Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU PEMICU 1

“Elly ingin pasang behel”

BLOK 4 – BIOETIKA DAN MEDIKOLEGAL

DISUSUN OLEH:

NURUL AMIRAH (210600078)

Fasilitator:

Atika Resti Fitri, drg., MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
Pemicu 1
Nama Pemicu: Elly ingin pasang behel
Penyusun : Simson Damanik, drg., M.Kes, Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes, dr. Siti
Syarifah, M. Biomed
Hari/Tanggal : Selasa/23 Desember 2021
Ibu Elly, berusia 35 Tahun datang ke dokter gigi ingin merawat giginya dengan
keluhan tidak dapat menutup bibirnya secara baik, bibirnya selalu terangkat, dan ia merasa
boning.
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan keadaan giginya semua baik, tidak ada karies,
oklusinya juga normal. Hubungan rahang pasien bimaxiller protrusi, sehingga bibirnya
inkompeten.
Dokter langsung menyarankan pencabutan 4 gigi, 2 gigi di rahang atas kanan dan kiri
dan 2 gigi di rahang bawah kanan dan kiri. Pasien menyetujuinya karena keinginannya begitu
besar. Tanpa mendapat kesulitan baik dokter dan pasien bekerjasama secara kooperatif maka
pemasangan behel dilakukan.
Setelah 2 minggu pemasanggan behel, pasien datang ke dokter gigi tersebut
seharusnya dijadwalkan datang 1 bulan kemudian. Pasien mengeluhkan sakit, beberapa gigi
goyang, dan terjadi pembengkakan gusi. Pasien kesulitan makan maupun membersihkan
giginya. Dokternya meresepkan analgetik dan antiinflamasi.
Pertanyaan:
1. Bagaimana sikap Dokter gigi yang melakukan pemasangan behel tersebut?
2. Bagaimana tindakan dokter gigi yang melakukan pemasangan behel dibandingkan dengan
tidak dipasang menurut prinsip bioetika?
3. Bagaimana Saudara menanggapi keluhan pasien tersebut?
4. Apa pendapat Saudara ditinjau dari segi hukum, sosial budaya, agama, ras dan lain-lain.
5. Bagaimana menurut anda apabila anda mendapat kasus seperti ini, apa yang sebaiknya
anda dilakukan?
6. Perlukah dilakukan informed consent? Jelaskan jawaban Saudara!
7. Apakah tujuan dokter gigi meresepkan sediaan obat analgetik dan antiinflamasi pada
pasien tersebut?Jelaskan jawaban saudara?
Learning Issue
- Prinsip bioetika
- Informed consent
1. Bagaimana sikap Dokter gigi yang melakukan pemasangan behel tersebut?

Dari skenario, sikap dari sang dokter gigi adalah tidak tepat dan kurangnya informasi.
Dokter telah menyarankan kepada Elly untuk pencabutan gigi tetapi, ia tidak menjelaskan
efek samping gejala setelah pemasangan behel tersebut, misalnya rasa sakit yan timbul,
bagaimana cara membersihkan gigi setelah pemasangan behel, atau makanan apa saja yang
perlu hindari setelah pemasangan behel. Berdasarkan KODEGI Bab II mengenai kewajiban
dokter gigi terhadap pasien dalam Pasal 10 Ayat 1: “Dokter Gigi di Indonesia wajib
menyampaikan informasi mengenai rencana perawatan dan pengobatan beserta alternative
yang sesuai dan memperoleh persetujuan pasien dalam mengambil keputusan.”
Bedasarkan skenario, dokter gigi juga lalai karena tidak menjelaskan informasi
selengkap-lengkapnya sehingga membuat pasien tidak paham. Tidak adanya informed
consent seperti resiko, efek samping dan hanya menyetujui pemasangan behel karena
keinginan pasien yang sangat besar.

2. Bagaimana tindakan dokter gigi yang melakukan pemasangan behel dibandingkan


dengan tidak dipasang menurut prinsip bioetika?

Prinsip bioetika pada dasarnya merupakan penerapan prinsip etika dalam bidang
kedokteran/kedokteran gigi dan kesehatan lainnya. Prinsip dari bioetika ada 4, yaitu:
Autonomy, Justice, Beneficence, & Non - Malaficence.

Tindakan dokter dalam pemasangan behel sudah sesuai prinsip beneficence, justice
dan non-malaficence, namun tidak sesuai dengan autonomy. Memang dokter menghargai dan
menuruti keputusan pasien tetapi pasien kurang mendapatkan informasi dan tidak adanya
informed consent. Jika tidak melakukan pemasangan behel, dokter memakai prinsip Non-
malaficence yang artinya tidak merugikan atau membahayakan nyawa manusia/pasien,
seperti saat pemasangan behel akan ada rasa sakitnya.

3. Bagaimana Saudara menanggapi keluhan pasien tersebut?

Dalam menanggapi keluhan pasien, yang pertama dan paling penting adalah
‘komunikasi’. Komunikasi yang kita lakukan harus sesuai dengan latar belakang dari si
pasien. Apakah si pasien merupakan orang awam, tenaga medis, dsb. Tentunya kita
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Kita menjelaskan informasi
secara detail dan lengkap, seperti efek rasa sakit yang muncul ketika masang behel,
memberitahukan apa yang dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Kemudian,
memberitahu cara menjaga dan merawat gigi, serta pemberian obat/penggunaan obat, seperti
obat dan vitamin yang dikonsumsi setelah memasang behel.

4. Apa pendapat Saudara ditinjau dari segi hukum, sosial budaya, agama, ras dan lain-
lain.

Pemasangan behel ditinjau dari segi hukum, sosial budaya, agama, ras, dan lain-lain.

 Segi Hukum

Dokter gigi tersebut telah melanggar:

 UU RI Kesehatan No 29 Tahun 2004 dalam Pasal 45


(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan olehdokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup:
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. tujuan tindakan
medis yang dilakukan;
c. alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

 UU No 23 Tahun 1992 Pasal 53 ayat 2


Tanaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.

Berdasarkan isi dari UU No 23 Tahun 1992 Pasal 53 ayat 2, pasien memiliki hak
yaitu hak informasi. Pasien berhak mendapatkan informasi yang selengkap lengkapnya
dari tenaga medis.

 Segi Sosial Budaya


Pemasangan behel dilakukan sesuai dengan tempat tinggal kita, lingkungan, pola pikir
individu, dimana pola pikir individu yang tinggal di kota akan cenderung akan
mengikuti tren. Selain itu, perkembangan zaman mengubah nilai dan fungsi behel
sebagai alat bantu kesehatan menjadi symbol status di masyarakat. Kemudian, behel
juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam lingkungan social.

 Segi Agama
 Agama Islam.
Jika hanya untuk mempercantik penampilan dan hanya untuk memperindah, maka
hukumnya haram. Tapi, jika untuk kesehatan, itu diperbolehkan.

 Agama Kristen
Pemasangan behel boleh dilakukan

 Agama Buddha
Pemasangan behel bohel dilakukan asal bertujuan untuk menjaga kesehatan gigi

 Agama Hindu
Pemasangan behel boleh dilakukan dan bahakan dianjurkan untuk penyempurnaan
hidup.

 Segi ras

Ada suku yang melarang melakukan perawatan orthodontik karena mereka menolak
masuknya pengaruh luar dalam bentuk apapun.

 Segi kesehatan

Pemasangan behel memberi manfaat untuk kesehatan gigi dan mulut kita, seperti
mengembalikan fungsi gigi dalam proses pencernaan makanan secara mekanik.
5. Bagaimana menurut anda apabila anda mendapat kasus seperti ini, apa yang
sebaiknya anda dilakukan?

Sebelum memulai perawatan, dokter seharusnya memberikan edukasi dengan


memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya. Setelah mendapatkan persetujuan dari pasien
terkait tindakan medis yang akan dilakukan, dokter dan pasien bisa menandatangani surat
perjanjian dan barulah tindakan tersebut bisa dilakukan. Mendokumentasikan perawatan
dalam rekam medis agar bisa menentukan perawatan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

6. Perlukah dilakukan informed consent? Jelaskan jawaban Saudara!

Dalam Permenkes No. 589 Tahun 1989 tentang PTM (Persetujuan Tindakan Medis)
merupakan persetujuan dari pasien kepada dokter setelah diberi penjelasan. Penjelasan disini
maksudnya semua yang berhubungan dengan penyakit pasien dan tindakan medis yang akan
dilakukan dokter serta hal-hal lain yang perlu dijelaskan dokter atas pertanyaan pasien atau
keluarga. Dengan diberikannya Informed Consent, maka akan memberikan rasa aman bagi
dokter yaitu memberikan perlindungan hukum bagi dokter dari tuntut menuntut antara
pasien-dokter. Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar dan jelas
dari dokter yang menangananinya.

7. Apakah tujuan dokter gigi meresepkan sediaan obat analgetik dan antiinflamasi
pada pasien tersebut? Jelaskan jawaban saudara?

Obat analgetik adalah golongan obat berfungsi sebagai anti demam sekaligus
antinyeri. Berdasarkan skenario, pasien mengeluhkan sakit, beberapa gigi goyang, dan terjadi
pembengkakan gusi. Biasanya pembengkakan bersamaan dengan deman. Obat ini bisa
digunakan untuk meredakan rasa nyeri dan menurunkan suhu tubuh tetapi tidak mengurangi
radang/pembengkakan. Obat antiinflamasi juga untuk antinyeri. Hanya saja obat
antiinflamasi bisa keduanya, mengurangi rasa sakit dan mengurangi pembengkakan.
Daftar Pustaka

1. Afandi D. Kaidah Dasar Bioetika dalam Pengambilan Keputusan Klinis yang Etis. Jurnal
MKA. 2017; 40(2): 111-21
2. Fikriya K, Sriatmi A, Jati SP. Analisis Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed
Consent) dalam Rangka Persiapan Akreditasi Rumah Sakit di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kota Semarang. JKM. 2016; 4(1): 45

Anda mungkin juga menyukai