Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan fisik pada Karsinoma Nasofaring

Pemeriksaan fisik:

1. Hidung
Pada pemeriksaan hidung dapat ditemukan obstruksi hidung, sekret bercampur darah,
dan epistaksis. Dapat dilakukan pemeriksaan rinoskopi posterior untuk mengetahui
adanya pertumbuhan massa.
Prosedur pemeriksaan rinoskopi posterior :
a. Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain spray 2%
b. Tunggu beberapa menit
c. Ambil kaca laring ukuran kecil
d. Masukkan/pasang kaca laring pada daerah ismus faucium arah keca ke kranial
e. Evaluasi bayangan-bayangan di rongga hidung posterior (nasofaring)
f. Lihat bayangan di nasofaring
 Fossa rossenmuller
 Torus tubarius
 Muara tuba auditiva eustachii
 Adenoid
 Konka superior
 Septum nasi posterior
 Choana
2. Nervus kranialis.
Apabila tumor menginvasi dasar tengkorak, hal tersebut dapat bermanifestasi pada
kelumpuhan nervus kranialis. Maka untuk mengetahui hal tersebut dapat dilakukan
pemeriksaaan nervus terutama pada nervus III, V, VI, dan XII.
3. Limfonodi di leher
Pada pemeriksaan limfonodi di leher dapat ditemukan pembengkakan yang tegas dan
tidak nyeri. Apabila pembengkakak ditemukan, kemungkinan ca nasofaring sudah
menyebar ke limfonodi.
4. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan yang adekuat terhadap tuba eustachius, pemeriksaaan timpanometri dan
audiometri atau pemeriksaan garputala perlu dilakukan pada pasien dengan Ca
masofaring untuk mengetahui apakah ca nasofaring juga menyebabkan gangguang
pada tuba eustachius. Karena tumor ini seringkali mengakibatkan malfungsi tuba
esutacius, sensasi telinga penuh, dan otitis media serous dan gangguan pendengaran
tipe konduktif.
5. Pemeriksaan pada nasofaring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pertumbuhan abnormal,
perdarahan dan tanda-tanda klinis lain.
a. Nasolaringoskopi tidak langsung
b. Nasolaringoskopi langsung
Menggunakan alat nasolaringoskop. Pada ca nasofaring akan tampak massa di
nasofaring, daerah tersering adalah di fossa rossenmuller.

Pemeriksaan penunjang

1. Biopsi
Apabila dari gejala dan pemeriksaan fisik mengarah ke Ca nasofaring, maka
diperlukan pemeriksaan biopsi untuk memastikan hal tersebut. Terdapat 2 macam
biopsi, yaitu:
a. Biopsi endoskopi
Jika diduga terdapat petumbuhan massa abnormal di nasofaring, maka dokter akan
mengambil sampel dari massa tersebut menggunakan instrumen kecil dab alat
fiber-optic. Kemudian sampel tersebut dikirimkan kepada dokter spesialis patologi
anatomi untuk dianalisis.
b. Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
FNAB biasa digunakan apanila terdapat pembengkakan di leher. Prosedur untuk
melakukan FNAB adalah dengan memasukkan jarum tipis ke area pembengkakan.
Jarum disatukan dengan spuit yang digunakan untuk mengaspirasi cairan yang
berisi sel dan sedkita bagian dari jaringan.
Kemmudian sampel tersebut dikirimkan kepada spesialis patologi anatomi untuk
dianalisis.
FNAB dapat menunjukkan apakah pembesaran limfonodi pada leher disebabkan
oleh respon infeksi, Metastase kanker dari tempat lain, atau kanker yang
bersumber dari limfonodi (limfoma). Jika kanker bersumber dari tempat lain,
FNAB tidak dapat mendeteksi asal kaker tersenut.

2. Imaging Test
a. Rontgen dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk megetahui apakah ca nasofaring sudah
metastasis sudah menyebar ke paru-paru.

b. CT-scan
CT-scan pada leher dan kepala dapat menujukkan informasi mengenai ukuran,
bentuk dan posisi tumor dan dapat menemukan pembesaran limfonodi yang
mungkin mengandung sel kanker. CT scan atau MRI penting untuk menemukan
kanker yang tumbuh di tulang atau tulang tengkorak, dimana tempat ini
merupakan tempat terserign dari ca nasofaring.
c. MRI
Seperti CT scan, MRI juga dapat menu njukkan secara detail gambaran jaringan
lunak di tubuh manusia. MRI dapat digunakan untuk melihat kanker yang tumbuh
di dekat nasofaring. MRI sedikit lebih baik daripada CT scan dalam
memperlihatan jaringan lunak di hidung dan ten ggorok, tetapi kurang bagus
dalam menunjukkan gambaran di tulang atu tulang tengkorak, tempat tersering
tumbuhnya ca nasofaring.

3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah tidak dilakukan untuk mendiagnosis ca nasfaring, tetapi utnuk
alasan lain misalnya untuk mengetahu apakah kanker sudah menyebar ke bagian
lain dalam tubuh.
b. Pemeriksaan darah rutin
Untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum, seperti masalah nutrisi,
anemia, fungsi hati dan ginjal.
c. Level DNA Epstein-Barr Virus (EBV)
Pemeriksaan ini untuk mengukur level DNA EBV dalam darah, yang dilakuka
sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan untuk mengetahui apakah pengobatan
berhasil atau tidak.
The american cancer society. 2018. Test for Nasopharyngeal Cancer. Amerika:
the american cancer society

Suzina SAH dan Hamzah M. 2003. Clinical Presentation of Patients with


Nasopharyngeal Carcinoma. Med J Malaysia: page 539-545

Susilo A, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai