurangi stressor
yang menimbulkan
perilaku kekerasan
 Mengenal tanda
kekambuhan dan
mencari pelayanan
kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 1 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan jarang mencuci dan
menyisir
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan rambut
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
KRITERIA HASIL
DEFISIT PERAWATAN DIRI  Tujuan : SP I : S: ttd
 Data subyektif Pasein mampu - Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari menggunakan
Pasien mengatakan tentang :  Membina  Identifikasi masalah  Mengidentifikasi air dan sabun
 Malas mandi/mandi sekali hubungan saling perawatan diri : masalah - Pasien mengatakan biasa mandi pagi dan sore hari
sehari percaya kebersihan diri, perawatan diri : - Pasien mengatakan jarang mencuci dan menyisir rambut
 Tidak mau menyisir rambut  Melakukan berdandan, kebersihan diri, karena selalu berada di rumah (jarang keluar rumah)
 Tidak mau memotong kuku kebersihan diri makna/minum, berdandan, - Pasien mengatakan biasa BAB/BAK di kamar mandi
 Tidak mau berhias/berdandan secara mandiri BAB/BAK makna/minum, serta membersihkan diri dan toilet setelah BAB/BAK
 Tidak bisa/tidak mau  Melakukan BAB/BAK - Pasien mengatakan jarang memotong kuku karena malas
menggunakan alat berhias/berdandan - Pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan tentang
mandi/kebersihan diri secara baik  Jelaskan pentingnya  pentingnya pentingnya kebersihan diri dan alat-alat kebersihan diri
 Tidak menggunakan alat makan  Melakukan makan kebersihan diri kebersihan diri O:
dan minum saat makan dan dengan baik jelaskan cara dan alat jelaskan cara dan - pasien tampak kooperatif saat diajak berinteraksi
minum  Melakukan kebersihan diri alat kebersihan - pasien tampak menggaruk-garuk area kepala
 BAB dan BAK sembarangan BAB/BAK secara diri - pakaian pasien tampak kusut
 Tidak membersihkan diri dan mandiri - kuku pasien tampak panjang dan kotor
tempat BAB dan BAK setelah  Latih cara menjaga  Melatih cara - gigi pasien tampak kotor dan terdapat karang gigi
BAB dan BAK kebersihan diri: mandi menjaga - pasien tampak mendengarkan penjelasan dan dapat
 Tidak mengetahui cara dang anti pakaian, kebersihan diri: mengikuti instruksi yang diberikan perawat
perawatan diri yang benar sikat gigi, cuci rambut, mandi dang anti - pasien dapatmenyebutkan dan menentukan cara keramas
potong kuku pakaian, sikat dan sikat gigi dengan benar
 Data Obyektif gigi, cuci rambut, - jadwal kegiatan sudah masuk dalam buku harian pasien
 Badan bau, kotor,berdaki, potong kuku (latih keramas, sikat gigi dua kali sehari, keramas kali
rambut kotor, gigi kotor, kuku seminggu dan potong kuku satu kali seminggu)
panjang, tidak menggunakan  Masukkan pada jadwal  Memasukan pada
alat-alat mandi, tidak amndi kegiatan untuk latihan jadwal kegiatan A : tujuan tercapai pada SP I
dengan benar mandi, sikat gigi (2 untuk latihan
 Rambut kusut, berantakan, kali per hari), cuci mandi, sikat gigi P : lanjutkan intervensi SP II
kumis dan jenggot tidak rapi, rambut (2 kali per (2 kali per hari), 1. BHSP
pakaian tidak rapi, tidak mampu minggu), potong kuku cuci rambut (2 2. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri
berdandan, memilih, (satu kali per minggu) kali per minggu), 3. Menjelaskan cara berdandan
mengambil, dan memakai potong kuku 4. Melatih cara berdandan
pakaian, memakai sandal, (satu kali per 5. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian
sepatu, memakai resleting, minggu)
memakai barang-barang yang
perlu dalam berpakaian,
melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian
 Makan dan minum
sembarangan, berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tidak
mampu (menyiapkan makanan,
memindahkan makanan ke alat
makan, memegang alat makan,
membawa makanan dari piring
ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman,
menyelesaikan makan)
 BAB dan BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan
diri setelah BAB dan BAk,
tidak mampu (menjaga
kebersihan toilet, menyiram
toilet)
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 2 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan jarang mencuci dan
menyisir
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan rambut
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
HASIL
DEFISIT PERAWATAN DIRI  Tujuan : SP II : S: ttd
 Data subyektif Pasein mampu
- Pasien mengatakan sudah mandi pagi, keramas dan
 Membina hubungan saling  Evaluasi kegiatan  Mengevaluasi
menggosok gigi
Pasien mengatakan tentang : kebersihan diri. Beri kegiatan
percaya - Pasien mengatakan sudah mengganti baju dan
 Malas mandi/mandi sekali pujian. Jelaskan cara kebersihan diri.
sehari  Melakukan kebersihan dan alat untuk Beri pujian celananya
- Pasien mengatakan mengerti tentang penjelasan cara
 Tidak mau menyisir rambut diri secara mandiri berdandan  Menjelaskan cara
 Melakukan berdandan seperti menyisir rambut dan mencukur
 Tidak mau memotong kuku dan alat untuk kumis
 Tidak mau berhias/berdandan berhias/berdandan secara berdandan - Pasien mengatakan akan sisiran setelah mandi
 Tidak bisa/tidak mau baik
menggunakan alat  Melakukan makan dengan  Latih cara berdandan O:
 Melatih cara - Tampak baju pasien sudah terganti
mandi/kebersihan diri setelah kebersihan diri:
baik berdandan
 Tidak menggunakan alat makan sisiran, rias muka - Gigi masih belum bersih dan masih tampak karang
dan minum saat makan dan  Melakukan BAB/BAK
untuk perempuan;
setelah gigi
minum secara mandiri kebersihan diri:
sisiran, cukuran untuk - Kuku masih tampak panjang
 BAB dan BAK sembarangan pria sisiran, rias muka - Pambut tidak tersisir rapi
 Tidak membersihkan diri dan untuk - Pasien tampak kooperatif dan mengikuti latihan
tempat BAB dan BAK setelah perempuan;
BAB dan BAK dengan baik
sisiran, cukuran - Pasien dapat menirukan cara menyisir rambut yang
 Tidak mengetahui cara
untuk pria dicontohkan perawat
perawatan diri yang benar
 Data Obyektif  Memasukkan - Jadwal kegiatan berdandan sudah masuk ke jadwal
 Badan bau, kotor,berdaki, pada jadwal kegiatan harian
 Masukkan pada jadwal
rambut kotor, gigi kotor, kuku kegiatan untuk
kegiatan untuk
panjang, tidak menggunakan A : tujuan tercapai pada SP II
kebersihan diri dan kebersihan diri
alat-alat mandi, tidak amndi
berdandan dan berdandan
dengan benar P : lanjutkan intervensi SP III
 Rambut kusut, berantakan, 1. BHSP
kumis dan jenggot tidak rapi,
2. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri dan
pakaian tidak rapi, tidak mampu
berdandan, memilih, berdandan
mengambil, dan memakai 3. Menjelaskan cara makan dan minum
pakaian, memakai sandal, 4. Melatih cara makna dan minum
sepatu, memakai resleting, 5. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian
memakai barang-barang yang
perlu dalam berpakaian,
melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian
 Makan dan minum
sembarangan, berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tidak
mampu (menyiapkan makanan,
memindahkan makanan ke alat
makan, memegang alat makan,
membawa makanan dari piring
ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman,
menyelesaikan makan)
 BAB dan BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan
diri setelah BAB dan BAk,
tidak mampu (menjaga
kebersihan toilet, menyiram
toilet)
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 3 Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan jarang mencuci dan
menyisir
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan rambut
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
HASIL
DEFISIT PERAWATAN DIRI  Tujuan : SP III : S: ttd
 Data subyektif Pasein mampu
 Evaluasi kegiatan  Mengevaluasi - Pasien mengatakan sudah mandi pagi, dan menggosok
 Membina hubungan saling gigi
Pasien mengatakan tentang : kebersihan diri dan kegiatan
percaya - Pasien mengatakan sudah mengganti pakaiannya dan
 Malas mandi/mandi sekali berdandan. Beri kebersihan diri
sehari  Melakukan kebersihan pujian. dan berdandan. sudah menyisir rambut setelah mandi
- Pasien mengatakan sudah memotong kukunya
 Tidak mau menyisir rambut diri secara mandiri Beri pujian
 Melakukan - Pasien mengatakan sudah makan pagi dan minum kopi
 Tidak mau memotong kuku  Jelaskan cara dan alat  Menjelaskan cara
- Pasien mengatakan mengerti tentang penjelasan cara
 Tidak mau berhias/berdandan berhias/berdandan secara makan dan minum dan alat makan makan dan minum serta penggunaan alat-alat makan
 Tidak bisa/tidak mau baik dan minum dan minum
menggunakan alat  Melakukan makan dengan  Latih cara makan dan
 Melatih cara
mandi/kebersihan diri minum yang baik O:
baik makan dan
 Tidak menggunakan alat makan - Tampak baju pasien sudah terganti
dan minum saat makan dan  Melakukan BAB/BAK minum yang baik - Rambut tampak sudah tersisir dan rapi
minum secara mandiri  Masukkan pada jadwal  Memasukkan - Gigi masih belum bersih dan masih tampak karang
 BAB dan BAK sembarangan kegiatan untuk latihan pada jadwal gigi
 Tidak membersihkan diri dan kebersihan diri, kegiatan untuk - Kuku tampak bersih dan sudah terpontong pendek
