Anda di halaman 1dari 7

Komponen Triad of Concern

Dari pengertian Triad of concern diketahui memiliki komponen-komponen


didalamnya yaitu orangtua,pasien anak,dan dokter gigi.

A. Pasien Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan


perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Sebagai pasien, anak
adalah objek atau sasaran utama perawatan. Kunjungan pertama anak ke
dokter gigi dapat dilakukan di saat mereka berumur satu atau dua tahun atau
bisa juga diatas dua tahun.
Pada anak, gangguan pada gigi dan mulut tidak hanya mengganggu
aktivitas sehari hari, namun juga dapat mengganggu daftar hadir disekolah,
konsentrasi belajar dan asupan makanan.1 Namun, Kecemasan dental yang
timbul mulai dari masa anak-anak merupakan hambatan terbesar bagi dokter
gigi dalam melakukan perawatan yang optimal. Kecemasan pada anak-anak
telah diakui sebagai masalah selama bertahun-tahun yang menyebabkan anak
sering menunda dan menolak untuk melakukan perawatan. Pasien yang
merasa cemas cenderung akan menghindar untuk melakukan kunjungan
berkala ke dokter gigi, sehingga pasien membatalkan kunjungan, tidak
kooperatif, dan tidak mampu melaksanakan atau mengingat instruksi
pascaperawatan.2
Salah satu aspek terpenting dalam perawatan gigi anak adalah
memahami perkembangan anak tersebut sesuai dengan usianya serta
mengontrol rasa sakit, karena pengalaman yang tidak menyenangkan akan
berdampak di masa depan. Berdasarkan beberapa penelitian, telah diketahui
bahwa kecemasan dental pada anak biasanya dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya jenis kelamin, usia, kecemasan orang tua, nyeri saat
perawatan gigi, dan pendidikan ibu. Anak harus terlebih dahulu diberi
gambaran tentang dokter yang akan merawatnya serta situasi yang dapat
timbul nanti sebelum membuat janji bertemu dengan dokter gigi, tidak perlu
menceritakan rasa sakit yang begitu hebat kepada anak, tetapi diperlukan
pernyataan yang jujur tanpa emosi yang dilebih-lebihkan.3
B. Orang Tua

Pola perilaku orang tua terhadap perawatan gigi biasanya berpengaruh


langsung terhadap perilaku anak. Anak-anak dengan orang tua yang memiliki sikap
dan persepsi positif terhadap perawatan gigi akan memiliki antisipasi positif bagi
dirinya sendiri untuk hadir sebagai pasien yang baik, sebaliknya bila negatif apabila
orang tua menyampaikan pengalaman negatif atau saat mengantarkan anaknya ke
dokter gigi memberikan konsep rasa takut dan rasa sakit saat kunjungan ke dokter
gigi. Orang tua memiliki wewenang dalam membesarkan anak sesuai dengan
keinginannya, dengan mendengarkan orang tuanya, dokter gigi dapat memperkirakan
perilaku sang anak. Perilaku orang tua yang paling sering menimbulkan masalah pada
anak terhadap dokter gigi yaitu over protection, terlalu memanjakan, terlalu cemas,
terlalu mengatur, kurang perhatian, dan penolakan. Orang tua yang permisif juga
menimbulkan masalah pada anak yaitu dengan pemberian bimbingan yang tidak
konsisten.4

Beberapa hal penting dan dianjurkan pada orang tua, yaitu :

1. Mengatakan hal hal yang menyenangkan dalam praktek dokter gigi dan
bukan sebaliknya.
2. Tidak menjadikan perawatan gigi sebagai hukuman ataupun ancaman.
3. Agar orang tua tidak menceritakan dengan suara ketakutan didepan si
anak oleh karena salah satu penyebab rasa takut adalah bila mendengar
pengalaman orang tuanya yang tidak menyenangkan di praktek gigi,
mereka dapat mencegah timbulnya rasa takut untuk mengatakan hal-hal
yang menyenangkan dalam praktek dokter gigi dan bagaimana baiknya
dokter gigi.
4. Agar orang tua jangan sekalipun menggunakan praktek dokter gigi
sebagai ancaman atau hukuman.
5. Agar orang tua memperkenalkan si anak dengan bidang kedokteran gigi
sebelum anak sakit gigi. Anak dibawa ke dokter gigi agar diperoleh
hubungan yang dekat dengan ruang praktek maupun dengan dokter gigi
itu sendiri.
6. Keberanian orang tua pada waktu mengantarkan anak ke praktek dokter
gigi dapat menimbulkan rasa berani anak. Sebaliknya rasa cemas itu
dapat menimbulkan keadaan yang tidak menguntungkan.
7. Lingkungan rumah dan sikap orang tua yang baik akan membentuk
temperamen anak yang umumnya merupakan pasien dokter gigi yang
baik juga.
8. Agar orang tua tidak memberi sogokan supaya anak mau diajak ke
dokter gigi.
9. Orang tua dianjurkan perlunya perawatan gigi yang rutin dan teratur,
tidak hanya dalam merawat gigi tetapi juga dalam membentuk anak
sebagai pasien yang baik.
10. Agar orang tua jangan merasa malu, cerewet atau bersikap kejam
mengatasi rasa takut terhadap perawatan gigi. Hal ini hanya membuat si
anak dendam pada dokter gigi dan usaha dokter gigi menjadi lebih sulit.
11. Agar orang tua mencegah kesan yang jelek mengenai perawatan gigi
yang datangnya dari luar.
12. Orang tua tidak boleh menjanjikan pada anak apa yang akan dan tidak
dilakukan oleh dokter gigi. Dokter gigi tidak boleh dibatasi apa yang
akan dilakukannya pada anak tersebut. Orang tua juga tidak boleh
menjanjikan pada anaknya bahwa dokter gigi tidak akan menyakitinya.
Kebohongan hanya menyebabkan kekecewaan dan rasa tidak percaya
diri.
13. Beberapa hari sebelum kunjungan, agar orang tua menyampaikan pada si
anak bahwa mereka akan pergi ke dokter gigi.
14. Setelah anak memasuki ruang praktek gigi, sebaliknya orang tua
mempercayakan anaknya secara keseluruhan pada dokter giginya.5

C. Dokter Gigi

Pasal 1, butir 2 UU RI No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran menyatakan


bahwa dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, baik didalam
maupun diluar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.1 Dokter gigi bekerja untuk melakukan pencegahan
timbulnya penyakit mulut dan perawatan gangguan atau penyakit mulut yang dialami
pasien.

Untuk menjadi dokter gigi yang baik ada beberapa hal yang berkaitan dengan
kelayakan seorang dokter gigi yang harus dipatuhi oleh dokter gigi, yaitu:1

 Memenuhi persyaratan legal-administratif seperti ijazah dokter gigi, surat


keterangan sudah mengucapkan janji dan lain-lain.
 Memiliki integritas moral yang tinggi, serta memahami, menghayati dan
menjunjung tinggi Etika Kedokeran.
 Memenuhi syarat kesehatan/kebugaran fisik, mental, sosial, dan spiritual
untuk mampu memberikan asuhan klinis yang aman, efektif dan memuaskan
pasien sesuai dengan kompetensinya.
 Menghormati dan berperilaku yang tidak melanggar norma-norma social,
susila, adat, budaya dan agama secara umum dan terutama norma-norma
masyarakat dengan kekhususan setempat.

Untuk menjadi dokter gigi yang baik ada beberapa hal yang berkaitan dengan
kepatuhan seorang dokter gigi yang harus dipatuhi oleh dokter gigi, yaitu:6

 Mampu melaksanakan Asuhan Klinik yang baik.


 Mampu memelihara Praktik Kedokteran yang Baik.
 Mampu menjalin hubungan dengan pasien sebagai manusia yang memiliki hak
otonomi.
 Mampu bekerjasama dengan Sejawat

Dalam praktiknya, seorang dokter gigi pasti akan menemui pasien seorang anak kecil.
Dalam menghadapi pasien anak, seorang dokter gigi harus mampu menguasai teknik
berkomunikasi khusus pada anak dan menjalin komunikasi yang baik pada orang
tuanya.

Dalam menghadapi pasien anak dan berkomunikasi baik dengan orang tuanya seorang
dokter gigi bisa menerapkan metode TEACHER, yaitu :7
Trust : Seorang dokter gigi harus mampu berkomunikasi baik dengan pasien
anak dan membangun kepercayaan diri dalam diri anak bahwa tidak
akan ada rasa sakit yang timbul dengan bertanya hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan sakit.

Elicit : Seorang dokter gigi harus mampu mengorek semua informasi dan
riwayat sakit sang anak dari orangtua atau bahkan dari pasien itu sendiri
seghingga membuat pasien harus dibawa ke praktiknya.

Agenda: Seorang dokter gigi harus mampu membuat agenda awal dan agenda
lanjutan tentang masalah sang anak agar orangtua yakin bahwa keluhan
anaknya ditanggapi.

Control: Seoranag dokter gigi harus mampu memberikan segala informasi


penting tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan gigi sang anak
misalnya makanan pantangan, obat yang harus dikonsumsi dan hal-hal
yang harus dilakukan sang anak selama masa perawatan. Dokter gigi
juga harus mampu mengurasi rasa khawatir dalam diri sang anak untuk
memperlanjcar proses perawatan.

Health plan : Seorang dokter gigi harus membuat rencana perawatan lanjutan dengan
pasien anak dan orang tua dengan memperhatikan kemampuan dan
juga keterbatasan yang dimiliki sang anak dan juga sang orang tua.

Explain: Setelah membuat rencana perawatan lanjutan, seorang dokter gigi


harus mampu menjelaskan rencana perawatan tersebut kepada sang
anak dengan bahasa bahasa yang mudah dimengerti dan sesuai dengan
kebiasaan sang anak.

Rehearse : Seorang dokter gigi harus mampu meminta sang anak untuk
mengulang rencana yang telah dibuatnya untuk mengetahui pengertian
anak. Dokter gigi juga harus menjelaskan dan menekankan hal-hal
yang wajib dilaksanakan sang anak terkait rencana perawatan, dan
seorang dokter gigi haarus mampu mencari solusi apabila ada masalah
dalam upaya pelaksanaan rencana perawatan sang anak.
Pembahasan
Rasa takut atau cemas pada anak adalah suatu mekanisme perlindungan diri
karena seorang anak akan merasa takut terhadap sesuatu yang asing baginya.
Penyebab lain dari rasa cemas anak adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana
perawatan yang dilakukan dokter gigi. Triad of Concern dapat dicegah jika terdapat
tiga komponen yang saling mendukung antara anak, orang tua, dan dokter gigi. Peran
dokter gigi dan orang tua sangat penting disini, orangtua dapat mengedukasi anak
dengan cara yang bisa diterima oleh anak dan dokter gigi dapat melakukan
pencegahan rasa cemas anak dengan menjauhkan peralatan yang sekiranya dapat
menakuti anak seperti bor dan lainnya. Bila anak sudah memiliki persepsi buruk
tentang dokter gigi, maka anak akan mendapat trauma dan akan berpengaruh pada
kehidupannya kelak
Sumber

1. Bunga’Allo CB, Lampus BS,Gunawan PN. Hubungan perasaan takut anak terhadap
perawatan gigi dengan kebersihan gigi dan mulut di RSGM Unsrat Manado. J e-Gigi
(eG) 2016;4 (2) : 166-170.

2. Rehatta VC, Kandou J, Gunawan PN.Gambaran kecemasan pencabutan gigi anak di


puskesmas bahu manado. J e-Gigi (eG) 2014; 2(2).

3. Jeffrey, Meliawaty F, Rahaju A. Maternal education level and child's


anxiety on dental extraction. Journal of Medicine and Health 2018; 2(1): 611-
19.

4. Nirwesti R. Aspek psikologis penatalaksanaan tingkah laku pada perawatan


gigi anak. MIKGI 2009; 11(1): 83-6.

5. Susanto W. Triad Of Concern. 15 September 2014.


https://www.scribd.com/document/239807185/Pedo-Triad-of-Concern. (Di
akses 30 November 2020).

6. Konsil Kedokteran Indonesia. Pedoman praktik dokter dan dokter gigi di Indonesia.
3th ed. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia, 2016: 1-10
7. Sukardi E, Soetjiningsih, Kandera W, dkk, ed. Modul komunikasi pasien-dokter:
Suatu pendekatan holistik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007: 97-100.

Anda mungkin juga menyukai