DISUSUN OLEH :
Yessica Simangunsong
210600039
FASILITATOR :
Atika Resti Fitri, drg., MDSc
1. PENDAHULUAN
Dokter dalam pelayanan medis harus tunduk pada etika profesi (standar etika profesi),
dan juga harus tunduk pada ketentuan hukum, peraturan perundang-undangan. Etika
kedokteran merupakan “terjemahan” dari asas-asas etika menjadi ketentuan-ketentuan
pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari.
Aturan-aturan etika yang disusun oleh asosiasi atau perhimpunan keprofesian sebagai
pedoman perilaku bagi anggota-anggota profesi itu, umumnya dinamakan kode etik.
Penerapan prinsip-prinsip etika dan hukum harus selalu dijunjung tinggi oleh setiap
dokter karena akan menyelamatkan dokter dari gugatan dan tuntutan juga sekaligus
merefleksikan pribadi dokter sebagai profesi yang luhur dan mulia sepanjang masa.
2. DESKRIPSI
Nama Pemicu : Elly ingin pasang behel
Penyusun: Simson Damanik, drg., M.Kes, Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes, dr.
SitiSyarifah, M.Biomed
Hari/ Tanggal: Selasa/23 Desember 2021
Skenario :
Ibu Elly, berusia 35 tahun datang ke dokter gigi ingin merawat giginya dengan keluhan
tidak dapat menutup bibirnya secara baik, bibirnya selalu terangkat, dan ia merasa
boneng.
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan keadaan giginya semua baik, tidak ada karies,
oklusinya juga normal. Hubungan rahang pasien bimaxiller protrusi, sehingga bibirnya
inkompeten. Dokter gigi langsung menyarankan pencabutan 4 gigi, 2 gigi di rahang atas
kanan dan kiri dan 2 gigi di rahang bawah kanan dan kiri. Pasien menyetujuinya karena
keinginannya begitu besar. Tanpa mendapat kesulitan baik dokter dan pasien
bekerjasama secara kooperatif maka pemasangan behel dilakukan.
Setelah 2 minggu pemasangan behel, pasien datang ke dokter gigi tersebut yang
seharusnya dijadwalkan datang 1 bulan kemudian. Pasien mengeluh sakit, beberapa gigi
goyang, dan terjadi pembengkakan gusi. Pasien kesulitan makan maupun
membersihkan giginya. Dokter meresepkan analgetik dan antiinflamasi.
Pertanyaan :
1. Bagaimana sikap Dokter gigi yang melakukan pemasangan behel tersebut?.
2. Bagaimana tindakan dokter gigi yang melakukan pemasangan behel dibandingkan
dengan tidak dipasang menurut prinsip bioetika?
3. Bagaimana Saudara menanggapi keluhan pasien tersebut?
4. Apa pendapat Saudara ditinjau dari segi hukum, sosial budaya, agama, ras dan lain-
lain.
5. Bagaimana menurut anda apabila anda mendapat kasus seperti ini, apa yang
sebaiknya anda dilakukan?
6. Perlukah dilakukan informed consent? Jelaskan jawaban Saudara!
7. Apakah tujuan dokter gigi meresepkan sediaan obat analgetik dan antiinflamasi
pada pasien tersebut?Jelaskan jawaban saudara?
BAB II
PEMBAHASAN
Dari skenario didapat bahwa ketika selesai pemeriksaan klinis dokter telah
menyarankan pencabutan gigi tapi tanpa menjelaskan semua informasi mengenai
manfaat dan risiko dari tindakan medis atau pencabutan gigi tersebut. Dokter tidak
menerapkan prinsip otonomi dengan baik oleh karenanya pasien yang telah menerima
perawatan medis tidak tahu akan risikonya dan datang kembali beserta keluhannya.
Dalam Kode Etik Kedokteran Gigi Bab II pasal 13 ayat 1 berisi “Dokter Gigi di
Indonesia wajib menyampaikan informasi mengenai rencana perawatan dan
pengobatan beserta alternatif yang sesuai dan memperoleh persetujuan pasien dalam
mengambil keputusan”. Dokter seharusnya memberitahu kepada pasien apa saja
informasi yang berkaitan dengan rencana perawatan seperti pengobatan pasca
pemasangan behel. s
Dan akan lebih baik jika setelah selesai memberi informasi dan saran, pasien yang
setuju akan perawatan dapat diberi informed consent yang akan ditandatangi oleh
pasien. Informed Consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien
tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien. 2
4. Apa pendapat saudara ditinjau dari segi hukum, sosial budaya, agama, ras dan
lain-lain.
Segi Hukum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 290 tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran, maka sebelum melakukan suatu tindakan medik
maka pasien memiliki hak untuk mendapatkan informasi terhadap tindakan medik yang
akan dilakukan kepadanya, dalam permenkes ini juga memberikan perlindungan
terhadapa hak pasien untuk menolak pengobatan medik karena sebelum dilakukan
sebuah tindakan medik maka Dokter wajib mendapat persetujuan dari pasien atau orang
yang berhak memberikan izin terhadap tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Informasi yang harus diberikan kepada pasien atau keluarga terdekat diatur di dalam
Pasal 7 ayat 3 yaitu sekurang-kurangnya mencakup :
(a) Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
(b) Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
(c) Alternatif tindakan lain, dan risikonya;
(d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadinya; dan
(e) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
(f) Perkiraan pembiayaan. 2
Dokter gigi telah memberi saran akan tindakan medis yang akan dilakukan dan pasien
setuju, tapi dalam pemberian informasi dokter tidak menjelaskan akan risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi terhadap tindakan medis nya, dan akan lebih baik juga
bila dilakukan informed consent.
Segi Sosial Budaya
Penampilan gigi merupakan bagian penting dalam menentukan keindahan wajah, dan
berperan penting dalam interaksi sosial. Pasien mangalami bimaxiller protrusi yang
menyebabkan bibirnya inkompeten, dan pasien merasa dirinya boning, hal tersebut
berpengaruh pada interaksi sosialnya sehingga pasien memiliki niat untuk
memperbaikinya dengan pemasangan behel.
Segi Suku/Ras
Tergantung suku dan ras dari pasien apakah diperbolehkan dilakukan pemasangan
behel, oleh karenanya penting bagi dokter menerapkan prinsip otonomi, agar segala
pertimbangan dapat dilakukan pasien sehingga mencapai kesepakatan atau kesimpulan
akhir.
Segi Agama
Tergantung agama masing-masing apakah boleh melakukan pemasangan behel atau
tidak dan di sini juga sangat penting bagi dokter menerapkan prinsip otonomi.
5. Bagaimana menurut anda apabila anda mendapat kasus seperti ini, apa yang
sebaiknya anda dilakukan?
Pamahi kasus yang akan dirawat, dengarkan keluhan pasien. Setelah itu lakukan
pemeriksaan, dari scenario didapat bahwa dari hasil pemeriksaan klinis menunjukkan
keadaan giginya semua baik, tidak ada karies, oklusinya juga normal. Hubungan rahang
pasien bimaxiller protrusi, sehingga bibirnya inkompeten. Kemudian memberi
informasi yang lengkap pada pasien. Informasi yang harus diberikan kepada pasien atau
keluarga terdekat diatur di dalam Pasal 7 ayat 3 yaitu sekurang-kurangnya mencakup :
(a) Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
Diagnosis : bimaxiller protrusi
Tata cara tindakan kedokteran : dokter menyarankan pencabutan gigi dan
pemasangan behel
(b) Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
Apabila kondisi gigi terdapat penumpukan, atau susunannya sesak dan tidak
terdapat celah, biasanya akan dilakukan pencabutan gigi dengan tujuan
untuk memberikan ruang untuk gigi lainnya.
Tujuan dari pemasangan kawat gigi / behel sendiri adalah untuk
memperbaiki susunan gigi / rahang yang tidak normal.4
(c) Alternatif tindakan lain, dan risikonya;
clear aligner, tapi alat ini hanya manjur untuk menangani kasus kelainan
susunan gigi yang ringan hingga sedang, dan membutuhkan biaya yang
lebih besar.
(d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadinya; dan
Risiko pencabutan gigi gusi bengkak, nyeri, rahang kaku, dan rasa tidak
nyaman di mulut, terutama di sekitar area bekas cabut gigi.
Risiko pemakaian behel adalah rasa nyeri dan ngilu.
(e) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
(f) Perkiraan pembiayaan. 2
Setelah memberitahu semua informasi tersebut, ada baiknya memberi waktu pada
pasien untuk memutuskan apakah setuju atau tidak, dan bila setuju dan terjadi
kesepakatann sangat baik jika dilakukan informed consent untuk bukti persetujuan dari
pasien.
7. Apakah tujuan dokter gigi meresepkan sediaan obat analgetik dan anti inflamasi
pada pasien tersebut?Jelaskan jawaban saudara?
Analgetika merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi dan menghilangkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat yang digunakan untuk nyeri adalah
Ibu profen, paracetamol, asam mefenamat. Salah satu penyakit yang dapat
disembuhkan dengan obat analgetika adalah nyeri gigi (Damayanti,2017)4.
Antiinflamasi non steroid atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) obat
yang digunakan untuk mengurangi peradangan bekerja dengan cara hormone pemicu
peradanganya itu hormone prostaglandin. Memiliki efek lebih baik dari golongan lain,
karena selain memiliki efek analgesic juga memiliki efekantiinflamasi. Obat yang
digunakan untuk NSAID adalah ibu profen, natrium diclofenak, piroxicam.5
BAB III
PENUTUP
Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu: prinsip otonomi,
prinsip beneficience, prinsip non maleficence, dan prinsip justice, dan dilakukannya
informed consent. Keempat prinsip ini harus dipenuhi oleh dokter dan dokter gigi agar
pihak dokter dan pasien saling menguntungkan, tidak ada miskomunikasi dan
malpraktik
Etika kedokteran berkaitan dengan penalaran, pembenaran dan konflik moral diri
pribadi, dalam membuat keputusan etis, sedangkan hukum berkaitan dengan konflik
antara individu dan masyarakat (publik) atau dengan peraturan atau dengan individu
lain. Norma etika (bioetika) pada saat ini banyak yang tumpang tindih dengan/ atau
setidaknya dipengaruhi oleh norma hukum dan yang melatarbelakanginya (finansial,
budaya, sosial).
DAFTAR PUSTAKA