PEMICU 1 BLOK 3
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA
Lili Rahmawati, dr., Sp.A.
PENDAHULUAN
Jawab :
Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan jumlah dan ukuran sel yang
tidak dapat kembali ke bentuk semula (irreversible), serta dapat diukur (dinyatakan dalam
bentuk angka, grafik, dan sebagainya). Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses
menuju tingkat kedewasaan atau kematangan namun tidak dapat diukur.1
Bayi yang lahir dengan baik berada pada usia kehamilan 40 minggu dan apabila
keadaannya sehat atau sempurna maka akan mempunyai tanda-tanda, sebagai berikut (Edhi
Dharma, Endang Sumirih, t.th.) :
Jawab :
Menurut pemaparan yang disampaikan oleh dr. Lily Rahmawati, Sp.A,, faktor-
faktor yang memengaruhi tumbuh kembang ada dua, yaitu: Faktor Internal (genetik) dan
Faktor Eksternal (lingkungan).3
Jawab :
Berdasarkan gambar diatas, Tito yang berusia 5 tahun, tinggi badan 100 cm, dan berat
badan 13 kg menunjukkan data yang terletak di antara <-2SD hingga -3SD dan
dikategorikan sebagai gizi kurang.5
Status gizi yang kurang baik pada Tito dapat dilihat pada saat Ibu Tito hamil dan kemudian
melahirkan.6 Adapun status kesehatan yang dialami Tito, seperti :
- Saat sedang hamil, Ibu Tito mengalami rasa mual yang cukup panjang sehingga sampai
masa kehamilan 6 bulan, ia sukar makan hingga selalu muntah bila sehabis makan.
- Saat Ibu Tito melahirkan, Tito di dalam kandungan hanya 8 bulan padahal waktu
normal kehamilan yaitu 9 bulan.
- Status kesehatan Tito saat umur 2 tahun sering sakit-sakitan dan sering mengonsumsi
obat-obatan, berat badan, dan tinggi badannya tidak normal untuk anak seusianya dan
tidak mendapat vaksin yang cukup.
4. Faktor-faktor manakah yang membuat pasien anak tersebut sering menderita sakit?
Bagaimana cara mencegah hal tersebut dan bagaimana imunisasi anak tersebut?
Jawab :
1. Status gizi
Sejak mengandung Tito, Ibu Tito sering mengalami rasa mual yang cukup panjang dan
sampai masa kehamilan 6 bulan, ibu sukar makan dan hampir selalu muntah sehabis
makan. Sehingga gizi janin tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya zat gizi dalam tubuh anak
dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit menular dari lingkungan sekitarnya
terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau orang
dewasa yang sedang sakit.7
2. Imunisasi yang tidak lengkap
Riwayat imunisasi Tito tidak lengkap, yaitu hanya mendapat tiga kali suntikan imunisasi
dan tidak diketahui jenis vaksinnya. Anak yang pada masa kecilnya tidak diberi vaksinasi
yang lengkap oleh orang tuanya akan memiliki kekebalan tubuh yang lemah sehingga
menjadi rentan terhadap infeksi dan mudah sakit. Anak bisa saja mengalami gangguan
perkembangan dan pertumbuhan motorik kasar, motorik halus, intelegensia, maupun
emosional misalnya bila terjadi gangguan pada sistem saraf atau sistem muskulo
skeletalnya. Imunisasi merupakan domain yang sangat penting untuk memiliki status gizi
yang baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan status gizi yang baik. Anak
yang tidak mendapatkan imunisasi juga dapat menyebabkan turunnya status gizi.8
Tito kekurangan zat gizi mikro (mikronutrien) dalam tubuhnya sehingga ia mengalami
kerusakan gigi. Mikronutrien merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
namun sangat diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh kembangnya. Yang termasuk dalam
mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Beberapa vitamin dan mineral yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan gigi diantaranya :
a. Vitamin
Vitamin A : Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan pertumbuhan email gigi
yang tidak sempurna, karena vitamin A berperan dalam penyusunan email gigi.
Vitamin C : Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan kelainan pada gusi, gusi
meradang mudah berdarah, penyembuhan luka yang lambat, dan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan gigi.
b. Mineral
Mineral terdiri atas kalsium (Ca), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Besi (Fe), dan Fluor
(F). Kekurangan kalsium, fosfor, dan magnesium dapat menyebabkan mineralisasi
tulang dan gigi terganggu, sehingga tulang akan mudah payah; gigi menjadi rapuh
sehingga rentan terhadap karies; pertumbuhan tulang dan gigi pada anak-anak menjadi
terganggu. Fluor dapat berperan mencegah karies gigi dengan meningkatkan daya tahan
email, remineralisasi lesi karies dini dan sebagai bahan anti bakteri. Kekurangan fluor
menyebabkan gigi menjadi rapuh dan mudah terserang karies.
Cara mencegah :
Memberikan makanan yang bergizi seimbang kepada anak, seperti:
1) Memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.
2) Memberikan makanan yang mempunyai sumber kabohidrat,protein, dan lemak.
3) Memberikan asupan yang mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh
serta untuk kesehatan gigi.
4) Makanan yang berserat, untuk memproduksi saliva. Jumlah saliva yang cukup dalam
mulut dapat membantu menghilangkan partikel makanan yang mungkin akan menempel
pada gigi.
Orang tua juga harus mengajarkan anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar
untuk mencegah penyakit gigi dan mulut. Menghindari pemberian susu botol sampai anak
tertidur karena akan memicu terjadinya karies gigi.
Jawab :
Pada umumnya anak usia 5 tahun akan memiliki tingkah laku, sebagai berikut:
Menurut klasifikasi tingkah laku Frankl, Tito tergolong memiliki tingkah laku
yang definitely negative (--). Tingkah laku tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa
bagian, salah satunya perilaku immature yang artinya tidak dapat memberi alasan mengapa
ia menolak perawatan atau mengatasi keadaan. Perilaku tersebut seharusnya hanya dimiliki
oleh toddler atau anak yang baru belajar berjalan (balita).10
6. Faktor-faktor apa saja yang berperan membuat pasien anak tersebut bertingkah laku seperti
di atas ?
Jawab :
7. Bagaimana klasifikasi tingkah laku pasien Tito tersebut menurut Frankl dan Wright ?
Jawab :
Dalam teori perilaku anak menurut Frankl yang dikenal sebagai skala yang
disebut “Frankl Behavioral Rating Scale”, pengklasifikasian tingkah laku anak
dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
a. Sangat negatif
Anak menolak perawatan gigi yang akan dilakukan. Penolakan ini ditunjukkan dengan
cara menangis keras, penuh rasa takut, mengisolasi diri, anak bersikap menentang dan
tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh dokter gigi.
b. Negatif
Anak sukar untuk menerima perawatan, bersikap kurang atau tidak kooperatif, dan
menunjukkan beberapa perilaku negatif, tetapi tidak diucapkan secara langsung,
misalnya raut wajah yang kurang menyenangkan.
c. Positif
Anak mau menerima perawatan, tetapi selalu bersikap hati-hati, bersedia untuk
menuruti prosedur perawatan dengan mengajukan syarat, tetapi pasien anak tetap
mampu mengikuti arahan dokter gigi secara kooperatif.
d. Sangat positif
Anak memiliki hubungan yang baik dengan dokter gigi, tertarik dengan prosedur
perawatan gigi yang akan dilakukan dan merasa senang serta menikmati prosedur
perawatan gigi.
Menurut teori Frankl, perilaku Tito yang menangis keras, menjerit dan meronta tidak
mau melakukan perawatan gigi digolongkan sebagai perilaku sangat negatif.
8. Jelaskan menurut Anda, penanganan tingkah laku apa yang cocok dilakukan untuk Tito
pada saat perawatan giginya.
Jawab :
1. Tell-Show-Do
Tell : Menerangkan perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana anak
tersebut harus bersikap.
Show : Menunjukkan atau mendemostrasikan pada anak apa saja yang akan dilakukan
terhadap dirinya.
Do : Perawatan gigi yang dilakukan sesuai dengan hal yang diuraikan atau
didemonstrasikan pada anak.
2. Desentisasi
Desentisasi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk mengurangi rasa takut dan
cemas dengan memberi rangsangan takut dan cemas sedikit demi sedikit dan terus
menerus agar anak tidak takut dan cemas lagi. Salah satu contoh yang dapat dilakukan
yaitu dengan memberitahukan prosedur kepada orang tua kemudian meninggalkan
ruangan. Tangan kiri dokter gigi menutup mulut anak kemudian tangan kanan dokter
gigi memegang badan anak, kata-kata lembut dibisikkan agar anak berhenti menangis.
Bila anak tersebut berhenti menangis, beri pujian dan lakukan perawatan. Setelah
selesai, anak dipuji kembali dan dikembalikan kepada orang tuanya.
3. Membangun komunikasi secara verbal maupun non verbal :
Mengajak anak berkomunikasi dengan semenarik dan sebaik mungkin tentang
gambaran perawatan yang akan dilakukan sehingga dapat mengurangi rasa takut anak
terhadap perawatan gigi.
Bertutur kata yang baik dan dapat memotivasi anak serta member pujian apabila ia
sedikit demi sedikit mulai mendengarkan atau bersikap kooperatif (reinforcement).
Membicarakan hal-hal yang membuat ia tertarik dengan mencari topik-topik yang
berpotensi disukai oleh anak-anak seusianya.
Memperhatikan kontak mata, postur tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh agar
anak tidak terintimidasi oleh rasa takut atau prasangka buruk.
4. Distraksi (Pengalihan Perhatian)
Beberapa jenis kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak, seperti
memainkan film yang sesuai usia anak, bermain video game, dan lainnya.
Namun, hal terpenting yang perlu dilakukan dokter gigi dalam menghadapi
pasien, terutama pasien yang mengalami tantrum adalah menjaga kondisi diri tetap sabar
dan tidak terpancing emosi. Apabila dokter sudah dapat mengontrol dirinya, ia dapat
dengan tenang membujuk pasiennya. Kontak mata dengan pasien harus dilakukan, tetapi
tidak mengintimidasi. Tidak boleh ada unsur penyiksaan pada saat perawatan yang dapat
membuat anak trauma.13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hal tersebut juga berkaitan dengan praktek perawatan gigi yang dilakukan oleh
dokter gigi. Dokter gigi harus mampu menyesuaikan pelayanan yang diberikan dengan
kondisi pasien anak yang dihadapinya. Dengan mempelajari ilmu kedokteran gigi anak
dan ilmu kesehatan anak, dokter gigi dapat mengetahui tentang tingkah laku pasien anak
menurut usianya serta penanganan terbaik yang dapat dilakukan agar perawatan gigi
dapat tetap berjalan dan pasien anak juga berada pada kondisi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
6. Putri RF, Sulastri D, Lestari Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. J Kesehatan Andalas. 2015; 4(1): 254–
59.
7. Septikasari M. Status gizi anak dan faktor yang mempengaruhi. Ed.1. Yogyakarta : UNY
Press, 2018 : 9-30.
8. Rahmi ES. Hubungan imunisasi dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi di puskesmas
Teupin Raya Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie. Tesis. Medan : Universitas
Sumatera Utara. 2017 : 53.
9. Kinanti, AA. Psikolog: Anak Usia 4-6 Tahun Masih Tantrum, Tanda Pola Asuh Tidak Tepat.
29 September 2016. https://health.detik.com/ibu-dan-anak/d-3309912/psikolog-anak-usia-4-
6-tahun-masih-tantrum-tanda-pola-asuh-tidak-tepat. (1 Desember 2020)
10. Soemartono S H. Kiat Melakukan Pendekatan Anak yang Tidak Kooperatif dalam Perawatan
Gigi. 2003. 10(2): 444.
11. BINUS. Pola Asuh Orang Tua dan Pengaruhnya pada Anak. 28/08/2018.
https://parent.binus.ac.id/2018/08/pola-asuh-orangtua-dan-pengaruhnya-pada-anak/. (30
November 2020).
12. Permatasari AS. Pola Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. 2014.
https://core.ac.uk/download/pdf/25496642.pdf. (30 November 2020).
13. Soeparmin S. Pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi.
http://perpus.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/PENGENDALIAN-TINGKAH
LAKU-ANAK.pdf. (30 November 2020).