MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Materi Kulliah Menjelang Ajal Dan Paliatif
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul “Komunikasi Terapeutik Pada Anak”. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Hormat kami
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan
belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan
bahwa kanker nasofaring hampir tiap tahunnya menduduki lima besar dari tumor ganas tubuh
manusia (Soepardi dkk, 2012).
Secara global kira-kira 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian per tahun. Indonesia
termasuk salah satu negara dengan prevalensi penderita kanker nasofaring yang termasuk tinggi
selain Cina. Angka kejadian kanker nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus baru per 100.000
penduduk per tahun (Susworo, 2004). Data registrasi kanker di Indonesia berdasarkan
histopatologi tahun 2003 menunjukan bahwa kanker nasofaring menempati urutan pertama dari
semua tumor ganas primer pada laki-laki dan urutan ke delapan pada perempuan (Aminullah
dkk, 2012).
Penyebab malnutrisi penderita kanker sangat kompleks dan multifaktor. Hormon dalam
saluran pencernaan yaitu serotonin dan bombesin yang disekresikan oleh sel tumor dapat
menekan selera makan sehingga terjadi anoreksia. Kanker nasofaring juga dapat menyebabkan
peradangan pada mukosa mulut, peradangan pada selaput lendir (membran mukosa) yang
melapisi saluran pencernaan, nyeri, penurunan sekresi kelenjar ludah, menekan sensasi rasa dan
kerusakan gigi. Asupan nutrisi secara oral yang berkurang dapat menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh, mudah terkena infeksi dan penurunan berat badan. Terapi terhadap 2 penyakit
kanker juga berpengaruh terhadap status gizi penderita, suatu penelitian didapatkan lebih dari
40% penderita kanker yang mendapat terapi mengalami malnutrisi (Maskoep, 2008)
1.2. Tujuan
KONSEP TEORI
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring (arif mansjoer et. al. 1999).
Kanker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di rongga
belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan epitel yang
meliputi jaringa limfoit denga predileksi di fosa rossen muller pada nasofaring yang merupakan
daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamusa dan atap nasofaring
(Brunner & Suddarth.2002).
Karisoma nasofaring merupakan kanker yang mengenai daerah nasofaring, yakni daerah
dinding dan bagian belakang hidung. (Hendrik dan probowo, 2017)
- Stadium 0
sel-sel kanker masih berada dalam batas nasofaring, biasanya bisa disebut dengan
nasopharynx in situ
- Stadium I (T 1 , N 0 , M 0)
sel kanker menyebar pada bagian nasopharing
- Stadium II (T 2 , N 0 , M 0)
sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung. atau dapat
pula menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada penderita kanker nasofaring, antaralain:
1. Gelaja telinga
- Sumbatan pada tuba eustachius atau kataralis.
Pasien sering mengeluh rasa penuh ditelinga, rasa kadang-kadang berdengung
disertaidengan gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala awal.
- Radang telinga tengahsampai perforasi membrane timpani.
Keadaan ini merupakan kelainan lanjutan yang terjadi akibat penyumbatan muara
tuba dimana rongga telinga aka terisi cairan yang semakin lama makin banyak,
sehingga dapat menyebabkan perforasi gendang telinga dengan akibat gangguan
pendengaran.
2. Gejala hidung
- Epiktasis
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya darah secara berulang-ulang
dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga
berwarna kemerahan
- Sumbatan hidung.
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga
hidung dan menutupi koana. gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai
dengan gangguan penciuman dan ingus kental.
- Gejala lanjutan
o Pemberasaran kelenjar limfe leher.
Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot
dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan. Gejala
inidapat menjadi gejala yang lebih lanjut.
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari penyebab
dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat menyebabkan
canasofering. Sel yang terinfeksi noleh sel EBV akan dapat menghasilkan sel-sel tertentu
yang berfungsi untuk mengadakan proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus
dalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti
EBNA-1, dan LPM-1, LPM-2A dan LPM-2B.
1. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata, dan saraf. serta gejala
mestatasis.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
Pemeriksaan nasofaring: rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi fiber/rigid
3. Pemeriksaan laboraturium
Hematologik
SGOT dan SGPT
Serologi Ig A VCA,Ig A EA
4. Pemeriksaan radiologi
Ct-scan
MRI
Pencitraan seluruh tubuh
Chest x-raye.
2. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh. Macam kemoterapi :
kemoterapi neodejuvan, kemoterapi adjuvan, kemotrapi konkomitan
3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah
virusepistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan imunoterapi.
4. Operasi/pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
- Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya
kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih
yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.
- Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus
yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi
dengan cara lain.
2.7. Komplikasi
1. Hipotiroidsme
2. Hilangnya jangkauan gerak
3. Hipoplasia struktur otak dan tulang
4. Kehilangn pendengaran sensorineural (nasir, 2009).
2.8. Pencegahan
1. Pemberian vaksin
2. Mengurangi konsumsi ikan asin
3. Makan makanan yang bernutrisi
4. Mengurangi serta mengontrol stress
5. Berolahraga secara teratur
6. Health education mengenai lingkungan yang sehat
7. Membiasakan hidup secara sehat (tirtamijaya, 2009)
2.9. Konsep Askep Karsinoma Nasofaring
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
- Nama
- Jenis Kelamin
- Usia
- Alamat
- Agama
- Suku Bangsa
- Pekerjaan
b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris,
kelompakmata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien
anemis,kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak
adakelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi
terhadapcahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya
bagiantertentu yang mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva
klienyang anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan
kabur.
2. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal dan
simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga. Hal ini
terjadiakibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor
nasofaringsehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
3. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot bantu
nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan
spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputumkental berwarna
kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara
nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada danmenggunakan alat bantu nafas.
Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akanmempengaruhi pernafasan, jika dalam
jalan nafas terdapat sputum maka pasien akankesulitan dalam bernafas yang bisa
mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi
karena suara nafas ini menandakan adanyagangguan pada saat ekspirasi.
4. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama teratur,
tidakmengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien
360C,warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan
padasirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak
adakelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang
peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah tersebut.
6. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor,saliva
normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feseslunak,
bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguandalam sistem
percernaan pasien.
7. Sistem endoktrinPada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau
keton, dantidak ada luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak
menyerangkalenjar tiroid pasien sehingga tidak menganggu kerja sistem endoktrin.
8. Sistem urogenitalBalance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada
perubahan polakemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia,
anunia), warnaBAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada
keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah
urogenital sehinggatidak mengganggu sistem tersebut.
9. Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat, keadaankulit
baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah pemasanganinfuse baik,
tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien
menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga pasienterlihat
pucat.
3. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan
bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
e. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengkajian
Tn. J berusia 54 tahun datang ke RS dengan dengan keluhan nyeri sakit kepala dan leher.
Diakibatkan benjolan pada leher, dari pemeriksaan fisik tampak lemah, meringis. Saat ini
kesadaran pasien : somnolen à GCS E4 V5 M6, Tekanan darah = 110 / 60 mmHg, Nadi = 88
x/mnt, Pernafasan = 20 x/mnt, Temperatur = 36,7 o C, SPO₂ = 98%.
3.1.1. Anamnesa
a. Identitas pasien
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 54 Tahun
Alamat : Sedandang 7/4 Lemahireng Bawen
Agama : islam
Pekerjaan : Pekerja Lepas
b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan dilehernya tedapat benjolan keras dan sulit digerakkan tetapi tidak
nyeri, awalnya kecil tetapi semakin lama besar dalam waktu 3 bulan. Seiring
membesarnya benjolan pasien mengalami sakit kepala berat dan terus menerus. Nyeri
kepala sebelah kiri dirasakan sejak 1 bulan SMRS sampai sekarang, nyeri dirasakan
terus-menerus, nyeri dirasakan menjalar ke leher dan pundak dan dirasakan cekot-cekot,
nyeri hilang setelah minum obat dari warung tetapi nanti muncul kembali.
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama.
4. Riwayat Kesehatan
1. Bernafas
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan tidak ada keluhan dalam bernafas
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan hidung mampet
3. Eliminasi
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan BAB 2x/ sehari pada pagi dan sore hari, dengan konsistensi padat,
warna kuning kecoklatan, bau khas feses tana ada darahmaupun lender. BAK 3-4 x/
sehari dengan warna kuning, bau khas urine tanpadarah.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan BAB 2x/ sehari pada pagi dan sore hari, dengan konsistensi padat,
warna kuning kecoklatan, bau khas feses tana ada darah maupun lender.BAK 3-4 x/
sehari dengan warna kuning, bau khas urine tanpadarah.
4. Gerak dan aktivitas
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan bisa makan sendiri tanpa batuan orang lain. Pasien mengatakan bisa
BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain. Pasien mengatakan bisa mandi sendiri
tanpa bantuan orang lain. Pasien mengatakan bisa berpakaian sendiri tanpa bantuan orang
lain. Pasien mengatakan bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sendiri tanpa
bantuan oranglain.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak bisa mandi sendiri karena lemas dan dibantu oleh keluarganya
hanya dilap saja. Pasien terlihat berbaring dan sewaktu-waktudapat duduk di tempat
tidurnya. Pasien mengatakan tidak bisa makan dan minum sendiri tanpa bantuan
keluarga. Pasien mengatakan tidak bisa mengganti pakaian sendiri karena lemas.
6. Kebersihan diri
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan biasanya mandi 2x sehari menggunakan sabun, sikat gigi 1x pada
pagi hari dengan menggunakan pasta gigi, pasien mengatakan keramas 1x dalam
seminggu dengan menggunakan shampoo.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan belum dapat mandi, hanya dapat dilap saja tanpa memakai sabun oleh
keluarganya 1x sehari ada pagi hari. Pasien mengatakan
belum pernah sikat gigi selama dirawat inap. Pasien mengatakan belum pernah keramas
selama dirawat inap. Pasien mengatakan hanya dapat berganti pakaian1x sehari pada pagi
hari.
8. Rasa aman
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan merasa baik baik tanpa mencemaskan suatu hal sebelum sakit.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan merasa cemas karena penyakitnya
9. Rasa nyaman
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan nyaman terhadap dirinya tanpa ada keluhan saat sebelum sakit.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak merasa nyaman dengan nyeri benjolan di lehernya
12. Rekreasi
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan kadang kadang pergi ke Lombok.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan hanya bisa berjalan disekitar ruangan
13. Belajar
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan tau tentang pengnyakitnya.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak tau tentang penyakit kankernya
14. Ibadah
a. Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan menganut keyakinan Islam dan biasa sembahyang 5 kali sehari dan
biasa berpuasa.
b. Saat pengkajian
Pasien mengatakan menganut keyakinan islam, pasien mengatakan tidak bisasembah
yang dan berpuasa karena sakit.
c. Pemeriksaan fisik
Thoraks :
Cor : Iktus kordis tidak tampak, tidak teraba.
Batas jantung
batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
batas kanan bawah : ICS IV linea Parasternal dextra
batas kiri atas : ICS II linea Parasternal sinistra
batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial midclavikula sinistra s1 > s2,
reguler, gallop -, murmur -.
Status psikiatrikus
3.2. Diagnosa
1. Kelemahan fisik
2. Gangguan pola nafas
3. Kurang perawatan diri
3.3. Intervensi
N Diagnosa Intervensi
o
1. Kelemahan fisik 1. kaji tingkat kelelahan pasien.
2. Anjurkan pasien untuk mempertahankan pla istrahat dan tidur.
3. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya tentang
kterbatansan yang ada.
4. Ajarkan pasien teknik relaksasi, distraksi, diet imagry.
2. Gangguan pola nafas 1. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan bunyi nafas abnormal.
2. Monitor usaha pernafasan, rasio inspirasi maupun ekspirasi,
penggunaan otot tambahan pernafasan.
3. Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif
4. Observasi produk sputum, jumlahwarna, ddan kekentalan. Berikan
semi fowler atau beri possi miring aman.
3. Kurang perawatan diri 1. Kaji kemampuan pasien dalam melaksanakan kegiatan sehari hari.
2. Motivasi untuk melakukan kegiatan sehari hari.
3. Bantu pasien untuk mandi baik ditempat tidur maupun menggunakan
shower.
4. Cuci rambut pasien sesuai dengan kebutuhan
3.4. Implementasi
Diagnosa Implementasi kriteria hasil
1. Kelemaha 2. mengkaji tingkat kelelahan pasien. 1. pasien mampu
n fisik 3. menganjurkan pasien untuk mempertahankan pla istrahat beristirahat sesuai
dan tidur. kebutuhan
4. menganjurkan pasien untuk mengekspresikan 2. pasien akan tetap
perasaannya tentang kterbatansan yang ada. melakukan aktivitas
2. mengajarkan pasien teknik relaksasi, distraksi,
diet imagry
2. Gangguan 1. Mengauskultasi bunyi nafas, perhatikan bunyi nafas 1. Pernafasan regular
pola nafas abnormal. dalam dan kecepatan
2. Mengmonitor usaha pernafasan, rasio inspirasi maupun nafas teratur.
ekspirasi, penggunaan otot tambahan pernafasan. 2. Batuk efektif
3. Mengajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk 3. Tanda dan gejala
efektif. obstruksi pernafasan
4. Mengobservasi produk sputum, jumlahwarna, ddan tisdak ada : stridor
kekentalan. Berikan semi fowler atau beri possi miring (-), sesak nafas (-),
aman weezing (-)
4. Suara nafas
vesikuler kanan dan
kiri
5. Sputum jernih,
jumlah normal, tidak
berbau dan tidak
berwarna.
3.5. Evaluasi
Referensi:
Bruner&sudarth, 2002. Keperawatan medical bedah.Jakarta.EGC
Kemenkes RI, 2015. Komite penanggulangan kanker Nasofaring
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar, 2007. Ilmu Kesehatan Telinga Hidunr
Tenggorok.Jakarta FK UI