Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK 5 BLOK 9

DIAGNOSIS DAN INTERVENSI TERAPI PADA TINGKAT SEL DAN


JARINGAN
PEMICU 1

“ Dampak Radiasi ”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

NARASUMBER :

Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG(K)

Dr.dr. Jelita, M.Ked(ClinPath), Sp.PK

Ramadhani Banurea, S.Si, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERTAS SUMATERA UTARA

2022
KETUA : FITRI GLORIA MONALISA MANALU (210600081)

SEKRETARIS : KANIA KHAIRUNNISA (210600046)

ANGGOTA :

1. GRENY ANGKASA (210600044)


2. KHALISA SHAFA ALIYA (210600046)
3. AIKO CHAI (210600047)
4. JACKY TARDELIM (210600048)
5. CHECILIA OLA RAHEL SHETTY. N (210600049)
6. VANIA RACHEL SINAGA (210600050)
7. DIAN SABRINA SIHOMBING (210600051)
8. STEFANIE (210600053)
9. IRHAM ZULFIKRI SITEPU (210600054)
10. MUHAMMAD NAUFAL PRADIVA (210600077)
11. NURUL AMIRAH (210600078)
12. ALISYA IFTIKHAR (210600079)
13. ELMILYA PUTRI YANI (210600080)
14. NAZA BALQIS LINTANG (210600082)
15. DHIVA ARYANI (210600083)
16. DENDY ANDRAJAYA (210600084)
17. DEVINA AURELLIA ANTHONY (210600085)
18. BRIGITA CECILIA MARBUN (210600087)
19. NURAIN MAISARAH BINTI SUHAIRI (210600137)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi
tentang laporan hasil diskusi kelompok pada Pemicu 1 Blok 9 dengan judul pemicu
“Dampak Radiasi”.

Laporan ini merupakan hasil diskusi kami dari kelompok 5 pada Pemicu 1 Blok 9 yang
dilaksanakan pada hari Selasa, 13 September 2022. Dalam penyusunan laporan ini kami
mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Laporan ini tidak akan
selesai tanpa bimbingan dari fasilitator dan narasumber yang sudah membantu kami dalam
diskusi dan memberikan kami masukan-masukan yang berarti. Oleh karena itu ucapan
terima kasih kami berikan kepada fasilitator dan narasumber.

Bagaikan pepatah, “Taka ada gading yang tak retak”, begitu pula kami. Tak ada manusia
yang luput dari salah. Maka dari itu untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang,
saran dan pendapat yang konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi sivits akademika pada umumnya dan bagi mahasiswa pada
khususnya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Medan, 13 September 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel
atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari sumber radiasi. Petugas radiologi mempunyai
risiko untuk terpapar radiasi. Pemantauan kesehatan dan dosis para petugas radiologi wajib
dilakukan untuk mengidentifikasi adanya gejala awal atau tanda kerusakan awal akibat paparan
radiasi dan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan petugas radiologi.

Unit pelayanan radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik yang menggunakan
sumber radiasi pengion dalam bentuk gambaran anatomi tubuh yang ditampilkan dalam film
radiografi. Selain memiliki banyak manfaat, radiasi pengion tersebut juga dapat berpotensi
mengganggu kesehatan sel dan jaringan. Oleh karena itu, prosedur penggunaannya harus
dikelola dengan baik dan hati-hati yang dilakukan dengan cara proteksi radiasi.

Efek radiasi terbagi menjadi dua yaitu efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik
muncul seketika atau beberapa minggu setelah terkena radiasi yang ditandai dengan keluhan,
baik umum maupun lokal yang sulit dibedakan dengan penyakit lainnya, dimana keluhan
umum seperti nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebih hingga
menyebabkan kematian, sedangkan keluhan lokal adalah erythema atau kulit memerah, pedih,
gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut. Efek stokastik munculnya
berlangsung lama setelah penyinaran radiasi seperti kanker (kerusakan somatik), cacat pada
keturunan (kerusakan genetik).

B. DESKRIPSI TOPIK DAN PERTANYAAN

Pemicu 1
Nama Pemicu : Dampak Radiasi
Penyusun : Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG(K); Dr.dr. Jelita, M.Ked(ClinPath), Sp.PK,
Ramadhani Banurea, S.Si, M.Si
Hari, Tanggal : Selasa, 13 September 2022
Jam : 13.30 - 15.30 WIB
Skenario
Seorang dokter gigi perempuan usia 50 tahun bekerja pada salah satu klinik kesehatan yang
memiliki pesawat radiografi portable. Pengoperasional pesawat radiografi dilakukan oleh
dokter gigi tersebut lebih kurang 15 tahun. Selama 3 bulan terakhir dokter gigi sering
merasa lemas, pusing dan ada benjolan di dada sebesar kelereng. Kondisi ruangan tempat
dokter gigi bekerja tidak ada yang berlapis plumbun.

Hasil pemeriksaan darah lengkap Hb: 8.3 g/dl, MCV 85 fL, MCH 28 pg dan MCHC 35
gr/dL, Leukosit : 2.300/mm3 dengan hitung jenis sel 1/0/0/39/15/20, blast atypical 25%,
dan ditemukan sel-sel muda seri myeloid. Trombosit 102.000/mm3. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya suatu keganasan.
Pertanyaan
1. Jelaskan hasil interpretasi pemeriksaan laboratorium pada operator tersebut! (PK)
2. Jelaskan pemeriksaan kesehatan apa saja yang wajib dilakukan seorang radiografer
setiap tahunnya? (RD)
3. Jelaskan patogenesis terjadinya keganasan pada kasus ! (PK)
4. Jelaskan standar ruangan radiologi yang benar dalam pemakaian/ pengunaan Plumbun
pada ruangan tersebut. (RD)
5. Jelaskan efek radiasi pengion dan non pengion. Apa satuan dosis radiasi. (F)
6. Jelaskan sikap dan upaya kesehatan yang dilakukan seorang radiografer dalam
protokol bekerja.(RD)
7. Bagaimana peraturan perundang-undangan keselamatan kerja radiasi untuk dokter,
pasien, operator dan lingkungan? (RD)
8. Bagaimana peraturan yang berlaku jika ada tuntutan pekerja tersebut? (RD)

C. LEARNING ISSUE

• Radiologi Dental
• Patologi Klinik
• Fisika
BAB II
PEMBAHASAN

1. Jelaskan hasil interpretasi pemeriksaan laboratorium pada operator tersebut! (PK)

Pemeriksaan kadar hemoglobin berdasarkan standar kadar normal untuk perempuan adalah
sebesar 12,0-15,6 g/dL. Pada kasus di atas, kadar hemoglobin dokter gigi tersebut hanya 8,5g/dl
yang berarti kadar hemoglobin dokter gigi tersebut dibawah normal. Kondisi seperti ini
menandakan adanya anemia atau sering disebut kurang darah. Penyebab anemia ini mungkin
saja dipengaruhi karena efek keganasan yang tersebar seperti kanker, radiasi, dan obat-obatan.
Diketahui bahwa dokter tersebut menggunakan pesawat radiografi portable selama 15 tahun.

Untuk pemeriksaan MCV 85 fL adalah normal, kadar normalnya yaitu 75 – 96 fL. Pemeriksaan
MCH 28 pg juga normal, dengan kadar normalnya yaitu 28 – 33 pg. Untuk pemeriksaan MCHC
35 gr/dL juga tergolong normal, dengan kadar normalnya yaitu 33–37 gr/dL. Untuk
pemeriksaan leukositnya, kadar normal leukosit berjumlah 3.200-10.000/mm3. Pada kasus di
atas, jumlah leukosit pasien tersebut mengalami penurunan dari keadaan normal yaitu hanya
2.300/mm3. Pasien ini mungkin saja menderita leukopenia.

Leukopenia adalah suatu kondisi penurunan jumlah total leukosit dalam sirkulasi, yang
terdapat dua sebab utama terjadinya leukopenia yaitu degenerasi yang disebabkan oleh keadaan
yang dapat merusak sumsum tulang sehingga tidak dapat menghasilkan seldarah, selain itu ada
depresi di mana sumsum tulang tidak dapat membuat sel-sel normal sehingga di dalam perifer
terlihat penurunan jumlah neutrofil dan ditemukan sel muda neutrofil. Kemudian ada destruksi,
terjadi kerusakan elemen pembentukan darah.

Untuk jumlah trombosit pasien tersebut ditemukan adanya penurunan dari jumlah normal.
Jumlah normal trombosit adalah 150.000 – 400.000 /mm3 sedangkan jumlah trombosit pasien
tersebut hanya 102.000/mm3. Pasien ini kemungkinan mengalami trombositopenia yaitu
jumlah trombosit dalam darah yang kurang dari 150.000/mm3 di mana dapat disebabkan oleh
penurunan produksi trombosit, peningkatan destruksi trombosit, dan sekuestrasi trombosit di
limpa, penurunan produksi trombosit di sumsum tulang dapat disebabkan oleh infeksi virus,
gangguan maturasi sel, radiasi.

Jadi, keganasan yang muncul pada dokter tersebut dikarenakan selalu terpapar radiasi di mana
efek radiasi dapat menyebabkan kerusakan hemopoetik seperti leukemia. Hemoglobin, leukosit
dan trombosit yang rendah pada dokter tersebut dapat diindikasikan leukemia mieloid.1
2. Jelaskan pemeriksaan kesehatan apa saja yang wajib dilakukan seorang radiografer
setiap tahunnya? (RD)

Pemeriksaan kesehatan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memantau kondisi
kesehatan radiografer. Pemeriksaan kesehatan ini pada prinsipnya sama seperti halnya di
tempat kerja lainnya, tetapi harus disertakan aspek-aspek yang merefleksikan efek Kesehatan
spesifik pada pekerja radiasi. Pemeriksaan kesehatan meliputi anamnesis riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pendukung antara lain rontgen dan pemeriksaan
laboratorium. Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit keluarga, penyakit pekerja radiasi
itu sendiri dan riwayat pekerjaan.

Pemeriksaan fisik mencakup keadaan umum seperti tekanan darah, nadi, pernafasan,
kesadaran, kulit, mata, mulut, THT, kelenjar tiroid, paru-paru, jantung, saluran pencernaan,
hati, ginjal, sistem genital serta pemeriksaan syaraf dan jiwa. Sedangkan pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan darah rutin, kimiawi darah yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan umum dan khusus dari metabolisme tubuh terutama yang berhubungan
dengan paparan radiasi. Selain itu pemeriksaan laboratorium jugamencakup pemeriksan
kromosom, dan analisis sperma. Frekuensi uji berkala seharusnya minimal sekali dalam
setahun, bergantung pada umur dan kesehatan pekerja, sifat tugas, dan tingkat pajanan terhadap
radiasi.2

3. Jelaskan patogenesis terjadinya keganasan pada kasus ! (PK)

Sumber keganasan yang dialami pasien merupakan radiasi. radiasi sebagai sumber keganasan
dapat terdiri dari radiasi ionisasi misalnya sinar-X yang menginduksi kanker dan radiasi non-
ionisasi misalnya sinar UV yang menyebabkan tumor pada paparan berulang dan dosis tertentu.
Sel normal yang bisa menjadi sel kanker apabila materi genetiknya rusak atau berubah (mutase
gen).3

Patogenesis utama Leukimia Myeloid Akut (LMA) adalah adanya blokade maturitas darah
yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda blast
(imatur) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sum-sum tulang. Akumulasi blast dalam sum-
sum tulang akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan
mengakibatkan sindroma kegagalan sum-sum tulang (bone marrow failure syndrome) yang
ditandai dengan adanya sitopenia (anemia dan trombositopenia).4
Meninjau dari skenario, pasien sering merasa lemas dan pusing yang ditandai sebagai gejala
anemia. Trombositopenia adalah kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah atau di
bawah normal dan akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan. Selain itu sel-sel blast yang
terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar sum-sum tulang dan berinfiltrasi ke
organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem saraf pusat dan merusak organ-
organ tersebut dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pemeriksaan fisik, darah lengkap dan
sumsum tulang termasuk langkah awal yang penting dalam diagnosis pasien LMA. 4

4. Jelaskan standar ruangan radiologi yang benar dalam pemakaian/ pengunaan Plumbun
pada ruangan tersebut. (RD)

Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus (4 x 3 x 2,8) m sehingga memudahkan


memasukkan tempat tidur pasien. Khusus untuk alat-alat kedokteran gigi Iebih kecil dari
ukuran yang diatas dengan catatan ruangan yang ada mudah bagi pasien dan alat untuk masuk
dan keluar. Atau dinding terbuat dari bata yang di pasang melintang. Kualitas bata baik dengan
ukuran 10 x 20 cm. Plesteran dengan campuran semen dan pasir tertentu, tebal minimal dinding
bata adalah 25 cm. Bila memakai beton tebal dinding beton minimal 15 cm, dinding yang
dibuat harus ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila mau ada jendela boleh ditempatkan 2 m diatas
dinding atau kaca yang berlapis Pb.

Kamar gelap yang dipakai minimal (3 x 2 x 2.8) m dan juga dibuatkan bak-bak pencucian film
dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian secara manual. Harus ada air yang
bersih dan mengalir, kipas angin / exhauster atau air conditioner agar udara dalam kamar gelap
selalu bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya.

Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong yang melingkar tanpa pintu atau
sistem dua pintu untuk menjamin supaya cahaya tidak masuk. Warna dinding kamar gelap tidak
perlu hitam, sebaiknya dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap dicat hitam
untuk mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin.

Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau bila berada dalam
satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.
Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi
dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks dengan tebal tertentu yangditambah
lempengan Pb setebal 1-1,5 mm.5
5. Jelaskan efek radiasi pengion dan non pengion. Apa satuan dosis radiasi. (F)

Radiasi pengion merupakan radiasi yang sifatnya dapat mengubah ion-ion yang dilaluinya dan
dapat menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi, bila terpapar makhluk
hidup, maka sinar-X tersebut mampu merusak sel-sel hidup. Kemampuan ionisasi dari radiasi
pengion menghasilkan kerusakan pada ikatan kimia makromolekul (DNA, RNA, protein,
enzim) dalam tubuh, yang kemudian akan menyebabkan komponen tersebut menjadi struktur
yang tidak normal yang kemudian akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang tidak
seharusnya. Paparan dari radiasi pengion terhadap tubuh dapat memberikan dampak negatif
yaitu menyebabkan perubahan pada materi biologik khususnya materi genetik sel.6

Terdapat dua efek biologik yaitu efek sitotoksik dan determenistik. Efek stokastik adalah efek
yang ditimbulkan merupakan suatu kemungkinan dan tidak punya nilai ambang. Berapapun
besar radiasi yang mengenai, kemungkinan itu akan bertambah, tapi tidak mempengaruhi
tingkat keparahannya seperti kanker dan katarak. Efek stokastik dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu efek somatik (induksi kanker) atau efek genetik. Efek somatik dapat menyebabkan
keganasan jika ionisasi terjadi pada sel somatik sehingga kerusakan materi sel, seperti DNA
menyebabkan terjadinya mutasi sel somatik. Sedangkan efek genetik menyebabkan radiasi
pada organ reproduksi dapat merusak DNA dari sperma atau sel telur. Hal ini dapat
menyebabkan abnormalitas kongenital pada keturunan dari seorang yang terkena radiasi
tersebut. Efek deterministik adalah efek yang akan selalu muncul apabila dosis yang diterima
melebihi ambang dan mempengaruhi tingkat keparahan. Efek dari deterministik semakin besar
dosis radiasi, akan semakin parah efeknya seperti muntah, kulit terbakar. Efek ini juga dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu reaksi deterministik sesaat dan reaksi deterministik lambat
(beberapa bulan hingga tahun). Perubahan materi biologik tidak sepenuhnya memberikan
dampak negatif, biasanya efek biologik tersebut dapat digunakan untuk pengobatan radioterapi
pada penderita kanker.7,8

Radiasi non pengion merupakan radiasi yang sifatnya tidak dapat mengubah ion-ion yang
dilaluinya dan tidak menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Istilah
radiasi non pengion secara fisika mengacu pada radiasi elekromagnetik dengan energi lebih
kecil dari 10 eV. Radiasi elektromagnetik non pengion memiliki Panjang gelombang yang lebih
besar, frekuensi yang lebih kecil, dan energi foton yang lebih rendah dibandingkan dengan
radiasi pengion. Radiasi non-pengion antara lain ultraviolet, cahaya tampak, inframerah,
gelombang mikro (microwave), dan elektromagnetik radio frekuensi. Radiasi non pengion
tersebut berada di sekeliling kehidupan kita seperti gelombang radio yang membawa informasi
dan hiburan melalui radio dan televisi, gelombang mikro yang digunakan dalam microwave,
oven, dan transmisi seluler handphone, sinar inframerah yang memberikan energi dalam bentuk
panas, cahaya tampak yang bisa kita lihat, dan sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari.
Radiasi non pengion tidak memiliki dampak yang terlalu luas dan hanya mampu mengubah
struktur atom, tanpa mengionisasi.6

Satuan dosis radiasi yang digunakan, yaitu:8

1) Dosis Serap memiliki SI Unit joules/kg (J/Kg), satuan Gray (Gy), dan satuan subunit
miligray (mGy) dan microgray (μGy).
2) Dosis Ekuivalen memiliki SI Unit joules/kg (J/Kg), satuan Sievert (Sv) dan Subunit satuan
milisievert (mSv) dan microsievert (μSv).
3) Dosis Efektif memiliki satuan Sievert (Sv) dan subunit satuan milisievert (mSv) dan
microsievert (μSv).

6. Jelaskan sikap dan upaya kesehatan yang dilakukan seorang radiografer dalam protokol
bekerja.(RD)

Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan diberikan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab secara penuh untuk melakukan kegiatan Radiologi Diagnostik
dan Intervensional. Sikap seorang radiographer yaitu, harus memakai perlengkapan proteksi
radiasi seperti: apron, pelindung tiroid, sarung tangan, dan pelindung mata dan pada saat
pengerjaan pekerja radiasi harus berada di ruang panel kendali dan menjaga jarak paling dekat
dua meter bila tidak menggunakan apron.9

Upaya kesehatan yang dapat dilakukan sebagai bentuk proteksi antara lain:10

1) Hindari penyinaran bagian - bagian tubuh yang tidak terlindung


2) Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang berlapis Pb dengan tebal
maksimum 0,5 mm Pb
3) Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang tulang kepala ( head fluoroscopy)
4) Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar tembus paling sedikit 20 menit.
5) Gunakan alat – alat pengukur sinar rontgen
6) Pemeriksaan pesawat sebelum di pakai, misalnya:
• Perlindungan terhadap bahaya elektris
• Adanya kebocoran pada tabung pesawat
• Voltage yang aman dan lamanya
7) Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor/rusaknya perlengkapan-perlengkapan
pelindung berlapis Pb11

7. Bagaimana peraturan perundang-undangan keselamatan kerja radiasi untuk dokter,


pasien, operator dan lingkungan? (RD)

Peraturan mengenai keselamatan kerja radiasi tersebut tercantum dalam PP Nomor 33 Tahun
2007, yaitu sebagai berikut.

▪ Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang Keselamatan Radiasi terhadap
pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup, Keamanan Sumber Radioaktif, dan inspeksi
dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
▪ Pasal 4 ayat (1) dan (3)
(1) Setiap orang atau badan yang akan memanfaatkan Tenaga Nuklir wajib memiliki izin
Pemanfatan Tenaga Nuklir dan memenuhi persyaratan Keselamatan Radiasi.
(3) Persyaratan Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.
persyaratan manajemen; b. persyaratan Proteksi Radiasi; c. persyaratan teknik; dan d.
verilikasi keselamatan.
▪ Pasal 9 Pemegang Izin wajib melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a, pada saat: a. sebelum bekerja; b. selama bekerja;
dan c. akan memutuskan hubungan kerja.
▪ Pasal 10 Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dilakukan oleh
dokter yang memiliki kompetensi yang ditunjuk oleh Pemegang lzin, dan disetujui instansi
berwenang di bidang ketenagakerjaan.
▪ Pasal 31 ayat (1) dan (2)
(1) Pemegang Izin, dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24, wajib menyediakan perlengkapan Proteksi Radiasi.
(2) Perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.
peralatan pemantau tingkat Radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di daerah kerja;
b. peralatan pemantau Dosis perorangan; c. peralatan pemantau radioaktivitas
lingkungan; dan/atau d. peralatan protektif Radiasi.
▪ Pasal 32 Setiap pekerja, pasien, pendamping pasien, dan/atau orang lain yang
berhubungan dengan Radiasi wajib memakai pemantau dosis perorangan dan peralatan
protektif Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b dan huruf d.12
8. Bagaimana peraturan yang berlaku jika ada tuntutan pekerja tersebut? (RD)

Meninjau dari skenario, dimana dokter gigi selaku pekerja radiografi yang bertugas untuk
mengoperasionalkan sinar-X Kedokteran Gigi Portabel selama waktu yang cukup lama sebagai
pemeriksaan rutin dengan keadaan fasilitas lingkungan dan ruangan radiasi tidak memiliki
penahan berlapis plumbun.Maka dari itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku terkait hal ini,
pihak klinik atau pihak pemilik dari pesawat dental tersebut dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan undang-undang:
▪ Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Pasal 49:
(1) Pesawat Sinar-X Kedokteran Gigi Portabel dilarang untuk digunakan untuk
pemeriksaan rutin.
(2) Dalam hal pemeriksaan dental victim identification untuk kepentingan forensik,
Pesawat Sinar-X Kedokteran Gigi Portabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
boleh digunakan dengan memperhatikan Keselamatan Radiasi.13
▪ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2000 Pasal 18: “Pengusaha
instalasi harus menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantau dosis
perorangan, pemantau daerah kerja dan pemantau lingkungan hidup, yang dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.”

Kesalahan pihak instansi dengan tidak adanya plumbun sebagai penghalang radiasi
mengakibatkan efek potensial bagi pekerja, pasien, maupun lingkungan di sekitar raung
radiasi. Sesuai scenario tersebut, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2000 Pasal 37, atas perbuatannya, pihak klinik tersebut akan menerima
peringatan tertulis disertai penghentian sementara pengoperasian instalansinya oleh Badan
Pengawas.14
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Radiasi adalah suatu pancaran energi yang melalui sebuah ruangan dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya foton dari sumber radiasi. Efek
radiasiyang ditimbulkan sangat berbahaya bagi tubuh, salah satu diantaranya berupa
keganasan. Keganasan yang muncul dokter gigi tersebut disebabkan seringnya terpapar dengan
radiasi yaitu kerusakan hemopoetik. Radiografer perlu diterapkan sistem pengawasan
kesehatan dan keselamatan yang ketat meliputi pengawasan dosis radiasi dan pemeriksaan
Kesehatan radiografer setiap tahun untuk menjamin keselamatan. Radiografer diwajibkan
melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum kerja, selama bekerja, dan akan
memutuskan hubungan kerja. Pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan kesehatan umum
dan pemeriksaan kesehatan khusus sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja
Radiasi.

Dokter gigi tersebut mengalami efek stokastik yang merupakan efek yang terjadi akibat
paparan radiasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Radiografer dalam
menjalankan tugasnya diwajibkan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang tercantum dalam
Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2020 tentang
Keselamatan Radiasi pada Penggunaan Pesawat Sinar-X dalam Radiologi Diagnostik dan
Intervensional untuk mengurangi resiko radiasi dengan mengikuti aturan desain ruangan
radiasi dan radiografer serta pasien wajib menggunakan apron, tyroid shield, sarung tangan,
dan kacamata Pb. Efek yang ditimbulkan dari efek pengion sangat berbahaya sehingga
diwajibkan untuk mematuhi semua perundang-undangan yang berlaku seperti Peraturan
Pemerintahan Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rosida A, Hendriyono FX. Nilai Rujukan Hematologi Orang Dewasa Normal di RSUD Ulin
Banjarmasin. Berkala Kedokteran (2015); 11(1): 101-109.
2. Devita, T. (2006). Sangat Penting, Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Radiasi. Bulletin ALARA,
7(3), 93-101.
3. Sutapa GN, Widyasari NL, Dewi AA. Mendalami respon adaptasi sel terhadap paparan radiasi
pengion. Buletin Al 2013; 15(1): 9-14.
4. Asputra H. Nilai prognostik FLT3 pada pasien leukemia mieloid akut. JIK 2021; 15(1): 2.
5. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan: USU press, 2010.
6. Supriyono P, Candrawila W, Rahim AH, Murni TW. Keamanan peralatan radiasi pengion
dikaitkan dengan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan di bidang radiologi diagnostik.
Soepra J Hukum Kesehatan 2017; 3 (1): 2015.
7. Erma NK, Supriyadi. Penurunan jumlah eritrosit darah tepi akibat paparan radiasi sinar-X dosis
radiografi periapikal. Stomatognatic 2012; 9 (3): 140.
8. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5th ed. London: Elsevier,
2013: 57-8, 65-8.
9. Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020
10. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Edisi Revisi. Medan: USU Press, 2019: 2-3.
11. Bapeten. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.6 Tahun 2010.
https://jdih.bapeten.go.id/unggah/dokumen/peraturan/126-full.pdf. 13 September 2022
12. Presiden RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 Tentang
Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif.
https://jdih.esdm.go.id/storage/document/PP%20No.%2033%20Thn%202007.pdf (13
September 2022).
13. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Bapeten. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan
Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional.
https://jdih.bapeten.go.id/unggah/dokumen/peraturan/81-full.pdf (diakses pada tanggal 13
September 2022).
14. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000
tentang Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.
https://jdih.esdm.go.id/index.php/web/result/122/detail (diakses pada tanggal 13 September
2022).

Anda mungkin juga menyukai