Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Keratitis adalah kasus yang serius dan amat berpotensi menyebabkan


kehilangan penglihatan yang permanen, sikatrix pada kornea dan kekeruhan karena
kehilangan kejernihan setelah reaksi peradangan menghilang. Keratitis terjadi oleh
berbagai sebab tetapi sejauh ini penyebab yang sering adalah infeksi. Selain infeksi
bakteri, virus herpes simpleks juga penyebab tersering keratitis. Biasanya virus ini
datang tiba-tiba terkadang bersamaan dengan sexual transmitted disease, saat
terserang demam ataupun infeksi tenggorokan. Biasanya kasus yang disebabkan
virus ini terjadi karena ada riwayat kontak dengan virus ini pada waktu yang
terdahulu dan oleh karena itu virus ini bersifat dormant maka infeksi akan timbul
saat sistem imun seseorang terganggu.(Skuta at al, 2008)

Keratitis amat sering menyebabkan kebutaan maka diagnosa dan


penanganan yang tepat harus segera dilakukan. Terlambat mendiagnosa dan
memberikan penanganan akan berakibat buruk pada kasus ini. Keratitis tersebar
luas di belahan dunia karena bersifat emergensi dan berhubungan dengan aktifitas
sehari-ha(Kanski, JJ, 2005)

Skuta. Glaukoma. Section 10 Basic and Clinical Science Course. 2010-2011. San Fransisco.
American Academy Ophthalmology.

Kansky J.J, Clinical Ophthalmologym A Systemic Approach, fifth edition, Oxford, 2003, p.
193-269.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut
lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel
atau membran Bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis
parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Keratitis dikasifikasikan berdasarkan
lapisannya, penyebabnya, dan cara infeksinya.

Pada pasien ini didapatkan diagnosa OS keratitis. Hal tersebut ditegakkan dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status okuler serta pemeriksaan yang
menunjang penegakkan diagnosis untuk keratitis. Pada anamnesa pasien mengeluhkan mata
kiri pasien dirasakan ngganjal, merah, nrocos, silau, mata merah dan adanya blobok setelah
terkena gabah di penggilingan padi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya hiperemis,
sekret benng, dan injeksi pada konjungtiva, keruh pada kornea, serta adnaya hipopion pad
pemeriksaan camera oklui anterior mata kiri pasien.

Pemberian terapi bisa dilakukan dengan medikamentosa, dan non-medikamentosa.


Pada medikamentosa dapat digunakan pada kasus keratitis yaitu berdasarkan penyebabnya,
pada pasien dicurigai mengalami keratitis karena infeksi jamur karena etiologi pasien
terkena gabah padi dan pada pemeriksaan ditemukan tanda seperti hipopion. Terapi pada
keratitis ini dapat diberikan Fungicid eye drop 2 dd gtt 1 OS, dan untuk tambahan asien
diberikan Eye fresh plus 6 dd 1 OS untuk mengatasi mata merah akibat iritasi. Terapi non
medika mentosa yang dapat diberikan pada pasien yaitu berupa edukasi penggunaan
penutup mata untuk melindungi mata dari cahaya dan benda asing yang dapat mengotori
mata, menghindari mengucek mata, sebelum meneteskan obat, pastikan mencuci tangan
dengan sabun terlebih dahulu, dan menggunakan obat tetes sesuai prosedur ditambah
dengan saat sebelum tidur.

B. Saran
Pada pasien dengan keratitis curiga keratitis fungal, perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dari scrapping yang ditemukan untuk mengetahui
etiologi dari keratitis pad pasien dan agar apat diberikan terapi anti fungal yang teapt sesuai
dengan temuan laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai