Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CA NASOFARING

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Materi Kulliah Menjelang Ajal Dan Paliatif

PENGASUH M.K : IBU DEWI ASTUTI PASARIBU S. Kep. Ns. M. Kep

PROVIDENTIA SERVAT HIA (1801004)

INSTiTUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul “Komunikasi Terapeutik Pada Anak”. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 11 November 2020

Hormat kami

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan
belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan
bahwa kanker nasofaring hampir tiap tahunnya menduduki lima besar dari tumor ganas tubuh
manusia (Soepardi dkk, 2012).

Secara global kira-kira 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian per tahun. Indonesia
termasuk salah satu negara dengan prevalensi penderita kanker nasofaring yang termasuk tinggi
selain Cina. Angka kejadian kanker nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus baru per 100.000
penduduk per tahun (Susworo, 2004). Data registrasi kanker di Indonesia berdasarkan
histopatologi tahun 2003 menunjukan bahwa kanker nasofaring menempati urutan pertama dari
semua tumor ganas primer pada laki-laki dan urutan ke delapan pada perempuan (Aminullah
dkk, 2012).

Penyebab malnutrisi penderita kanker sangat kompleks dan multifaktor. Hormon dalam
saluran pencernaan yaitu serotonin dan bombesin yang disekresikan oleh sel tumor dapat
menekan selera makan sehingga terjadi anoreksia. Kanker nasofaring juga dapat menyebabkan
peradangan pada mukosa mulut, peradangan pada selaput lendir (membran mukosa) yang
melapisi saluran pencernaan, nyeri, penurunan sekresi kelenjar ludah, menekan sensasi rasa dan
kerusakan gigi. Asupan nutrisi secara oral yang berkurang dapat menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh, mudah terkena infeksi dan penurunan berat badan. Terapi terhadap 2 penyakit
kanker juga berpengaruh terhadap status gizi penderita, suatu penelitian didapatkan lebih dari
40% penderita kanker yang mendapat terapi mengalami malnutrisi (Maskoep, 2008)

1.2. Tujuan

1.2.1. Melakukan pengkajian keperawatan paliatif pada pasien Kanker Nasofaring


1.2.2. Menetapkan diagnosa keperawatan paliatif pada pasien Kanker Nasofaring
1.2.3. Menyusun rencana keperawatan paliatif pada pasien Kanker Nasofaring
1.2.4. Melaksanakan tindakan keperawatan paliatif pada pasien Kanker Nasofaring
1.2.5. Melakukan evaluasi pada pasien Kanker Nasofaring
BAB II

KONSEP TEORI

2.1. Penertian Kanker Nasofaring

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring (arif mansjoer et. al. 1999).

Kanker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di rongga
belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan epitel yang
meliputi jaringa limfoit denga predileksi di fosa rossen muller pada nasofaring yang merupakan
daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamusa dan atap nasofaring
(Brunner & Suddarth.2002).

Karisoma nasofaring merupakan kanker yang mengenai daerah nasofaring, yakni daerah
dinding dan bagian belakang hidung. (Hendrik dan probowo, 2017)

2.2. Klarifikasi Kanker Nasofaring

1. Ukuran tumor (T)


- T0
tidak tampak tumor primer
- T1
Tumor terbatas pada nasofaring, atau tumor meluas ke orofaring, dana tau rongga
hidung tanpa perluasan ke parafaringeal
- T2
Tumor dengan perluasan ke parafaringeal
- T3
Tumor melibatkan struktur tulang dari basis kranial dan atausinus paranasal
- T4
Tumor dengan peluasan intrakranial dana tau keterlibatan saraf kranial hipofaring,
orbita atau dengan perluasan ke frosa intra temporal/masticatorspace. (Kemenkes RI,
2015)

2. Reginal limfe nodus (N)


- N0
Tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
- N1
- Metastasis unilateral di kelenjar getah bening, 6 cm atau kurang diatas fosa
supraklavikula
- N2
Metastasis bilateral di kelenjar getah bening, 6 cm atau kurang dalam dimensi
terbesar diatas fossa supraklavikula
- N3
Perluasan ke fossa supra klavikula (Kemenkes RI, 2015)

3. Metatase jauh (M)


- Mo
- Tidak terdapat metastasis jauh
- M1
Metastasis jauh (Kemenkes RI, 2015)

4. Stadium Tumor Nasofaring, antara lain:

- Stadium 0
sel-sel kanker masih berada dalam batas nasofaring, biasanya bisa disebut dengan
nasopharynx in situ

- Stadium I (T 1 , N 0 , M 0)
sel kanker menyebar pada bagian nasopharing

- Stadium II (T 2 , N 0 , M 0)
sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung. atau dapat
pula menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher

- Stadium III (T 2 / T2/T 3 dan N 1 , M 0 atau T 3 N 0 M 0 )


kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher

- Stadium IV (T 4 dan N 0 /N 1 dan M 0 atau T 1 /T 2 /T 3 /T 4 dan N 0 /N 1 /N 2 /N 3


dan M 1 )
kanker ini sudah menyebar di syaraf dan tulang sekitar wajah. (Efiaty Arsyad
Soepardi & Nurbaiti Iskandar).

2.3. Etiologi Kanker Nasofaring

1. Kontak dengan zat karsinogenik


2. Kontak dengan zat karsinogenik yang terlalu sering dapat mengakibatkan munculnya
kanker,antara lain:gas kimia, asap industri
3. Keturunan
4. Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras mongoloid dibandingkan
dengan ras lainnya.
5. Radang kronis di daerah nasofaring
6. Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa nasofaring menja
dilebih rentan terhadap mikroorganisme.
7. Faktor lingkungan
8. kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat memberikan efek
mutagenic bagi masyarakat
9. Keadaan sosial ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
10. Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat tercermin dari
ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara menjadi terhambat.
11. Genetik
12. Umur lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
13. Daya tahan tubuh pasien yang menuruni) kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan
asin (Brunner & Suddarth.2002)

2.4. Manifestasi Klinis Kanker Nasofaring

Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada penderita kanker nasofaring, antaralain:

1. Gelaja telinga
- Sumbatan pada tuba eustachius atau kataralis.
Pasien sering mengeluh rasa penuh ditelinga, rasa kadang-kadang berdengung
disertaidengan gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala awal.
- Radang telinga tengahsampai perforasi membrane timpani.
Keadaan ini merupakan kelainan lanjutan yang terjadi akibat penyumbatan muara
tuba dimana rongga telinga aka terisi cairan yang semakin lama makin banyak,
sehingga dapat menyebabkan perforasi gendang telinga dengan akibat gangguan
pendengaran.

2. Gejala hidung

- Epiktasis
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya darah secara berulang-ulang
dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga
berwarna kemerahan

- Sumbatan hidung.
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga
hidung dan menutupi koana. gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai
dengan gangguan penciuman dan ingus kental.

- Gejala lanjutan
o Pemberasaran kelenjar limfe leher.
Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot
dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan. Gejala
inidapat menjadi gejala yang lebih lanjut.

o Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar.


Dikarenakan nasofaring berhubungan dengan rongga terngkorak melalui beberapa
lubang, maka gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor menjalar melalui
foramen laserum akan memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat mengenai syaraf
takke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia). Proses karsinima lebih
lanjutakan mengenai syaraf otak IX,X,XI jika menjalar melalui foramen jugular dan
menyebabkan syndrome Jackson. bila sudah mengenai seluruh syaraf otak disebut
sindrom unilateral dapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak. Jika
keadaannya seperti itu menjadikan prognosis menjadi buruk.

o Gejala akibat metastasis


Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran darah dan mengenai bagian organ tubuh yang
jauh dari nasofaring. Organ yang paling seting terkena adalah tulang, hati dan paru.

2.5. Patofisiologi Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari penyebab
dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat menyebabkan
canasofering. Sel yang terinfeksi noleh sel EBV akan dapat menghasilkan sel-sel tertentu
yang berfungsi untuk mengadakan proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus
dalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti
EBNA-1, dan LPM-1, LPM-2A dan LPM-2B.

EBV dapat mengaktifkan dan menampakan zat kasinogenik yang menyebabkan


stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol sehingga tejadilah defensiasi
dan polifeasi potein laten, sehingga memicu petumbuhan sel kanker pada nasofaring
terutama pada fossa rossenmuller. Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh
rangsangan dan sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan
keluarnya darah secara berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam
rongga hidung dan menutupi koana. gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang
disertai dengan ganggguan penciuman dan ingus kental. Sel-sel kanker dapat berkembang
terus, menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat
pada otot dan sulit untuk digerakan. Nasofaring berhubungan dengan rongga terngkorak
melalui beberapa lubang, maka gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor
menjalar melalui foramenla serum akan memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat
mengenai syaraf tak ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia). Proses
karsinoma lebih lanjut akanmengenai syaraf otak IX,X,XI jika menjalar melalui foramen
jugular `dan menyebabkan syndrome Jackson. bila sudah mengenai seluruh syaraf otak
disebut sindrom unilateraldapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak. Sel-sel
kanker dapat ikut bersamaaliran darah dan mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari
nasofaring. Organ yang paling sering terkena adalah tulang, hati dan paru.

2.6. Pemeriksaan diagnostik

1. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata, dan saraf. serta gejala
mestatasis.
2. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
 Pemeriksaan nasofaring: rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi fiber/rigid

3. Pemeriksaan laboraturium
 Hematologik
 SGOT dan SGPT
 Serologi Ig A VCA,Ig A EA

4. Pemeriksaan radiologi
 Ct-scan
 MRI
 Pencitraan seluruh tubuh
 Chest x-raye.

5. Pemeriksaan patologi anatomi


Biopsi nasofaring
6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
7. Penatalaksanaan medis
1. Radioterapi :
 Merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
 Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa metastasis jauh
dengansasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan supraklavikula.
 Macam pemberian radioterapi : radiasi eksterna , radiasi interna dan radiasi
intravena

2. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh. Macam kemoterapi :
kemoterapi neodejuvan, kemoterapi adjuvan, kemotrapi konkomitan

3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah
virusepistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan imunoterapi.

4. Operasi/pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
- Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya
kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih
yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.
- Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus
yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi
dengan cara lain.

2.7. Komplikasi
1. Hipotiroidsme
2. Hilangnya jangkauan gerak
3. Hipoplasia struktur otak dan tulang
4. Kehilangn pendengaran sensorineural (nasir, 2009).

2.8. Pencegahan
1. Pemberian vaksin
2. Mengurangi konsumsi ikan asin
3. Makan makanan yang bernutrisi
4. Mengurangi serta mengontrol stress
5. Berolahraga secara teratur
6. Health education mengenai lingkungan yang sehat
7. Membiasakan hidup secara sehat (tirtamijaya, 2009)
2.9. Konsep Askep Karsinoma Nasofaring
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
- Nama
- Jenis Kelamin
- Usia
- Alamat
- Agama
- Suku Bangsa
- Pekerjaan

b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

c. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris,
kelompakmata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien
anemis,kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak
adakelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi
terhadapcahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya
bagiantertentu yang mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva
klienyang anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan
kabur.

2. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal dan
simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga. Hal ini
terjadiakibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor
nasofaringsehingga terdengar suara berdengung pada telinga.

3. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot bantu
nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan
spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputumkental berwarna
kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara
nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada danmenggunakan alat bantu nafas.
Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akanmempengaruhi pernafasan, jika dalam
jalan nafas terdapat sputum maka pasien akankesulitan dalam bernafas yang bisa
mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi
karena suara nafas ini menandakan adanyagangguan pada saat ekspirasi.

4. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama teratur,
tidakmengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien
360C,warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan
padasirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak
adakelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang
peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah tersebut.

5. Sistem saraf pusat


Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien
komposmentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan
refleksfisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena
adalubang penghubung di rongga tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan
pada beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut maka pasien
akanmemiliki prognosis yang buruk.

6. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor,saliva
normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feseslunak,
bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguandalam sistem
percernaan pasien.

7. Sistem endoktrinPada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau
keton, dantidak ada luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak
menyerangkalenjar tiroid pasien sehingga tidak menganggu kerja sistem endoktrin.

8. Sistem urogenitalBalance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada
perubahan polakemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia,
anunia), warnaBAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada
keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah
urogenital sehinggatidak mengganggu sistem tersebut.

9. Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat, keadaankulit
baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah pemasanganinfuse baik,
tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien
menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga pasienterlihat
pucat.

10. Sistem musculoskeletal


Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendidan
kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak ada
kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik. Pada tumor ini tidak menyerang
otot rangka sehingga tidak ada kelainan yang mengganggu sistemmusculoskeletal.

d. Pola aktifitas sehari-hari


1. Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan
pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang datang ke rumah sakit sudah
mengalami gejala pada stadium lanjut, klien biasanya kurang mengetahui penyebab
terjadinya serta penanganannya dengan cepat.

2. Pola Nutrisi Metabolic


Kaji kebiasaan diet buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia,mual/muntah,
mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan,
perubahankelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan berat
badan akibatinflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.

3. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan
bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.

