Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN INDIVIDU PEMICU 2 BLOK 4

“Pasien mengalami reaksi alergi setelah pemberian antiseptik”

Disusun Oleh:

Ethan

200600066

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial dalam kedokteran
yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral (normatif) yang berfungsi
sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang bersumber
pada 4 kaidah dasar moral (kaidah dasar bioetika-KDB) beserta kaidah turunannya.
Kaidah dasar moral bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang memuat nilai-
nilai dasar etika merupakan landasan etika profesi luhur kedokteran. Dalam profesi
kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu:

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama
hak otonomi pasien (the rights to self-determination),
2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien;
3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere”
atau “above all do no harm”,
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).
1.2 Kasus

Nama Pemicu : Pasien mengalami reaksi alergi setelah pemberian antiseptic

Penyusun : dr. Siti Syarifah, M.Biomed, Simson Damanik, drg.,M.Kes, Gema


Nazri Yanti,drg.,M.Kes

Skenario :

Seorang penderita wanita bernama Tika, 28 tahun datang ke praktik dokter gigi dengan
keluhan gigi berlubang di gigi geraham dua kiri bawah. Dokter gigi melakukan beberapa
tindakan, salah satunya adalah mengirigasi gigi berlubang tersebut dengan sediaan obat
antiseptik yang mengandung beberapa komponen yaitu:

-Clorrhexidin 0,2%
-Menthol 0,05%

-Methylcellulosa

Tidak berapa lama saat dilakukan tindakan irigasi, pasien mengeluhkan rasa panas di
belakang leher dan kaki, 5 menit kemudian pasien pingsan dan terjatuh dari kursi pasien.
Dokter gigi yang menanganinya langsung merujuk pasien ke RS terdekat tanpa
melakukan apa-apa. Saat dibawa ke RS, pasien dinyatakan sudah meninggal oleh dokter
UGD. Selang beberapa hari kemudian, keluarga pasien datang ke praktik dokter gigi
tersebut dan menuntut sang dokter telah melakukan malpraktik.

1.3 Learning Issue


 Prinsip-prinsip bioetika/ kaidah dasar bioetika:
o Unsur utama prinsip bioetika/kaidah dasar bioetika: beneficence, non-
maleficence, autonomy, justice
o Unsur turunan dari prinsip utama bioetika: veracity, fidelity,
privacy/confidentially, honesty
 UU Kesehatan no.23 Tahun 1992
 UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
BAB II

PEMBAHASAN

1. Reaksi apakah yang terjadi pada pasien tersebut?


Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang
terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana
system kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa
melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit
dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen dalam system imun yang berfungsi
sebagai pelindung yang normal pada system kekebalan. Reaksi ini terbagi menjadi empat
kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi
hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering
berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai
kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel mast dan
basofil. Hipersensitivitas tipe II muncul Ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien,
menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik,
dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM. Kompleks imun (kesatuan antigen, protein
komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ditemukan pada berbagai jaringan yang
menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III.
hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu
antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai
autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis.
Reaksi
tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofag.

Tipe-tipe Alergi :
 Alergi tipe I
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana
tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap
bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang
bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan
terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan
berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik.
Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
 Reaksi Alergi tipe II {Antibody-Mediated Cytotoxicity (Ig G)}
Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel
tubuh oleh karena antibody melawan/menyerang secara langsung antigen yang
berada pada permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya Ig G.
 Reaksi Alergi Tipe III (Immune Complex Disorders)
Merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari
kompleks antigen antibody berada di jaringan. Gambar berikut ini menunjukkan
mekanisme respons alergi tipe III.

Reaksi yang terjadi pada pasien adalah reaksi alergi tipe I.

2. Apakah yang menyebabkan pasien mengalami reaksi tersebut?


Clorrhexidin yang menyebabkan pasien mengalami reaksi tersebut. Pada tahun 1998,
FDA mengeluarkan Pemberitahuan Kesehatan Masyarakat untuk memperingatkan para
profesional perawatan kesehatan tentang risiko reaksi alergi yang serius dengan perangkat
medis seperti perban dan infus yang mengandung chlorhexidine glukonat.
3. Mengapa pasien tersebut bisa meninggal?
Reaksi anafilaksis akan mengakibatkan penurunan tekanan darah secara drastis sehingga
aliran darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu sehingga dapat menyebabkan gejala
sesak nafas, pingsan, dan bahkan kematian.
4. Berdasarkan kaidah bioetika, apakah tindakan dokter gigi tersebut sudah tepat?
Menurut kaidah bioetika, tindakan dokter gigi tidak tepat karena telah melanggar prinsip
beneficence dan non-maleficence.
Penerapan prinsip beneficence tidak bersifat mutlak. Prinsip ini bukanlah satu-satunya
prinsip yang harus dipertimbangkan, melainkan satu diantara beberapa prinsip lain yang
juga harus dipertimbangkan. Prinsip ini dibatasi keseimbangan manfaat, resiko, dan biaya
(sebagai hasil dari tindakan) serta tidak menentukan pencapaian keseluruhan kewajiban.
Kritik yang sering muncul terhadap penerapan prinsip ini adalah tentang kepentingan
umum yang diletakan di atas kepentingan pribadi. Sebagai contoh, dalam penelitian
kedokteran, atas dasar kemanfaatan untuk kepentingan umum sering prosedur penelitian
yang membahayakan individu subjek penelitian diperbolehkan. Padahal, terdapat prinsip-
prinsip lain yang semestinya juga dipertimbangkan. Prinsip beneficence harus diterapkan
baik untuk kebaikan individu seorang pasien maupun kebaikan masyarakat keseluruhan.
Oleh karena itu, dokter melanggar prinsip beneficence dengan membahayakan pasien
dengan prosedur yang dia lakukan.

Prinsip non-maleficence, yaitu melarang tindakan yang membahayakan atau


memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “do
no harm”. Prinsip ini berhubungan dengan ungkapan Hipokrates yang menyatakan “saya
akan menggunakan terapi untuk membantu orang sakit berdasarkan kemampuan dan
pendapat saya, tetapi saya tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan atau
mencelakakan
mereka”. Oleh karena itu, dokter melanggar prinsip non-maleficence dengan
memperburuk kondisi pasien.
5. Apakah tindakan dokter gigi pada pasien tersebut termasuk dalam tindakan malpraktik?
Malpraktik atau malpraktek adalah sebuah tindakan atas dasar kelalaian atau kesalahan
seorang dokter dalam menjalankan profesi, praktek, pengetahuan dan ketrampilannya
yang biasa digunakan dalam mengobati pasien sehingga menyebabkan kerusakan atau
kerugian bagi kesehatan atau kehidupan pasien karena tidak sesuai dengan standar profesi
medik serta menggunakan keahlian untuk kepentingan pribadi.
Unsur-unsur Malpraktik
Malpraktik merupakan kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
menjalankan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan medik, sehingga pasien
menderita luka, cacat, atau meninggal dunia. Adapun unsur-unsur malpraktik adalah
sebagai berikut:
1. Adanya kelalaian. Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kekurang hati-
hatian, kurangnya pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan
akan profesinya, padahal diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu
mengembangkan ilmunya.
2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterampilan fisik, dan tenaga keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga medis
adalah dokter atau dokter spesialis.
3. Tidak sesuai standar pelayanan medik. Standar pelayanan medik yang dimaksud
adalah standar pelayanan dalam arti luas, yang meliputi standar profesi dan
standar prosedur operasional.
4. Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia. Adanya hubungan kausal
bahwa kerugian yang dialami pasien merupakan akibat kelalaian tenaga
kesehatan. Kerugian yang dialami pasien yang berupa luka (termasuk luka berat),
cacat, atau meninggal dunia merupakan akibat langsung dari kelalaian tenaga
kesehatan.

Dalam UU nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 50 dan 51. (hak
dan kewajiban)

1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar


prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien meninggal dunia.
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.

Dokter dianggap malpraktek karena melanggar UU nomor 29 tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran pasal 50 dan 51 “melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya. Dokter tersebut tidak melakukan penanganan darurat terhadap pasien
yang mengalami anafilaksis syok dengan memberikan obat ephinephrine atau
adrenalin. Tindakan dokter juga termasuk dalam unsur malpraktek yaitu kelalaian.
Tidak melakukan anamnesis sehingga dokter tidak mengetahui pasien alergi terhadap
clorrhexidin.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam dunia medis, ada standar operasional prosedur yang harus diikuti oleh kaum
medis agar segala tindakan medis tidak merugikan baik pasien maupun orang medis.
Tindakan yang tidak mengikuti standar operasional prosedur akan dikenakan sanksi dan
termasuk malpraktek. Dalam kedokteran gigi standar operasional prosedur dinamakan
oanduan praktik klinis(PPK).
DAFTAR PUSTAKA

1. Hikmah N, Dewanti IDAR. SEPUTAR REAKSI HIPERSENSITIVITAS (ALERGI).


Stomatognatic (J.K.G Unej); 2010: Vol. 7. 108-12.
2. Samiadi LA. Syok Anafilaksis, Reaksi Alergi Parah yang Membahayakan Nyawa.
https://hellosehat.com/alergi/anafilaksis/#gref (26 Desember 2020).
3. Navin L. FDA Drug Safety Podcast: FDA warns about rare but serious allergic
reactions with the skin antiseptic chlorhexidine gluconate.
https://www.fda.gov/drugs/fda-drug-safety-podcasts/fda-drug-safety-podcast-fda-
warns-about-rare-serious-allergic-reactions-skin-antiseptic (26 Desember 2020).
4. Pane MDC. Syok Anafilaktik. https://www.alodokter.com/syok-
anafilaktik#:~:text=Syok%20anafilaktik%20atau%20anafilaksis%20adalah,sulit
%20bernapas%2C%20bahkan%20penurunan%20kesadaran (26 Desember 2020).
5. Suryadi T. PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN HUKUM DALAM PROFESI
KEDOKTERAN. Dalam: anonym, Nasional V JBHKI dan Workshop III Pendidikan
Bioetika dan Medikolegal, Medan, 2009: 5.
6. Riadi M. Malpraktik (Pengertian, Unsur, Jenis dan Ketentuan Hukum Pidana).
https://www.kajianpustaka.com/2020/05/malpraktik-pengertian-unsur-jenis-dan-
ketentuan-hukum-pidana.html (26 Desember 2020).
7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai