Anda di halaman 1dari 18

2.

1 Memahami dan Menjelaskan Variasi Normal Rongga Mulut


2.1.1 Definisi
Variasi normal rongga mulut bukan merupakan suatu gambaran klinis yang tidak biasa, tetapi
ada beberapa gambaran klinis yang merupakan bukti adanya gambaran klinis dari variasi normal
rongga mulut.
Etiologi
Biasanya tidak ada penyebab apapun dari variasi normal ini tetapi kemungkinan karena adanya
faktor genetik atau stress emosional.
Gambaran Klinis
Pada variasi normal rongga mulut menunjukkan penampakan simetris bilateral pada lokasi atau
perluasan, biasanya asimptomatik, statis atau tidak berubah, dan merupakan variasi dari suatu
jaringan normal yang akan lebih terlihat seiring bertambahnya usia.
2.1.2 Klasifikasi

1. Fordyce Granule
Definisi :
Kelenjar sebasea ektopik atau atau Sebaseous choristomas (Jaringan normal yang terdapat dalam
lokasi yang abnormal) di dalam mukosa oral. Pada keadaan normal, kelenjar sebasea ini terlihat
di dalam dermal adnexa, yang berhubungan dengan folikel rambut.
Etiologi dan faktor predisposisi :
Etiologi dari Fordyce granule adalah developmental origin, dan bukan merupakan suatu penyakit,
namun gangguan developmental
Etiologi dan faktor pencetus penyakit Fox-Fordyce belum diketahui. Beberapa faktor, misalnya
pengaruh emosional dan/atau hormonal, dan perubahan kimiawi pada komponen keringat diduga
berperan dalam mencetuskan penyakit. Sulit untuk memastikan apakah penyakit Fox Fordyce
termasuk penyakit inflamasi atau perubahan kornifikasi yang dipengaruhi faktor genetik. Gejala
dan tanda penyakit Fox-Fordyce timbul saat masa subur, terutama pada perempuan, saat fungsi
kelenjar apokrin meningkat; setelah menopause, biasanya lesi menghilang.

Gambaran klinis :
Fordyce Granules mucul dalam bentuk papula berwarna putih kekuningan yang multiple atau
bisa juga muncul sebagai papula berwarna putih. Fordyce Granule ini kadang terlihat menyerupai
kumpulan, dan paling banytak terdapat pada mukosa bukal dan berupa garis merah terang pada
bibir atas. Adakalanya Fordyce Granules (FG) dapat terlihat pada area Retromolar Pad dan pada
pillar tonsil anterior. Prevalensi terjadinya biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan. Granulanya cenderung muncul pada masa pubertas dan meningkat dalam jumlah
sesuai dengan meningkatnya umur. FG bersifat asimtomatik dan sering ditemukan dalam
pemeriksaan rutin. Secara historic, FG ini identik dengan kelenjar sebasea normal yang
ditemukan di dermis.

Penatalaksanaan :
Pada Kasus FG ini sebenarnya tidak perlu dilakukan pembedahan. Namun pada kasus FG
dengan garis merah terang pada bibir atas mungkin harus dilakukan pembedahan karena
alasan mengganggu estetik.

2. Hairy Tongue
Definisi
Hairy tongue adalah pemanjangan secara abnormal dari papilla filiformis yang membuat dorsum
lidah tampak seperti berambut.
Perubahan pada papilla ini terutama berdampak pada middorsum lidah yang sering kali menjadi
berubah warna. Perubahan warna tersebut merupakan akhibat dari faktor-faktor intrinsik
(organisme kromogenik) dengan faktor-faktor ekstrinsik (warna makanan dan tembakau).

Etiologi dan Faktor predisposisi


Penyebab utama dari hairy tongue merupakan hipertrofi papilla filiformis pada bagian dorsal
lidah, umumnya disebabkan kurangnya stimulus mekanis dan pembersihan. Kondisi ini sering
nampak pada masyarakat dengan oral hygiene yang buruk ( misalnya jarang menyikat gigi ).
Selain itu hairy tongue dapat terjadi pada perokok, peminum kopi dan teh, pengguna obat kumur,
diet lunak dengan sedikit serat, antibiotik (penicillin, cephalosporin, chloramphenicol,
streptomycin, dan tetrasiklin), kortikosteroid, NSAID dan psikotropika, kanker lidah, dan terapi
radiasi pada kepala dan leher. Faktor predisposisi dari hairy tongue adalah proliferasi
mikroorganisme kromogenik.

Gambaran klinis
Semua kasus hairy tongue ditandai dengan hipertropi papilla filiformis disertai sedikit jumlah
deskuamasi normal. Papila filiformis normal berukuran 1 mm, sedangkan pada hairy
tongue panjang papilla filiformis berkisar lebih dari 3 mm. Hairy Tongue umumnya ditemukan
pada pria, terutama pada kalangan perokok dan peminum kopi atau teh. Diskolorasi pada hairy
tongue tergantung pada 2 faktor yaitu faktor ekstrinsik (rokok, kopi, teh atau makanan) dan faktor
intrinsik ( flora normal pada rongga mulut).

Penatalaksanaan
Pengobatan hairy tongue tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika memiliki kebersihan
mulut yang sangat buruk, maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi, sehingga
dapat di diagnosis dan diobati sejak awal. Namun jika kondisi ini ringan dan tanpa gejala maka
yang terbaik adalah melakukan perawatan gigi dan mulut seperti menggunakan pembersih lidah
dan menggosok permukaan dorsal lidah sesering mungkin sehingga mencegah akumulasi partikel
makanan dan bakteri di wilayah ini. Selain itu pasien di himbau agar menghindari faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan kondisi ini seperti merokok, mengunyah tembakau,dll.

3. Fissure Tongue
Definisi
Kondisi varian normal yang ditandai dengan terdapatnya celah yang dalam di dorsum lidah dan
umumnya tidak ada gejala sakit. Fissure tongue biasanya kedalamanya 2-6 mm pada permukaan
dorsal lidah akan tetapi keadaan ini menjadi semakin nyata seiring dengan bertambahnya umur.

Etiologi dan Faktor Predisposisi


Kondisi ini herediter/gen, terlihat saat lahir/ mungkin lebih jelas ketika bertambahnya usia.
Fissure tongue juga dapat manifestasi dati down syndrome, sjogren syndrome dan psoriasis.
Celah dapat lebih jelas saat bertambahnyaa usia dan dapat manifestasi dari melkesson Rosenthal
syndrome, down syndrome, sjongren syndrome dan psoriasis

Gambaran klinis
Bervariasi dalam bentuk, jumlah, kedalaman dan panjang serta pola dari celah tersebut. Celah
fissure tongue terdapat lebih dari 1 yang dalanya 2-6 mm. biasanya asimptomatik dan ditemukan
secara kebetulan akan tetapi akumulasi makanan yang terjebak dalam celah tersebut dapat
menimbulkan halitosis dan glossitis.
Penatalaksaan
Edukasi pasien bahwa fissure tongue adalah variasi normal dan tidak berbahaya, menjaga Oral
Hygiene.

4. Torus
Definisi
Tonjolan tulang pada rahang, terletak pada garis tengah palatum (torus palatinus) dan gusi
cekat lingual dari mandibula (torus mandibularis).

Etiologi
Penyebab utama adanya torus baik itu pada mandibula (torus mandibularis) maupun palatina
(torus palatinus) saat ini belum diketahui dengan pasti. Teori yang saat ini paling diterima secara
luas adalah berhubungan dengan genetik. Di bawah ini adalah kemungkinan etiologi dari torus
yang ditemukan oleh para peneliti:
a. Peneliti menyebutkan bahwa torus diturunkan secara autosomal dominan. Dimana pada anak
perempuan, ibu dan nenek memiliki autosomal dominan torus palatinus ditemukan terdapat pada
semua wanita tersebut.
b. Adanya injury superficial atau kejadian tersebut merupakan respon fungsional individual.
c. Kebiasaan makan. Peneliti menghubungkan konsumsi ikan dengan adanya torus karena ikan
berisi asam lemak tak jenuh dan vitamin D yang dapat mendorong pertumbuhan tulang.
Selain itu, adannya penggunaan jangka panjang dari phenitoin merupakan faktor yang dapat
meningkatkan ukuran torus karena phenitoin akan mempengaruhi peningkatan hemostasis
kalsium, berfungsi sebagai agen osteogenik. Namun faktor ini bukan merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya torus.
Gambaran klinis
Torus mempunyai kontur yang licin, membulat, mukosanya tampak normal atau sedikit pucat
dan dasarnya tanpa tangkai. Seringkali torus dijumpai mempunyai permukaan yang
bergelembng yang didalamnya terdiri dari tulang-tulang kortikal dengan beberapa tulang
spongiosa. Torus cenderung membesar perlahan dengan bertambahnya usia, tetapi tetap tanpa
gejala jika tidak terkena trauma.
Torus dianggap sebagai suatu anomaly yang berkembang, yang tumbuh secara perlahan-lahan
sepanjang hidup. Torus biasanya Nampak pada area premolar dan dapat muncul multiple di
rongga mulut, berdiameter 1,5-4 cm. Torus mempunyai tempat-tempat yang spesifik. Torus
palatius terletak di median line palatal, dan torus mandibularis terletak di sisi lingual dari
alveolar, sedangkan bukal eksotosis terletak pada alveolar bagian bukal.

Torus palatinus

Torus mandinularis

Penatalaksanaan
Tidak diperlukan perawatan kecuali didorong pertimbangan estetik, prostodontik, psikologi,
atau trauma.
Diagnosis banding
Torus sulit dibedakan dengan peripheral ossifying fibroma atau produksi masa jaringan lunak
tulang pada mulut.

5. Scalloped Tongue / Crenated Tongue


Definisi
Suatu keadaan yang umum, ditandai dengan lekukan-lekukan pada tepi lateral lidah.
Etiologi
Penyebabnya meliputi keadaan-keadaan yang menyebabkan tekanan abnormal pada lidah
seperti gerakan gesek dari lidah terhadap gigi dan diastema, kebiasaan menjulurkan lidah,
menghisab lidah, clenching atau lidah yang membesar. Crenated tongue dapat di jumpai
dalam kaitannya dengan temporomandibuler. Keadaan sistemik seperti sindrom down, juga
pada pasien yang normal.
Gambaran klinis
Tekanan yang abnormal dari gigi geligi pada lidah mencetak pola tertentu yang tampak
sebagi oval cekung yang dibatasi tepi seperti kerang yang putih menimbul.

Penatalaksanaan
Tidak diperlukan perawatan

6. White Sponge Nevus


Definisi
White sponge nevus adalah kelainan yang teratif tidak umum, yang biasanya dijumpai pada
waktu lahir atau pada anak kecil, tetapi menetap seumur hidup.
Etiologi
Karena pola tranmisi dominan autosomal. Dapat dihubungakan dengan cacat pada
kematangan epitel dan eksfoliasi.
Gambaran klinis
Ditandai oleh lesi-lesi mukosa yang tanpa gejala, putih, berkerut, dan seperti busa. Lesinya
memperlihatkan pola gelombang yang simetris. Lokasi yang paling umum adalah di mukosa
pipi, bilateral, dan di mukosa bibir, lingir alveolar, dan dasar mulut. Keadaan ini dapat
mengenai seluruh mukosa mulut atau didistribusikan secara unilateral sebagai bercak-bercak
putih tertentu.
White sponge nevus

Penatalaksanaan
Tidak diperlukan perawatan.

7. Geographic Tongue
Definisi

Geographic tongue atau eritema migran merupakan bercak eritema berbatas jelas, multiple,
dikelilingi garis berwarna putih yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Lesi ini
memiliki ciri khas yaitu bertahan dalam waktu singkat di satu area, menghilang dalam beberapa
hari, kemudian berkembang di area lainnya. Tempat predileksinya adalah permukaan dorsum
lidah, tetapi kadang-kadang lesi dapat ditemukan di bagian mukosa lainnya.

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Etiologinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan berhubungan dengan stress
emosional, defisiensi nutrisi, herediter, dan hormonal.

Faktor Predisposisi geographic tongue adalah ketidaknyamanan yang muncul akibat geographic
tongue hilang dan timbul serta dapat memburuk pada saat-saat tertentu ketika wanita sedang haid
atau selama kehamilan

Gambaran Klinis

Bercak merah yang radiopak, melingkar tidak teratur, dan bercak merah menunjukkan atrofi
papilla filiformis
Geographic tongue

Penatalaksanaan

Tidak ada perawatan atau terapi khusus untuk kondisi ini, tetapi pada kasus simptomatik, paliatif
berupa spray, ointment atau rinses dapat diberikan.

Diagnosis Banding

Psoriasis, Sindrom Reiter, Stomatitis sel plasma, mucous patch pada sifilis akuisita stadium dua,
kandidiasis.

8. Leukoedema

Definisi

Leukoedema tampak sebagai diskolorasi (perubahan warna) mukosa menjadi tampakkeputihan,


diffuse, dan filmy (seperti lapisan film), dengan banyak lipatan-lipatan permukaanyang
diakibatkan mengkerutnya mukosa. Lesi tidak dapat dikelupas, dan menghilang ataumemudar
saat mukosa diregangkan.

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Lesi terjadi akibat peningkatan ketebalan epitel dan edema intraselular pada stratum spinosum.
Faktor predisposisi dari leukoedema adalah merokok dan mengkonsumsi alcohol.

Gambaran Klinis

Lesi yang berlipat-lipat dan berwarna putih sampai putih kebiru-biruan pada mukosa bukal.
leukoedema

Penatalaksanaan

Tidak perlu perawatan

Diagnosis Banding

Leukoplakia, Hairy Leukoplakia, Lichen Planus

9. Cheek Biting

Definisi

Lesi putih pada jaringan mulut yang disebabkan iritasi kronik akibat menyedot pipi
yang berulang-ulang, menggigitnya, atau mengunyah.

Etiologi

a. Terjadi pada orang yang sedang stress/kegelisahan psikologinya yang sedang bermasalah,
sehingga menyebabkan bibir dan pipinya tergigit tidak sengaja.

b. Bad habit

c. Gigi yang tajam atau runcing

d. Erupsi gigi bungsu

e. Latrogenic

f. Efek samping dari teeth grinding

g. Kelainan TMJ

h. Kelainan penutupan rahang

i. Disfungsi otot
Gambaran Klinis

Perubahan mukosa akibat adanya trauma

Penatalaksanaan
Menghilangkan kebiasaan buruk.
Diagnosis Banding
Linea Alba

10. Median Rhomboid Glossitis

Definisi

Suatu lesi yang jarang terjadi dan ditemukan secara eksklusif di dorsum lidah.
Etiologi
Diperkirakan karena kelainan perkembangan kemungkinan candida albicans juga terlibat
Gambaran klinis
Lesi tampak sebgai daerah eritema berbatas jelas berbentuk jajaran genjang di midline dorsum
lidah, di depan papilla circumvallate. Permukaan lesi dapat halus atau berlobul.

Median Rhimboid glossitis


Penatalaksanaan
Tidak diperlukan perawatan
Diagnosis Banding
Kandidiasis, geographic tongue, hemangioma, limfongioma

11. Pigmentasi Fisiologis


Definisi
Suatu pigmentasi gelap yang menyeluruh dan konstan pada mukosa mulut, umumnya pada
orang orang berkulit gelap (Melanoderm)

Etiologi
Keadaan fisiologis yang diakibatkan bertambahnya melanin, yaitu suatu pigmen yang terletak
dalam lapisan basal mukosa dan lamina propria.
Gambaran klinis : daerah yang umum untuk mengamati pigmenyasi rasial adalah pada bagian
gingival cekat. Seringkali tampak seperti pita yang diffuse, gelap dengan betas jelas, simetris dan
tanpa gejala. Daerah lain yang dapat terkena adalah mukosa pipi, palatum keras, bibir dan lidah.
Gambaran Klinis
biasanya simetris, menetap, dan tidak merubah morfologi yang normal seperti stipling gingival
yang dapat terjadi ada seluruh umur dan dapat terjadi di berbagai macam lokasi di dalam rongga
mulut.

Pigmentasi Fisiologis

Penatalaksanaan
Tidak ada
Diagnosis Banding
Smokers melanosis

12. Lingual Varicositis


Definisi
Varikositas lidah atau pelebaran vena adalah temuan umum pada orang tua.
Penyebabnya adalah penyumbatan vena oleh benda asing internal seperti plak
atau hilangnya elastisitas dinding vaskuler akibat penuaan. Keadaan ini paling
umum timbul superfisial pada permukaan ventral dari 2/3 anterior lidah dan dapat
meluas ke tepi lateralnya. Varikositas tampak sebagai pertumbuhan noduler,
berfluktuasi, merah-biru sampai ungu.
Etiologi
Pembesaran pembuluh vena pada permukaan ventral lidah
Gambaran Klinis
Tonjolan berwarna biru pada permukaan ventral lidah

Lingual Varicositis

Penatalaksanaan
a. Cryosurgery (suatu prosedur dimana jaringan dibekukan untuk membunuh sel-sel yang abnormal
b. Scleroterapi ( membuat vena menjadi sclerosis lalu hancur)

13. Linea Alba


Definisi
Linea alba merupakan Alur horizontal pada mukosa setinggi bidang oklusal, meluas dari lip
commissure sampai gigi posterior, biasanya berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional, atau
sucking trauma. Berupa garis putih yang lateral akibat dari hyperkeratosis trauma jaringan dari
hasil gesekan gigi yang berdekatan dan sesuai dengan konfigurasi gigi di daerah ini. Gesekan
gigi-gigi dapat menyebabkan perubahan-perubahan epitel yang menebal dan terdiri dari jaringan
hiperkeratotik.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Variasi dalam diet dan kebersihan mulut
a. Frekuensi kontak geesekan dengan makanan dan gigi
b. Efek dari merokok, tekstur makanan, dan penyebab iritasi lainnya
Iritasi→ Penebalan epitel (hiperkeratotik)→ respon gesekan pada gigi.

Gambaran Klinis
a. Asimptomatik
b. Umumnya bilateral,
c. Lebih sering terjadi pada individu dengan reduced overjet pada gigi posterior, dan terbatas pada
rahang yang bergigi.
Linea Alba

Penatalaksanaan
Test diagnostic berdasarkan gambaran klinis
Biopsi : Sangat jarang dilakukan, kecuali memiliki gambaran atipikal atau diagnosisnya tidak
pasti
Diagnosis Banding
Cheek biting
14. Papilitis
Definisi
Kondisi medis di mana permukaan lidah, terutama papila fungiform, meradang. Ini papila
membesar
Etiologi dan Faktor Predisposisi
a. Sensitivitas lingkungan lidah menekankan perubahan hormonal atau fluktuasi (seperti dengan
menstruasi)
b. Gangguan gastrointestinal
Makan jenis makanan tertentu (terutama yang bersifat asam atau asam)
Infeksi virus (terutama yang dengan virus herpes simplex)

c. Eksim
d. Asma
e. Alergi serbuk bunga
f. Merokok
g. Iritasi konstan lidah
h. Trauma atau menggigit lidah
Gambaran Klinis
Terdapat benjolan di lidah, asimptomatik
papilitis

Penatalaksanaan
Tidak ada perawatan khusus yang dilakukan, atau kadang menggunakan obat kortikosteroid
Diagnosis Banding
Atrofi papilla

15. Makroglosia
Definisi

Makroglosia merupakan kelainan kongenital yang menunjukkan lidah membesar secara abnormal
yang disebabkan oleh hipertrofi otot lidah. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan berbicara
dan menelan.

Etiologi dan Faktor Predisposisi


Makroglosia kongenital dapat disebabkan oleh hipertrofi otot-otot idiopatik, hemihipertrofi otot-
otot, tumor jinak, hamartoma atau kista. Hipertrofi otot dari idiopatik seringkali berkaitan dengan
defisiensi mental atau dapat merupakan bagian dari suatu sindrom seperti sindrom Bechwith
wiedeman, sindrom Down.
Faktor predisposisi dari makroglosia adalah karena kehilangan gigi geligi rahang bawah dalam
jumlah yang banyak, dapat pula disebabkan oleh tumor, radang dan perubahan hormonal
(misalnya pada kretinisme dan akromegali)

Gambaran klinis
Lidah berukuran lebih besar dari ukuran normal, biasanya terdapat garis atau cetakan gigi
(identetion marking) pada tepi lidah, seringkali lidah menunjukkan papilla fungiformis yang
membesar.
Penatalaksanaan
Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan masalah dalam rongga
mulut, makroglosia dapat ditangani dengan tindakan bedah.

Diagnosis Banding
Limfangioma

16. Mikroglosia
Definisi
Mikroglosia merupakan kelainan yang menunjukkan lidah yang kecil dari ukuran normal.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kongenital, herediter dapat ditemukan pada sindrom Pierre Robin, dapat berupa cacat pada saraf
hypoglosus yang mempersarafi otot lidah, tanpa adanya rangsangan, otot lidah menjadi atrofi dan
lidah menjadi mengecil. Faktor predisposisi mikroglosia adalah sindrom Pierre Robin
Gambaran klinis
Ukuran lidah kecil, posisi lidah yang jauh lebih ke posterior, sehingga mengurangi daerah
lintasan udara pada saluran pernafasan bagian atas. Karena masalah respirasi tersebut, pemberian
makan mungkin menjadi sangat sulit sehingga menyebabkan kurangnya pemasukkan makanan.
Jika keadaan ini tidak diterapi dapat menyebabkan kelelahan, kegagalan jantung, dan bahkan
kematian.

Penatalaksanaan
Tindakan bedah
Diagnosis Banding
Aglossia
17. Aglossia Bifid Tongue
Definisi
Aglossia bifid tongue merupakan keadaan dimana 2/3 anterior lidah terbagi 2 secara longitudinal.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kongenital, oral-facial-digital syndrome, Larsen syndrome
Gambaran klinis
Lidah seperti terbagi menjadi 2 bagian, tampak seperti lidah ular

Penatalaksanaan
Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan masalah dalam rongga
mulut, dapat ditangani dengan tindakan bedah.

18. Ankyloglossia

Definisi
Ankyloglosia merupakan perlekatan sebagian atau seluruh lidah ke dasar mulut karena frenulum
lingualis melekat terlalu jauh ke depan dan terlihat pada posisi bervariasi, yang paling parah jika
terletak pada ujung anterior lidah.
Etiologi
Genetik
Gambaran klinis
Frenulum lingualis melekat terlalu jauh ke depan, mengikat lidah ke dasar mulut
Penatalaksanaan
Pada kasus ringan tidak membutuhkan perawatan, sedangkan kasus berat dapat dilakukan bedah
untuk memperbaiki perlekatan frenulum (frenotomy/frenectomy).
Diagnosis Banding
Tidak terdapat diagnosis banding untuk kasus ini.
19. Lingual Tonsil
Pada sisi lateral dari daerah posterior lidah, maka dapat tampak papilla foliata. Papilla-papila ini
adalah seperti daun yang menonjol mengarah seperti lipatan-lipatan vertikal. Kadang-kadang
jaringan limfoid hipertrofi dan berkerut (tonsil lingual) yang meluas ke dalam daerah ini dari akar
dorsal posterior lidah dapat disebut sebagai papilla foliate.

Daftar Pustaka

1. Langlais P, Miler C. Atlas berwarna: kelainan rongga mulut yang lazim. Jakarta: penerbit
Hipokrates 1998.p.44-5,55-4,78-9
2. Garcia-Garcia AS, Jose Maria MG, Rafael GF, Angeles SR and Lucia OR. Current Status of
the Torus Palatinus and Torus Mandibularis. Med Oral Patol Cir Bucal, 2000.
3. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. EGC,1996.
4. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and Practice of Oral Medicine. Canada. WB Saunders
Company. 1984. p. 477-479
5. Scopp IW. Oral Medicine A Clinical Approach with Basic Science Correlation. Saint Louis:
Mosby. 1969. P.119-124
6. Goldman HS, Marder MZ. Physician’s Guide to Disease of the Oral cavity. New Jersey: Medical
Economics Company. 1982 p.56-58,187.
7. Harty, F.J. dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Wasiaatmaja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press [halaman 11-
15].

Anda mungkin juga menyukai