Oleh:
Wahyuni Sabila Hakiki (9102320012)
Andri Leloni (9102320002)
Nur Cholifah Rachmawati (9102320014)
Gaspar Anggra Abu (9102320016)
LAPORAN
Laporan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Dengan Kanker Nasofaring Post
Trakeostomi dan Kemoterapi Aktif
Surabaya,
Pembimbing Akademik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenananNya, saya dapat menyelesaikan laporan lengkap ini tentang asuhan
keperawatan palitif pada pasien dengan kanker nasofaring post trakeostomi dan
kemoterapi aktif.
Laporan lengkap ini bertujuan untuk memenuhi tugas profesi keperawatan paliatif
saya sebagai mahasiswa profesi di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, untuk
memperoleh gelar Ners. Laporan lengkap ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
beberapa pihak tertentu. Maka, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.dr B. Handoko Daeng., SP. KJ (K), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2. Made Indra Ayu A, S.Kep.,Ns., M.Kep sebagai dosen pembimbing
3. Ibu Kristina Pae, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik saya selama
saya menuntut ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya, yang telah membantu saya berkembang demi mencapai masa depan saya.
5. Keluarga saya yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan selalu
mendukung saya dalam doa dan juga selalu mendukung saya baik secara moral
maupun finansial selama penulisan laporan lengkap ini.
Saya sangat berharap laporan lengkap ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca. Saya menyadari bahwa laporan lengkap
ini jauh dari kata sempurna, maka peneliti memohon kritik dan saran yang membangun,
untuk perbaikan laporan lengkap ini agar menjadi lebih baik.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan Makalah..................................................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum..............................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
2.1 Definisi................................................................................................................3
2.2 Etiologi................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi........................................................................................................4
2.4 Web Of Caution..................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................................10
2.6 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan Medis.....................................................................................11
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Teori.................................................................12
2.8.1 Pengkajian.................................................................................................12
2.8.2 Analisa data...............................................................................................14
2.8.3 Diagnosa Keperawatan..............................................................................15
2.8.4 Intervensi Keperawatan.............................................................................17
BAB 3 TINJAUAN KASUS...........................................................................................24
3.1 Pengkajian Kasus..............................................................................................24
3.2 Analisa Data......................................................................................................38
3.3 Skoring Masalah Keperawatan.........................................................................40
3.4 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................44
3.5 Intervensi Keperawatan....................................................................................45
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.........................................................51
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................63
iv
4.1 Pengkajian.........................................................................................................63
4.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................64
4.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................65
4.4 Implementasi Keperawatan...............................................................................67
4.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................................68
BAB 5 PENUTUP...........................................................................................................70
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................70
5.2 Saran.................................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................71
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan urain diatas penulis memutuskan untuk membuat karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan keperawatan klien dengan Ca Nasofaring Post Trakeostomi dan
aktif kemoterapi”.
1.2 Tujuan Makalah
1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Nasofaring Post
Trakeostomi dan aktif kemoterapi dengan pendekatan proses keperawatan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Kemenkes (2018), kanker nasofaring adalah kanker yang muncul pada
daerah nasofaring (area diatas tenggorokan dan di belakang hidung), yang menunjukkan
bukti adanya diferensiasi skuamosa mikroskopik ringan atau ultrastruktur.
Kanker nasofaring adalah kanker yang muncul pada lapisan luar nasofaring, yaitu
bagian belakang hidung dan balik langit-langit rongga mulut (faring) (Mardah, 2016).
2.2 Etiologi
Menurut Susila (2014), penyebab dari kanker nasofaring adalah:
1. Makanan berpengawet
Adanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat memberikan
efek mutagenic bagi masyarakat
2. Genetik
Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma nasofaring meningkatkan risiko
penyakit.
3. EBV (Virus Epstein-Barr)
Virus umumnya ini biasanya menghasilkan tanda-tanda dan gejala ringan, seperti
pilek. Kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi mononucleosis. Virus Epstein-Barr
juga terkait dengan beberapa kanker langka, termasuk karsinoma nasofaring.
4. Merokok
Zat nikotin dan tar yang ada di rokok mengandung zat karsinogen yang memicu
terjadinya kanker.
5. Jenis kelamin
Karsinoma nasofaring lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
3
6. Ras
Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Asia dan Afrika Utara. Di
Amerika Serikat, imigran Asia memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker,
dibandingkan orang Asia kelahiran Amerika.
2.3 Patofisiologi
Kanker nasofaring merupakan munculnya keganasan berupa tumor yang berasal dari
sel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai
pada salah satu dinding nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar dan
jaringan sekitarnya. Lokasi yang paling sering menjadi awal terbentuknya karsinoma
nasofaring adalah pada fosa Rossenmuller. Penyebaran ke jaringan dan kelenjar limfa
sekitarnya kemudian terjadi perlahan, seperti layaknya metastasis lesi karsinoma
lainnya. Penyebaran kanker nasofaring dapat berupa penyebaran ke atas Tumor meluas
ke intrakranial menjalar sepanjang fosa medialis, disebut penjalaran Petrosfenoid,
biasanya melalui foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus, fosa kranii media
dan fosa kranii anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior (N. I dan N. VI).
Kumpulan gejala yang terjadi akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis
tumor ini disebut Sindrom Petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan
neuralgia trigeminal (parese N. II - N.VI). Penyebaran ke belakang Tumor meluas ke
belakang secara ekstrakranial menembus fascia faringobasilaris yaitu sepanjang fosa
posterior (termasuk di dalamnya foramen spinosum, foramen ovale dan sebagainya), di
mana di dalamnya terdapat N. IX dan XII; disebut penjalaran retroparotidian. Yang
terkena adalah grup posterior dari saraf otak yaitu N. VII dan N. XII beserta nervus
simpatikus servikalis. Kumpulan gejala akibat kerusakan pada N. IX dan N. XII disebut
Sindrom Retroparotidean/Sindrom Jugular Jackson. Nervus VII dan VIII jarang
mengalami gangguan akibat tumor karena letaknya yang tinggi dalam sistem anatomi
tubuh. Penyebaran ke kelenjar getah bening merupakan salah satu penyebab utama
sulitnya menghentikan proses metastasis suatu karsinoma. Pada karsinoma nasofaring,
penyebaran ke kelenjar getah bening sangat mudah terjadi akibat banyaknya stroma
kelenjar getah bening pada 12 lapisan submukosa nasofaring. Biasanya penyebaran ke
kelenjar getah bening diawali pada nodus limfatik yang terletak di lateral retrofaring
yaitu Nodus Rouvierre. Di dalam kelenjar ini sel tersebut tumbuh dan berkembang biak
4
sehingga kelenjar menjadi besar dan tampak sebagai benjolan pada leher bagian
samping. Benjolan ini dirasakan tanpa nyeri karenanya sering diabaikan oleh pasien.
Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai
otot di bawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada otot dan sulit digerakkan. Keadaan ini
merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Limfadenopati servikalis merupakan gejala
utama yang mendorong pasien datang ke dokter. 4. Metastasis jauh sel-sel kanker dapat
ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya
jauh dari nasofaring. Yang sering ialah tulang, hati dari paru. Hal ini merupakan
stadium akhir dan prognosis sangat buruk.
5
2.4 Web Of Cauti
Ikan yang Individu di Asia Meningkatkan Nikotin dan tar Banyak terjadi
diawetkan Tenggara, Timur, pada laki-laki HLA di dalam gen
EBV Antigen merupakan zat
Utara yang diturunkan
(Ig A class) karsinogen kegenerasi
selanjutnya
Pengawetan yang Gaya hidup :
tidak sempurna pada Banyak Memicu
Muncul tanda – merokok,
proses pengaraman mengonsumsi pertumbuhan
tanda EBV infeksion minuman
ikan asin sel abnormal
di sel neoplastik beralkohol, dan
lingkungan kerja
6
B1 B2 B3 B4 B5
Korteks
cerebri
Interpretasi
nyeri
MK : Nyeri
kronis
8
B6
1.1
Intake menurun
Energi menurun
Metabolisme anaerob
menurun
ATP menurun
ADP menurun
Kelemahan
Penurunan kekuatan
otot
MK : Gangguan
mobilitas fisik
9
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Susila (2018), tanda dan gejala dari kanker nasofaring adalah :
1. Masa pada leher (post nasal drip, discharge, perdarahan, obstruksi)
2. Hidung (post nasal drip, discharge, perdarahan, obstruksi)
3. Telinga (tinnitus, discharge, nyeri telinga, kurang pendengaran)
4. Nyeri kepala
5. Mata (diplopia, strabismus, kebutaan)
6. Facial numbness
7. Gangguan menelan/berbicara
8. Penurunan berat badan
9. Tanda fisik Pembengkakan limfe leher
10. Pembengkakan limfe bilateral
11. Pembengkakan limfe hingga ke fossa supraklavikula
12. Cranial nerve plasy
13. Dermatomiositis
10
Foto Thoraks
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya kelainan maka
dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
Bone Scan
Untuk melihat metastasis tulang
2. Patologis
Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi nasofaring BUKAN dari
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau biopsi insisional/eksisional kelenjar getah
bening leher. Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan tuntunan
rinoskopi posterior atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber.
3. Darah
Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
Alkali fosfatase, LDH
SGPT – SGOT
11
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obatobatan. Kemoterapi dapat
menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker dimanapun di dalam tubuh.
Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam lapisan
mulut dan sistem gastrointestinal, sumsung tulang serta kantung rambut.
3. Terapi kombinasi
Merupakan terapi kombinasi dari beberapa terapi. Seperti kombinasi antara kemo-
radioterapi dengan motomycin C dan 5- fluorouracil memberikan hasil yang cukup
memuaskan dan memperlihatkan hasil yang memberi harapan kesembuhan total pasien
karsinoma nasofaring
4. Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor
primer sudah dinyatakan bersih. Operasi tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif)
diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat operasi.
5. Trakeostomy
Pembedahan yang dilakukan pembuatan lubang pada trakea yang ada dileher
12
b. B2 blood
Nadi meningkat,hipervaskularisasi, terjadi imaturia, sianosis
c. B3 brain
Telinga terasa penuh, gangguan pendengaran, klien mengeluh nyeri pada leher, pola
tidur klien berubah
d. B4 bladder
Tidak ditemukan masalah pada sistem perkemihan
e. B5 bowel
Mual, muntah, kosntipasi, anoreksia, penurunan berat badan, otot menelan lemah,
saliva meningkat, klien sering menelan
f. B6 bone
Klien kekuatan otot menurun ,mengalami kelelahan, keterbatasan rentang gerak
13
2.8.2 Analisa data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds: Hambatan upaya napas Pola Napas Tidak Efektif
Klien mengatakan susah (D.0005)
bernapas
Do:
Penggunaan otot bantu
napas
Pernapasan cuping
hidung
Frekuensi napas
meningkat
Nadi meningkat
Ds: Infiltrasi tumor Nyeri Kronis
Klien mengeluh nyeri (D.0078)
Do:
Klien tampak meringis
Gelisah
Pola tidur klien berubah
Anoreksia
14
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Klien mengatakan
sering menelan
Do:
Saliva meningkat
Sianosis
Ds: Perubahan Gangguan Mobilitas
Klien mengatakan nyeri saat metabolisme Fisik
bergerak (D.0054)
Do:
Kekuatan otot menurun
Gerakan terbatas
Fisik lemah
Ds: Proses keganasan Resiko Perdarahan
Do: (D.0012)
Terdapat benjolan
dileher akibat kangker
Sianosis
15
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan dibuktikan dengan,
Klien mengeluh nafsu makan menurun, Berat badan menurun, Otot menelan lemah,
Mual, Muntah.
4) Nausea berhubungan dengan tumor terlokalisasi dibuktikan dengan Klien mengeluh
mual, Klien mengeluh tidak nafsu makan, Klien mengatakan sering menelan, Saliva
meningkat, Sianosis.
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan meningkatnya metabolisme
dibuktikan dengan Klien mengatakan nyeri saat bergerak, Kekuatan otot menurun,
Gerakan terbatas, Fisik lemah.
6) Resiko perdarahan behubungan dengan proses keganasan
7) Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan pendengaran
16
2.8.4 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Luaran Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Pola napas tidak Luaran Utama: Intervensi utama : Intervensi utama :
Pola Napas Manajemen jalan Manajemen jalan
efektif
(L.01044) napas (I.01011) Hal. napas (I.01011)
berhubungan Setelah dilakukan 186 Hal. 186
tindakan selama 1. Observasi
dengan
2x24 jam pola a) Monit Untuk mengetahui
hambatan upaya napas teratasi or pola napas perkembangan
dengan kriteria status kesehatan
napas (frekuensi,
hasil : pasien
dibuktikan 1. Dipsneu kedalaman, usaha
menurun napas) Untuk mengetahui
dengan Klien b) Monit
2. Penggunaan perkembangan
mengatakan otot bantu or bunyi napas status kesehatan
napas tambahan (mis. pasien dan
susah bernapas,
menurun Gurgling, mengi, mencegah
Penggunaan otot 3. Frekuensi komplkasi lanjutan
wheezing, ronkhi
napas
bantu napas, kering)
membaik (22- Untuk mengetahui
Pernapasan 34x/menit) c) Monit kesimetrisan
or sputum skspanis paru
cuping hidung,
( jumlah, warna,
Frekuensi napas aroma) Untuk mengetahui
2. Terapeutik perkembangan
meningkat, Nadi
status kesehatan
a) Pertah
meningkat. pasien dan
ankan kepatenan mencegah
jalan napas komplkasi lanjutan
dengan head-tilt
dan chin-lift Posisikan pasien
(jaw-thurst jija dengan Posisi semi
curiga trauma fowler untuk
mengurangi sesak
servikal) Untuk mengetahui
b) Posisi perkembangan
kan semi-Fowler status kesehatan
atau Fowler pasien dan
c) Berika mencegah
n minum hangat komplkasi lanjutan
d) Lakuk
Bronkodilator
an fisioterapi adalah sebuah
dada, jika perlu substansi yang dapat
e) Lakuk memperlebar luas
an penghisapan permukaan bronkus
lendir kurang dari dan bronkiolus pada
15 detik paru-paru, dan
membuat kapasitas
17
f) Lakuk serapan oksigen
an paru-paru
hiperoksigenasi meningkat.
mengoptimalkan
sebelum
keseimbangan
penghisapan cairan untuk
endotrakeal mencegah
g) Keluar komplikasi lanjutan
kan sumbatan
benda padat Posisikan pasien
dengan forsep dengan posisi semi
fowler
McGill
Untuk mengetahui
h) Berika perkembangan
n oksigen, jika status kesehatan
perlu pasien dan
3. Edukasi mencegah
a) Anjur komplkasi lanjutan
kan asupan cairan
2000ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
b) Ajarka
n teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
a) Kolab
orasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
18
tidur klien 3. Frekuensi nadi, faktor pemicu
pola napas, 3. Identifikasi faktor nyeri dapat
berubah,
tekanan darah, yang meningkatkan
Anoreksia. membaik memperberat dan kenyamanan
TD:120/80mmHg memperingan pasien
N : 60-100/mnt nyeri
RR : 16-20x/mnt Untuk
mengurangi rasa
nyeri sampai
pada tingkat
Terapeutik: yang dapat
4. Berikan teknik diterima pasien
nonfarmakologis Lingkungan bisa
untuk menjadi pemicu
mengurangi rasa meningkatnya
nyeri. derajat nyeri
Penjelasan
tentang nyeri
5. Kontrol
dapat
lingkungan yang
mengurangi
memperberat rasa
stress pada
nyeri (misalnya
pasien
suhu ruangan,
kebisingan)
Dengan
menjelaskan
Edukasi: strategi nyeri
6. Jelaskan dapat membantu
penyebab, menurunkan
periode dan kecemasan pada
pemicu nyeri klien
Dengan
memberikan obat
7. Jelaskan strategi analgesik dapat
meredakan nyeri mendukung
proses penurunan
Kolaborasi nyeri
8. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
analgesik
19
ketidakmampua nutrisi dapat teratasi b) Identifikasi
dengan kriteria alergi dan
n menelan
hasil: intoleransi Untuk mengetahui
dibuktikan 1. Porsi makan makanan adanya peningkatan
yang c) Identifikasi berat badan pasien
dengan, Klien
dihabiskan makanan yang
mengeluh nafsu yang disukai Untuk mengetahui
meningkat d) Identifikasi perilaku makan dan
makan
2. Serum kebutuhan kalori jumlah aktivitas
menurun, Berat albumin dan jenis nutrien fisik
meningkat e) Monitor asupan
badan menurun,
3. Verbalisasi makan Agar klien lebih
Otot menelan keinginan f) Monitor berat percaya diri
untuk badan Agar klien tahu
lemah, Mual,
meningkatkan g) Monitor hasil tentang situasi
Muntah. nutrisi pemeriksaan pemicu
meningkat laboratorium pengeluaran
4. Berat badan makanan
indeks masa
tubuh (IMT) 2. Terapeutik Untuk menjaga
membaik a) Lakukan oral asupan makanan
5. Frekuensi hygiene sebelum yang dibutuhkan
makan makan, jika tubuh
membaik perlu
6. Nafsu makan b) Fasilitasi Untuk mengatasi
membaik menentukan rasa tidak percaya
pedoman diet diri klien
(mis. Piramida
(L.03030) Hal 121 makanan) Untuk membantu
c) Sajikan makanan dalam proses
secara menarik penyembuhan
dan suhu yang
sesuai
d) Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
e) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
f) Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
g) Hentikan
pemberian
makan melalui
selang nasagatrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
20
3. Edukasi
a) Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
b) Ajarkan diet
yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(misalnya pereda
nyeri,
antlemetik) jika
perlu
b) Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrien
yang dibutuhkan,
jika perlu
21
penyebab mual tubuh
c) Berikan
makanan dalam Agar kebutuhan
jumlah kecil dan pasien yang
menarik]berikan dibutuhkan
makanan dingin, terpenuhi.
bening tidak
berbau
3. Edukasi
a) Anjurkan
istirahat dan
tidur yang cukup
b) Anjurkan
makanan tinggi
karbohidrat
c) Anjurkan non
formakologis
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi
pemberian
antiemetik
(I. 05178) Hal 176
5 Gangguan Luaran Utama: Intervensi Utama: Nyeri dapat
Mobilitas Fisik Dukungan ambulasi
mobilitas fisik mempengaruhi
Setelah dilakukan 1. Observasi
berhubungan tindakan selama a) Identifikasi ambulasi klien
2x24 jam mobilitas adanya nyeri
dengan
fisik dapat teratasi dan keluhan
meningkatnya dengan kriteria fisik lainnya Toleransi yang
hasil: b) Identifikasi
metabolisme dapat dilakukan
1 Penggerakan toleransi fisik
dibuktikan ekstermitas melkaukan klien dalam
meningkat ambulasi
dengan Klien melakukan ambulasi
2 Kekuatan otot 2. Terapeutik
mengatakan meningkat a) Fasilitasi
3 ROM aktivitas
nyeri saat Membantu klien
meningkat ambulasi
bergerak, 4 Nyeri dengan alat dalam proses
menurun bantu
Kekuatan otot ambulasi
5 Gerakan b) Fasilitasi
menurun, tervatas mobilitas fisik
menurun c) Libatkan
Gerakan Mobilitas fisik dapat
6 Kelemahan keluarga dalam
terbatas, Fisik fisik menurun membantu membantu klien
3. Edukasi
lemah. dalam bergerak
(L.05042) Hal 65 a) Jelaskan tujuan
dan prosedur perlahan
ambulasi
b) Anjurkan
22
ambulasi dini Keluarga dapat
c) Ajarkan
membantu klien
ambulasi
sederhana berlatih ambulasi
dini
(I. 06171) Hal 22
Tujuan ambulasi
agar klien dapat
meningkatkan
mobilitas fisik yang
ada
Ambulasi dimulai
dari yang ditoleransi
diri
Ambulasi sederhana
dapat membantu
klien dalam proses
awal melakukan
ambulasi
23
BAB 3
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn.K (L/P)
2. Umur : 53 th
3. Alamat : Sby
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Pendidikan :-
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Agama : Islam
8. Suku Bangsa : Jawa
9. Status Pasien : Rawat Jalan √
Rawat Inap
10. Status Rujukan : Dirujuk dari :
Datang sendiri :
11. Diagnosis Rujukan: Ca. Nasofaring
12. Data Keluarga Tinggal Satu Rumah:
No Nama Umur Gender Hub. Pendidika Pekerjaan Status
. (Inisial) (th) (L/P) dgn n Kesehatan
Pasien
th
1 Ny.B 48 P Istri SMA Wiraswasta
2 An.R 25th P Anak SMA Wiraswasta
3 An.Y 20 th L Anak SMA Wiraswasta
24
Keterangan
: Perempuan
:Laki- Laki
: Pasien
:Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Klien mengatakan mengeluh nyeri antar leher dan pipi
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada tanggal 26 april 2021 dilakukan kunjungan rumah
oleh puskesmas X, klien mengeluh nyeri antar leher dan pipi. Klien tampak
memegangi bagian tubuh yang sakit dan klien tampak meringis kesakitan. klien
mengatakan masih melakukan kemoterapi aktif. Klien mengatakan tidak nafsu
makan, berat badan saat ini 40 kg dan tinggi badan 160 cm. klien mengatakan nyeri
yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan sampai sekarang.
25
- klien terpasang trakeostomi di bagan leher dan klien mengatakan tidak
mengetahui dengan jelas perawatan trakeostomi
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Keluhan nyeri dada ◊ Ya √ Tidak
b. Suara Jantung √ Normal ◊ Tidak Normal Masalah Keperawatan
c. CRT √ < 3 dtk ◊ >3 dtk
d. Konjuctiva pucat √ Ya ◊ Tidak Tidak ada masalah
e. Tensi : 130/80 mmHg Nadi : 80x/mnt Suhu :36,5 C O Keperawatan
Lain-lain: …………………………
3. Sistem Persarafan
a. Kesadaran : Composmentis GCS (EVM): E:4, V:5, M:6
b. Pupil : √ Isokor ◊ Anisokor
Diameter : 3 /3 mm Reflek cahaya : + / + Masalah Keperawatan
c. Reflek fisiologi : √ Ada ◊ Tidak
d. Reflek patologi : ...................................................... Tidak ada masalah
e. Gangguan persepsi sensorik : ◊ Ya √ Tidak Keperawatan
Pusing : ◊ Ya √ Tidak
Kebutuhan tidur : 7 jam/hari
f. Lain-lain:
4. Sistem Perkemihan
a. Keluhan: ◊ Kencing menetes ◊ Inkontinensia ◊ Retensi
◊ Disuria ◊ Hematuria ◊ Anuria
b. Produksi Urine : 1000 ml/hari √Warna Kuning jernih
√Bau Amoniak
c. Intake cairan: √ Oral 1500 cc/hari Masalah Keperawatan
◊ Parenteral : …. cc/hari
Status balance cairan: Tidak ada masalah
keperawatan
d. Lain-lain:
5. Sistem Pencernaaan
a. Terpasang NGT : ◊Ya √ Tidak
Jumlah cairan keluar : Karakteristik :
b. Abdomen : ◊ Nyeri tekan ◊ Luka operasi ◊ Jejas ◊ Kolostomi
√ Supel ◊ Flet ◊ Distensi
c. Bising usus : 38 kali/menit
d. Keluhan: Mual √ Ya ◊Tidak Masalah Keperawatan
Muntah √Ya ◊ Tidak Jumlah :
Nyeri telan: √Ya ◊ Tidak Defisit nutrisi
e. Diare / konstipasi / melena :
Jumlah : 2x/minggu Karakteristik : Lembek
f. Kebiasaan BAB: 2 kali/minggu.
g. Jadwal makan : 3 Kali/hari.
h. Jenis makanan: nasi, sayur dan lauk
26
i. Porsi makan : bising usus hiperaktif, pasien mengatakan hanya makan 4 sendok
saja, karena terasa mual dan ingin muntah
◊ Habis √ Tidak
j. Lain-lain: klien mengatakan terkadang suka mual dan keluhan nafsu makan
menurun, berat badan klien sebelum sakit 60kg, berat badan sesudah sakit 40kg dan
TB 160cm, klien juga mengeluh pendengarannya berkurang sejak 1,5 bulan yang
lalu.
2. Kondisi emosional saat ini: marah / sedih / takut / stress /bingung / putus asa/
harga diri rendah (HDR) / gangguan body image / menarik diri / lain-lain
3. Pemahaman tentang penyakit & harapan hidup
A. Pasien : Sudah tahu : sejak kapan? 1 tahun yang lalu
Fase: denial / anger / bargaining / depresi / acceptance
Belum tahu ingin tahu / tidak mau tahu
Tanggapan pasien tentang penyakitnya dan masa depannya:
- Klien mengatakan mengeluh tidak percaya diri dan malu terhadap
penampilannya karena efek dari kemoterapi dan penyakit yang
dialaminya.
- Klien mengeluh rambut rontok
- Klien malu jika dijenguk oleh tetangga
- Klien terpasang trakeostomi sehingga membuat klien tidak dapat
B. Keluaga : dengan
berkomunikasi Sudah tahu
baik : sejak kapan? Sejak awal terdiagnosis
27
Tanggapan keluarga terhadap pasien:
Keluarga klien mengatakan ikhlas menerima cobaan yang diberi tuhan dan
akan tetap merawat suaminya
cobaan
Masalah Keperawatan
V. STATUS SOSIAL
1. Pekerjaan pasangan pasien:
PNS / Swasta / Wirausaha / buruh / petani / pensiunan / dagang / tidak bekerja
2. Yang dominan merawat pasien sehari-hari :
√ Pasangan Tetangga
√ Anak Perawat / tenaga kesehatan lain
Orang tua Anggota keluarga lain
Tidak ada yang merawat
3. Hubungan pasien dengan lingkungannya: baik / menarik diri / isolasi sosial /
kurang interaksi / lain-lain ..............................................................................
4. Hubungan pasien dengan keluarganya: harmonis / konflik / lain-lain
28
5. Bagaimana keadaan dan aktivitas pasien saat ini?
Masih mampu mengerjakan sendiri
√ Sebagian dengan bantuan orang lain
Dengan menggunakan alat bantu
Selalu tergantung orang lain
Hanya tiduran saja
Lain-lain (jelaskan!)
Klien mengatakan keluar dari pekerjaannya dan pengahasilan saat ini hanya ada di
istri dan anaknya
Masalah Keperawatan
3. Bagaimana upaya pasien dan keluarga dalam mencari fasilitas pelayanan kesehatan?
Apakah budaya yang dianut juga mempengaruhi perilaku ini? Apakah pasien berobat ke
alternatif / pengobatan tradisional / pemuka agama / dukun-orang pintar / dll?
Klien mengatakan selama sakit selalu berobat teratur dirumah sakit tidak pernah ke
tempat alternatif
4. Apakah budaya yang dianut pasien mempengaruhi gaya hidup pasien (terkait
kesehatan)? Jelaskan!
Pasien mengatakan selama ini selalu mengikuti anjuran dokter dalam metode
pengobatan
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
30
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG (bisa terlampir)
1. Laboratorium :
Hasil Nilai Normal
Hb 11,8 g/dL 12-14 g/dL
Eritrosit 4.55 10^⁶/ul 4,50-6,20 10^⁶/ul
Hematokrit 41,0 % 40,0-54,0 %
MCV 71,8 fL 81,0 – 96,0 f
MCH 27,6 pg 27,0 – 36 pg
MCHC 36,2 31,0 – 37,0 g/l
Lekosit 9,36 10^₃/ul 4,0 – 10,0 10^₃/ul
Neutrofil 6,19 10^₃/ul 1,50 - 7,00 10^₃/ul
Limfosit 24% 20 – 40 %
Monosit 0,24% 0,00 – 0,70 10^₃/ul
Elektrolit 135 mMol/L 132-147 mMol/l
2. Radiologi :
CT-scan didapatkan poliferasi jaringan pada fossa rosenmuller bagian kanan
3. Patologi anatomi :
X. DIAGNOSIS MEDIS
A. Utama : Ca Nasofaring
Stadium : Stadium II
Staging : T2 N0 M0
B. Paliatif
Nyeri : jenis : Nosiseptif somatic tulang
√ Nosiseptif somatic bukan tulang
Nosiseptif visceral
√ Deaferentasi : terus menerus / iontermitten
Sifat : Akut √ kronis
Derajat : ringan √ sedang berat
Penyebab: √ Akibat tumor
Akibat pengobatan tumor
Lain-lain
Keluhan selain nyeri : klien mengatakan rambut sering rontok yang sulit buang
air besar dengan frekuensi BAB hanya 2x dalam seminggu,
P (saat beraktivitas), Q (seperti ditusuk jarum), R(diantara leher dan pipi), S (6
dari skala 1-10), T (hilang timbul).
XI. TERAPI
31
1. Kemoterapi
2. Paracetamol
3.
4.
5.
32
BRIEF PAIN INVENTORY (BPI)
(Pengkajian Fokus Nyeri)
Apakah Saudara merasa nyeri sehubungan dengan penyakit Saudara derita sekarang?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Saat pertama kali diagnosa ditegakkan, apakah nyeri merupakan salah satu gejala?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Apakah Saudara dibedah satu bulan terakhir?
1. Ya
2. Tidak
Apakah Saudara mengalami nyeri (bukan nyeri biasa) satu minggu terakhir?
1. Ya
2. Tidak
DATA FOKUS
Riwayat nyeri : Ya Sejak : 1 tahun yang lalu
Tidak
Frekuensi : Terus menerus
Kadang-kadang dengan gerakan
Istirahat Lain-lain
Lokasi (arsirlah!)
33
Kualitas : √ tajam / sharp √ aching / sakit throbbing / berdenyut
pressure like / seperti ditekan gnawing / perih sekali
rasa tertarik / dragging rasa terjepit / squeezing
rasa seperti diremas nyeri kolik / coliky
pain burning / rasa terbakar stinging / sengatan listrik
seperti ditusuk / lancinating numb / matirasa / kaku
parestesi / kesemuatan
Skala nyeri
34
Operasi : belum pernah
Radioterapi : belum pernah
Kemoterapi : kemoterapi ke 3
Rehabilitasi : belum pernah
Komplemen tx : belum pernah
Alternatif : belum pernah
Isilah No. 1 s/d 4 dengan melengkapi satu angka antara 0 = 10
1. Derajat nyeri paling berat dalam satu minggu terakhir : pasien mengatakan nyeri
skala 7 untuk 5 hari yang lalu
2. Derajat nyeri paling ringan dalam satu minggu terakhir: Pasien mengatakan
nyerinya berkurang drastis dengan skala 3 pada 3 hari yang lalu
3. Derajat nyeri rata-rata sehari : pasien mengatakan skala 5 dalam sehari
4. Derajat nyeri saat ini: pasien mengatakan untuk saat ini nyeri skala 6
Lingkari nomor yang sesuai dengan keadaan penderita
5. Nyeri membaik karena:
1. Terapi panas
2. Obat
3. Istirahat
4. Lain-lain (sebutkan)
6. Nyeri menghebat bila:
1. Berjalan
2. Berdiri
3. Mengangkat
4. Lain-lain (sebutkan) sedang beraktifitas
7. Pengobatan / tindakan medik yang sedang Saudara terima untuk mengatasi nyeri:
Menggunakan obat nyeri saja
8. Pengobatan / tindakan medik yang Saudara terima pada minggu terakhir, dapat
memberikan perbaikan seberapa jauh?
0% 10% 20% 30% 40% 60% 70% 80% 90%
100%
Tanpa perbaikan baik sempurna
35
9. Setelah minum obat penghilang nyeri, beberapa jam kemudian timbul kembali?
1. Obat-obatan tidak menolong sama sekali
2. Satu jam
3. Dua jam
4. Tiga jam
5. Empat jam
6. Lima dari 12 jam
7. Lebih dari 12 jam
8. Saya tidak minum obat
10. Saya yakin nyeri saya karena
1. Akibat pengobatan
2. Penyakit utama
3. Kondisi medik lain yang tidak berhubungan dengan penyakit utama
11. Sifat Nyeri : (Jawablah Ya = 1 atau Tidak = 2 untuk tiap-tiap pertanyaan)
- Cekot-cekot : Ya............-Tajam : Ya...........................-Menembus : Ya
- Berdenyut : Tidak ......-Nyeri tekan:Tidak -Menjengkelkan: Tidak
- Menyentak : Tidak.......-Membakar : Tidak -Rasatebal: Tidak
- Menusuk : Ya............-Menguras tenaga : Tidak -Tidak karuan: Ya
- Menggigit : Tidak ......-Membosankan: Tidak..........-Taktertahankan: Ya
12. Nyeri mempengaruhi diri Saudara dalam satu minggu terakhir:
(0 = tidak berpengaruh………………………………………10 = mempengaruhi
total)
A. Aktivitas rutin 0
B. Perasaan 10
C. Berjalan 5
D. Pekerjaan Sehari-hari 8
E. Hubungan dengan masyarakat 6
F. Tidur 7
G. Kenikmatan 7
36
Surabaya, 26 April 2021
Perawat,
(Perawat)
37
3.2 Analisa Data
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1. Ds: Pertumbuhan sel Nyeri Kronis
- klien mengatakan nyeri abnormal (D. 0076)
diantara pipi dan leher Hal. 176
- Klien mengatakan masih bisa Menekan syaraf sekitar
beraktifitas terkadang juga
meminta bantuan kepada Melepaskan mediator
anak jika merasa nyeri pada nyeri (histamin,
bagian pipi dan leher bradikinin,
- Klien mengeluh sulit tidur prostaglandin)
38
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
-Porsi makan tidak habis
-Klien mengeluh mual dan muntah
-Klien sulit menelan
-klien tampak pucat dan lemas
-Bising usus 38x/mnt
-BB: 40 kg
-TB: 160 cm
-Albumin 3,2
-IMT : 16,26
Do:
- Klien terpasang trakeostomi
sehingga membuat klien
tidak dapat berkomunikasi
dengan baik
- Klien berbicara terbuka tapi
terputus putus
- Pasien tampak sedih
- Menarik diri
39
3.3 Skoring Masalah Keperawatan
SKORING MASALAH KEPERAWATAN I: Nyeri Kronis
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai
Max) x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1
Skala :
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah 2 1
dapat diubah. 1
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1
Tdk dapat 0
4. Menonjolnya masalah. 2 1 1
Skala :
Masalah berat harus
segera di tangani 2
Ada masalah tapi tidak
perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan
0
JUMLAH SKOR: 9 4
40
SKORING MASALAH KEPERAWATAN II: Defisit Nutrisi
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai
Max) x Bobot
5. Sifat masalah. 3 1 =1
Skala :
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
6. Kemungkinan masalah 2 =2
dapat diubah. 2
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1
Tdk dapat 0
7. Potensial masalah untuk 2 1 1,2
dicegah.
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
41
SKORING MASALAH KEPERAWATAN III: Harga Diri Rendah Situasional
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai
Max) x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1
Skala :
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah 1 2 1
dapat diubah.
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1
Tdk dapat 0
4. Menonjolnya masalah. 1 1 1
Skala :
Masalah berat harus
segera di tangani 2
Ada masalah tapi tidak
perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan
0
42
SKORING MASALAH KEPERAWATAN III: Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai
Max) x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1
Skala :
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah 1 2 1
dapat diubah.
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1
Tdk dapat 0
4. Menonjolnya masalah. 2 1 1
Skala :
Masalah berat harus
segera di tangani 2
Ada masalah tapi tidak
perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan
0
43
3.4 Diagnosa Keperawatan
III Bersihan jalan nafas b/d adanya jalan nafas buatan dibuktikan dengan
sputum encer berwarna putih pekat, suara nafas ronchi, RR 20x/menit,
nadi 80x/menit, TD 130/80 mmhg
IV Harga diri rendah situasional b/d perubahan citra tubuh dibuktikan
dengan klien mengatakan mengeluh tidak percaya diri dan malu
terhadap penampilannya karena efek dari kemoterapi dan penyakit yang
dialaminya, klien mengeluh rambut rontok, klien mengatakan malu jika
dijenguk oleh tetangga, klien terpasang trakeostomi sehingga membuat
klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, klien berbicara terbuka
tapi terputus putus, pasien tampak sedih, menarik diri.
44
3.5 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
1 Deficit nutrisi b/d ketidak Setelah dilakukan Status Nutrisi Managemen nutrisi 1. Dengan mengetahui
mampuan menelan tindakan (L.03030, hal. 121) (1.03199, hal. 200) status gizi dapat
dibuktikan dengan klien keperawatan - Nafsu makan Observasi menentukan jenis
mengatakan nafsu makan selama 2x membaik (Porsi 1. Identifikasi status gizi makanan apa yang
menurun, klien mengatakan pertemuan status makan yang 2. Identifikasi makanan akan diberikan
bb sebelum sakit 60 kg nutrisi dapat dihabiskan) yang disukai kepada pasien
setelah sakit turun jadi 40 teratasi - Bising usus 3. Identifikasi perlunya 2. Dengan memberikan
kg, klien mengatakan hanya membaik penggunaan selang makanan yang
makan beberapa sendok - Berat badan NGT disukai diharapkan
saja, karena terasa mual dan membaik 4. Monitor asupan nafsu makan
ingin muntah, klien - Indeks massa makanan meningkat.
mengatakan rambut sering tubuh membaik Terapeutik 3. Membantu
rontok, klien mengatakan - Rambut rontok 5. Timbang berat badan memasukan nutrisi
sulit menela, porsi makan menurun secara periodic yang adekuat
tidak habis, klien mengeluh 6. berikan makanan secara 4. Untuk mengetahui
mual dan muntah, klien sulit menarik asupan nutrisi yang
menelan, klien tampak pucat 7. Berikan makanan tingi dikonsumsi pasien.
dan lemas, bising usus kalori tinggi protein 5. memantau apabila
38x/mnt, bb: 40 kg, tb: 160 Kolaborasi terjadi penurunan
cm, albumin 3,2, imt : 16,26 8. Kolaboraasi dengan ahli berat badan secara
gizi untuk menentukan drastis
kalori 6. Makanan yang
menarik dapat
membuat pasien
untuk makan
7. Dengan makanan
tinggi kalori tinggi
45
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
protein dihrapkan
nutriso pasien akan
meningkat
8. Untuk memperbaiki
status nutrisi
2 Nyeri kronis b/d infiltrasi Setelah dilakukan Tingkat nyeri Intervensi utama 1. Mempengaruhi
tumor dibuktikan dengan tindakan (L.08066, hal. 145)
Management Nyeri pilihan/pengawasan
klien mengatakan nyeri keperawatan - Keluhan nyeri
diantara pipi dan leher, klien selama 2x menurun 1.08238 hal. 201 keefektifan
mengatakan masih bisa pertemuan tingkat - Kesulitan tidur
Observasi penanganan
beraktifitas terkadang juga nyeri dapat teratasi menurun
meminta bantuan kepada - Skala nyeri 1. Identifikasi lokasi, 2. Untuk mengetahui
anak jika merasa nyeri pada menurun 0-5
karakteristik, durasi, keefektifan
bagian pipi dan leher, klien - Kemampuan
mengeluh sulit tidur, nyeri menuntaskan frekuensi, kualitas dan penanganan
menghambat bila sedang aktivitas
intensitas nyeri 3. Teknik relaksasi
beraktifitas, nyeri dapat meningkat
membaik dengan obat dan 2. Identifikasi skala nyeri nonfarmakologis
istirahat, nyeri derajat
Terapeutik dapat dilakukan klien
sedang, terdapat nyeri tekan
diantara pipi dan leher, klien 3. Berikan teknik secara mandiri dan
tampak memegangi bagian
nonfarmakologis untuk membantu
tubuh yang sakit, klien
tampak meringis kesakitan, mengurangi rasa nyeri meningkatkan
p: saat beraktivitas, q: tajam,
dengan relaksasi otot koping klien
r: diantara pipi dan leher, s:
6 dari skala 1-10, t: hilang progresif terhadap nyeri
timbul, td : 130/80 mmhg,
4. Kontrol lingkungan yang 4. Mengurangi
46
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
n : 80x/mnt, rr: 20 x/mnt memperberat rasa nyeri ketidaknyamanan
(mis. Suhu ruangan, klien
pencahayaan, kebisingan) 5. Istirahat dan tidur
5. Fasilitasi istirahat dan membantu kontraksi
tidur dan relakasi otot
Edukasi berirama sehingga
6. Jelaskan penyebab, mengurangi
periode dan pemicu sensitivitas terhadap
nyeri. nyeri
Kolaborasi 6. Meningkat
7. Kolaborasi dalam pengetahuan klien
pemberian analgetik, jika dan mengurangi
perlu kecemasan
7. Analgetik berperan
untuk mengurangi
rasa nyeri.
3 Bersihan jalan nafas b/d Setelah dilakukan Bersihan jalan Perawatan Trakeostomi 1. Untuk mengetahui
adanya jalan nafas buatan tindakan nafas (L.01001, hal. (1.01023, hal. 351) keadaan trakeostomi
47
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
dibuktikan dengan sputum keperawatan 18) Observasi dan secret yanga da
encer berwarna putih pekat, selama 2 x 1. Produksi sputum 1. Monitor adanya dijalan nafas buatan
suara nafas ronchi, RR pertemuan menurun sekresi,balutan yang tersebut
20x/menit, nadi 80x/menit, diharapkan tidak 2. Ronchi menurun kotor, lembab, atau tanda 2. Untuk mengetahui
TD 130/80 mmhg terjadi bersihan 3. Frekuensi nafas dan gejala sumbatan adanya infeksi atau
jalan nafas tidak (16-20x/menit) jalan nafas yang tidak
efektif membutuhkan 3. Membuka jalan nafas
pengisapan 4. Karna tindakan yang
2. Monitor tanda-tanda dilakukan steril
peradangan, infeksi dan 5. Mencegah terjadinya
edema atau sekresi warna sumbatan jalan nafas
pada stoma oleh adanya secret
Terapeutik 6. Dilakukanya
3. Posisikan semifowler penggantian balutan
4. Pasang sarung tangan agar tidak terjadi
steril, gaun, dan infeksi
pelindung mata 7. Agar keluarga dan
5. Lakukan pengisapan pasien bisa
trakeostomi sesuai melakukan perawatan
indikasi mandiri dirumah
6. Lepaskan balutan kotor, 8. Agar pasien dan
lepas sarung tangan, cuci keluarga mengetahu
tangan tanda-tanda infeksi
7. Siapkan set ganti balutan pada stoma
steril
8. Pasang sarung tangan
steril
9. Lepas selang oksigen jika
48
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
ada
10. Lepaskan kanula bagian
depan menggunakan
tangan nondominan
11. Bersihkan stoma dan
kulit sekitar dengan kassa
dan atau kapas lidi
12. Keringkan kulit sekitar
stoma dengan kassa
13. Lepaskan ikatan
trakeostomi yang kotor
14. Pasang balutan steril dan
ikatan pada trakeostomi
Edukasi
15. Jelaskan prosedur
tindakan
16. Ajarkan tanda-tanda yang
perlu di laporkan (mis.
Panas, nyeri, pus,
bengkak dan kemerahan
pada stoma)
4 Harga diri rendah Setelah dilakukan Harga diri Promosi koping (1. 09312, 1. Dengan
situasional b/d perubahan tindakan (L.09069, hal 30) hal. 375) mengidentifikasi
citra tubuh dibuktikan keperawatan 1. Px tidak merasa Observasi pemahan dapat
dengan klien mengatakan selama 2x pertemua malu dengan 1. Identifikasi pemahaman mengetahui
mengeluh tidak percaya diri diharapkan harga apa yang proses penyakit pemahaman pasien
dan malu terhadap diri rendah dialami saat ini 2. Identifikasi dampak tentang penyakit
penampilannya karena efek situasional 2. Px mau situasi terhadap peran yang mngkin
49
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
dari kemoterapi dan membaik berinteraksi dan hubungan menjadi pemicu
penyakit yang dialaminya, dengan 3. Identifikasi kebutuhan terhadap
klien mengeluh rambut lingkungan dan keinginan terhadap keadaannya saat ini
rontok, klien mengatakan dukungan sosial 2. Untuk mengetahu
malu jika dijenguk oleh 4. Gunakan pendekatan sejauh mana prilaku
tetangga, klien terpasang yang tenang dan pasien
trakeostomi sehingga menyakinkan mempengaruhi
membuat klien tidak dapat 5. Fasilitasi dalam peran dan hubungan
berkomunikasi dengan baik, memperoleh informasi 3. Untuk mengetahui
klien berbicara terbuka tapi tentang penyakit yang dukungan yang
terputus putus, pasien dialami dibutuhkan pasien
tampak sedih, menarik diri. 6. Motivasi untuk 4. Agar pasien terbuka
menentukan harapan dan kooperatif
yang realistis 5. Agar pasien tidak
7. Damping saat berduka salah perrsepsi
8. Anjurkan menjalin dengan penyakit
hubungan yang memiliki yang dialami
kepentingan dan tujuan 6. Agar pasien bisa
yang sama menentukan
9. Ajurkan penggunaan harapannya dimasa
sumber spiritual depan
10. Latih penggunaan teknik 7. Agar pasien merasa
relaksasi ada yang peduli
8. Agar pasien merasa
memiliki teman
dengan perasaan
yang sama tapi tetap
memiliki harapan.
50
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
9. Memberikan pasien
ketenangan
10. Memberikan
ketenangan
51
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Implementasi dan Evaluasi II
52
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
cara:
-Menjelaskan diit dengan ca adalah makanan
tinggi protein
-Mengganti kehilangan protein terutama albumin
-Makan sayur hijau agar HB normal kembali
-Menjaga nutrisi agar luka nya juga lekas
membaik
Respon:
Tn. K mendengarkan apa yang dijelaskan
perawat
10.30
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan
nutrisi Tn.K
Respon:
Tn. K lebih banyak makan makanan hijau dandan
juga makanan tinggi protein
2 Nyeri Kronis 09.00 1. Mengukur skala nyeri pasien dengan 12.00 S:
menggunakan PQRST Klien mengatakan
P : Ca nyeri menurun skala
Q : ditusuk tusuk menjadi 4
R : leher Klien mengatakan
S:4 saat nyeri sudah
T : terus menerus menurun
53
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
Respon : Klien mengatakan
Tn. K mengatakan nyeri sudah bisa tidur lagi
54
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
bising, dan tidak banyak pengunjung
Respon :
Tn. K mengatakan rumah klien dalam keadaan
tenang
55
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
tangan, cuci tangan - warna sputum
- Siapkan set ganti balutan steril kuning jernih
- Pasang sarung tangan steril - konsistensi kental
- Lepas selang oksigen jika ada - RR 20 x / menit
- Lepaskan kanula bagian depan A: Masalah teratasi
menggunakan tangan nondominan sebagian
- Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan I: intervensi dilanjutkan
kassa dan atau kapas lidi
- Keringkan kulit sekitar stoma dengan
kassa
- Lepaskan ikatan trakeostomi yang kotor
- Pasang balutan steril dan ikatan pada
trakeostomi
Respon:
Tn K mengatakan lebih lega jika dilakukan
suction, Sputum banyak, Ronchi+, warna sputum
kuning jernih konsistensi kental, RR 20 x / menit
56
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
Tn K kooperatif Tn K mengatakan yakin
08.10 2. Memberi kesempatan Tn K untuk bertanya sembuh
Respon: Tn K tidak mau
Tn K mengatakan sudah jelas dengan penjelasan melakukan aktivitas
perawat bermasyarakat lagi
08.15 3. Memotivasi untuk menentukan harapan yang O:
realistis - Klien tampak
Respon: menarik diri dari
Tn K mengatakan yakin sembuh lingkungan
08.30 4. Menganjurkan klien untu bersilaturahmi - Klien tidak mau
dengan kerabat, saudara atau tetangga mengikuti acara
Respon: keagaan setelah
Tn K tidak mau melakukan aktivitas sakit
bermasyarakat lagi - Klien terlihat malu
09.00 5. Mengajurkan klien untuk beribadah atau berinteraksi dengan
mengikuti kegiatan keagamaan orang lain
Tn K mengatakan tidak pernah mengikuti A: masalah belum
kegiatan keagamaan teratasi
09.04 6. Melatih teknik napas dalam P: intervensi
Respon: dilanjutkan
Tn K kooperatif
57
Implementasi dan Evaluasi II
58
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
tinggi protein teratasi teratasi
-Mengganti kehilangan protein terutama albumin P : lanjutkan intervensi
-Makan sayur hijau agar HB normal kembali
-Menjaga nutrisi agar luka nya juga lekas
membaik
Respon:
Tn. K mendengarkan apa yang dijelaskan
perawat
59
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
O:
09.05 8. Mengajarkan tarik napas dalam dengan - Klien kooperatif
langkah sebagai berikut : - Pasien tidak
- Posisikan tubuh yang nya-man meringis kesakitan
- Kaki tidak boleh dis-ilangkan
- Tarik nafas dalam dari hidung dan A : Masalah teratasi
mengisi paru – paru dengan udara : Intervensi dilanjurtkan
melalui hitungan 1,2,3
- Perlahan-lahan hembuskan melalui mulut
sambil me-rasakan ekstremitas atas dan
bawah rileks
- Anjurkan bernafas dengan irama normal
3 kali
- Menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembus-kan melalui mulut secara
perlahan – lahan.
- Telapak tangan dan kaki rileks
- Usahakan agar tetap kon-sentrasi
- Anjurkan mengulangi prosedur hingga
nyeri yang dirasakan berkurang
Respon :
Tn. K kooperatif dan bersedia melakukan teknik
nafas dalam
60
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
tenang
61
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
- Lepas selang oksigen jika ada - RR 20 x / menit
- Lepaskan kanula bagian depan A: Masalah teratasi
menggunakan tangan nondominan sebagian
- Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan I: intervensi dilanjutkan
kassa dan atau kapas lidi
- Keringkan kulit sekitar stoma dengan
kassa
- Lepaskan ikatan trakeostomi yang kotor
- Pasang balutan steril dan ikatan pada
trakeostomi
Respon:
Tn K mengatakan lebih lega jika dilakukan
suction, Sputum berkurang, Ronchi-, warna
sputum kuning jernih konsistensi kental, RR 20
x / menit
10.30
4. Menjelaskan tanda infeksi kepada Tn. K yaitu
tanda-tanda yang perlu di laporkan (mis.
Panas, nyeri, pus, bengkak dan kemerahan
pada stoma)
Respon :
Tn. K mengerti penjelasan perawat
4 Harga diri rendah situasional 08.00 7. Membina hubungan saling percaya dengan 11.00 S:
menanyakan kabar klien dan Tn K mengatakan sudah
memperkenalkan diri jelas dengan penjelasan
Respon: perawat
Tn K kooperatif Tn K mengatakan yakin
08.10 8. Memberi kesempatan Tn K untuk bertanya sembuh
62
No MASALAH KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI (SOAP)
(JAM) (JAM)
Respon: Tn K mau mencoba
Tn K mengatakan sudah jelas dengan penjelasan melakukan aktivitas
perawat bermasyarakat lagi
O:
9. Memotivasi untuk menentukan harapan yang - Klien tampak tidak
08.15 realistis menarik diri
Respon: - Klien sudah tidak
Tn K mengatakan yakin sembuh malu berinteraksi
dengan orang lain
08.30 10. Menganjurkan klien untu bersilaturahmi A: masalah teratasi
dengan kerabat, saudara atau tetangga sebagian
Respon: P: intervensi
Tn K mau melakukan aktivitas bermasyarakat dilanjutkan
lagi
63
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Berdasarkan data saat wawancara ditemukan data klien mengatakan nyeri diantara pipi
dan leher, klien mengatakan masih bisa beraktifitas terkadang juga meminta bantuan kepada
anak jika merasa nyeri pada bagian pipi dan leher, dan klien mengeluh sulit tidur. Didapatkan
masalah keperawatan pada saat pengkajian yaitu nyeri kronis. Menurut pendapat penulis
penderita kanker nasofaring menimbulkan rasa nyeri diakibatkan pertumbuhan sel kanker
menyebar atau metastase di organ yang lainnya. Menurut Fadilah, Astuti, & Santy, (2016)
mengatakan bahwa sel kanker dapat menyerang dan merusak jaringan sekitar yang akan
menimbulkan rasa yang tidak nyaman yaitu timbulnya nyeri. Nyeri yang ditimbulkan pada
penderita kanker juga akibat dari terapi, prosedur kemoterapi, dan radioterapi.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan masalah keperawatan defisit nutrisi, dan
ditemukan data klien mengatakan nafsu makan menurun, klien mengatakan BB sebelum sakit
60 kg setelah sakit turun jadi 40 kg, klien mengatakan hanya makan beberapa sendok saja,
karena terasa mual dan ingin muntah, klien mengatakan rambut sering rontok, klien
mengatakan sulit menelan. Menurut pendapat penulis timbulnya nyeri juga mempengaruhi
adanya perubahan pada nutrisi pada penderita kanker. Menurut Hariani, (2012) mengatakan
bahwa perubahan status nutrisi pada penderita kanker disebabkan oleh efek samping terapi,
atau proses penyakitnya sendiri sehingga asupan nutrisi tidak adekuat. Pemberian nutrisi yang
baik dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup pada penderita kanker.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan masalah keperawatan harga dir rendah
situasional dan ditemukan data klien mengatakan mengeluh tidak percaya diri dan malu
terhadap penampilannya karena efek dari kemoterapi dan penyakit yang dialaminya, klien
mengeluh rambut rontok, dan klien mengatakan malu jika dijenguk oleh tetangga. Menurut
penulis berpendapat efek yang ditimbulkan dari pengobatan pada penderita kanker nasofaring
yaitu timbulnya mual, muntah, dan rontoknya rambut penderita. Menurut Faisel, (2012)
mengatakan bahwa alopesia terjadi karena obat-obat kemoterapi menekan proses mitosis
matriks rambut yang mengakibatkan pertumbuhan rambut terganggu dan menghasilkan
rambut yang tipis, rapuh, dan mudah putus.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan masalah keperawatan bersihan jalan nafas dan
ditemukan data saat pengkajian sputum encer berwarna putih pekat, suara nafas ronchi,
terdapat benjolan pada leher. Menurut penulis berpendapat tanda gejala yang ditemukan pada
64
kanker nasofaring yang terbanyak yaitu adanya benjolan pada leher. Menurut mengatakan
bahwa penyebaran sel kanker pada kelenjar getah benning pada leher, sehingga kelenjar akan
tampak membesar. Kelenjar getah bening merupakan kelenjar atau organ dengan sekumpulan
sel sistem kekebalan tubuh yang juga terdapat di seluruh tubuh.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Klien mengatakan nafsu makan menurun, klien mengatakan bb sebelum sakit 60 kg
setelah sakit turun jadi 40 kg, klien mengatakan hanya makan beberapa sendok saja, karena
terasa mual dan ingin muntah, klien mengatakan rambut sering rontok, klien mengatakan sulit
menela, porsi makan tidak habis, klien mengeluh mual dan muntah, klien sulit menelan, klien
tampak pucat dan lemas, bising usus 38x/mnt, bb: 40 kg, tb: 160 cm, albumin 3,2, imt :
16,26. Penulis berpendapat bahwa tanda dan gejala yang diungkapkan oleh klien sudah cukup
untuk mengangkat masalah keperawatan defisit nutrisi. Menurut PPNI (2017) dalam Standar
Diagnosa Keperawatan menyebutkan gejala mayor objektif pada diagnosa defisit nutrisi
adalah berat badan minimal 10%. Ini sesuai dengan penelitian Anita (2017) yang mengatakan
bahwa masalah defisit nutrisi terjadi merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi
pada pasien kanker.
Klien mengatakan nyeri diantara pipi dan leher, klien mengatakan masih bisa beraktifitas
terkadang juga meminta bantuan kepada anak jika merasa nyeri pada bagian pipi dan leher,
klien mengeluh sulit tidur, nyeri menghambat bila sedang beraktifitas, nyeri dapat membaik
dengan obat dan istirahat, nyeri derajat sedang, terdapat nyeri tekan diantara pipi dan leher,
klien tampak memegangi bagian tubuh yang sakit, klien tampak meringis kesakitan, p: saat
beraktivitas, q: tajam, r: diantara pipi dan leher, s: 6 dari skala 1-10, t: hilang timbul, td :
130/80 mmhg, n : 80x/mnt, rr: 20 x/mnt. Penulis berpendapat bahwa tanda dan gejala yang
diungkapkan oleh klien sudah cukup untuk mengangkat masalah keperawatan nyeri kronis.
Menurut PPNI (2017) dalam Standar Diagnosa Keperawatan menyebutkan gejala mayor
subjektif pada diagnosa nyeri kronis adalah mengeluh nyeri, merasa depresi (tertekan) dan
objektif tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas. Ini sesuai dengan
hasil penelitian Wayan (2014) mengatakan bahwa nyeri yang dialami oleh pasien dengan
kanker terjadi karena adanya pembesaran sel kanker.
Sputum encer berwarna putih pekat, suara nafas ronchi, RR 20x/menit, nadi 80x/menit,
TD 130/80 mmhg. Penulis berpendapat bahwa tanda dan gejala yang diungkapkan oleh klien
sudah cukup untuk mengangkat masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif. PPNI
(2017) dalam Standar Diagnosa Keperawatan menyebutkan gejala mayor objektif pada
diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
65
sputum berlebih, mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering, mekonium di jalan nafas pada
neonatus. Ini sejalan dengan hasil penelitian Deni (2013) mengatakan bahwa akumulasi sekret
dijalan nafas terjadi karena adanya benjolan pada leher pasien.
Klien mengatakan mengeluh tidak percaya diri dan malu terhadap penampilannya karena
efek dari kemoterapi dan penyakit yang dialaminya, klien mengeluh rambut rontok, klien
mengatakan malu jika dijenguk oleh tetangga, klien terpasang trakeostomi sehingga membuat
klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, klien berbicara terbuka tapi terputus putus,
pasien tampak sedih, menarik diri. Penulis berpendapat bahwa tanda dan gejala yang
ungkapan oleh klien sudah cukup untuk mengangkat diagnosa harga diri rendah situasional.
PPNI (2017) dalam Standar Diagnosa Keperawatan menyebutkan gejala mayor subjektif pada
diagnosa harga diri rendah situasional adalah Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak
tertolong), Merasa malu/bersalah, Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri,
Melebih-lebihkan penilaian positif tentang diri sendiri dan objektif adalah Berbicara pelan
dan lirih, Menolak berinteraksi dengan orang lain, Berjalan menunduk, Postur tubuh
menunduk. Sarah (2017) mengatakan pasien kanker mengalami harga diri rendah disebabkan
oleh efek samping dari kemoterapi dan proses perjalanan penyakit.
4.3 Intervensi Keperawatan
Pada kasus Tn. K untuk masalah defisit nutrisi menurut PPNI (2017) menyebutkan dalam
SIKI (Standard intervensi keperawatan indonesia) disebutkan bahwa intervensi yang tepat
adalah identifikasi status gizi, identifikasi makanan yang disukai, identifikasi perlunya
penggunaan selang NGT, monitor asupan makanan, timbang berat badan secara periodic,
berikan makanan secara menarik, berikan makanan tingi kalori tinggi protein, kolaboraasi
dengan ahli gizi untuk menentukan kalori.
Masalah kedua nyeri kronis, menurut PPNI (2017) menyebutkan dalam SIKI (Standard
intervensi keperawatan indonesia) disebutkan bahwa intervensi yang tepat adalah identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,
berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan relaksasi otot progresif,
kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri,
kolaborasi dalam pemberian analgetik, jika perlu. Menurut Santi (2018) terapi relaksasi otot
progresif dapat mengurangi intensitas dan skala nyeri pada pasien kanker. Ini sejalan dengan
penelitian Ogi (2014) yang mengatakan bahwa 89% terapi relaksasi otot progresif dapat
menurunkan skala nyeri.
66
Masalah ketiga bersihan jalan nafas tidak efektif, menurut PPNI (2017) menyebutkan
dalam SIKI (Standard intervensi keperawatan indonesia) disebutkan bahwa intervensi yang
tepat adalah monitor adanya sekresi,balutan yang kotor, lembab, atau tanda dan gejala
sumbatan jalan nafas yang membutuhkan pengisapan, monitor tanda-tanda peradangan,
infeksi dan edema atau sekresi warna pada stoma, posisikan semifowler, pasang sarung
tangan steril, gaun, dan pelindung mata, lakukan pengisapan trakeostomi sesuai indikasi,
lepaskan balutan kotor, lepas sarung tangan, cuci tangan, siapkan set ganti balutan steril,
pasang sarung tangan steril, lepas selang oksigen jika ada, lepaskan kanula bagian depan
menggunakan tangan nondominan, bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan kassa dan atau
kapas lidi, keringkan kulit sekitar stoma dengan kassa, lepaskan ikatan trakeostomi yang
kotor, pasang balutan steril dan ikatan pada trakeostomi, jelaskan prosedur tindakan, ajarkan
tanda-tanda yang perlu di laporkan (mis. panas, nyeri, pus, bengkak dan kemerahan pada
stoma). Perawatan trakeostomi dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada stoma
(Siska, 2017). Ini sejalan dengan hasil penelitian Nugroho (2015) yang mengatakan menjaga
kebersihan luka dapat mencegah terjadinya infeksi.
Masalah keempat harga diri rendah situasional, menurut PPNI (2017) menyebutkan
dalam SIKI (Standard intervensi keperawatan indonesia) disebutkan bahwa intervensi yang
tepat adalah identifikasi pemahaman proses penyakit, identifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan, identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial,
gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan, fasilitasi dalam memperoleh informasi
tentang penyakit yang dialami, motivasi untuk menentukan harapan yang realistis, damping
saat berduka, anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama,
ajurkan penggunaan sumber spiritual, latih penggunaan teknik relaksasi.
4.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan telah disesuaikan dengan kondisi klien. Pelaksanaan
asuhan keperawatan untuk masalah defisit nutrisi diharapkan nafsu makan Tn K meningkat
dan nutrisi klien membaik. Penulis berpendapat bahwa nafsu makan menurun yang diderita
Tn K dikarenakan proses kemoterapi yang sedang dijalani Tn K. Menurut Putri (2019) nafsu
makan memiliki pengaruh terhadap asupan energi dan protein pada pasien kanker yang telah
menjalani kemoterapi. Penurunan nafsu makan tidak hanya dipengaruhi secara langsung oleh
obat kemoterapi saja, tetapi efek samping kemoterapi lain juga mendukung penurunan nafsu
makan. Hal tersebut yang menyebabkan asupan energi dan protein pasien kanker setelah
kemoterapi lebih rendah dibandingkan dengan sebelum kemoterapi.
67
Pelaksanaan asuhan keperawatan untuk masalah nyeri akut diharapkan mampu
meningkatkan aktifitas klien sehingga kualitas hidup klien membaik. Penulis berpendapat
bahwa pemberian terapi napas dalam dapat membantu meringankan nyeri yang dialami oleh
lien selain minum obat nyeri. Menurut Sumiati (2018) Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan metode yang dapat dilakukan terutama pada pasien kanker yang mengalami nyeri,
napas dalam merupakan latihan pernafasan yang menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri, ansietas
dan ketegangan otot.
Pelaksanaan asuhan keperawatan untuk masalah bersihan jalan napas diharapkan sputum
klien berkurang. Penulis berpendapat bahwa pemberian suvtion dapat membantu klien dalam
mengurangi sputum. Menurut Harianja (2020) salah satu faktor yang mempermudah
mengeluarkan lendir di jalan napas klien adalah dengan pemberian suction sehingga klien
bebas dari bersihan jalan napas.
Pelaksanaan asuhan keperawatan telah disesuaikan dengan kondisi klien. Pelaksanaan
asuhan keperawatan untuk masalah harga diri rendah situasional diharapkan klien dapat
meningkatkan interaksi kepada orang lain. Penulis berpendapat bahwa ketidak nyamanan
klien berinteraksi dikarenakan klien malu karena terpasang trakeostomi. Menurut Bastian
(2016) Pada aspek psikologis muncul perubahan pada citra tubuh yang dialami oleh klien
salah satu rasa malu dan merasa “jijik” terhadap kondisi yang dialaminya yang terus
megeluarkan dahak dan menimbulkan bunyi yang nyaring dibandingkan dengan pasien yang
lainnya. Rasa malu yang dirasakan partisipan diperkuat bahwa salah satu pengalaman yang
dialami oleh pasien adanya perubahan pada citra diri. Dalam kondisi ini perawat memiliki
tugas untuk menginformasikan kepada pasien bahwa kondisi yang dialami tidak membaiknya
kesehatan pasien.
68
Masalah nyeri akut teratasi setalah dilakukan tindakan keperawatan berupa
memberikan napas dalam. Penulis berpendapat bahwa keberhasilan intervensi dipengaruhi
oleh kemampuan klien dalam melakukan napas dalam yang diajarkan. Menurut Masdiana
(2016) pengetahuan, persepsi, dan kemampuan klien dalam melakukan apa yang sudah
diajarkan berperan penting dalam meminimalisir morbiditas dan mortalitas penyakit kanker.
Masalah keperawatan harga diri rendah teratasi sebagian. Penulis berpendapat bahwa
keberhasilan intervensi dipengaruhi oleh peran keluarga melakukan komunikasi. Menurut
Rohayani (2020), keluarga memiliki peran dalam memberikan dukungan yang besar dapat
meningkatkan harga diri klien dengan kanker .
Masalah bersihan jalan napas teratasi sebagian. Penulis berpendapat bahwa
keberhasilan intervensi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan sehingga dapat
dengan mudah menerima apa yang disarankan perawat. Menurut Purnamasari & Raharyani
(2020), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tersebut
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki dalam
menerima saran dan masukan tentang kesehatannya.
69
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pengakajian Tn. K ditemukan ditemukan masalah defisit nutrisi, nyeri kronis,
bersihan jalan nafas tidak efektif, harga diri rendah situasional. Perencanaan dan
implementasi dilakukan sesuai intervensi yang sudah disusun. Hasil evaluasi dari 4 masalah
keperawatan dalam waktu 2 kali pertemuan diketahui bahwa masalah defisit nutisi dan nyeri
kronis dan nyeri akut teratasi sebagian karena butuh waktu yang lama untuk evaluasinya.
Masalah keperawatan bersihan jalan nafas dan harga diri situasional dapat tertasi. Analisa
yang telah dilakukan pada Tn. K dapat diambil sebuat kesimpulan tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktik yang ditemukan hal ini terjadi karena masalah keperawatan yang
muncul sesuai sesuai dengan teori yang dijabarkan.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Melalui laporan ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari dan memahami dengan
seksama asuhan keperawatan pada paliatif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Melalui pembuatan laporan ini diharapkan institusi dapat semakin mengembangkan
metode belajar dalam mendidik calon perawat yang professional.
3. Pasien Kanker Nasofaring
Melalui pembuatan laporan ini pasien dapat melakukan perawatan mandiri, dan dapat
meningkatkan kualitas hidup.
70
DAFTAR PUSTAKA
71
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
72
PRODI PENDIDIKAN NERS No.Dok 01/komunitas/19
Revisi ke
H. TUJUAN KHUSUS
1. Definisi appendictomy
2. Tujuan apendictomy
3. Indikasi apendictomy
73
4. Komplikasi apendictomy
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
1. Leaflet
74
L. URAIN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
75
Tahapan Uraian Kegiatan Metode Media
4. Memberikan salam
penutup
M. EVALUASI
1. Evaluasi struktur:
d. Setting tempat
fasilitator
Peserta Peserta
2. Proses evaluasi
d. Peserta hadir 100% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
3. Evaluasi hasil :
Jawab :
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan yang
digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan (Primidiati, 2015).
76
Jawab :
Menurut Sharma (2019) terapi essensial oil rose merupakan jenis aroma
terapi yang memiliki tujuan :
a. Membantu meringankan depresi
Jawab :
Menurut Sharma (2019), indikasi dari terapi essensial oil rose
a. Insomnia
b. Ansietas
d. Stess
Jawab :
Menurut Ardela, Yuliwar, & Dewi (2017) langkah-langkah yang dilakukan
untuk melakukan terapi aroma terapi essensial oil rose adalah :
Siapkan tisu dan essensial oil rose (aromaterapi bunga mawar)
77
LAMPIRAN
1. Pengertian
Menurut Sharma (2019) terapi essensial oil rose merupakan jenis aroma terapi yang
memiliki tujuan :
f. Membantu meringankan depresi
3. Indikasi
Menurut Sharma (2019), indikasi dari terapi essensial oil rose adalah :
e. Insomnia
f. Ansietas
h. Stess
Menurut Ardela, Yuliwar, & Dewi (2017) langkah-langkah yang dilakukan untuk
melakukan terapi aroma terapi essensial oil rose adalah :
a. Siapkan tisu dan essensial oil rose (aromaterapi bunga mawar)
c. Tarik nafas dalam lewat hidung sambil menghirup essensial oil kemudian tahan 5
78
f. Lakukan evaluasi setelah 6 jam
79
DAFTAR PUSTAKA
Ardela, M., Yuliwar, R., & Dewi, N. (2017). Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam dan
Relaksasi Aromaterapi Bunga Mawar Terhadap Perubahan Nyeri Pada Kanker
Serviks. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(1).
80
LEAFLET
81
ABSENSI PENYULUHAN
82
N NAMA ALAMAT TANDA TANGAN
O
83