Anda di halaman 1dari 28

BIOPSI

Mochamad Sri Arya Heriawan

D EFIN ISI

Bios
(hidup)

Opsis
(meliha
t)

Biopsi
(melihat yang
hidup)

Biopsi prosedur diagnostik berupa pengambilan


jaringan/sel hidup dan diperiksa di bawah mikroskop
oleh seorang ahli patologi untuk menegakkan
diagnosis.
Lukito P; Soemitro M.P; Lokarjana L. Penuntun Diagnostik dan Tindaan Terapi Tumor Ganas.
Jakarta: Sagung Seto. 2010.

TUJUAN

Diagnos
is

Grading

Terapi

Prognos
is

Oncology. Basic Principles. Schwartz 9th ed,.2010. p466


Lukito PF. Petunjuk Diagnosis dan Tindakan Terapi Tumor Ganas. Bandung. 2009

Petunjuk Khusus Penatalaksanaan


Biopsi
1. Jaringan

yang diam bil harus m asih hidup dan


dipertahankan (dengan fi
ksasi yang baik) sam pai pada
pem eriksaan dibaw ah m ikroskop.

2. Jaringan yang diam bilharuslah bukan yang nekrosis.


3. Agar sam pel jaringan

tidak m enjadi nekrosis perlu


segera dim asukkan ke dalam cairan fi
ksasi, sehingga
gam baran m ikroskopisnya m asih seperti jaringan
tersebut m asih hidup.

4. H indari daerah-daerah yang terinfeksi, karena jaringan

dari daerah tersebut penuh dengan sel-sel radang,


sehingga bisa m engganggu pem eriksaan histopatologis.

Lukito P; Soemitro M.P; Lokarjana L. Penuntun Diagnostik dan Tindakan Terapi Tumor
Ganas. Jakarta: Sagung Seto. 2010.

5. Hindari melakukan trauma luas, karena manipulasi

jaringan akan melebarkan daerah kontaminasi sel


tumor yang akan mempersulit penutupan luka.

6. Hindari

anastesi infiltrasi, sehingga bila mungkin


sebaiknya dengan anastesi regional atau anastesi
umum .

7. Surat pengantar preparat ke laboratorium patologi


harus jelas & lengkap, juga harus dicantumkan
diagnosis banding yang diperkirakan.

Lukito P; Soemitro M.P; Lokarjana L. Penuntun Diagnostik dan Tindakan Terapi Tumor
Ganas. Jakarta: Sagung Seto. 2010.

Prinsip-Prinsip O nkologipada Pem bedahan


1.

Jangan memakai anestesi infiltrasi;

2.

Jangan menekan massa tumor;

3.

Jangan menarik-narik preparat;

4.

Jaringan sekitar tumor yang diikutsertakan dengan


preparat yang diangkat harus setebal mungkin;

5.

Daerah kelanjar diangkat dalam satu preparat dengan


tumor primernya (en bloc);

6.

Bekas biopsi atau bekas operasi sebelumnya yang


tidak radikal atau bekas pungsi jangan dibuka kembali
atau diinsisi, jangan disinggung-singgung;

7.

Permukaan tumor yang berulkus/ tempat dimana


tumor telah mencapai permukaan harus ditutup atau
dikoagulasi agar daerah operasi tidak terkontaminasi.

Lukito P; Soemitro M.P; Lokarjana L. Penuntun Diagnostik dan Tindaan Terapi Tumor Ganas. Jakarta: Sagung
6
Seto. 2010.

Teknik Biopsi
Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
Large needle aspiration biopsy
Core needle biopsy
Biopsi insisi
Biopsi eksisi
Punch biopsy
Shave biopsy
Biopsi endoskopik
Biopsi sumsum tulang

Fine Needle Aspiration


Biopsy (FNAB)

Menggunakan jarum halus dipandu ke dalam


massa tumor aspirasi sel dan fragmen jaringan
disebarkan ke atas gelas objek fiksasi diperiksa.

Kelebihan:
Mudah
Lebih nyaman
Atraumatik
Relatif aman
Murah

Kekurangan:
Kurang interpretatif
Sensitivitas 80-90%

Contoh: FNAB massa payudara dapat


membuat diagnosis keganasan, tapi tidak
dapat
membedakan
tumor
invasif/noninvasif

2. C ore N eed le B iop sy

Insisi kecil insersi jarum 14 16 G dalam posisi


tertutup jarum dibuka trokar bagian dalam m asuk ke
tum or bagian luar didorong m assa tum or m asuk ke
trokar form alin
Anestesilokal, tanpa jahitan
Insersi4 6 kali untuk m em peroleh jum lah yg cukup

Excision
al biopsy
Open
biopsy
Incisiona
l biopsy

Lebih banyak jaringan untuk


pemeriksaan histologis

Prosedur operatif

3. B iop si In sisi

Sebagian
kecil tumor

Penempat
an lokasi

Represent
atif

Sempit
dan dalam

Cegah
hematom

Arah insisi

Devita. Cancer &Principle of Oncology.


8th ed

B iop si Eksisi
Seluruh
lesi

Tepi
Bebas
Tumor

Kedalam
an cukup

Biop
si
eksis
i

Kuratif

Eksisi
elips

5 . B iop si tekan (p u n ch b iop sy)

U ntuk m engam bilsam peldarirash

kulit atau m assa yang kecil(Full


thickness)
M enghasilkan potongan kulit
berbentuk silindris.
Scar m inim al

Shave biopsy

Pisau digerakkan arah horisontal permukaan kulit, ke


bawah lesi, sementara tangan nondominan
meregangkan dan menstabilkan kulit di sekitar lesi

Biopsi Endoskopik

Selama endoskopi, alat khusus dimasukkan melalui tube


untuk mengambil sampel jaringan yang akan diperiksa
Jenis endoskopi tergantung lokasi area yang dicurigai
Tube dapat dimasukkan lewat mulut (gastroskopi),
rektum (kolonoskopi), atau saluran urin (sistoskopi)

Trephine Biopsy

Untuk biopsi tulang rawan atau sumsum tulang

Sampel diambil dari tulang spina iliaka superior


posterior.

Anestesi alat ditusukkan ke tulang digergaji


(ditekan & diputar-putar) disedot dikeluarkan
diperiksa di laboratorium PA.

Pemeriksaan harus diproses dengan dekalsifikasi,


kalau tidak hanya kelihatan keping-keping tulang saja

Lukito P; Soemitro M.P; Lokarjana L. Penuntun


Diagnostik dan Tindaan Terapi Tumor Ganas. Jakarta:

Kom plikasi

Penyebaran Tumor
Chronic Wound
Infeksi
Perdaraha
n

M etode D iagnosis Patologi Tum or


Potongan blok parafi
n
Potongan beku (frozen

section/vriescoup)
D iagnostik sitologik
Teknik sitokim ia
Teknik im unohistokim ia
D iagnostik m ikroskopik elektron
autopsi

Blok Parafi
n VS Potong Beku

-dehidrasi,fiksasi parafin,
potong, perwarnaan.
-pemeriksaan lebih lama
-lebih akurat

-cetak beku
-Lebih cepat (30 menit-1jam)
-tidak dapat menggantikan
diagnosis parafin blok
-mengetahui batas tumor
-tidak bisa untuk jaringan
tulang

Teknik im unohistokim ia (IH C)


Prinsip IH C: reaksiantigen-antibodi
m enggunakan reaksiantibodiyang sudah diketahui
bereaksidengan antigen targetterbentuk kom pleks
antigen-antibodi. kom pleks ditam pilkan dengan
w arna dibuktikan keberadaan antigen target tsb.

(PR, ER, H ER2N eu)

Pemeriksaan
Histopatologis
Penilaian
makrosko
pis

DIAGNOSI
S
Penilaian
mikroskop
is

Pembacaan Gambaran
Makroskopis
Dilihat dengan mata telanjang:
bentuk dan morfologi tumor,
warna,
adanya nekrotik,
adanya perdarahan.
konsistensinya,
rapuh atau tidak,
ukuran tumor

Pembacaan Gambaran
Mikroskopis
G am b aran

Jin ak

G an as

m orfolog i
Jarin g an

Tersusun

Tidak tersusun

A rsitektu r

M irip jaringan asal

Kurang/tidak m irip
dengan jaringan asal

P eru b ah an

Jarang atau tidak ada N ekrosis,perdarahan

seku n d er
S el

Berdiferensiasibaik

Berdeferensiasiburuk

U ku ran , b en tu k

Seragam

Pleom orfi
k

In ti

Serupa dengan

Atipik

U ku ran , b en tu k

norm al
Reguler

Ireguler

K rom atin

Tersebar m erata

N u kleolu s

Tidak jelas

M enonjol,banyak

PEM ER IK SA A N
H ISTO PATO LO G I
A . P em eriksaan m akroskop is

D eskripsispesim en dilihat dengan m ata telanjang


e.g. : Jaringan dari maksila dextra, ukuran 2X1,5X1 cm,

bentuk tidak beraturan, putih kecoklatan kenyal, pada


irisan tampak massa padat putih batas tidak tegas
diameter 1,5 cm
B . P em eriksaan m ikroskop is

D eskripsitem uan dibaw ah m ikroskop


e.g. : Sediaan terdiridarijaringan fi
b rokolagen , inti

dalam batas norm al. D iantaranya tam pak trabekula


tulang im m ature berbentuk C shape (Chinese fi
gure like).
Tidak tam pak tanda tanda ganas
C . D iag n osis

Kesim pulan daripenilaian m akroskopis dan m ikroskopis


e.g. : Fibrous dysplasia a/r m aksila dextra

STAG IN G
T1, T2, T3, & T4
Ukuran
lesi
primer

N0, N1, N2, & N3

TNM
Penyebar
an KGB
regional

Stagi
ng

Ada / tdk
ada
metastasi
s

M0 and M1

Stagin
g
AJC

Stadium 0 - IV

Klasifi
kasiTN M
Berdasarkan pem eriksaan 3 kom ponen, yaitu :

T : EkstensiTum or Prim er
N : Ada/tidaknya pem besaran dan
penyebaran Kelenjar G etah Bening regional
M : Ada/tidaknya M etastasis jauh

Penam bahan angka pada ketiga kom ponen

diatas m elam bangkan


keganasan yaitu :
T0, T1, T2, T3, T4,
N 0, N 1, N 2, N 3,
M 0, M 1

ekstensi dari suatu

G rading
Tingkat keganasan berdasarkan diferensiasi sel

tumor dan jumlah mitosis didalam tumor.


Diklasifikasikan menjadi grade I, II, III, atau IV

meningkatnya anaplasia.
The American Joint Committee on Cancer

recommends the following guidelines for grading


tumors:
Grade
GX

Grade cannot be assessed (Undetermined


grade)

G1

Well-differentiated (Low grade)

G2

Moderately differentiated (intermediate


grade)

G3

Poorly differentiated (high grade)

Undifferentiated
grade)
Kumar, G4
Abbas, Fausto, Mitchell.
Robbins Basic(High
Pathology.
8th Ed. 2006. Wb Saunders
Elsevier Inc.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai