PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan
jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang
menderita gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan
jiwa atau keretakan kepribadian (splittingof of personality). Skizofrenia
merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi
personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan
perilakunya abnormal. Di Indonesia, sekitar 1% – 2% dari total jumlah penduduk
mengalami skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000 penduduk, prevalensi 1,44 per
1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan berarti
jumlah penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.
Klien yang yang diterima di unit psikiatri, biasanya dalam keadaan krisis karena
koping mereka sudah tidak efektif. Walaupun kebanyakan klien psikiatri tidak
agresif, klien dengan berbagai diagnosa psikiatri dapat menunjukkan perilaku
marah, permusuhan dan agresif. Secara umum klien yang menderita waham
paranoid dan halusinasi pendengaran biasanya mudah terjadi perilaku agresif
hingga mampu untuk menyakiti orang lain. Perilaku agresif juga dapat terlihat
pada klien demensia, delirium, cedera kepala, intoksikasi alkohol atau obat-obatan
lain, serta gangguan kepribadian antisosial (Videbeck, 2008). Sehingga
peningkatan kemampuan perawat yang profesional sangat diperlukan untuk
pencegahan dan penanganan klien dengan perilaku kekerasan. Namun perlu
diwaspadai juga bahwa perawat juga berisiko menjadi korban dari perilaku
kekerasan yang dilakukan klien. Karena alasan tersebut perawat harus dapat
mengkaji klien dengan risiko perilaku kekerasan dan mengintervensinya secara
efektif sebelum, selama, dan setelah episode agresif klien (Yosep, 2007).
Melihat uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus
dengan judul “Asuhan Keparawatan pada klien Tn. AS dengan Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara” dengan harapan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang holistic dan menghindari terjadinya perilaku kekerasan
pada orang lain termasuk perawat.
II. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu mengelola ataupun memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Scizofrenia
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Skizofrenia
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
Skizofrenia
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
Skizofrenia.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
Skizofrenia.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan yang dicapai
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi,
terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah
(Rudyanto, 2007). Skizofrenia dijelaskan sebagai penyakit otak neurobiological
yang serius dan menetap, ditandai dengan kognitif dan persepsi serta afek yang
tidak wajar (Stuart & Laraia, 2005). Skizofrenia dapat dialami oleh setiap individu
tanpa memandang jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi (Maramis,
2005). Skizofrenia dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi, delusi,
disorganisasi pembicaraan dan perilaku, afek datar, penurunan kognitif,
ketidakmampuan bekerja atau kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk
(Bustillo, 2008).
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan yang cukup berat dan
menunjukkan adanya disorganisasi atau kemunduran fungsi kepribadian, sehingga
menyebabkan disability atau ketidakmampuan (Susanto, 2006). Skizofrenia
adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2007).
World Health Organization (2008), telah memperkirakan ada sekitar 450 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa dan setiap tahun
terdapat sekitar satu pertiga dari satu juta orang yang meninggal karena bunuh diri
di wilayah Asia Tenggara. Penderita skizofrenia umumnya dapat terjadi
disebabkan oleh genetik, neuroanatomi, stres psikologi dan hubungan antar
manusia yang kurang harmonis.
1. Genetik
Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan
dengan penelitian yang dilakukan pada keluarga penderita skizofrenia, terutama
anak-anak kembar satu telur. Presentase seseorang mengalami skizofrenia yang
memiliki hubungan sebagai saudara tiri sekitar 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-
15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7-16%;
bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2- 15%; bagi kembar satu telur(monozigot) 61-86%.
2. Neurokimia
a. Hipotesis dopamine
Secara general gejala skizofrenia dibagi menjadi tiga yaitu gejala positif, gejala
negatif dan gejala kognitif ( Maramis, 2005).
1. Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang datang. Klien
skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya
tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya.
Halusinasi pendengaran, gejala yang biasanya timbul yaitu klien merasakan ada
suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukan hati, memberi
kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat
berbahaya, seperti bunuh diri.
Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika.
Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan
emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara
sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat
penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan
tidak bisa mengerti apa itu manusia, juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir serta
dimana dia berada.
2. Gejala negatif
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis yaitu kehilangan minat dalam
hidup yang membuat klien menjadi orang pemalas. Karena klien hanya memiliki
minat sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal lain selain tidur dan makan.
Perasaan yang tumpul membuat emosinya menjadi datar. Klien skizofrenia tidak
memiliki ekspresi yang baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-
akan dia tidak memiliki emosi apapun. Mereka mungkin bisa menerima perhatian
dari orang lain tapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka. Depresi yang
tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari
hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang
menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain. Depresi
yang berkelanjutan akan membuat klien menarik diri dari lingkungannya dan
merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus skizofrenia sering menyerang
pada usia antara 15-30 tahun dan kebanyakan menyerang saat usia 40 tahun ke
atas.
3. Gejala kognitif
1. Thought echo
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya dan isi
pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas berbeda atau thought
insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar
dirinya (withdrawal) dan tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar
sehingga orang lain mengetahuinya.
Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan oleh suatu
kekuatan tertentu,; delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; delusion of passivity yaitu
waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap
suatu kekuatan dari luar; delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang
tidak wajar yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3. Halusinasi Auditorik
a. Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasien.
b. Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (dia antara berbagai
suara yang berbicara).
c. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak wajar
dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling sedikit
dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indera baik disertai waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.
f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan stupor.
h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar biasanya mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptika.
1. Skizofrenia Paranoid
Jenis skizofrenia paranoid biasanya ditandai dengan adanya waham kejar (rasa
menjadi korban atau seolah-olah dimata-matai atau waham kebesaran, halusinasi
dan terkadang terdapat waham keagamaan yang berlebihan (fokus waham agama),
atau perilaku agresif dan bermusuhan.
Jenis skizofrenia tidak terorganisir biasanya ditandai dengan afek datar atau afek
yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan disorganisasi
perilaku yang ekstrem.
3. Skizofrenia Katatonik
5. Skizofrenia Residual
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang relatif
cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi,
dan rehabilitasi. Terapi psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu,
terapi kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial
dan manajemen kasus (Hawari, 2009).
Penerapan nyata yang dilakukan oleh pihak RSJ melalui 4 level tersebut yaitu:
1. Level 4: melakukan home visit, namun tidak ke semua pasien (hanya yang
bermasalah). Contohnya pasien yang jarang dikunjungi pihak keluarga, pasien
yang sering mengalami kekambuhan, dan pasien dengan riwayat pemasungan.
2. Level 3: memberikan penyuluhan/pengobatan gratis melalui program bansos.
3. Level 2: RSJ memiliki 32 jejaring puskesmas diseluruh Bali. Pihak RSJ juga
dengan rutin melakukan kunjungan setiap bulannya disetiap puskesmas,
memberikan pengobatan secara rutin, melatih tenaga puskesmas (dokter &
perawat) untuk mampu memberikan penanganan pertama pada pasien.
Level 1 : RSJ setiap tahunnya melakukan bakti sosial dan program komunitas
yaitu penanganan & penyuluhan
2.2.1 Pengertian
1. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel
2. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
I. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
2. Perilaku kekerasan.
DS: klien mengatakan kesal dengan orang lain.
DO: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, memukul.
DO: menarik diri, percaya diri kurang, kontak mata kurang dan mencederai
diri.
B. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Masalah utama
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit
perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi (mandi,
berpakaian, makan, toileting) (Yusuf, Fitryasari, Nihayati, 2015)
2.3.2 Etiologi
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri diantaranya adanya penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Tanda dan gejala dari defisit perawatan diri adalah: (Yusuf, Fitryasari, Nihayati,
2015)
I. Rentang Respon
Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan Tidak melakukan perawatan diri
diri, kadang tidak
Keterangan :
- Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapat stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif
- Kadang perawatan diri, kadang tidak : saat klien mendapat stressor kadang-
kadang tidak memperhatikan perawatan
dirinya
- Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat menghadapi
stressor.
DO : Tampak rambut kotor dan acak – acakan, badan dan pakaian kotor serta
bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak
terawat.
B. Pohon Masalah
I. IDENTITAS KLIEN
Ruangan Rawat : - Tanggal Rawat :-
Inisial : Tn. AS No. Rekam Medik :-
Umur : 33 tahun Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : STM
Masalah Keperawatan:
V. FISIK
1. Tanda-Tanda Vital:
TD: 100/60mmHg N: 80 x/menit RR: 18 x/menit S: 36,7 0C
2. Ukur: BB: 60 kg TB: 160 cm
3. Keluhan Fisik Ya Tidak
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama (gangguan kejiwaan) seperti pasien
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti:
Pasien mengatakan orang yang berarati dalam hidupnya adalah keluarganya,
terutama anak dan istrinya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Pasien mengatakan masih mampu menjalankan kegiatan bermasyarakat
seperti ngayah dibanjar jika ada kegiatan atau megebagan bila ada warga
yang meninggal
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien dan keluarga mengatakan pasien masih dapat berinteraksi dengan
orang lain. Saat daijak berbicara pasien nyambung dan mampu menjawab
pertanyaan dengan benar
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Berdasarkan observasi saat pengkajian pasien tampak kurang rapi, pakaian tampak
kusut. Rambut pasien tampak tidak disisir dan kuku tangan pasien tampak panjang
dan kotor
Masalah Keperawatan:
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren Apatis
Jelaskan:
Pasien berbicara dengan nada suara yang pelan, terkadang pasien tiba-tiba berhenti
bicara dan seperti berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Pasien mengatakan
saat penyakitnya kambuh pasien bicara kasar dan ingin mengamuk
Masalah Keperawatan:
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Jelaskan:
Pasien tampak sedikit lesu, akan tetapi pasien mengatakan kalau pasien mearsa fit
dan tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak merasa sedih, khawatir, ketakutan dan juga putus asa.
Pasien mengatakan kalau pearsaannya baik-baik saja
Masalah Keperawatan:
5. Afek/Emosi
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan:
Berdasarkan observasi saat wawancara pasien menunjukkan sikap yang biasa, tetapi
pasien jarang tersenyum
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Pasien mampu berinteraksi selama dilakukan wawancara, pasien mampu menjawab
semua pertanyaan yang diberikan. Pasien juga melakukan kontak mata saat
berbicara dengan petugas
Masalah Keperawatan:
7. Persepsi
Halusinasi:
Pengecapan Penghidu
Jelaskan:
Pasien pernah mengalami halusinasi dengar 6 tahun yang lalu, pasien mengatakan
saat itu sering mendengar suara-suara yang tidak jelas, tetapi pasein saat ini sudah
tidak pernah lagi mendengar saura-suara tersebut.
Masalah Keperawatan:
8. Proses Pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Jelaskan:
Saat wawancara pasien menjawab pertanyaan dengan baik, hanya sesekali pasien
berhenti bicara dan berusaha mengingat kejadian yang lalu.
Masalah Keperawatan:
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Waham:
Jelaskan:
Pasien menagtajkan empat tahun yang lalu sempat menaglami perilaku kedewan-
dewan (waham Agama) dimana pasien merasa sangat dekat denga Tuhan, akan
tetapi keluhan tersebut sudah tidak pernah dialami lagi oleh pasien
Masalah Keperawatan:
Disorientasi:
Jelaskan:
Kesadaran pasien compos mentis, pasien dapat menyebutkan hari apa saat
dilakukan wawancara, dimana pasien tinggal dan dengan siapa saja pasien tinggal.
Masalah Keperawatan:
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Konfabulasi
Jelaskan:
Saat wawancara pasien dapat menceritakan dengan baik kondisinya saat ini dan
dimasa lalu. Pasien dapat menceritakan berapa lama mengalami sakit dan berapa
kali penyakit pasien kambuh. Pasien juga dapat emngingat apa saja kegiatan yang
sudah dilakukannya pada hari saat wawancara.
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Pasien mampu berhitung dengan baik dan konsentrasi pasien saat dilakukan
wawancara juga baik, namun perhatian pasien mudah beralih saat melihat anaknya
bermain.
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Ketika pasien diberikan pilihan, pasien dapat memilih dengan tepat sesuai dengan
ilustrasi kondisi yang diberikan
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Pasien menaydari dirinya sakit, namun pasien mengatakan sakit yang dialaminya
disebabkan oleh orang lain (saudaranya).
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Pasien mengatkan tidak ada masalah dengan perumahan, pasien tinggal bersama
anak dan istri serta kedua orang tuanya dirumah orang tuanya sendiri.
Masalah dengan ekonomi, uraikan
Masalah Keperawatan:
Koping Obat-obatan
Lainnya: ..............................................................................................................
Masalah Keperawatan: -
2. Terapi Medik
- Sikzoanoate inj @ 1 bulan
1 31 juli 2018 DS : pasien mengatakan suka marah-marah dan ingin Resiko perilaku kekerasan
mengamuk saat penyakitnya kambuh
DO :
DO :
Stuart, G.W. (2006). Buku saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Yusuf, A.H., Fitryasari, R., Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika