Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


“CA LARING”

OLEH:
LUH DILA AYU PARAMITA
2002621001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Laring atau kotak suara ( voice box) merupakan bagian yang terbawah dari
saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga
terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.
Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah
batas kaudal kartilago krikoid (Prabowo dkk, 2014).. Kanker laring
merupakan kanker langka ketika sel-sel ganas tumbuh pada laring (kotak
suara). Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari
sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki
gambaran histopatologi karsinoma sel skuamosa dengan varian yang
terdiri dari verrucous carcinoma, spindle carcinoma, basaloid squamous
cell carcinoma dan adenosquamous carcinoma dengan tingkat diferensiasi
sel baik, sedang, dan buruk (Arzia, 2016). Karsinoma laring adalah tumor
ganas yang berasal dari epitel laring. Laring terdiri dari supraglotis, glotis
dan subglotis. Laring berperan dalam koordinasi fungsi menelan dan
bernafas, termasuk berbicara, bernafas, aliran makan dan minum (Cahyadi,
2016).

2. Epidemiologi
Karsinoma laring adaalah urutan kedua terbanyak keganasan kepala dan
leher di seluruh dunia, dengan kejadian diperkirakan lebih dari 151.000
kasus yang mengakibatkan sekitar 82.000 kematian setiap tahun.
(Cahyadi, 2016).

3. Etiologi
Penyebab karsinoma laring belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namundiperkirakan berkaitan dengan kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol berlebihan, paparan radiasi serta infeksi HPV (Human Papiloma
Virus) pada sebagian kecil kasus (Maitra dan Kumar, 2017). Menurut
Ramroth et al (2011), terdapat beberapa etiologi lain terjadinya karsinoma
laring diantaranya karena terpapar bahan atau substansi berbahaya
misalnya asbes dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons. Peningkatan
risiko terjadinya karsinoma laring adalah terdapatnya keluarga yang
memiliki riwayat menderita kanker kepala dan leher.
4. Patofisiologi
Tumor atau sering dikenal dengan neoplasma adalah massa abnormal
jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkordinasikan
dengan pertumbuhan jaringan normal dan terus demikian walaupun
rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar
tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor
pengendali pertumbuhan yang normal (Ernawati, 2013). Tumor ganas atau
neoplasma ganas yang ditandai dengan diferensiensi yang beragam dari sel
parenkim, dari yang berdiferensiensi baik (well differentiated) sampai
yang sama sekalitidak berdifrensiensi. Neoplasma ganas yang terjadi atas
sel tidak berdiferensiensi disebut anapilastik (Ernawati, 2013). Tidak
adanya diferensiensi, atau anaplasia dianggap sebagai tanda utama
keganasan. Neoplasma ganas (kanker) tumbuh dengan cara infiltrasi,
invasi, destruksi dan penetrasi progresif ke jaringan sekitar. Kanker tidak
membentuk kapsul yang jelas. Cara pertumbuhannya yang infiltratif
menyebabkan perlu dilakukan pengangkatan jaringan normal disekitar
secara luas apabila suatu tumor ganas akan diangkat secara bedah.
(Ernawati, 2013)

5. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC 2016, sabagai berikut:
Tumor primer
1. Supraglotis
T1 : Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan pergerakan
pita suara asli masih normal
T2 : Tumor menginfasi >1 mukosa yang berdekatan dengan supraglotis
atau glotis atau daerah di luar supraglotis (misalnya : mukosa dasar lidah,
vallecula, dinding medial sinus pyriformis) tanpa fiksasi laring
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau
menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik
dan/atau invasi minor kartilago tiroid.
T4a : Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid/atau jaringan yang jauh
dari laring (misalnya : trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap
muscle, tiroid atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau
struktur mediastinum
2. Glotis
T1 : Tumor terbatas pada pita suara asli (mungkin melibatkan komisura
anterior atau posterior) dengan pergerakan yang normal
T1a : Tumor terbatas pada satu pita suara asli
T1b : Tumor melibatkan kedua pita suara asli
T2 : Tumor meluas ke supraglotis dan /atau subglotis, dan/atau dengan
gangguan pergerakan pita suara asli
T3 : Tumor pada laring dan fiksasi pita suara asli dan/atau menginvasi
ruang paraglotik dan/atau erosi minor kartilago tiroid
T4a : Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh dari
laring (misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle,
tiroid, atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau
struktur mediastinum
3. Subglotis
T1 : Tumor terbatas pada subglotis
T2 : tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal atau
terjadi gangguan
T3 : Tumor terbatas pada jaringan dengan fiksasi pita suara asli
T4a : Tumor mrnginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh dan
laring (misalnya : trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap
muscle, tiroid, atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi prevertebra sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
6. Gejala klinis
Tanda peringatan awal kanker laring bergantung pada lokasi tumor. Secara
umum suara parau atau serat yang berlangsung lebih dari 2 minggu harus
dievaluasi. Serak terjadi ketika tumor menginvasi otot dan kartilago di
sekitar laring, menyebabkan kekakuan pita suara. Kebanyakan klien
menunggu sebelum mencari pertolongan karena diagnosis serak kronis.
Tumor pada glotis mencegah penutupan glotis selama berbicara yang akan
menyebabkan suara serak atau perubahan suara. Tumor supraglotis dapat
menyebabkan nyeri pada tenggorok (terutama saat menelan), aspirasi saat
menelan, sensasi benda asing di tenggorok, massa leher, atau nyeri yang
menjalar ke telinga melalui nervus vagus dan glosofaringeus. Tumor
subglotis dapat tidak menunjukkan manifestasi klinis sampai lesi tumbuh
dan mengonstruksi jalan napas. Lebih dari 95% kasus tumor ganas laring
merupakan karsinoma sel skuamosa. Hal ini dikarenakan laring
merupakan organ yang dilapisi epitel skuamosa yang berubah bentuk
karena pajanan trauma atau akibat rangsangan karsinogenik. Perubahan
epitel normal menjadi ganas biasanya diawali oleh leukoplakia,
hiperplasia, keratosis non atipik, keratosis atipik, karsinoma insitu dan
karsinoma mikroinvasif. Selain karsinoma sel skuamosa bentuk
histopatologis lain adalah verrucous ca, pseudosarkoma, dan
adenokarsinoma. Tanda dan gejala klinis yang dialami penderita
karsinoma laring diantaranya suara serak, disfagia, hemoptisis, adanya
massa di leher, nyeri tenggorok, nyeri telinga, gangguan saluran nafas dan
aspirasi (Johnson, 2012).

7. Pemeriksaan
Untuk memastikan diagnosis kanker laring, dokter akan melakukan
serangkaian pemeriksaan di bawah ini:
 Pemeriksaan fisik
Melakukan memeriksa kondisi leher dan tenggorokan pasien,
misalnya ada tidaknya pembengkakan atau benjolan. melihat bagian
dalam mulut pasien, termasuk pipi, bibir, gusi, lidah, dan tenggorokan.
 Laringoskopi
Untuk melihat kondisi laring secara saksama, dokter bisa
menganjurkan laringoskopi. Melalui prosedur ini, dokter akan
memasukkan selang kecil dan lentur dengan kamera serta lampu di
salah satu ujungnya ke tenggorokan pasien.
 Biopsi
Mengambil sampel jaringan atau biopsi. Sampel ini kemudian
diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
 Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pemindaian lain juga mungkin dilakukan.
Contohnya, CT scan, MRI, PET scan, serta bone scan.

8. Diagnosis/kriteria diagnosis
Stadium kanker laring
Stadium kanker laring biasanya ditentukan dengan menggunakan
parameter tahapan TNM alias tumor, node, dan metastasis. Namun
terkadang dokter membaginya menjadi kanker laring stadium awal, lanjut
lokal, dan lanjut.Adapun cara membaca tahapan TNM adalah sebagai
berikut:
Tumor (T)
Fase T menggambarkan seberapa jauh kanker telah tumbuh dalam laring
dan jaringan di sekitarnya. Kanker ini bisa dimulai di beberapa bagian
laring yang meliputi:
 Di atas pita suara (supraglottis)
 Pada pita suara (glottis)
 Di bawah pita suara (subglottis)
Tahap T kemudian terbagi lagi dalam lima stadium berikut:
 Tis atau tumor insitu: Kanker masih sangat dini
 T1: Tumor hanya ada di satu bagian laring dan pita suara bisa
bergerak normal
 T2: Tumor mungkin dimulai di pita suara, di atas pita suara, atau di
bawah pita suara dan telah tumbuh di bagian lain dari laring
 T3: Ukuran tumor lebih besar dan memicu salah satu pita suara tidak
bisa bergerak
 T4: Tumor telah tumbuh menjadi jaringan tubuh di luar laring.
Node (N)
Fase N menggambarkan bahwa kanker laring telah menyebar ke kelenjar
getah bening. Fase ini terbagi menjadi empat tahap di bawah ini:
 N0: Kelenjar getah bening tidak mengandung sel kanker
 N1: Kelenjar getah bening mengandung sel kanker dan terletak di
bagian yang sama dengan kanker dengan ukuran kurang dari 3 cm
 N2a: Sama seperti N1, tapi ukuran kanker 3-6 cm
 N2b: Ada lebih dari satu kelenjar getah bening yang mengandung
kanker pada bagian yang sama, tapi ukurannya tidak lebih dari 6 cm
 N2c: Ada sel kanker di kelenjar getah bening letak di sisi lain leher
atau kelenjar di kedua sisi leher. Tapi kanker tidak lebih dari 6 cm
 N3: Setidaknya satu kelenjar getah bening yang memiliki kanker
berukuran lebih dari 6 cm
Metastasis (M)
Tahap M menggambarkan ada tidaknya penyebaran kanker ke bagian lain
tubuh. Tahap ini dibagi menjadi:
 M0: Tidak ada penyebaran kanker
 M1: Kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, misalnya paru-
paru (Hesham, 2014).

9. Theraphy/tindakan penanganan
Menurut Haryono (2012) Pengobatan penyakit ini tergantung pada
stadium kanker laring. Perawatan konvensional untuk kanker laring tahap
awal dilakukan dengan pembedahan atau terapi radiasi. Pada tahap
selanjutnya, penderita kanker ini mungkin memerlukan kombinasi radiasi
dan kemoterapi atau operasi diikuti oleh radiasi.
a. Operasi
Pembedahan dilakukan dengan pengangkatan tumor kanker dan
jaringan di sekitarnya. Dokter dapat melakukan diseksi leher untuk
menghilangkan kelenjar getah bening kanker di leher. Operasi kanker
laring termasuk reseksi endoskopik, laringektomi parsial, dan
laringektomi total. Tergantung pada jenis operasi, beberapa orang
mungkin memerlukan trakeostomi sementara atau permanen, adalah
lubang atau stoma di leher yang membantu penyembuhan setelah
pembedahan. Beberapa orang membutuhkan stoma permanen untuk
membantu bernapas. Juga akan membutuhkan alat bantu untuk
berbicara.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat membunuh sel kanker dan menghilangkan tumor.
Ketika melakukan terapi radiasi sinar eksternal, dokter mengarahkan
sinar radiasi pada tumor di leher. Sinar tersebut tergolong kuat dan bisa
membakar kulit di samping sel-sel kanker, bahkan menyakitkan.
c. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan menggunakan kombinasi obat untuk membunuh
sel kanker dan meningkatkan efek terapi radiasi. Tim medis
menggunakan kemoterapi untuk mengurangi ukuran tumor besar
sebelum operasi. Juga dapat membantu meningkatkan hasil bedah dan
kosmetik (penampilan). Obat ini dalam bentuk pil atau infus.
Kemoterapi dilakukan dengan memasuki aliran darah dan menyebar
melalui tubuh, membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat, yang
mungkin termasuk sel-sel kanker dan sehat. Kemoterapi dapat
menimbulkan efek samping, seperti mual, penurunan berat badan, dan
rambut rontok.

10. Komplikasi
Disfagia, Kehilangan suara, Gangguan pada fungsi lidah dalam mengecap
rasa, Penurunan fungsi sistem imun, Mulut kering, Kelelahan, Sesak
napas, Mengalami kesulitan menelan, Perubahan pada kulit, Peradangan
mukosa tenggorokan atau lapisan dalam tenggorokan, Mual, muntah, dan
Malnutrisi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fistula. Dari data
yang didapatkan sebanyak 6% pasien menderita stenosis, sebanyak 12%
pasien mendapat komplikasi fistula dan 4% terjadi rekurensi. Hasil
tersebut sesuai dengan penelitian oleh hermani dkk (2010) yang
menyatakan bahwa karsinoma laring lebih banyak mengenai laki-laki dari
pada perempuan usia terbanyak dialami pada dekade 5-6, begitu juga
dengan faktor resiko yang menyebabkan yaitu rokok dan alkohol. Pasien
datang pada umumnya dengan keluhan suara serak yang meningkat
menjadi sesak nafas seiring dengan meningkatnya stadium dari tumor
(Cahyadi, 2016).

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pengkajian
1. Pengkajian primer
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara
serak yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran
dan perubahan pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long
Barbara, Harrison, Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian
akan didapatkan data sebagai berikut :
Biografi
a) Usia
b) Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1
c) Pekerjaan:Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti
apenyanyi, penceramah, dosen.
d) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang
tinggi, seperti tinggal di wilayah industri.
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit
menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat
badan, nyeri tenggorok, lemah.
2. Pengkajian sekunder
a) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum

2) Tanda-tanda vital
a. Suhu
b. Tekanan Darah
c. Respirasi
d. Nadi
e. Pengukuran BB
f. Kepala
g. Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
h. Leher

b) Pemeriksaan Penunjang
1) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi
terhadap sisi luar laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat
menelan. Pada kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah
saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya
pembesaran dan nyeri.
2) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada
tenggorokan.
3) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan
adanya lesi-lesi loca
4) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan
kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa
terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakang
leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit
tenggorokan, riwayat epiglottis.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa
positif kanker laring.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kasus CA
Laring adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk
dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut
syaraf oleh sel-sel tumor
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan saluran pencernaan.(disfagia)
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan
anatomi wajah dan leher.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah diberikan asuhan a. Pantau frekwensi atau a. perubahan pada pernapasan,
efektif berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam kedalaman pernapasan. Auskultasi adanya ronki, mengi, diduga
diharapkan bersihan jalan napas
dengan pengangkatan bunyi napas. Selidiki kegelisahan, adanya retensi sekret.
dapat diatasi dengan kriteria
sebagian atau seluruh hasil: dispnea, dan sianosis. b. memudahkan drainase
glotis, gangguan 1. Frekuensi pernafasan dalam b. Tinggikan kepala 30-45 derajat sekret, kerja pernapasan dan
kisaran normal
kemampuan untuk c. Dorong menelan bila pasien ekspansi paru.
2. Bunyi nafas bersih dan jelas
bernapas, batuk dan 3. tidak sesak mampu. c. mencegah pengumpulan
menelan, serta sekresi 4. tidak sianosis d. Berikan humidifikasi tambahan, sekret oral menurunkan resiko
banyak dan kental. contoh tekanan udara atau oksigen aspirasi. Catatan : menelan
dan peningkatan masukan cairan. terganggu bila epiglotis
e. Pantau seri GDA atau nadi diangkat atau edema
oksimetri, foto dada. paskaoperasi bermakna dan
nyeri terjadi.
d. fisiologi normal ( hidung)
berarti menyaring atau
melembabkan udara yang
lewat.Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya
mukosa dan memudahkan
batuk atau penghisapan sekret
melalui stoma.
e. pengumpulan sekret atau
adanya ateletaksis dapat
menimbulkan pneumonia yang
memerlukan tindakan terapi
lebih agresif.
2 Kerusakan komunikasi Setelah diberikan asuhan a. Kaji atau diskusikan praoperasi a. untuk mengurangi rasa takut
verbal berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam mengapa bicara dan bernapas pada klien.
dengan defisit anatomi diharapkan kerusakan terganggu,gunakan gambaran b. adanya masalah lain
(pengangkatan batang komunikasi verbal dapat diatasi anatomik atau model untuk mempengaruhi rencana untuk
suara). dengan kriteria hasil: membantu penjelasan. pilihan komunikasi.
1. komunikasi klien efektif b. Tentukan apakah pasien c. memungkingkan pasien
2. mengetahui metode mempunyai gangguan komunikasi untuk menyatakan kebutuhan
komunikasi yang tepat lain seperti pendengaran dan atau masalah. Catatan : posisi
penglihatan IV pada tangan atau
c. Berikan pilihan cara komunikasi pergelangan dapat membatasi
yang tepat bagi kebutuhan pasien kemampuan untuk menulis
misalnya papan dan pensil, papan atau membuat tanda.
alfabet atau gambar, dan bahasa d. Kemampuan untuk
isyarat. menggunakan pilihan suara
d. Konsul dengan anggota tim dan metode bicara (contoh
kesehatan yang tepat atau terapis bicara esofageal) sangat
atau agen rehabilitasi (contoh bervariasi, tergantung pada
patologis wicara, pelayanan sosial, luasnya prosedur pembedahan,
kelompok laringektomi) selama usia pasien, dan motivasi untuk
rehabilitasi dasar dirumah sakit kembali ke hidup aktif. Waktu
sesuai sumber komunikasi (bila rehabilitasi memerlukan waktu
ada). panjang dan memerlukan
sumber dukungan untuk proses
belajar.
3 Gangguan rasa nyaman : Setelah diberikan asuhan a. Sokong kepala dan leher dengan a. kelemahan otot diakibatkan
nyeri berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam bantal.Tunjukkan pada pasien oleh reseksi otot dan saraf pada
penekanan serabut syaraf diharapkan gangguan rasa bagaimana menyokong leher struktur leher dan atau bahu.
oleh sel-sel tumor nyaman (nyeri) dapat diatasi selama aktivitas. Kurang sokongan
dengan kriteria hasil: b. Dorong pasien untuk meningkatkan
1. nyeri berkurang/hilang mengeluarkan saliva atau ketidaknyamanan dan
2. tidak gelisah penghisap mulut dengan hati-hati mengakibatkan cedera pada
3. rileks dan ekspresi wajah ceria bila tidak mampu menelan area jahitan.
c. Catat indikator non verbal dan b. menelan menyebabkan
respon automatik terhadap nyeri. aktivitas otot yang dapat
Evaluasi efek analgesik. menimbulkan nyeri karena
d. Kolaborasi dengan pemberian edema atau regangan jahitan.
analgesik, contoh codein, ASA, c. alat menentukan adanya
dan Darvon sesuai indikasi. nyeri dan keefektifan obat
d. derajat nyeri sehubungan
dengan luas dan dampak
psikologi pembedahan sesuai
dengan kondisi tubuh.
Diharapkan dapat menurunkan
atau menghilangkan nyeri.
4 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah diberikan asuhan a. Auskultasi bunyi usus a. makan dimulai hanya
nutrisi kurang dari keperawatan selama 2 x 24 jam b. Pertahankan selang makan, setelah bunyi usus membik
kebutuhan tubuh diharapkan ketidakseimbangan contoh periksa letak selang : setelah operasi.
berhubungan dengan nutrisi dapat diatasi dengan dengan mendorongkan air hangat b. selang dimasukan pada
gangguan saluran kriteria hasil: sesuai indikasi pembedahan dan biasanya
pencernaan (disfagia) 1. Nutrisi klien adekuat c. Ajarkan pasien atau orang dijahit.Awalnya selang
2. Diit sesuai nutrisi terdekat teknik makan sendiri, digabungkan dengan penghisap
3. Peningkatan BB contoh ujung spuit, kantong dan untuk menurunkan mual dan
4. Penyembuhan jaringan atau metode corong, menghancurkan muntah. Dorongan air untuk
insisi sesuai waktunya makanan bila pasien akan pulang mempertahankan kepatenan
dengan selang makanan. Yakinkan selang.
pasien dan orang terdekat mampu c. membantu meningkatkan
melakukan prosedur ini sebelum keberhasilan nutrisi dan
pulang dan bahwa makanan tepat mempertahankan martabat
dan alat tersedia di rumah orang dewasa yang saat ini
terpaksa tergantung pada orang
d. Berikan diet nutrisi seimbang
lain untuk kebutuhan sangat
(misalnya semikental atau
mendasar pada penyediaan
makanan halus) atau makanan
makanan.
selang (contoh makanan
d. macam-macam jenis
dihancurkan atau sediaan yang
makanan dapat dibuat untuk
dijual) sesuai indikasi.
tambahan atau batasan faktor
tertentu, seperti lemak dan gula
atau memberikan makanan
yang disediakan pasien.
5 Gangguan citra diri Setelah diberikan asuhan a. Diskusikan arti kehilangan atau a. alat dalam mengidentifikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam perubahan dengan pasien, atau mengartikan masalah
kehilangan suara, diharapkan gangguan citra diri identifikasi persepsi situasi atau untuk memfokuskan perhatian
perubahan anatomi wajah dapat diatasi dengan kriteria harapan yang akan dating dan intervensi secara
dan leher. hasil: b. Catat bahasa tubuh non verbal, konstruktif
1. Mengidentifikasi perasaan perilaku negatif atau bicara sendiri. b. dapat menunjukkan depresi
dan metode koping untuk Kaji pengrusakan diri atau perilaku atau keputusasaan, kebutuhan
persepsi negatif pada diri bunuh diri untuk pengkajian lanjut atau
sendiri c. Catat reaksi emosi, contoh intervensi lebih intensif
2. menunjukkan adaptasi awal kehilangan, depresi, marah c. pasien dapat mengalami
terhadap perubahan tubuh d. Kolaboratif dengan merujuk depresi cepat setelah
sebagai bukti dengan pasien atau orang terdekat ke pembedahan atau reaksi syok
partisipasi aktivitas sumber pendukung, contoh ahli dan menyangkal. Penerimaan
perawatan diri dan interaksi terapi psikologis, pekerja sosial, perubahan tidak dapat
positif dengan orang lain. konseling keluarga. dipaksakan dan proses
3. Berkomunikasi dengan orang kehilangan membutuhkan
terdekat tentang perubahan waktu untuk membaik
peran yang telah terjadi. d. pendekatan menyeluruh
4. Mulai mengembangkan diperlukan untuk membantu
rencana untuk perubahan pasien menghadapi rehabilitasi
pola hidup. Berpartisipasi dan kesehatan. Keluarga
dalam tim sebagai upaya memerlukan bantuan dalam
melaksanakan rehabilitasi pemahaman proses yang pasien
lalui dan membantu mereka
dalam emosi mereka.
Tujuannya adalah
memampukan mereka untuk
melawan kecendrungan untuk
menolak dari atau isolasi
pasien dari kontak sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J., (2010), Buku saku diagnosa keperawatan, Edisi 8. EGC :
Jakarta.

Corwin, E. J., (2019), Buku saku pathofisiologi. Edisi 3. EGC: Jakarta.

DeLaune & Ladner. (2012). Fundamental of nursing: Standards and


practice. New York: Delmar.

Doenges, M. E., Moorhous, M. F., & Geissler, A. C., (2009), Rencana


asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. EGC: Jakarta.

IAUI (Ikatan Ahli Urologi Indonesia). (2013). Pedoman penatalaksanaan


BPH di Indonesia. Style sheet: www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf.

Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia). (2010). Profil penduduk


lansia 2009. Komnas Lansia: Jakarta

Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia). (2009). Lampu kuning


ledakan kaum renta. Style sheet:
http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?name=News&file=article&si
d =26.

Mansjoer, A., dkk, (2014), Kapita selekta kedokteran, Edisi Jilid 2, Media
Aesculapius, Jakarta.

Nies, M.A. & McEwen, M. (2017). Community / publuc helath nursing:


Promoting the health of populations. (4th edition). St Lois: Saunders
Elsevier

Parsons, J.K. (2010). Benign prostatic hyperplasia and male lower urinary
tract symptoms: Epidemiology and risk factors. Springer Journal, Curr
Bladder Dysfunct Rep, 5:212–218.

Purnomo, B. B., (2016), Dasar-dasar urologi. CV Info Medika: Jakarta.

Putra, R.A. (2012). 2020, Lansia Indonesia lebih banyak hidup di kota.
Style sheet: http://mizan.com/news_det/2020-lansia-indonesia-lebih-
banyakhidup-di-kota.html.

Roehrborn, C. G., & McConnell, J. D. (2011). Benign prostatic


hyperplasia: etiology, pathophysiology, epidemiology, and natural history.
CampbellWalsh Urology. (10th ed). Philadelphia: Saunders Elsevier.

Sjamsuhidajat, R., & Jong, de.W. (2015). Buku ajar ilmu bedah (Edisi 2).
EGC. (Hal 782–786): Jakarta
Smeltzer S.C., & Bare, B.G. (2013). Brunner & Suddarth’s textbook of
medical surgical nursing. (10th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2014). Community and public health


nursing. Missouri: Mosby

Wilkinson M. Judith & Ahern R. Nancy. 2011. Buku saku diagnosis


keperawatan. Edisi 9. EGC : Jakarta
Pathway
Faktor predisposisi

(alkohol, rokok, radiasi)

proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Ca. Laring

Metastase Plica vocalis Menekan/ Obstruksi jalan


supraglotik ↓ mengiritasi serabut napas
↓ Suara parau syaraf ↓
Obstruksi lumen ↓ ↓ Mengiritasi sel
oesophagus Afonia Nyeri laring
↓ ↓ dipersepsikan ↓
Disfagia Gangguan ↓ Infeksi
progresif Komunikasi Gangg. Rasa ↓
↓ verbal nyaman : nyeri Akumulasi
Intake < sekret
↓ ↓
BB ↓ Bersihan
↓ jalan napas tak
Gangguan efektif
Pemenuhan
nutrisi

Anda mungkin juga menyukai