4. Pola aktivas latihan


Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien
mengalamikelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.

5. Pola istirahat tidur


Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalamsehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-
faktoryang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

6. Pola kognitif persepsi


Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien dalam
berkomunikasi? Biasanya klien mengalami gangguan pada indra penciuman.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Apakah
klien merasa rendah diri? Biasanya klien akan merasa sedih dan rendah diri karena
penyakit yang dideritanya.

8. Pola peran hubungan


Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah
Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya?
Biasanyaklien lebih sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

9. Pola reproduksi dan seksualitas


Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan
pada klien?. Biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan dengan
pasangankarena sakit yang diderita.

10. Pola koping dan toleransi stress


Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-
obatan untuk menghilangkan stres?. Biasanya klien akan sering bertanya tentang
pengobatan.

11. Pola nilai dan kepercayaan


Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada
pantangan agama dalam proses penyembuhan klien? Biasanya klien lebih
mendekatkandiri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

12. pola kebersihan diri


Kaji bagaimana klien tentang tindakan dalam menjaga kebersihan diri.

e. Pemeriksaan penunjang

Hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal.f. PenatalaksanaanPemberian


terapi atau pengobatan untuk KNF, seperti radioterapi, kemoterapi serta obat-obatan.

2. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi berlebihan.

2. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan


pemasukan nutrisi.
4. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d misintepretasi


informasi,ketidak familiernya sumber informasi.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1. Pengkajian

Tn. J berusia 54 tahun datang ke RS dengan dengan keluhan nyeri sakit kepala dan leher.
Diakibatkan benjolan pada leher, dari pemeriksaan fisik tampak lemah, meringis. Saat ini
kesadaran pasien : somnolen à GCS E4 V5 M6, Tekanan darah = 110 / 60 mmHg, Nadi = 88
x/mnt, Pernafasan = 20 x/mnt, Temperatur = 36,7 o C, SPO₂ = 98%.

3.1.1. Anamnesa

a. Identitas pasien
 Nama : Tn. J
 Jenis Kelamin : laki-laki
 Usia : 54 Tahun
 Alamat : Sedandang 7/4 Lemahireng Bawen
 Agama : islam
 Pekerjaan : Pekerja Lepas

b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama

Pasien mengeluh Nyeri sakit kepala dan leher.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan dilehernya tedapat benjolan keras dan sulit digerakkan tetapi tidak
nyeri, awalnya kecil tetapi semakin lama besar dalam waktu 3 bulan. Seiring
membesarnya benjolan pasien mengalami sakit kepala berat dan terus menerus. Nyeri
kepala sebelah kiri dirasakan sejak 1 bulan SMRS sampai sekarang, nyeri dirasakan
terus-menerus, nyeri dirasakan menjalar ke leher dan pundak dan dirasakan cekot-cekot,
nyeri hilang setelah minum obat dari warung tetapi nanti muncul kembali.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama.

4. Riwayat Kesehatan

Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-)


Riwayat stroke (-)
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat cedera kepala/trauma kepala (-)
Riwayat batuk lama (-)

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat stroke pada keluarga (-)


Riwayat hipertensi pada keluarga (-)
Riwayat kencing manis pada keluarga (-)
Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-)

3.1.2. Pola kebiasaan

1. Bernafas
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan tidak ada keluhan dalam bernafas
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan hidung mampet

2. Makan dan minum


a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan pola makan. Biasa makan 3xsehari
dengan nasi, sayur, dan lauk pauk. Makan habis 1 porsi sebelumsakit.Pasien mengatakan
biasa minum 2 botol air mineral (3 liter) setiap harisebelum sakit.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan jenis makanan bubur, lauk pauk dan sayur
yang didapatkan dari rumah sakit. Pasien mengatakan makannya hanya habis ½ porsi
karena merasa sulit menelan. Pasien mengatakan dapat minum 7-8gelas/ hari.

3. Eliminasi
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan BAB 2x/ sehari pada pagi dan sore hari, dengan konsistensi padat,
warna kuning kecoklatan, bau khas feses tana ada darahmaupun lender. BAK 3-4 x/
sehari dengan warna kuning, bau khas urine tanpadarah.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan BAB 2x/ sehari pada pagi dan sore hari, dengan konsistensi padat,
warna kuning kecoklatan, bau khas feses tana ada darah maupun lender.BAK 3-4 x/
sehari dengan warna kuning, bau khas urine tanpadarah.
 
4. Gerak dan aktivitas 
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan bisa makan sendiri tanpa batuan orang lain. Pasien mengatakan bisa
BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain. Pasien mengatakan bisa mandi sendiri
tanpa bantuan orang lain. Pasien mengatakan bisa berpakaian sendiri tanpa bantuan orang 
lain. Pasien mengatakan bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sendiri tanpa 
bantuan oranglain.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak bisa mandi sendiri karena lemas dan dibantu oleh keluarganya
hanya dilap saja. Pasien terlihat berbaring dan sewaktu-waktudapat duduk di tempat
tidurnya. Pasien mengatakan tidak bisa makan dan minum sendiri tanpa bantuan
keluarga. Pasien mengatakan tidak bisa mengganti pakaian sendiri karena lemas.

5. Istirahat dan tidur


a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan biasanya tidur 7 jam saat malam hari. Pasien mengatakan biasanya
tidur dari jam 11 malam sampai jam 6 pagi. Pasien mengatakan tidak dapat tidur siang
karena sering bekerja, namun ketika bulan puasa pasien mengatakan dapat tidur siang
sekitar 2 jam dari pukul 13.00 sampai 15.00Wib.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak. Pasien mengatakan saat malam tidurnya
mulai pukul 10.00 sampai jam 05.30 Wib namun sering terbangun. Pasien mengatakan
dapat tidur siang selama 2 jam dari pukul 11.00 sampai 13.00 Wib..

6. Kebersihan diri
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan biasanya mandi 2x sehari menggunakan sabun, sikat gigi 1x pada
pagi hari dengan menggunakan pasta gigi, pasien mengatakan keramas 1x dalam
seminggu dengan menggunakan shampoo. 
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan belum dapat mandi, hanya dapat dilap saja tanpa memakai sabun oleh
keluarganya 1x sehari ada pagi hari. Pasien mengatakan
belum pernah sikat gigi selama dirawat inap. Pasien mengatakan belum pernah keramas
selama dirawat inap. Pasien mengatakan hanya dapat berganti pakaian1x sehari pada pagi
hari.

7. Pengaturan suhu tubuh


a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan tidak merasa panas dan tidak ada peningkatan suhu tubuh. 
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak merasa panas dan pasien tidak teraba hangat

8. Rasa aman
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan merasa baik baik tanpa mencemaskan suatu hal sebelum sakit.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan merasa cemas karena penyakitnya
 
9. Rasa nyaman
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan nyaman terhadap dirinya tanpa ada keluhan saat sebelum sakit.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak merasa nyaman dengan nyeri benjolan di lehernya

10. Data sosial


a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan tetangga dan keluarganya.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya harmonis dan hubungan dengan pasien
lainnya baik. Pasien terlihat ditemani keluarganya.

11. Prestasi dan produktivitas


a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan bekerja sebagai pekerja lepas dan merasa bangga
dengan pekerjaannya.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak dapat bekerja lagi karena sakit dan tidak ada yang dibanggakan
lagi.

12. Rekreasi
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan kadang kadang pergi ke Lombok.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan hanya bisa berjalan disekitar ruangan

13. Belajar
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan tau tentang pengnyakitnya.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak tau tentang penyakit kankernya
 
14. Ibadah
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan menganut keyakinan Islam dan biasa sembahyang 5 kali sehari dan
biasa berpuasa.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan menganut keyakinan islam, pasien mengatakan tidak bisasembah
yang dan berpuasa karena sakit.

c. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : lemah, tampak meringis


Kesadaran kualitatif : somnolen à GCS E4 V5 M6
Tanda vital :
 Tekanan darah = 110 / 60 mmHg
 Nadi = 88 x/mnt
 Pernafasan = 20 x/mnt
 Temperatur = 36,7 o C
 SPO₂ = 98%
Kepala : kesan mesocephal
Mata : konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex
cahaya (+/+), pupil bulat isokor (2 mm / 2 mm).
Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-), ↓ pendengaran
Hidung : simetris, napas cuping hidung (+), sekret (+), darah (-/-), septum
di tengah
Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-), faring
hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
Leher : pembesaran kelenjar thyroid (+), kelenjar getah bening membesar
(+)

Thoraks :
Cor : Iktus kordis tidak tampak, tidak teraba.
Batas jantung
 batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
 batas kanan bawah : ICS IV linea Parasternal dextra
 batas kiri atas : ICS II linea Parasternal sinistra
 batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial midclavikula sinistra s1 > s2,
reguler, gallop -, murmur -.

Pulmo : Normochest, simetris.


Pegerakan dada kanan = dada kiri.
Fremitus taktil kanan = kiri.
Kanan = kiri (stridor).

Suara Dasar Vesikuler (-)/(-), wheezing (+), rhonki (-)

Ekstremitas : Superior Inferior

Edema -/- -/-

Akral dingin -/- +/+

Refleks fisiologis +N/+N +N/+N

Refleks patologis -/- -/-

Status psikiatrikus

Tingkah laku : sdn


Perasaan hati : sdn
Orientasi : sdn
Kecerdasan : sdn
Daya ingat : sdn

3.2. Diagnosa

1. Kelemahan fisik
2. Gangguan pola nafas
3. Kurang perawatan diri

3.3. Intervensi
N Diagnosa Intervensi
o
1. Kelemahan fisik 1. kaji tingkat kelelahan pasien.
2. Anjurkan pasien untuk mempertahankan pla istrahat dan tidur.
3. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya tentang
kterbatansan yang ada.
4. Ajarkan pasien teknik relaksasi, distraksi, diet imagry.
2. Gangguan pola nafas 1. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan bunyi nafas abnormal.
2. Monitor usaha pernafasan, rasio inspirasi maupun ekspirasi,
penggunaan otot tambahan pernafasan.
3. Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif
4. Observasi produk sputum, jumlahwarna, ddan kekentalan. Berikan
semi fowler atau beri possi miring aman.
3. Kurang perawatan diri 1. Kaji kemampuan pasien dalam melaksanakan kegiatan sehari hari.
2. Motivasi untuk melakukan kegiatan sehari hari.
3. Bantu pasien untuk mandi baik ditempat tidur maupun menggunakan
shower.
4. Cuci rambut pasien sesuai dengan kebutuhan

3.4. Implementasi
Diagnosa Implementasi kriteria hasil
1. Kelemaha 2. mengkaji tingkat kelelahan pasien. 1. pasien mampu
n fisik 3. menganjurkan pasien untuk mempertahankan pla istrahat beristirahat sesuai
dan tidur. kebutuhan
4. menganjurkan pasien untuk mengekspresikan 2. pasien akan tetap
perasaannya tentang kterbatansan yang ada. melakukan aktivitas
2. mengajarkan pasien teknik relaksasi, distraksi,
diet imagry
2. Gangguan 1. Mengauskultasi bunyi nafas, perhatikan bunyi nafas 1. Pernafasan regular
pola nafas abnormal. dalam dan kecepatan
2. Mengmonitor usaha pernafasan, rasio inspirasi maupun nafas teratur.
ekspirasi, penggunaan otot tambahan pernafasan. 2. Batuk efektif
3. Mengajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk 3. Tanda dan gejala
efektif. obstruksi pernafasan
4. Mengobservasi produk sputum, jumlahwarna, ddan tisdak ada : stridor
kekentalan. Berikan semi fowler atau beri possi miring (-), sesak nafas (-),
aman weezing (-)
4. Suara nafas
vesikuler kanan dan
kiri
5. Sputum jernih,
jumlah normal, tidak
berbau dan tidak
berwarna.

3. Kurang 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam melaksanakan 1. Pasien tampak bersih


perawatan kegiatan sehari hari. dan segar.
2. Mengmotivasi untuk melakukan kegiatan sehari hari. 2. Mulut bersih dan
diri 3. Membantu pasien untuk mandi baik ditempat tidur tidak berbau
maupun menggunakan shower.
4. Mencuci rambut pasien sesuai dengan kebutuhan

3.5. Evaluasi

1. Pasien mampu beristirahat sesuai kebutuhan


2. Pasien akan tetap melakukan aktivitas
3. Pernafasan regular dalam dan kecepatan nafas teratur.
4. Batuk efektif
5. Tanda dan gejala obstruksi pernafasan tisdak ada : stridor (-), sesak nafas (-), weezing (-)
6. Suara nafas vesikuler kanan dan kiri
7. Sputum jernih, jumlah normal, tidak berbau dan tidak berwarna.
8. Pasien tampak bersih dan segar.
9. Mulut bersih dan tidak berbau

Referensi:
Bruner&sudarth, 2002. Keperawatan medical bedah.Jakarta.EGC
Kemenkes RI, 2015. Komite penanggulangan kanker Nasofaring
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar, 2007. Ilmu Kesehatan Telinga Hidunr
Tenggorok.Jakarta FK UI

Anda mungkin juga menyukai