tempat BAB dan BAK setelah berdandan, dan makan latihan
& minum yang baik - Pasien tampak kooperatif dan dapat menyebutkan alat
BAB dan BAK kebersihan diri, yang digunakan untuk makan dan minum
 Tidak mengetahui cara berdandan, dan
perawatan diri yang benar - Pasien dapat menirukan cara makan yang baik dari
 Data Obyektif makan & minum mengambil makanan sampai mengunyah dan menelan
 Badan bau, kotor,berdaki, yang baik makanan
rambut kotor, gigi kotor, kuku - Jadwal kegiatan makan dan minum sudah masuk ke
panjang, tidak menggunakan jadwal kegiatan harian
alat-alat mandi, tidak amndi
dengan benar
A : tujuan tercapai pada SP III
 Rambut kusut, berantakan,
kumis dan jenggot tidak rapi,
P : lanjutkan intervensi SP IV
pakaian tidak rapi, tidak mampu
berdandan, memilih, 1. BHSP
mengambil, dan memakai 2. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan,
pakaian, memakai sandal, makan dan minum
sepatu, memakai resleting, 3. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik
memakai barang-barang yang 4. Melatih BAB dan BAK yang baik
perlu dalam berpakaian, 5. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian
melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian
 Makan dan minum
sembarangan, berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tidak
mampu (menyiapkan makanan,
memindahkan makanan ke alat
makan, memegang alat makan,
membawa makanan dari piring
ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman,
menyelesaikan makan)
 BAB dan BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan
diri setelah BAB dan BAk,
tidak mampu (menjaga
kebersihan toilet, menyiram
toilet)
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 1Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan jarang mencuci dan
menyisir
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan rambut
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN HASIL
DEFISIT PERAWATAN  Tujuan : SP I : S: ttd
DIRI Keluarga mampu: - Keluarga mengatakan pasien biasa mandi dua kali sehari
 Mengenal masalah Defisit  Diskusikan masalah  Mendiskusikan menggunakan air dan sabun
yang dirasakan saat masalah yang - Keluarga pasien mengatakan pasien biasanya mau keramas
Perawatan Diri
merawat pasien dirasakan saat ketika diingatkan dan dibujuk secara terus-menerus
 Memutuskan untuk  Jelaskan pengertian, merawat pasien - Keluarga pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang
melakukan perawatan tanda & gejala, dan  Menjelaskan diberikan oleh perawat mengenai defisit perawatan diri dan cara
pada pasien Defisit proses terjadinya pengertian, tanda merawat kebersihan diri pasien
Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri & gejala, dan - Keluarga pasien mengatakan akan membantu pasien merawat
 Menyediakan fasilitas proses terjadinya
kebersihan dirinya sesuai jadwal
kebersihan diri yang  Jelaskan cara merawat
Defisit Perawatan O:
Defisit Perawatan Diri
dibutuhkan oleh pasien Diri - Keluarga tampak kooperatif mengungkapkan masalah dalam
 Merawat dan  Latih cara merawat:  Menjelaskan cara merawat pasien
membimbing pasien kebersihan diri merawat Defisit - Keluarga tampak mendengarkan penjelasan dengan baik
dalam merawat diri:  Anjurkan membantu Perawatan Diri mengenai cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri
kebersihan diri, berdandan pasien sesuai jadwal  Melatih cara - Keluarga tampak mampu melakukan kebersihan diri dengan
(wanita), bercukur (pria), dan memberikan baik dan membantu serta mengingatkan pasien untuk menjaga
merawat:
makan dan minum, BAB pujian kebersihan dirinya
kebersihan diri
dan BAK.  Anjurkan
 Mengenal tanda membantu pasien A : tujuan tercapai pada SP I
kekambuhan dan mencari sesuai jadwal dan P : lanjutkan intervensi SP II
pelayanan kesehatan memberikan 1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
pujian kebersihan diri pasien
2. Membimbing keluatga untuk membantu pasien berdandan
3. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian pada pasien
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 2Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan jarang mencuci dan
menyisir
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan rambut
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN HASIL
DEFISIT PERAWATAN  Tujuan : SP II : S: ttd
DIRI Keluarga mampu: - Keluarga mengatakan sudah melatih, mengingatkan dan
 Mengenal masalah Defisit  Evaluasi kegiatan  Mengevaluasi membujuk pasien untuk menjaga kebersihan diri menggunakan
keluarga dalam kegiatan keluarga peralatan kebersihan diri
Perawatan Diri
merawat/melatih dalam - Keluarga mengatakan pasien sudah mandi, keramas, dan gosol
 Memutuskan untuk pasien kebersihan gigi
melakukan perawatan merawat/melatih
diri. Beri pujian - Keluarga mengatakan pasien belum mau untuk dipotong
pada pasien Defisit pasien kebersihan
kukunya
Perawatan Diri diri. Beri pujian - Keluarga mengatakan akna membantu pasien untuk berdandan
 Menyediakan fasilitas  Bimbing keluarga  Membimbing
O:
kebersihan diri yang membantu pasien keluarga
- Keluarga tampak antusias dan bersemangat saat diajak
berdandan membantu pasien
dibutuhkan oleh pasien berinteraksi
 Merawat dan berdandan - Keluarga tampak serius mendengarkan saat diajarkan cara
membimbing pasien  Anjurkan membantu  Menganjurkan berdandan oleh perawat
pasien sesuai jadwal membantu pasien
dalam merawat diri:
dan memberi pujian sesuai jadwal dan A : tujuan tercapai pada SP II
kebersihan diri, berdandan P : lanjutkan intervensi SP III
(wanita), bercukur (pria), memberi pujian
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
makan dan minum, BAB kebersihan diri dan berdandan pada pasien
dan BAK. 2. Membimbing keluatga untuk membantu pasien makan
dan minum
 Mengenal tanda 3. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
kekambuhan dan mencari memberikan pujian pada pasien
pelayanan kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN HOME VISIT ODGJ DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Kepala Keluarga : Tn. AS Tanggal : 3Agustus 2018
Nama Pasien / No. RM : - Diagnosa Medis : Skizofrenia
Umur / Jenik Kelamin : laki-laki Keluhan Utama : pasien mengatakan jarang mencuci dan
menyisir
Alamat / No. Telepon : Br Tagtang Tengah, Peguyangan rambut
RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TINDAKAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN HASIL
DEFISIT PERAWATAN  Tujuan : SP III : S: ttd
Keluarga mampu: - Keluarga mengatakan sudah melatih, mengingatkan dan
DIRI
 Mengenal masalah Defisit  Evaluasi kegiatan  Mengevaluasi membujuk pasien untuk menjaga kebersihan diri menggunakan
keluarga dalam kegiatan keluarga peralatan kebersihan diri dan berdandan
Perawatan Diri
merawat/melatih dalam - Keluarga mengatakan pasien sudah mandi, danmenggosok gigi
 Memutuskan untuk pasien kebersihan diri - Keluarga mengatakan pasien sudah memotong kukunya
melakukan perawatan merawat/melatih
dan berdandan. Beri - Keluarga mengatakan akan membantu pasien untuk makan dan
pada pasien Defisit pujian pasien kebersihan minum
Perawatan Diri diri dan
O:
 Menyediakan fasilitas berdandan. Beri
- Keluarga tampak antusias dan bersemangat saat diajak
kebersihan diri yang pujian berinteraksi
dibutuhkan oleh pasien  Bimbing keluarga  Membimbing - Keluarga tampak serius mendengarkan agar dapat membimbing
 Merawat dan membantu makan dan keluarga pasien makan dan minum dengan cara yang benar
membimbing pasien minum pasien membantu makan
dan minum pasien A : tujuan tercapai pada SP III
dalam merawat diri: P : lanjutkan intervensi SP IV
kebersihan diri, berdandan  Anjurkan membantu  Menganjurkan 1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
(wanita), bercukur (pria), pasien sesuai jadwal membantu pasien kebersihan diri, berdandan, makan &dan minum pada
makan dan minum, BAB dan memberi pujian sesuai jadwal dan pasien
dan BAK. memberi pujian 2. Membimbing keluatga untuk membantu pasien BAB dan
BAK
 Mengenal tanda 3. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
kekambuhan dan mencari memberikan pujian pada pasien
pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT


Refika Aditama.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis


Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Herdman, T.H., Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Nursing Diagnoses :


Definition and Classification 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Keliat, B. A. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015-


2017. Jakarta: EGC.

Stuart, G.W. (2006). Buku saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Yusuf, A.H., Fitryasari, R., Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai