Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KELOMPOK

PEMICU 1 BLOK 3

“PENOLAKAN TITO KECIL”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA
Lili Rahmawati, dr., Sp.A.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Kelompok Pemicu I

Ketua : Sebastian Chandra (200600124)


Sekretaris : Novita Sari Silalahi (200600123)
Anggota :
1. Adzkia Bisifa Nasution (200600001)
2. Alya Febriyanti (200600002)
3. Ardia Wianda Ivanka (200600003)
4. Ayu Lestari (200600004)
5. Berliana Julianti (200600005)
6. Brama Yudha Agatha Sembiring (200600006)
7. Catherine Ivory J. M. Sitorus (200600007)
8. Chatrine Lorenddiva Sembiring (200600008)
9. Desfika Annisa Fitri Lubis (200600009)
10. Dina Aulia Nasution (200600010)
11. Muhammad Zeedane Aulia Attamami Siregar (200600125)
12. Nadiva Zahra Harahap (200600126)
13. Rafi Zuhayr Bukit (200600127)
14. Vanessa Jasmine Halawa (200600128)
15. Angelina Betty Siburian (200600129)
16. Ririn Febriyanti Nainggolan (200600130)
17. Desti Khairunnisa (200600131)
18. Amanda Nahdatul Nisya (200600132)
19. Arissa Oistina Binti Omar (200600247)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Anak memiliki ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja sehingga anak tidak dapat dianggap sebagai dewasa
dalam bentuk kecil. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki pengertian yang berbeda.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti keseluruhan atau
sebagian, bersifat kuantitatif, dan dapat diukur dengan satuan berat atau panjang.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan stuktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.

Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan


keluarga, masyarakat dan berbagai latar belakang pengalaman. Perilaku anak tersebut ada
kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan.
Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan klinis
dan ketrampilan dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh kesanggupan anak untuk
bekerja sama selama perawatan.

1.2. Deskripsi Topik


Nama Pemicu : Penolakan Tito Kecil
Penyusun : Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA dan Lili Rahmawati, dr., Sp.A.
Hari / Tanggal : Selasa / 01 Desember 2020
Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 5 tahun bernama Tito ke dokter
gigi dengan keluhan gigi depan hampir semua tinggal akar gigi, sedangkan gigi belakang
banyak yang berlubang. Gusi sering bengkak hilang timbul sehingga menyebabkan anak
demam. Bengkak gusi hilang karena diberi obat oleh dokter gigi, namun beberapa bulan
kedepan bengkak gusi timbul lagi. Dokter gigi telah melakukan beberapa penanganan
tingkah laku pada anak agar anak mau dirawat giginya, namum anak tetap menolak
dirawat karena takut.
Berat badan anak 13 kg, tinggi badan anak 100 cm dan lingkar kepala 50 cm.
Saat di ruang klinik, anak menangis keras, menjerit dan meronta untuk menolak
naik ke kursi gigi. Ibu sudah putus asa melihat anak, karena berulang kali tingkah laku
yang sama ditunjukkan anak. Dokter gigi melakukan tindakan membujuk dan modeling
pada anak, namun tetap tidak berhasil juga.
Menurut informasi ibu, anak memiliki pengalaman perawatan gigi kurang
menyenangkan saat usia 3 tahun. Anak dicabut giginya akibat gigi patah dan goyang
karena jatuh sehingga gigi tidak dapat dipertahankan lagi. Pada saat itu anak menolak
meronta namun dipaksa untuk dilakukan pencabutan gigi karena perawatan darurat.
Semenjak itu kalau diajak berobat gigi, anak tidak pernah mau dirawat.
Anak merupakan anak paling bungsu dari tiga bersaudara. Anak sering dirawat
oleh kakek dan nenek karena ibu dan ayah sering bekerja di luar kota. Kakek dan nenek
tidak dapat menolak permintaan anak karena merupakan cucu laki-laki satu-satunya. Ibu
memang agak kesulitan dalam menangani tingkah laku anak apabila anak meminta
sesuatu atau menolak sesuatu.
Hasil pencatatan riwayat medis diperoleh keterangan bahwa anak lahir dengan
berat badan 2,300 gram, masa gestasi 8 bulan, dan dilahirkan secara cesar. Ibu saat hamil
mengalami rasa mual yang cukup panjang sehingga sampai masa kehamilan 6 bulan, ibu
sukar makan dan hampir selalu muntah bila sehabis makan. Sejak usia 2 tahun, anak
sering sakit-sakitan dan sering mengonsumsi obat-obatan. Riwayat imunisasi Tito tidak
lengkap, hanya mendapat 3 kali suntikan imunisasi dan ibu lupa jenis vaksinnya.
Analisis keadaan Tito.

1.3. Rumusan Masalah


 Pertumbuhan dan perkembangan anak normal
 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak
 Status gizi anak - Status imunisasi
 Klasifikasi tingkah laku anak
 Edukasi stimulasi tingkah laku pada anak
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pasien Tito tersebut? Normalkah?

Jawab :

Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan jumlah dan ukuran sel yang
tidak dapat kembali ke bentuk semula (irreversible), serta dapat diukur (dinyatakan dalam
bentuk angka, grafik, dan sebagainya). Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses
menuju tingkat kedewasaan atau kematangan namun tidak dapat diukur.1

Bayi yang lahir dengan baik berada pada usia kehamilan 40 minggu dan apabila
keadaannya sehat atau sempurna maka akan mempunyai tanda-tanda, sebagai berikut (Edhi
Dharma, Endang Sumirih, t.th.) :

a. Panjang badan antara 48-50 cm


b. Berat badan antara 2500 – 3500 gram.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak menyatakan “Standar Antropometri Anak di Indonesia
mengacu pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO
Reference 2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Standar
tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi
syarat-syarat tertentu”.2 Antropometri merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Berdasarkan antropometri
tersebut, berat badan anak normal pada usia 60 bulan (5 tahun) berdasarkan umur adalah
rentang 14,1-21,0 kg. Tinggi badan anak normal pada usia 60 bulan (5 tahun) berdasarkan
umur adalah rentang 100,7-123,9 cm. Lingkar kepala anak usia 5 tahun berkisar antara 52 -
53 cm.
Perkembangan intelektual dan emosi anak usia 5 tahun, antara lain :
 Memiliki kemandirian seperti mulai bias mengambil makanan sendiri.
 Kemampuan komunikasi atau berbicara seperti mulai bias menghitung mainan dan
sudah mengetahui lebih dari 2000 kata.
 Secara sosial dan emosional anak mulai senang bergabung dalam kelompok dan mulai
terbuka dengan pendapat orang lain.
 Imajinasi anak berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai
dunia menjadi lebih baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan keadaan
fisik dan keadaan emosi dari pasien Tito, ia disebut tidak normal karena pertumbuhan dan
perkembangan yang dimilikinya tidak sesuai dengan anak usia 5 tahun yang seharusnya.
Namun faktor ini juga disebabkan oleh latar belakang seperti trauma yang dialami Tito saat
melakukan pemerikasaan gigi yang ditunjukkan dengan penolakannya saat disuruh untuk
naik ke kursi pemeriksaan gigi.

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tumbuh kembang anak?

Jawab :

Menurut pemaparan yang disampaikan oleh dr. Lily Rahmawati, Sp.A,, faktor-
faktor yang memengaruhi tumbuh kembang ada dua, yaitu: Faktor Internal (genetik) dan
Faktor Eksternal (lingkungan).3

1) Faktor Internal (genetik)


 Perbedaan ras/ etnis/ bangsa
 Keluarga
 Jenis kelamin
 Kelainan kromosom
2) Faktor Eksternal (lingkungan)
a. Masa Pranatal
 Gizi
 Gangguan fungsi plasenta
 Obat-obatan/ bahan-bahan toksik
 Radiasi/ polusi
 Penyakit-penyakit infeksi
b. Masa Natal (Kelahiran)
 Komplikasi persalinan yang mencakup :
a. Trauma lahir/ asfiksia
b. Kerusakan jaringan otak
c. Masa Pascal Natal
Masa bayi sangat dipengaruhi oleh :
 Asupan nutrisi (makan dan minum)
 Penyerapan usus dan pengeluaran
 Aktivitas fisik
 Metabolisme tubuh dan hormon
 Penyakit kronik (penyakit jantung, batuk kronis berulang, dan lain sebagainya)
 Stimulasi dan kualitas pengasuhan

Menurut Nyimas Muazzoni, faktor genetik merupakan modal dasar dalam


mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang yang ditentukan oleh kualitas atau kuantitas
pertumbuhan. Faktor lingkungan yang baik memungkinkan tercapainya potensi bawaan.
Bermain tidak hanya menstimulasi pertumbuhan otot, tetapi juga dapat mencerdaskan otak
dengan memperkaya cara berpikir dan penanggulangan konflik serta melatih empati atau
mengasah panca indera.4

3. Bagaimana status gizi pada pasien anak tersebut ?

Jawab :

Grafik pertumbuhan anak laki- laki usia 0-5 tahun


Berdasarkan berat dan tinggi badan.

Berdasarkan gambar diatas, Tito yang berusia 5 tahun, tinggi badan 100 cm, dan berat
badan 13 kg menunjukkan data yang terletak di antara <-2SD hingga -3SD dan
dikategorikan sebagai gizi kurang.5
Status gizi yang kurang baik pada Tito dapat dilihat pada saat Ibu Tito hamil dan kemudian
melahirkan.6 Adapun status kesehatan yang dialami Tito, seperti :

- Saat sedang hamil, Ibu Tito mengalami rasa mual yang cukup panjang sehingga sampai
masa kehamilan 6 bulan, ia sukar makan hingga selalu muntah bila sehabis makan.

- Saat Ibu Tito melahirkan, Tito di dalam kandungan hanya 8 bulan padahal waktu
normal kehamilan yaitu 9 bulan.

- Status kesehatan Tito saat umur 2 tahun sering sakit-sakitan dan sering mengonsumsi
obat-obatan, berat badan, dan tinggi badannya tidak normal untuk anak seusianya dan
tidak mendapat vaksin yang cukup.

4. Faktor-faktor manakah yang membuat pasien anak tersebut sering menderita sakit?
Bagaimana cara mencegah hal tersebut dan bagaimana imunisasi anak tersebut?

Jawab :

Faktor-faktor yang menyebabkan Tito sering sakit :

1. Status gizi
Sejak mengandung Tito, Ibu Tito sering mengalami rasa mual yang cukup panjang dan
sampai masa kehamilan 6 bulan, ibu sukar makan dan hampir selalu muntah sehabis
makan. Sehingga gizi janin tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya zat gizi dalam tubuh anak
dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit menular dari lingkungan sekitarnya
terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau orang
dewasa yang sedang sakit.7
2. Imunisasi yang tidak lengkap
Riwayat imunisasi Tito tidak lengkap, yaitu hanya mendapat tiga kali suntikan imunisasi
dan tidak diketahui jenis vaksinnya. Anak yang pada masa kecilnya tidak diberi vaksinasi
yang lengkap oleh orang tuanya akan memiliki kekebalan tubuh yang lemah sehingga
menjadi rentan terhadap infeksi dan mudah sakit. Anak bisa saja mengalami gangguan
perkembangan dan pertumbuhan motorik kasar, motorik halus, intelegensia, maupun
emosional misalnya bila terjadi gangguan pada sistem saraf atau sistem muskulo
skeletalnya. Imunisasi merupakan domain yang sangat penting untuk memiliki status gizi
yang baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan status gizi yang baik. Anak
yang tidak mendapatkan imunisasi juga dapat menyebabkan turunnya status gizi.8

Penyebab Tito mengalami kerusakan gigi :

Tito kekurangan zat gizi mikro (mikronutrien) dalam tubuhnya sehingga ia mengalami
kerusakan gigi. Mikronutrien merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
namun sangat diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh kembangnya. Yang termasuk dalam
mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Beberapa vitamin dan mineral yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan gigi diantaranya :
a. Vitamin
 Vitamin A : Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan pertumbuhan email gigi
yang tidak sempurna, karena vitamin A berperan dalam penyusunan email gigi.
 Vitamin C : Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan kelainan pada gusi, gusi
meradang mudah berdarah, penyembuhan luka yang lambat, dan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan gigi.

 Vitamin D : Erupsi atau keluarnya gigi dapat terhambat apabila anak-anak


kekurangan vitamin D. Selain itu, kekurangan vitamin D juga dapat menghambat
pembentukan lapisan dentin.

b. Mineral

Mineral terdiri atas kalsium (Ca), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Besi (Fe), dan Fluor
(F). Kekurangan kalsium, fosfor, dan magnesium dapat menyebabkan mineralisasi
tulang dan gigi terganggu, sehingga tulang akan mudah payah; gigi menjadi rapuh
sehingga rentan terhadap karies; pertumbuhan tulang dan gigi pada anak-anak menjadi
terganggu. Fluor dapat berperan mencegah karies gigi dengan meningkatkan daya tahan
email, remineralisasi lesi karies dini dan sebagai bahan anti bakteri. Kekurangan fluor
menyebabkan gigi menjadi rapuh dan mudah terserang karies.

Cara mencegah :
Memberikan makanan yang bergizi seimbang kepada anak, seperti:
1) Memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.
2) Memberikan makanan yang mempunyai sumber kabohidrat,protein, dan lemak.
3) Memberikan asupan yang mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh
serta untuk kesehatan gigi.
4) Makanan yang berserat, untuk memproduksi saliva. Jumlah saliva yang cukup dalam
mulut dapat membantu menghilangkan partikel makanan yang mungkin akan menempel
pada gigi.
Orang tua juga harus mengajarkan anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar
untuk mencegah penyakit gigi dan mulut. Menghindari pemberian susu botol sampai anak
tertidur karena akan memicu terjadinya karies gigi.

5. Bagaimana perkembangan psikologis/ tingkah laku pasien anak seharusnya bila


dihubungkan dengan usia. Sesuaikah tingkah laku pasien anak tersebut dengan usianya?

Jawab :

Pada umumnya anak usia 5 tahun akan memiliki tingkah laku, sebagai berikut:

 Menunjukkan ekspresi wajar saat marah, sedih, takut


 Menjadi pendengar dan pembicara yang baik
 Anak memahami perbedaan hal baik dan buruk
 Memiliki kebanggan terhadap apa yang dimiliki termasuk prestasi
 Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga mengikuti perintah
 Anak akan mulai mengalami perkembangan kepribadian super ego pada usia 5 tahun
dan perkembangan ini secara khas akan menjadi sempurna. Ketika super ego
berkembang maka suara hati telah terbentuk.
Pada kasus ini, tingkah laku yang ditunjukkan oleh Tito tidak sesuai dengan
tingkah laku anak seusianya. Perkembangan psikologi atau tingkah laku yang ditunjukkan
Tito dikategorikan tidak normal. Tito menunjukkan sikap tidak kooperatif layaknya bukan
anak berusia 5 tahun dengan sikapnya yang meronta-ronta, menjerit, menangis keras dan
menolak perawatan gigi yang dilakukan. Hal tersebut bisa disebut tantrum. Normalnya,
tantrum hanya dialami oleh anak berusia 1-4 tahun, lebih dari usia itu sudah tidak wajar
lagi.9

Menurut klasifikasi tingkah laku Frankl, Tito tergolong memiliki tingkah laku
yang definitely negative (--). Tingkah laku tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa
bagian, salah satunya perilaku immature yang artinya tidak dapat memberi alasan mengapa
ia menolak perawatan atau mengatasi keadaan. Perilaku tersebut seharusnya hanya dimiliki
oleh toddler atau anak yang baru belajar berjalan (balita).10
6. Faktor-faktor apa saja yang berperan membuat pasien anak tersebut bertingkah laku seperti
di atas ?

Jawab :

 Sikap orang tua terhadap Tito


a. Over affection : Terlalu memanjakan anak.
b. Over indulgence : Memenuhi keinginan tanpa batasan.
c. Under affection : Orang tua yang memiliki sedikit waktu dengan anaknya sehingga
perasaan anak menjadi kurang nyaman.
 Pengaruh orang tua : Pola pengasuhan
Pola asuh permisif (permissive parenting) merupakan pola asuh yang diterapkan kepada
Tito. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini hampir tidak pernah berperan dalam
kehidupan anak. Hal ini dibuktikan dengan Tito yang lebih sering dirawat oleh kakek
dan neneknya.
 Pengaruh orang tua : Falsafah orang tua
Pada situasi ini keadaan Tito termasuk falsafah liberal menurut Gessel dan Ilg. Hal ini
dikarenakan kurangnya campur tangan orang tua Tito dalam mengarahkannya sehingga
Tito menjadi lebih memilih sendiri keputusannya.
 Keadaan fisik : Anak sakit dan status gizi
Berdasarkan informsai yang diberikan, Tito sering mengalami sakit sejak umur 2 tahun
dan mengalami gangguan gizi sejak dalam kandungan. Hal ini menyebabkan Tito
menjadi lemah dan merasa gelisah.
 Rasa takut : Trauma
Berdasarkan informasi yang diberikan, Tito memiliki pengalaman tidak menyenangkan
saat melakukan perawatan gigi pada usia 3 tahun. Kejadian itu membuatnya takut untuk
berkunjung ke dokter gigi. Rasa takut yang dialami Tito merupakan rasa takut objektif.
Pada usia 5 tahun, rasa takut berhubungan dengan rangsangan sakit.11

7. Bagaimana klasifikasi tingkah laku pasien Tito tersebut menurut Frankl dan Wright ?

Jawab :
Dalam teori perilaku anak menurut Frankl yang dikenal sebagai skala yang
disebut “Frankl Behavioral Rating Scale”, pengklasifikasian tingkah laku anak
dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
a. Sangat negatif
Anak menolak perawatan gigi yang akan dilakukan. Penolakan ini ditunjukkan dengan
cara menangis keras, penuh rasa takut, mengisolasi diri, anak bersikap menentang dan
tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh dokter gigi.
b. Negatif
Anak sukar untuk menerima perawatan, bersikap kurang atau tidak kooperatif, dan
menunjukkan beberapa perilaku negatif, tetapi tidak diucapkan secara langsung,
misalnya raut wajah yang kurang menyenangkan.
c. Positif
Anak mau menerima perawatan, tetapi selalu bersikap hati-hati, bersedia untuk
menuruti prosedur perawatan dengan mengajukan syarat, tetapi pasien anak tetap
mampu mengikuti arahan dokter gigi secara kooperatif.
d. Sangat positif
Anak memiliki hubungan yang baik dengan dokter gigi, tertarik dengan prosedur
perawatan gigi yang akan dilakukan dan merasa senang serta menikmati prosedur
perawatan gigi.
Menurut teori Frankl, perilaku Tito yang menangis keras, menjerit dan meronta tidak
mau melakukan perawatan gigi digolongkan sebagai perilaku sangat negatif.

Menurut Wright, tingkah laku anak dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:


a. Kooperatif (Cooperative)
Sikap kooperatif ditunjukkan dengan sikap anak yang cukup tenang, memiliki rasa takut
yang rendah, dan antusiasme yang tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut yang
diberikan..
b. Tidak kooperatif
Sikap tidak kooperatif berarti sikap atau tindakan anak yang sudah dapat diajak bekerja
sama. Namun tingkah laku tidak kooperatif ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu:
 Tidak mampu kooperatif : Biasanya pada anak tunamental dengan kemampuan
terbatas
 Belum mampu kooperatif : Pada anak dengan usia 2 tahun atau lebih muda yang
belum mampu berkomunikasi
 Potensi menjadi kooperatif : Pada anak yang awalnya tidak kooperatif, namun
dengan pendekatan dan penanganan yang baik dapat berpotensi berubah menjadi
kooperatif
Menurut teori Wright, perilaku Tito diklasifikasikan ke dalam kategori tidak kooperatif
namun berpotensi menjadi kooperatif dikarenakan Tito tidak bisa mengikuti perawatan
gigi yang akan dijalani terkait dengan trauma yang dialaminya saat berusia 3 tahun
namun tingkah laku tito masih dapat diubah menjadi kooperatif dengan pendekatan serta
komunikasi yang baik.12

8. Jelaskan menurut Anda, penanganan tingkah laku apa yang cocok dilakukan untuk Tito
pada saat perawatan giginya.

Jawab :

Penanganan tingkah laku terhadap pasien dapat dikombinasikan dan disesuaikan


menurut kondisi dan kebutuhan pasien. Berikut ini adalah beberapa teknik manajemen
tingkah laku yang tepat dilakukan pada pasien Tito, yaitu:

1. Tell-Show-Do
 Tell : Menerangkan perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana anak
tersebut harus bersikap.
 Show : Menunjukkan atau mendemostrasikan pada anak apa saja yang akan dilakukan
terhadap dirinya.
 Do : Perawatan gigi yang dilakukan sesuai dengan hal yang diuraikan atau
didemonstrasikan pada anak.
2. Desentisasi
Desentisasi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk mengurangi rasa takut dan
cemas dengan memberi rangsangan takut dan cemas sedikit demi sedikit dan terus
menerus agar anak tidak takut dan cemas lagi. Salah satu contoh yang dapat dilakukan
yaitu dengan memberitahukan prosedur kepada orang tua kemudian meninggalkan
ruangan. Tangan kiri dokter gigi menutup mulut anak kemudian tangan kanan dokter
gigi memegang badan anak, kata-kata lembut dibisikkan agar anak berhenti menangis.
Bila anak tersebut berhenti menangis, beri pujian dan lakukan perawatan. Setelah
selesai, anak dipuji kembali dan dikembalikan kepada orang tuanya.
3. Membangun komunikasi secara verbal maupun non verbal :
 Mengajak anak berkomunikasi dengan semenarik dan sebaik mungkin tentang
gambaran perawatan yang akan dilakukan sehingga dapat mengurangi rasa takut anak
terhadap perawatan gigi.
 Bertutur kata yang baik dan dapat memotivasi anak serta member pujian apabila ia
sedikit demi sedikit mulai mendengarkan atau bersikap kooperatif (reinforcement).
 Membicarakan hal-hal yang membuat ia tertarik dengan mencari topik-topik yang
berpotensi disukai oleh anak-anak seusianya.
 Memperhatikan kontak mata, postur tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh agar
anak tidak terintimidasi oleh rasa takut atau prasangka buruk.
4. Distraksi (Pengalihan Perhatian)
Beberapa jenis kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak, seperti
memainkan film yang sesuai usia anak, bermain video game, dan lainnya.
Namun, hal terpenting yang perlu dilakukan dokter gigi dalam menghadapi
pasien, terutama pasien yang mengalami tantrum adalah menjaga kondisi diri tetap sabar
dan tidak terpancing emosi. Apabila dokter sudah dapat mengontrol dirinya, ia dapat
dengan tenang membujuk pasiennya. Kontak mata dengan pasien harus dilakukan, tetapi
tidak mengintimidasi. Tidak boleh ada unsur penyiksaan pada saat perawatan yang dapat
membuat anak trauma.13

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Setiap anak tentunya mengalami pertumbuhan dan perkembangan namun ada


banyak faktor yang dapat melatarbelakangi proses tersebut sehingga pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak berbeda-beda. Ada pertumbuhan dan perkembangan anak
yang berjalan secara normal namun ada juga yang tidak normal. Segala faktor tersebut
didominasi oleh peranan orang tua sebagai insan terdekat dengan anak. Orang tua harus
dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
yang dapat diwujudkan dengan pemberian asupan bergizi, memberikan kasih sayang,
memperhatikan lingkungan sekitar, dan lainnya.

Hal tersebut juga berkaitan dengan praktek perawatan gigi yang dilakukan oleh
dokter gigi. Dokter gigi harus mampu menyesuaikan pelayanan yang diberikan dengan
kondisi pasien anak yang dihadapinya. Dengan mempelajari ilmu kedokteran gigi anak
dan ilmu kesehatan anak, dokter gigi dapat mengetahui tentang tingkah laku pasien anak
menurut usianya serta penanganan terbaik yang dapat dilakukan agar perawatan gigi
dapat tetap berjalan dan pasien anak juga berada pada kondisi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurnafisa S. Panduan lengkap perkembangan anak 5 tahun , parents wajib tahu.


https://id.theasianparent.com/panduan-perkembangan-anak-5-tahun 29/11/2020.
2. World Health Organization. WHO child growth standards.
https://www.who.int/publications/i/item/9789241547185 (30 November 2020).
3. Rahmawati Lily. IBCLC. Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FK-USU-RSHAM: Slide ke 29-33.
4. Muazzoni Nyimas. Peran Bermain Dalam Proses Tumbung Kembang Anak. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Humaniora. 2014; Vol.16: 11-14.
5. World Health Organization. Child growth standards: Weight for length.
https://www.who.int/docs/default-source/child-growth/child-
growthstandards/indicators/weight-for-length-height/cht-wflh-boys-z-05.pdf?
sfvrsn=6bcd4d28_4. (30 November 2020).

6. Putri RF, Sulastri D, Lestari Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. J Kesehatan Andalas. 2015; 4(1): 254–
59.
7. Septikasari M. Status gizi anak dan faktor yang mempengaruhi. Ed.1. Yogyakarta : UNY
Press, 2018 : 9-30.
8. Rahmi ES. Hubungan imunisasi dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi di puskesmas
Teupin Raya Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie. Tesis. Medan : Universitas
Sumatera Utara. 2017 : 53.
9. Kinanti, AA. Psikolog: Anak Usia 4-6 Tahun Masih Tantrum, Tanda Pola Asuh Tidak Tepat.
29 September 2016. https://health.detik.com/ibu-dan-anak/d-3309912/psikolog-anak-usia-4-
6-tahun-masih-tantrum-tanda-pola-asuh-tidak-tepat. (1 Desember 2020)
10. Soemartono S H. Kiat Melakukan Pendekatan Anak yang Tidak Kooperatif dalam Perawatan
Gigi. 2003. 10(2): 444.
11. BINUS. Pola Asuh Orang Tua dan Pengaruhnya pada Anak. 28/08/2018.
https://parent.binus.ac.id/2018/08/pola-asuh-orangtua-dan-pengaruhnya-pada-anak/. (30
November 2020).
12. Permatasari AS. Pola Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. 2014.
https://core.ac.uk/download/pdf/25496642.pdf. (30 November 2020).
13. Soeparmin S. Pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi.
http://perpus.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/PENGENDALIAN-TINGKAH
LAKU-ANAK.pdf. (30 November 2020).

Anda mungkin juga menyukai