Oleh:
NYOMAN DEVI PRADNYA PARAMITA
PO7120215046
DIV KEPERAWATAN TINGKAT 2B SEMESTER 3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016
A. PENGERTIAN
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi didasar mulut, kadangkadang meluaskearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de
Velde, 1999).
Karsinoma lidah merupakan keganasan jenis karsinoma yang mengenai lidah
dan hampir 95% berupa karsinoma sel skuamosa. Karsinoma lidah terletak sebagian
besar pada dua pertiga anterior lidah, umumnya pada tepi lateral dan bawah lidah
yaitu sekitar 40-75%. Keganasan ini menempati insiden 1% dari seluruh karsinoma
tubuh dan merupakan keganasan rongga mulut yang paling sering ditemukan yaitu
sekitar 25-45% (Lina Marlina, 2014).
B. TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda pada kanker lidah ditandai dengan adanya ulkus yang tidak nyeri,
meskipun pada sebagian besar akhirnya akan menjadi nyeri, tentunya hal ini terjadi
jika timbul infeksi sekunder. Tumor tersebut dapat bermula sebagai ulkus yang
mengalami indurasi superfisial (kaku di permukaan lidah) dengan pinggir yang sedikit
menonjol dan dapat berlanjut menjadi menginfiltrasi bagian dalam dari ujung lidah
yang dapat menimbulkan fiksasi atau indurasi sehingga tampak banyak merubah
permukaannya. Gejala yang timbul pada penderita kanker lidah adalah timbulnya
ulkus (luka) seperti sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan adekuat, mudah
berdarah Bagian tengah ulkus relatif lembut dan mudah berdarah. Perdarahan terjadi
ketika tekanan diberikan pada tempat kanker, saat mengunyah, minum atau menelan,
hingga mengalami sulit berbicara.
C. POHON MASALAH
Faktor Luar
Faktor Herediter
Rokok, alkohol,
infeksi kronis dan
trauma klinis.
Paparan sinar
ultraviolet.
Pembengkakan organ
gusi dan bibir, adanya
perdarahan pada luka.
Infiltrasi ke otot-otot
lidah terbatas.
RISIKO INFEKSI
HAMBATAN
KOMUNIKASI
VERBAL
Nyeri
(akut)
Ulkus
pada
lidah
PERUBAHAN NUTRISI
KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
Perubahan
Kesukaran
nutrisi
kurang
menelan
dari kebutuhan
NYERI (AKUT)
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Iincisional biopsy
Dengan cara mengambil sampel dari daerah carcinoma dan daerah yang
sehat, sehingga diketahui batas jelas dari carcinoma. Tetapi kejelekannya adalah
pembuluh darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah penyebaran dari
carcinoma tersebut, sedangkan keuntunganya dapat mengetahui batas dari
carcinoma guna terapi selanjutnya (penyinaran).
Cara biopsy ini dapat dilakukan pada cacinoma lidah yang masih kecil
dengan atau tanpa metastase. Excisi jaringan yang diduga carcinoma dengan jarak
1 1,5 cm dari jaringan sehat. Hasil excisi diletakkan pada gabus (agar bersih).
Dengan kasa yang diberi formalin diletakkan diatas preparat agar preparat tidak
melengkung sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke patologi
anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang tidak bersih
dapat diulang excisinya.Setelah dilakukan pemeriksaan diatas (incisional biopsi)
baru dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan tumor ganas atau
bukan.
2. Brush biopsy
Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat
abnormal dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan menggunakan
alat berbentuk sikat, menempatkan sampel dalam slide dan melakukan tindakan
fiksasi sebelum membawa jaringan tersebut ke laboratorium. Tindakan
pengambilan sampel dengan skapel dan jarum biopsi diindikasikan pada kanker
yang sudah jelas terlihat, terdapat kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi
terdapat pada orang yang memiliki faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan
brush biopsi diindikasikan pad keadaan yang sebaliknya.
3. Teknik cahaya khemoluminesen
Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan khemoluminesen
setelah sebelumnya diwarnai dengan asam asetat. Hasilnya akan terlihat gambaran
opak acetowhite pada jaringan yang terkena kanker atau jaringan yang
abnormal.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan farmakologi
Typhonium Flagelliforme/Keladi
Tikus
ekstrak
dan
herbal
lainnya
mengandung ribosom dalam bertindak protein (RIP), anti oksidan, dan anti
kurkumin. Sel bersama-sama dipicu pada gilirannya menghasilkan mediator yang
merangsang dan memperkuat sel-sel lain dari sistem kekebalan tubuh untuk
memerangi sel-sel kanker. Sejak pertumbuhan sel kanker adalah reversibel
diberikan stimulus kimia yang benar dan lingkungan, penjelasan ini tidak terlalu
mengada-ada. Typhonium Plus merupakan kombinasi herbal selektif ekstrak yang
dalam karya sinergi Typhonium Flagelliforme penguatan/Keladi Tikus.
2. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Metastasis kelenjar limfe leher
Angka metastasis kelenjar limfe leher dari kanker lidah tinggi, dan terhadap
radioterapi tidak peka, maka operasi merupakan terapi utama. ketika klinis
timbul lesi metastatic N1-N2, harus dilakukan operasi pembersihan leher
radikal (RND), pasca operasi dapat diradioterapi. Pasien stadium T2 pasca
operasi sekitar 40% dapat timbul metastasis leher, maka terapi preventif
metastasis kelenjar limfe leher semakin penting. Oleh karena itu kecuali kasus
T1N0 yang dapat ditindaklanjuti secara berkala, pasien stadium T2-T4
walaupun secara klinis belum teraba pembesaran kelenjar limfe, juga harus
dilakukan operasi pembersihan leher elektif (END). Terhadap pasien T3-T4
manapun harus dilakukan RND sebagai bagian dari terapi bedah pertama.
b. Radioterapi
Karsinoma lidah dapat dilakukan dengan terapi radiasi eksternal maupun
radiasi internal. Sebelum radioterapi harus diperhatikan higiene rongga mulut
yang baik dengan membersihkan atau mencabut gigi yang karies, mencegah
dan mengeliminasi sumber infeksi dari dental. Pada tumor primer T1 dengan
lokasi dimana saja pada lidah
terapi kombinasi
terencana dan
terencana
terapi
yaitu dilakukan
pembedahan untuk mengambil semua tumor yang nampak dan teraba sampai
12 cm dari tepi tumor yang merupakan jaringan normal. Selanjutnya
dilakukan radioterapi untuk eradikasi tumor residu secara mikroskopik. Terapi
kombinasi tanpa rencana dilakukan sebagai terapi kuratif dan belum ada
kesepakatan tentang waktu untuk dilakukan radioterapi. Keuntungan
pemberian radioterapi preoperatif adalah sel kanker pada tepi tumor menjadi
inaktif, radioterapi menyebabkan sklerosis dan menyumbat aliran kelenjar
getah bening serta mengurangi penyebaran karsinoma saat pembedahan.
Tetapi radioterapi preoperatif menyebabkan gangguan penyembuhan luka
seperti fistula orofaringokutan, luka yang mengelupas serta ruptur vaskuler.
Saat ini ada kecenderungan untuk melakukan pembedahan terlebih dahulu dan
selanjutnya diberikan radioterapi. Keuntungan pendekatan ini adalah
morbiditas operasi dapat dikurangi dan kerugiannya adalah apabila terjadi
komplikasi pembedahan maka pemberian radioterapi menjadi terlambat dan
tidak efektif.
d. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan pada karsinoma stadium lanjut dan sebagai terapi
paliatif pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen yang
digunakan adalah cisplatin dan 5-fluorouracil. Adapun regimen lain yang biasa
digunakan adalah docetaxel yang mana merupakan agen efektif dan memiliki
tingkat respon yang lebih baik pada pasien-pasien dengan stadium lanjut,
rekuren, ataupun metastasis. Docetaxel berbeda dalam mekanisme kerjanya
dengan cisplatin dan 5-fluorouracil sehingga dapat dikombinasikan untuk
mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi ini
menghasilkan tingkat respons 90-93%. Efek samping yang dapat terjadi pada
pemberian
kombinasi
terapi
ini
yaitu
leukopenia,
neutropenia,
kulit.
Pola peran hubungan ditandai dengan sikap pasien yang terlihat nervus, tegang,
gelisah, cemas, mudah tersinggung. Apabila bisa menyesuaikan berarti tidak ada
masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya.
10. Pola Pertahanan Diri (Koping-Toleransi-Stress):
Pasien melakukan penanganan stress dan penggunaan sistem pendukung,
misalnya dengan penanganan obat untuk menangani stress, berbagi cerita dengan
kerabat, menangis, kontak mata, metode koping (metode untuk keluar dari
masalah).
11. Pola Sistem Nilai dan Keyakinan:
No
1.
Tujuan dan
Diagnosa
Kriteria Hasil
Keperawatan
Nyeri
dengan
asuhan keperawatan
ulkus 2
pada lidah.
Rasional
(NOC)
(akut) Setelah
berhubungan
Intervensi (NIC)
24
jam,
diharapkan
dapat
memenuhi
kriteria
nyeri,
misalnya
skala
nyeri
lokasi
nyeri,
yang
dialami
frekuensi, durasi,
dan
intensitas
(skala 0-10).
2. Dorong
pasien.
2. Meminimalisir
nyeri
dirasakan
yang
mengatakan
penggunaan
keterampilan
dan
manajemen nyeri
nyerinya
berkurang
dari
skala 5 menjadi
3, 2, 1, dan 0.
2. Klien
tampak
rileks.
3. TTV
klien
dalam
batas
normal, yaitu:
TD:
120/80
mmHg
N: 70x/ menit
S: 37o C
RR: 18x/ menit.
pasien.
3. Pasien
(misalnya teknik
relaksasi,
bimbingan
nyeri
dengan
tepat
secara
pasien
dan
mendengarkan
musik
mengurangi
mandiri.
4. Mempercepat
visualisasi,
imajinasi),
dapat
dalam
penyembuhan
nyeri.
untuk
pengalihan nyeri.
3. Ajarkan
klien
teknik relaksasi,
visualisasi,bimbi
ngan imajinasi.
4. Berikan analgesik
sesuai indikasi.
2.
Perubahan
Setelah
dilakukan 1. Monitor
masukan
dari kebutuhan 3
makanan
24
jam,
tubuh
diharapkan
berhubungan
dapat
dengan
berat
kesukaran
sebagai berikut:
1. Nafsu
makan
pasien.
menelan.
pasien
setiap
hari.
3. Anjurkan
tampak pucat.
3. Berat
badan
badan
dan
normal
atau kembali ke
kalori
nutrien,
dengan masukan
cairan adekuat.
badan 4. Berikan
makanan yang
masuk
jelaskan pasien
bertambah.
2. Klien
tidak
berat
asupan
pasien
klien
1. Mengetahui
obat
dalam
memenuhi
kebutuhan
nutrisi pasien.
2. Adanya
peningkatan
berat
badan
atau
berat
badan kembali
normal seperti
sebelum pasien
sakit.
3. Membantu
semula.
sesui indikasi
penyembuhan
pasien
dalam
memenuhi
kebutuhan
nutrisi.
3.
Hambatan
Setelah
komunikasi
asuhan keperawatan
kecepatan
keparahan
verbal
selama 1 x 24 jam,
bicara, tekanan,
pasien
berhubungan
diharapkan
dengan
menelan
status dapat
dilakukan
pasien
memenuhi
di
mulut.
2. Pembentukan
bolus
sesuai
dengan
dan volume.
2. Monitor pasien
terkait
dengan
ukuran/tekstur
bibir
melakukan
komunikasi
verbal.
2. Mengetahui
frustasi,
dampak
kemarahan,
psikologis dari
depresi,
atau
hambatan
respon-respon
kemampuan
lain disebabkan
berbicara yang
adanya
hambatan
dialami pasien.
3. Mengetahui
dan memahami
berbicara.
3. Kenali
emosi
dengan
dalam
perasaan
kemampuan
disesuaikan
dengan baik.
1. Mengetahui
karena
waktunya.
3. Jumlah menelan
bolus.
4. Menutup
1. Monitor
bentuk
komunikasi
dan
perilaku
yang
fisik
[pasien]
dilakukan
sebagai
bentuk
komunikasi
pasien.
4. Membantu
pasien
[mereka].
4. Sediakan
dapat
dalam
melakukan
metode alternatif
komunikasi
menulis
dengan
atau
membaca,
dengan
cara
yang tepat.
5. Sesuaikan gaya
komunikasi
orang
lain.
5. Mengetahui
apa yang ingin
dikomunikasik
an pasien selain
untuk memenuhi
dengan
kebutuhan klien
komunikasi
(misalnya,
menulis di meja,
menggunakan
kartu,
kedipan
non-verbal.
6. Perawat dapat
memahami
secara seksama
apa
mata,
yang
dikatakan
komunikasi
dengan gambar
pasien.
tangan
atau postur).
6. Instruksikan
pasien
untuk
berbicara pelan.
4.
Risiko infeksi.
Setelah
asuhan keperawatan
klien
selama 1 x 24 jam,
mengalami
diharapkan
infeksi
tanda
dan
gejala
infeksi
dapat
pasien
memenuhi
terhadap
secara
kontinu.
nyerinya
berkurang
dari
skala 5 menjadi
3, 2, 1, dan 0.
2. Ulkus atau luka
pada
lidah
pasien
menghilang.
3. Kemerahan
pada lidah klien
3. Ajarkan
cara
membersihkan
lidah.
4. Berikan
antibiotik sesuai
indikasi.
risiko
infeksi
yang
baik
atau tidak.
2. Mengurangi
pentingnya
mengatakan
pasien tersebut
kemungkinan
terjadi
pada
pasien.
3. Membantu
pasien
hygiene
dalam
oral,
sehingga
pasien
dapat
melakukannya
secara mandiri
setelah
mengetahui
cara
membersihkan
lidah
dengan
tepat.
4. Membantu
penyembuhan
lidah
pasien
dan
mengurangi
pasien
dalam
risiko infeksi.
(NANDA, 2015., Gloria M. Bulechek, 2013., Sue Moorhead, 2013.)
I. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
J. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan).
2. Evaluasi Sumatif (merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu).
(Poer, 2012)
K. REFERENSI
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA:
ELSEIVER.
Heirdman, Heather T. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 20152017 (Nursing Diagnoses: Definitions and Classification). Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEIVER.
Marlina, Lina. 2014. Karsinoma Lidah Referat Onkologi. Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran.
https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-