PENDAHULUAN
Skuta. Glaukoma. Section 10 Basic and Clinical Science Course. 2010-2011. San Fransisco.
American Academy Ophthalmology.
Kansky J.J, Clinical Ophthalmologym A Systemic Approach, fifth edition, Oxford, 2003, p.
193-269.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut
lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel
atau membran Bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis
parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Keratitis dikasifikasikan berdasarkan
lapisannya, penyebabnya, dan cara infeksinya.
Pada pasien ini didapatkan diagnosa OS keratitis. Hal tersebut ditegakkan dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status okuler serta pemeriksaan yang
menunjang penegakkan diagnosis untuk keratitis. Pada anamnesa pasien mengeluhkan mata
kiri pasien dirasakan ngganjal, merah, nrocos, silau, mata merah dan adanya blobok setelah
terkena gabah di penggilingan padi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya hiperemis,
sekret benng, dan injeksi pada konjungtiva, keruh pada kornea, serta adnaya hipopion pad
pemeriksaan camera oklui anterior mata kiri pasien.
B. Saran
Pada pasien dengan keratitis curiga keratitis fungal, perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dari scrapping yang ditemukan untuk mengetahui
etiologi dari keratitis pad pasien dan agar apat diberikan terapi anti fungal yang teapt sesuai
dengan temuan laboratorium.