Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN

PENYULUHAN TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT


TERKAIT PENYAKIT HIPERTENSI DALAM PRAKTIK
PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS DI BANJAR BATU
BINTANG DESA DAUH PURI KLOD
TANGGAL 3 NOVEMBER 2018

OLEH :

KELOMPOK III & IV


PSIK B ANGKATAN 2016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI

Topik : Hipertensi
Hari/Tanggal : Senin, 12 November 2018
Waktu : 30 menit
Penyaji : Ni Made Ayu Sukma Widyandari
Tempat : Rumah Bpk. DK di Jl. Pulau Ambon Gg. Marmut, No. 2,
Dauh Puri Klod, Denpasar Barat.

1. Latar Belakang
Praktik keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dan menekankan
pada kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan dan rehabilitasi (Dermawan, 2012). Perawatan
kesehatan masyarakat sangat memerlukan keterlibatan petugas puskesmas,
kader kesehatan, dan peran serta tokoh-tokoh masyarakat dalam setiap tahap
pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat
benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat hendaknya mengoptimalkan


potensi yang dimiliki dari berbagai profesi kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan di bidang promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
Sesuai dengan misi Indonesia Sehat 2015, seluruh pelayanan kesehatan
tersebut diberikan menggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah.
Oleh karena itu, perawat sebagai salah satu pelaksana pelayanan kesehatan
harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Seiring dengan kemajuan
IPTEK, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Hal ini menjadi motivasi sekaligus tantangan bagi pemberi
pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Di masyarakat dapat dilakukan berbagai upaya dalam peningkatan kesehatan
melalui program penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Program ini
diperuntukkan kepada petugas kesehatan dengan melatih kader kesehatan dan
tokoh masyarakat di Desa/Kelurahan tentang upaya penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat dengan pokok bahasan seperti identifikasi masalah
kesehatan, pertemuan tingkat desa (PTD), survey mawas diri (SMD), dan
musyawarah masyarakat desa (MMD).

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga


desa/kelurahan atau warga masyarakat yang mewakili semua komponen
masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survey mawas diri dan
merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan
perilaku yang diperoleh dari hasil survey mawas diri. Berdasarkan hasil
MMD I yang diadakan pada tanggal 8 Oktober 2018 di kantor Desa Dauh
Puri Klod Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat menunjukkan bahwa
dari 140 lansia hanya 106 orang yang dilakukan pengukuran tekanan darah,
didapatkan bahwa jumlah penderita hipertensi berjumlah 27 orang (25,5%).
Oleh karena itu, untuk mengurangi masalah tersebut, diperlukan sebuah
upaya preventif promosi kesehatan yang terjadi di masyarakat terkait dengan
penyakit hipertensi dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal di masyarakat.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengefektifan pemeliharaan kesehatan tentang penyakit hipertensi di
Keluarga Bpk. MN.
b. Tujuan Khusus
a. Keluarga Bpk. MN mampu mengetahui
pengertian hipertensi.
b. Keluarga Bpk. MN mampu mengetahui
klasifikasi hipertensi.
c. Keluarga Bpk. MN mampu memahami
penyebab/faktor risiko hipertensi.
d. Keluarga Bpk. MN mampu menyebutkan
tanda dan gejala hipertensi.
e. Keluarga Bpk. MN mampu mengetahui
komplikasi hipertensi.
f. Keluarga Bpk. MN mampu menjelaskan
penanganan hipertensi.
g. Keluarga Bpk. MN mampu menjelaskan
pencegahan hipertensi.
3. Rencana Kegiatan
a. Nama kegiatan
Penyuluhan tentang perilaku hidup sehat terkait penyakit hipertensi
b. Waktu dan tempat
Senin, 12 November 2018 pukul 17.00 Wita di rumah Bpk. MN
c. Sasaran
Keluarga Bpk. MN
d. Alat/media
1. Lembar balik
2. Leaflet
e. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan Hipertensi ini adalah
ceramah dan tanya jawab.
f. Susunan acara
1) Setting waktu
No. Waktu Kegiatan Pelaksana
1. Pukul 17.00 WITA 1. Pembukaan Moderator
a. Pembukaan moderator.
b. Penjelasan tujuan dan
mekanisme
penyuluhan.
c. Moderator
menyerahkan kepada
penyaji untuk memulai
acara penyuluhan
2. Pukul 17.05- 2. Penyampaian materi Penyaji
17.35 WITA penyuluhan

Pukul 17.35-17.45 3. Sesi diskusi dan tanya Moderator


WITA jawab
3. Pukul 17.45-18.00 4. Penutup Moderator
WITA 5. Pemberian leaflet Fasilitator

4. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan pendahuluan kegiatan sudah disiapkan sebelum kegiatan
dilaksanakan
b. Alat/media lengkap dan siap digunakan
c. Tempat dan waktu sesuai jadwal
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyuluhan hipertensi yang dilaksanakan
berjalan lancar.
b. Keluarga Bpk. MN dapat merespon pertanyaan dari
penyaji.
c. Keluarga Bpk. MN mengikuti kegiatan penyuluhan
dari awal hingga akhir acara.
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga Bpk. MN mengetahui pengertian hipertensi.
b. Keluarga Bpk. MN mengetahui klasifikasi hipertensi.
c. Keluarga Bpk. MN memahami penyebab/faktor risiko hipertensi.
d. Keluarga Bpk. MN menyebutkan tanda dan gejala hipertensi.
e. Keluarga Bpk. MN mengetahui komplikasi hipertensi.
f. Keluarga Bpk. MN menjelaskan penanganan hipertensi.
g. Keluarga Bpk. MN menjelaskan pencegahan hipertensi.

Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
PENYAKIT HIPERTENSI

A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya merupakan suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Vitahealth, 2006). Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes, 2013).

B. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Klasifikasi hipertensi sebagai berikut:
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 Atau 90-99
Derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada Orang Dewasa 18 Tahun ke Atas (JNC-VII 2003)

C. PENYEBAB / FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


Menurut Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi
dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol meliputi:
a) Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena pembuluh darah
kehilangan elastisitas atau kelenturan sehingga tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.
b) Riwayat keluarga atau keturunan
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi
sebesar empat kali lipat.
c) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan hal yang berpengaruh insiden terjadinya
hipertensi. Pria memiliki risiko lebih tinggi menderita hipertensi
dibandingkan wanita.
Faktor risiko yang dapat dikontrol meliputi:
a) Kebiasaan merokok
Nikotin dalam rokok dapat memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat sehingga tekanan
darah meningkat.
b) Konsumsi garam
Garam memiliki sifat menahan cairan, sehingga mengkonsumsi garam
berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Sebaiknya hindari pemakaian garam yang
berlebihan atau makanan yang diasinkan. Hal itu tidak berarti
menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Namun,
sebaiknya penggunaan garam dibatasi seperlunya saja. WHO
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari
(sama dengan 2400 mg Natrium).
c) Konsumsi alkohol
Orang yang mengonsumsi alkohol berlebihan umumnya mengalami
peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah yang berperan dalam menaikkan tekanan darah.
d) Obesitas
Makin besar massa tubuh, makin banyak suplai darah yang dibutuhkan
untuk distribusi oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh sehingga volume
darah dan tekanan darah meningkat.
e) Kurang beraktivitas fisik
Orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi dan otot jantung bekerja lebih
keras yang menimbulkan tekanan pada dinding arteri sehingga
meningkatkan tekanan darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada
umumnya cenderung mengalami kegemukan. Olahraga isotonic seperti
bersepeda, jogging, dan aerobic yang teratur dapat memerlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga jaga dapat
mengurangi atau mencegah obesitas, mengurangi asupan garam kedalam
tubuh.garam akan keluar dari tubuh bersama keringat, mengurangi depresi
dan kecemasan, memperbaiki adaptasi terhadap stres, memperbaiki
kualitas tidur, menaikkan mood, percaya diri, dan penampilan.
f) Stres
Stress juga diyakini berubungan dengan hipertensi, yang diduga melalui
aktifitas syaraf simpatis. Peningkatan aktifitas syaraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Stres dapat
mengakibatkan tekanan darah naik untuk sementara waktu, Jika stres telah
berlalu, maka tekanan darah akan kembali normal.

D. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI


Umumnya penderita hipertensi kurang menyadari akan gejala hipertensi oleh
karena gejala hipertensi menyerupai gejala pada penyakit lain. Gejala
hipertensi yang sering muncul yaitu sebagai berikut :

1. Sakit kepala 5. Mudah lelah


2. Mudah marah 6. Susah tidur
3. Telinga berdengung 7. Terasa sakit di tengkuk
4. Mata terasa berat atau 8. Tekanan darah lebih dari
pandangan kabur normal
(Tambayong, 2010)

Pada pemeriksaan fisik, tidak ada gejala yang khas pada penderita hipertensi.
Gejala hipertensi yang akan ditemukan saat pemeriksaan fisik yakni tekanan
darah yang tinggi, perubahan pada retina, penyempitan pembuluh darah dan
pada kasus berat dapat terjadi edema pupil. Bila terdapat gejala-gejala khas
sesuai dengan sistem organ yang tervaskularisasi maka gejala tersebut
menunjukkan adanya kerusakan vaskular (Smeltzer & Bare, 2011).

E. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang dapat menjadi penyebab
utama terjadinya gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal (Smeltzer & Bare,
2011). Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan terjadinya pembengkaan
pada jantung yang diakibatkan oleh beban kerja jantung yang meningkat
sehingga terjadi pembengkaan ventrikel kiri (Tambayong, 2010). Ketika
ventrikel tidak mampu mempertahankan curah jantung dan melampaui
hipertrofi kompensasi maka akan terjadi dilatasi dan payah jantung. Dilatasi
dan payah jantung dapat meningkatkan kebutuhan terhadap oksigen dan dapat
berisiko terkena infark miokard kemudian menimbulkan gagal jantung.
Penyempitan pembuluh darah akibat hipertensi dapat menyebabkan
berkurangnya suplai darah dan oksigen ke jaringan yang akan mengakibatkan
mikroinfark pada jaringan. Penyempitan arteri-arteri kecil dijaringan paling
berdampak pada jaringan otak dan ginjal. Sepertiga kematian akibat hipertensi
terjadi karena obstruksi dan rupturnya pembuluh darah otak. Disfungsi dan
gagal ginjal terjadi karena sklerosis progresif pada pembuluh darah ginjal
(Price & Wilson, 2006).

F. PENANGANAN HIPERTENSI
Prinsip penatalaksanaan hipertensi yaitu :
1. Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah
yang masih dapat ditoleransi penderita untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian Meningkatkan kemungkinan kualitas dan harapan hidup
penderita.
2. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali
seoptimal mungkin komplikasi yang sudah terjadi.

Pengobatan Hipertensi sebagai berikut :


1. Hipertensi Stadium I tanpa indikasi khusus (kondisi memaksakan seperti
gagal jantung, post IMA, resiko PJK, resiko penyakit ginjal, atau stroke
rekuren):
 Berikan diuretic tipe Thiazide
 Pertimbangkan penggunaan ACE Inhibitor, perintang reseptor
angiotensin (ARB), perintang beta adrenergic, perintang saluran
kalsium atau kombinasinya
2. Hipertensi Stadium II tanpa indikasi khusus (kondisi memaksakan seperti
gagal jantung, post IMA, resiko PJK, resiko penyakit ginjal, atau stroke
rekuren):
 Berikan kombinasi 2 obat pada sebagian besar pasien biasanya Thiazide
dan ACE inhibitor, ARB, BB atau CCB
3. Hipertensi dengan indikasi khusus
 Diberikan obat-obat hipertensi lainnya sesuai yang diperlukan Thiazide
dan ACE inhibitor, ARB, BB atau CCB

Selain pengobatan pada penderita hipertensi, diperlukan juga terapi khusus lain
seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi, terutama pada penderita
pasca stroke atau infark penting. Pengertian juga diberikan kepada keluarga
atau pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta
mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.

G. PENCEGAHAN HIPERTENSI
1. Penatalaksanaan Diet
Tujuan penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan
darah, mempertahankan tekanan darah menuju normal, dan membantu
menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh. Prinsip diet pada penderita
hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
b. Mengatur menu makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi
untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga
penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Kemenkes, RI (2011) menyebuutkan beberapa bahan makanan yang
dianjurkan bagi pasien hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Makanan yang diolah atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin
dan kaldu bubuk
b. Sumber protein hewani seperti ikan, ungags, daging putih, putih telur,
dan susu rendah lemak
Kemenkes, RI (2011) menyebutkan beberapa bahan makanan yang dibatasi
atau dihindari adalah sebagai berikut :
a) Batasi penggunaan garam dapur yang mengandung natrium, dengan
takaran tidak lebih dari ¼ - ½ sendok per hari.
b) Hindari konsumsi otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing, durian
dan tape
c) Hindari makanan yang diawetkan seperti dendeng, abon, ikan asin,
telur asin, sarden, selai kacang, acar dan manisan buah
d) Hindari bumbu-bumbu seperti, kecap asin, terasi, petis, saus, tauco,
bumbu penyedap

c. Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:


 Diet rendah garam I: untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk
tidak menambahkan garam dapur dalam makanan.
 Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang
(100-114 mmHg). Garam dianjurkan ¼ sendok teh garam dapur.
 Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan
(diastole kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok
teh.

Terapi herbal untuk hipertensi dapat menggunakan :


1. Buah buni 30 butir, air masak secukupnya
Cara membuat : buni dicuci sampai bersih dan dikunyah lalu ditelan,
minum air masak, lakukan 3 kali sehari.
2. Mentimun 2 buah, air masak ½
Cara membuat : semua bahan dicuci dan diparut atau diremas sampai
keluar airnya, kemudian diperas dan disaring lalu minum 2-3 kali sehari.
3. Kunyit ½ jari, madu 1 sendok makan
Cara membuat : semua bahan dicuci dan diparut kemudian diremas
dengan madu sampai keluar airnya, kemudian diperas dan disaring lalu
minum 2-3 kali sehari
4. Bawang putih 2 butir, air masak secukupnya
Cara membuat : bawang putih dikupas kulitnya lalu kunyah dan ditelan
minum air masak, lakukan 3 kali sehari
5. Daun meniran ½ genggam, air masak ½ gelas
Cara membuat : semua bahan dicuci dan ditumbuk sampai halus,
tambahkan air yang sudah dimasak ½ gelas masak, peras dan saring lalu
minum 2-3 kali sehari
6. Buah mengkudu yang sudah masak 2 buah
Cara membuat : semua bahan dicuci dan diparut atau diremas sampai
keluar airnya, kemudian diperas dan disaring lalu minum 2-3 kali sehari

2. Pengendalian Faktor Risiko


a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal.
Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki
berat badan lebih (overweight). Dengan demikian obesitas harus
dikendalikan dengan menurunkan berat badan.
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.
Nasihat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan.
Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat
memasak.
c. Menciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olahraga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 40-45 menit
sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran
dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol
tekanan darah.
e. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan
proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.
Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara yang benar-benar
efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, K., Twiggs, J., & Olin, B. R. (2015). Hypertension: The Silent Killer:
Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama pharmacy
Association.

Kemenkes, RI. (2011). Diet hipertensi. October 9, 2011.


http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-
Hipertensi.pdf

Kemenkes RI. (2013). Pusat data dan informasi hipertensi. Infodatin. October 9,
2013.http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf.

Price, S.A. & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2011). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 2. Edisi
8. Jakarta: EGC.

Tambayong, J. (2010). Patofisiologi keperawatan. Jakarta: ECG.

Vitahealth. (2006). Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai