Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK, HEMODIALISA DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. M DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG


HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

PROVINSI LAMPUNG

DISUSUN OLEH :

1. BONDAN YOSEPSYAH
2. RIZKI AMELIA
3. YENDRI HANDRIANI
4. WINDAH
5. UMI MAHARANI

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes)

AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2018/2019
LEMBAR KONSUL

Tanggal Saran Paraf

Mengetahui

Pembimbing akademik Pembimbing Lahan

(Ners. Dian Arif Wahyudi, S.Kep MAN) (Ners. Tarman,S.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-
Nya, sehingga penyusun laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada
Tn. M Dengan Diagnosa Medis Gagal ginjal kronik diruang hemodialisa Rsud Dr. H Abdul
Moeloek Bandar Lampung, dapat kami selesaikan. Penyelesaian laporan kasus ini juga berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ns. Tarman S.Kep Selaku Pembimbing lahan di ruang Hemodialisa

2. Ns. Dian Arif Wahyudi, MAN Selaku Pembimbing Akademik.

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah diberikan dan
semoga laporan kasus ini dapat dijadikan pedoman untuk pembelajaran.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan untuk itu,
penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangun guna perbaikan selanjutnya.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 08 November 2018

Penulis

Kelompok 8
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………
HALAMAN KONSUL DAN PENGESAHAN ………………………. .......
KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………....

BAB II TINJAUAN TEORIS


A. Definisi………………………………………………………………
B. Klasifikasi…………………………………………………………..
C. Etiologi………………………………………………………………
D. Anatomi Fisiologi CKD,HD…………………………………………
E. Patofisiologi…………………………………………………………
F. Manifestasi Klinis……………………………………………………
G. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………
H. Komplikasi…………………………………………………………

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian…………………………………………………………
B. Analisa Data……………………………………………………….
C. Diagnosa Keperawatan……………………………………………..
D. Rencana Keperawatan………………………………………………
E. Catatan Perkembangan……………………………………………

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………
C. Lampiran…………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun).
Perjalanan penyakit ginjal stadium akhir hingga tahap terminal dapat
bervariasi dari 2-3 bulan hingga 30-40 tahun (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit ginjal kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang
penting mengingat insidennya yang meningkat. Di Indonesia, diperkirakan
jumlahnya 100 penderita per satu juta penduduk dalam setahun (Pernefri,
2003). Hingga tahun 2015 diperkirakan sebanyak 36 juta orang warga
meninggal akibat gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal kronik merupakan
penyakit yang diderita oleh 1 dari 10 orang dewasa. Menurut Pernefri 2010
diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia. Namun yang
terdeteksi menderita gagal ginjal kronik tahap terminal dari mereka yang
menjalani cuci darah (hemodialisis) hanya sekitar 4000 sampai dengan 5000
saja ini dari jumlah penderita ginjal yang mencapai 4500 orang. Hasil rekam
medik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan bahwa
perbandingan jumlah pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis antara
tahun 2010 dan 2011 terdapat peningkatan jumlah pasien yang cukup
signifikan, yaitu sebesar 25 % (Rekam Medik, 2010/2011).
Etiologi gagal ginjal kronik diantaranya adalah penyakit Diabetes
Mellitus, iritasi kulit eritrematosis, tekanan darah tinggi, penyakit glumerulus
disebut juga glumerulenophritis, penyakit tersumbatnya fungsi ginjal disebut
juga dengan batu ginjal, dan kebiasaan buruk penggunaan obat jalan
(Budiyanto, 2002). Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif yang ditandai dengan peningkatan
kadar urea dan kreatinin serum (Sudoyo dkk, 2006)
Ureum dan kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme protein yang
dikeluarkan oleh ginjal. Pada pasien GGK terjadi sindrom uremik dimana 3
terjadi penumpukan ureum dan kreatinin dalam darah, sehingga diperlukan
terapi hemodialisis untuk mengeluarkan racun tersebut. Asupan protein baik
protein nabati yang mengandung asam-asam amino essensial yang kurang
lengkap dan protein hewani dengan nilai biologi tinggi yang mengandung
asam-asam amino essensial lengkap dapat memberi pengaruh yang berbeda
pada kadar ureum dan kreatinin karena memiliki kandungan asam amino dan
nilai biologi yang berbeda pula (Mahan, 2004)

2. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit gagal ginjal
kronik diruang hemodialisa
b. Setelah mendapatkan materi ini mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik diruang hemodialisa

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan


penyakit gagal ginjal kronik diruang hemodialisa
b. Mahasiswa mampu menerapkan perawatan yang baik bagi pasien dengan
penyakit gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK /CHRONIC KIDNEY DISEASE


DAN HEMODIALISA

1. CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )

A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626)

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001;
1448)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD ),pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ), namun pada
terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada
kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT ( clearance creatinin test )
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF ( cronic renal failure ) hanya 3
stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
B. ETIOLOGI
 Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
 Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
 Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
 Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
 Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
 Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
 Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (
Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

D. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum


normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :

- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )

72 x creatini serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85


E. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.

b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.

d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h. System hematologi

anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga


rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :

1.Pemeriksaan lab.darah

a. hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit

b. RFT ( renal fungsi test )


ureum dan kreatinin

c. LFT (liver fungsi test )


d. Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
e. koagulasi studi
PTT, PTTK

f. BGA
2. Urine

- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler

- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik

- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi ginjal
2. Pola nafas tidak efektif b.d retensi cairan interstisial
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake in adekuat
4. Intoleransi aktifitas b.d keletihan
HEMODIALISA

1. Definisi
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi
permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses
difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).

Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang
dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat
dilakukan pada saar toksin atau zat beracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan
permanen atau menyebabkan kematian (Mutaqin & Sari, 2011).

2. Tujuan Hemodialisa

Tujuan dari hemodilisis adalah untuk memindahkan produk-produk limbah terakumulasi


dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialisis. Pada klien gagal ginjal kronik,
tindakan hemodialisis dapat menurunkan risiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat
akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisis tidak menyembuhkan atau
mengembalikan fungsi ginjal secara permanen. Klien GGK biasanya harus menjalani terapi
dialiss sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam
perkali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui transplantasi ginjal (Mutaqin & Sari,
2011).

3. Indikasi Hemodialisa

Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD kronik. Hemodialis


segera adalah HD yang harus segera dilakukan, Indikasi hemodialisis segera antara lain
(D87uaurgirdas et al., 2007):
a. Kegawatan ginjal

 Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi

 Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)

 Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)

 Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5 mmol/l )

 Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)

 Uremia ( BUN >150 mg/dL)

 Ensefalopati uremikum

 Neuropati/miopati uremikum

 Perikarditis uremikum

 Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L

 Hipertermia

b. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.

c. Indikasi Hemodialisis Kronik

Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur hidup


penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR
<15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga
dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini
(Daurgirdas et al., 2007):

 GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis

 Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.

 adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.


 Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

 Komplikasi metabolik yang refrakter.

4. Prinsip Hemodialisis

Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi,
osmosis, dan ultrafiltrasi.

 Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam
darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.

 Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmolalitas dan dialisat.

 Proses Ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan hidrostatik
didalam darah dan dialisat.

5. Pedoman Pengkajian Pra prosedur Hemodilasis

1) Pengkajian Anamnesis

a. Kaji identitas klien

b. Kaji adanya progam dokter tentang pelaksanaan hemodilasis

c. Kaji kondisi psikologis, mekanisme koping, dan adanya kecemasan praprosedur

d. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur hemodialisis

e. Beri penjelasan prosedur pemasangan dan lakukan penandatangan informed consent

f. Kaji adanya riwayat dilakukan hemodialisis sebelumnya.

g. Kaji pemakaian obat-obatan sebelumnya

2) Pemeriksaan Fisik
a. Timbang berat badan pasien

b. Periksa Tanda-tanda vital

c. Kaji adanya akses vakuler

 Subklavia dan femoralis

 Fistula arteri vena

 Shunt/ Tandur

3) Pengkajian Penunjang

a. Kaji pemeriksaan laboratorium

b. Konfirmasi pemeriksaan HbSag dan status HIV

c. Kaji adanya peningkatan kadar SGOT

6. Perawatan Hemodialisa

1) Perawatan sebelum hemodialisis (Pra HD)

a. Persiapan mesin :

-listrik
-air(sudah mulai pengolahan)
-saluran pembuangan dialyzer (ginjal buatan)
-av blode line
-av fistula (abocath)
-infuset spuit 50 cc, 5cc
-insulin, hepatrin injeksi
-xylocain (anastesi lokal)
-nacl 0,90%
-kain kasa (kasa steril)
-bak dan mangkok steril kecil
-klem, plester
-desinfektan (alkohol, betadine)
-gelas ukur
-timbangan BB
-formulir hemodialisis
-sirkulasi darah

b.Langkah – langkah:

 Letakkan GB (ginjal buatan) pada holder dengan posisi merah diatas

 Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah

 Hubungkan uung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan
dengan alat penampung/ matkan

 Letakkan posisi GB terbalik yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas

 Gantungkan NaCl 0,9% (2-3 Kolf)

 Pasang inus set pada kolf NaCl

 Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat khusus

 Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk hubungan tekanan arteri,
tekanan vena, pemberian obat-obatan)

 Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set

 Jalankan Qb dengan kecapatan kurang lebih dari 100 ml/m

 Udara yang ada dalam GB harus hilang sampai bebas udara degan cara menekan nekan
VBL

 Air trap/ bubble trap disisi 2/3 – ¾ bagian

 Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan


 Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung VBL, klem tetap
dilepas

 Masukan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U

 Ganti kolf NaCl dengan baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem infus dibuka

 Jalankan sirkulasi darah dan soaking (melembabkan GB) selama 10- 15 menit sebelum
dihubungkan dengan sirkulasi sistemik pasien

Catatan Istilah dalam kegiatan Hemodialisa Persiapan Sirkulasi:

o Rinsing (Membilas GB + VBL + ABL)

o Priming (Mengisi GB + VBL + ABL)

o Soaking (Melembabkan GB)

o Volume priming: darah yang berada dalam sirkulasi (ABL + GB + VBL)

 Persiapan pasien: Persiapan mental, izin hemodialisis, persiapan fisik (timbang BB,
Posisi, Observasi Ku dan ukur TTV)

2) Perawatan Selama Hemodialisis (Intra HD) Pasien

Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi:

 Dengan internal A-V shunt / Fistula cimino

 Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan dan tangan

 Teknik aseptic + antiseptic: Betadine + acohol

 Anestesi local (lidocain, procain inj)

 Punksi vena. Dengan Av fistula no G. 14 s/d G. 16 abocath, fiksasi tutup dengan kasa
steril
 Berikan bolus heparin inj (dosisi awal)

 Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan kassa steril

 Dengn eksternal A-V shunt, desifektan, klem kanula arteri dan vena

 Bolus heparin inj (dosis awal)

 Tanpa 1 & 2 (femora, dll), desinfektan anestesi lokal

 Punksi outlet / vena salah satu vena yang besar biasanya dilengan

 Bolus heparin inj (dosis awal), fiksasi dan tutup kassa steril

 Punksi inlet (vena atau arteri femoralis), raba arteri femoralis, tekan arteri femoralis 0,5 –
1 cm ke arah medial vena femoralis

 Anestesi lokal (infiltrasi anestesi)

 Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3 – 5 menit dan fiksasi, tutup kassa steril

3) Memulai Hemodilasis

 Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet

 Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet

 Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, samoai sirkulasi darah terisi semua

 Jalankan pompa darah dengan Ob

 Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet

 Fiksasi ABL dan VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)

 Cairan priming diampung digelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai
kebutuhan)

 Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikan sampai 300
ml/ m (dilihat dari keadaan pasien)
 Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/
blood leak detector

 Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan
NaCl

 Ukur Td, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan megukur TD,
nadi lebih sering

7. Komplikasi

Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan
ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) stadium V atau gagal ginjal
kronik (GGK). Walaupun tindakan HD saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat,
namun masih banyak penderita yang mengalami masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi
yang sering terjadi pada penderita yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik. Tekanan
darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan cairan saat HD.

Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis berlangsung.


Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit kepala, sakit
dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et al., 2007; Bieber dan
Himmelfarb, 2013).

 komplikasi Kronik

a) Penyakit jantung

b) Malnutrisi

c) Hipertensi / volume excess

d) Anemia

e) Renal osteodystrophy

f) Neurophaty
g) Disfungsi reproduksi

h) Komplikasi pada akses

i) Gangguan perdarahan

j) Infeksi

k) Amiloidosis

l) Acquired cystic kidney diseases

8. Diagnosis Keperawatan

1. Kelebihan produk sisa metabolit pada sirkulasi b.d ketidakmampuan ginjal dalam
mengeksresikan keluar tubuh, ketidakmampuan dalam pembentukan urine

2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium,
peningkatan aldosteron sekunder dari penuruan GFR

3. Ketidakseimbangan cairan dan elektroli b.d ketidakmampuan ginjal dalam mengatur


reabsorsi dan sekresi elektrolit
DAFTAR PUSTAKA

Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the Kidney. 9th

edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors.

Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2473-505


LAPORAN KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DI RUANG HEMODIALISA

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pre HD

1. Identitas

Nama : Tn. M

Umur : 56 tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 15 Oktober 2018

Tanggal Pengkajian : 15 Oktober 2018

Sumber Informasi : Pasien dan list pasien

2. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan

Dx Medis : CKD

Jenis HD : Rutin ( 2 x seminggu)

Tempat insersi HD : AV Fistula/ Cimino bagian tangan kiri

Keluhan utama : Pasien mengatakan kakinya bengkak


RPS :

Pasien mengatakan mempunyai riwayat GGK kurang lebih 4 tahun yang lalu dan pasien
menjalani hemodialisa kurang lebih 4 tahun ini. Pasien melakukan hemodialisa 1 minggu dua
kali setiap hari Rabu dan Sabtu pukul 08.00 - 12.00 WIB. Pasien juga mengatakan BB nya naik
3,5 kg dari BB sebelumnya.

RPD :

Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi kurang lebih 5 tahun yang lalu.

b. Pemeriksaan

BB kering : 56,5 kg

BB Pre HD : 60 kg

TD : 150/80 mmhg

N : 80x/ menit

RR :22x/menit

TB : 160 cm

c. Program Hemodialisa

Saat ini menjalani program hemodialisa dengan :

Dialisat : Bicarbonat dan Acid

Heparin : Dosis awal 1500 unit, dosis continue 1000 unit/jam

UF Goal : 3,5 kg

Quick Blood : 200 ml/menit


Lama : 4 jam

d. Pola Kebiasaan

1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan


Pasien mengatakan bahwa dirinya sadar akan pentingnya hidup sehat. Pasien
merasa bahwa sakitnya tidak dapat disembuhkan, pasien mengatakan bahwa hanya
karena cuci darahlah pasien bisa tetap melangsungkan hidupnya. Pasien mengatakan
sekarang ini sulit untuk menjaga kesehatannya karena banyak pantangan seperti harus
mengurangi makan buah buahan, tidak boleh banyak minum, sehingga pasien sering
melanggar diit yang seharusnya dilarang meskipun pasien tau kesehatan menurutnya
sangat penting.

2. Nutrisi / Metabolic
Pasien mengatakan makan kurang lebih 3 x sehari ( pagi, siang, malam) dengan
porsi sedang 4-5 sendok makan, pasien mengatakan minum kurang lebih 7 gelas
perhari kurang lebih 1400 cc/ hari. Pasien mengatakan bahwa tidak bisa menahan rasa
haus sehingga pasien kurang bisa mengontrol asupan cairannya.

3. Pola eliminasi
BAK : kurang lebih 6x/sehari, 500 cc/hari, warna kekuningan.
BAB : 1x/hari , 100 gram, konsistensi lunak warna kecoklatan.

4. Pola aktivitas dan Latihan


Pasien mengatakan semenjak sakit, pasien hanya dirumah tidak dapat bekerja
seperti dulu. Pasien mengatakan bahwa sekarang sudah tidak bisa membantu
perekenomian keluarga seperti dulu. Pasien juga mengatakan masih bisa beraktifitas
namun terbatas. Saat ini pasien dapat beraktifitas mandiri seperti makan , minum,
toileting, dan berpakaian.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi ROM 
0: mandiri, 1 : alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4 :
tergantung total

5. Riwayat psikososial
Pasien mengatakan hubungannya dengan orang lain baik . Pasien mengatakan selalu
berkomunikasi dengan pasien lain ketika menjalani hemodialisa. Pasien mengatakan
pasrah terhadap penyakitnya. pasien sering merasa takut akan masa depan yang akan
dihadapinya.

1. Pola tidur dan istirahat


Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur, tidur siang selama 2 jam yaitu pukul
13.00 - 15.00 WIB dan tidur malam selama kurang lebih 8 jam yaitu pukul 21.00 -
05.00 WIB.

2. Pola persepsi, sensori dan kognitif


Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, pasien dapat menjawab pertanyaan
perawat, pandangan pasien baik, pasien dapat membaca tulisan yang diberikan
perawat. Pasien juga mengerti tentang proses penyakitnya dan mengetahui apa saja
yang tidak boleh dikonsumsi.

3. Pola persepsi diri


Pasien mengatakan pasrah dan sabar dalam menghadapi cuci darah rutin , pasien
menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah swt.

4. Pola seksual dan reproduksi


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit reproduksi. Pasien mengatakan memiliki
dua anak laki laki dari hasil pernikahannya dengan istri 27 tahun yang lalu.

6. Pola peran dan hubungan


Pasien mengatakan dulu bekerja sebagai petani namun berhenti sejak didiagnosa
GGK, pasien memiliki hubungan baik dengan sesama keluarganya.

7. Pola manajemen koping stress


Pasien mengatakan menangis dan berdoa jika sedang alami masalah, namun jika
belum teratasi pasien bermusyawarah dengan keluarganya, termasuk masalah
pengobatan pasien.

8. Status nilai dan keyakinan


Pasien beragama islam, pasien menjalani sholat 5 waktu , mengikuti kegiatan
pengajian, pasien mengatakan tidak ada pantangan dan keyakinan dalam agama
maupun budaya yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Pemeriksaan Fisik

Kulit Terdapat bercak bercak kehitaman diarea tangan, terdapat


cimino bagian tangan sebelah kiri, warna kulit sawo matang,
tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan.
Kepala Sakit kepala tidak ada, rambut hitam, tidak ada nyeri tekan,
dan tidak ada lessi.
Mata Kedua mata simetris, sklera anikterus, konjungtiva anemis, dan
pupil isokhor antara kanan dan kiri.
Telinga Telinga simetris, tidak terdapat serumen, dan tidak ada
gangguan pendengaran
Hidung Hidung simetris, tidak ada sekret dna tidak ada polip
Mulut Bibir kering, mukosa pucat , dan mulut sedikit berbau aseton
Leher Tidak ada pembesaran vena jugularis, dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
Dada Pergerakan kanan dan kiri simetris dan tidak ada nyerti tekan
Payudara Simetris kanan dan kiri , tidak ada massa, dan tidak ada nyeri
tekan.
Paru - paru Auskultasi :vesikuler , perkusi : sonor
Abdomen Tidak ada nyeri tekan , bising usus 10 x/ menit, perkusi
kuadran 1 ( pekak ), kuadran 2 ( timpani ), kudran 3( timpani)
dan kuadran 4 ( timpani ) , serta tidak ada asites.
Genetalia Tidak ada keluhan
Anus dan rectum Tidak ada keluhan
Muskuloskletal Pergerakan baik, ekstremitas bawah tampak edema, tidak ada
lessi, tidak ada massa , kekuatan otot 5
Neurologi Neurologi berfungsi dengan baik
2. Pemeriksaan laboratorium

Nama : Tn .M
Umur : 56 tahun

HASIL LABORATORIUM TANGGAL 12 OKTOBER 2018

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN


Hemoglobin 13,0 11,50-16,50 g/dl
Leukosit 9,100 4.800-10.800 g/dl
Eritrosit 4,1 4,7-6,1 Juta/ul
Hematokrit 46 42-52 G
Trombosit 354.000 150.000-450.000 Ul
MCV 89 79-99 Fl
MCH 30 27-31 Pg
CREATININ 18,80 0,72-1,18 Mg/dl
UREUM 207 13-43 Mg/dl

Persiapan HD ( Pre HD)

Persiapan saat diruang penerimaan:

1. Persiapan pasien

a. Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi dokter)


b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa dihubungi,
surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam
yang diberi delegasi oleh dokter penanggung jawab HD.
c. Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat traveling dari RS
asal.
d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f. Keadaan umum pasien
g. Keadaan psikososial
h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT
j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD

2. Persiapan mesin

a. Listrik
b. Air yang sudah diubah dengan cara: Filtrasi, Softening, Deionisasi, dan Reverse osmosis
c. Sistem sirkulasi dialisat : Sistem proporsioning ( Acetate / bicarbonate).
d. Sirkulasi darah : ( Dializer / hollow fiber dan Priming)

3. Persiapan alat

a. Dialyzer
b. Transfusi set
c. Normal saline 0.9%
d. AV blood line
e. AV fistula
f. Spuit
g. Heparin
h. Lidocain
i. Kassa steril
j. Duk
k. Sarung tangan
l. Gelas ukur
m. Desinfektan (alkohol/betadin)
n. Klem
o. Timbangan
p. Tensimeter
q. Perlak kecil
Data Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
DS: Kelebihan volume Setelah dilakukan PRE HD
 pasien cairan bd gangguan tindakan  Kaji status
mengatakan metabolisme regulasi keperawatan selama input dan
kakinya ginjal 1x 4 jam , diharapkan output (
bengkak BB ideal tanpa Timbang BB,
 pasien kelebihan cairan CRT, TTV
mengatakan dengan KH: dan edema)
BB kemarin - terbebas dari edema  Hitung
56,5 kg - CRT Kurang dari 3 balance cairan
 klien detik  kaji BB post
mengatakan -dapat HD kemarin
tidak mempertahankan  Melakukan
membatasi pembatasan cairan program HD
asupan yang masuk sesuai
cairannya - TTV dalam batas kenaikan BB
normal
DO: -terjadi penurunan
 BB post HD edema pada area
lalu : 56,5 kg ektremitas
 BB pre HD :
60 Kg
 BB pasien
naik 3,5
 pitting edema
kurang dari 5
detik
 terdapat
edema pada
ektremitas
bawah
 TD: 150/80
Mmhg, RR:
22 x/menit, N
: 80 x/menit,
T: 36,5 c.

Balance Cairan
Input : 1400 cc/hari
Output : 500 cc/ hari
IWL: 10 x 56,5=
565cc
Input - Output
1400 - 1065 cc= 335
cc
Ureum : 207 mg/dl
Creatinin: 18,80
mg/dl

Rencana Asuhan Keperawatan NOC dan NIC

Nama pasien : Tn.M

Dx Medis : CKD

No Dx Keperawatan NOC NIC Rasional


1 Kelebihan volume cairan Setelah Fluid managemen  untuk
bd gangguan metabolisme dilakukan  kaji status cairan dapat
regulasi ginjal askep intake dan output mengetah
selama1x4  hitung balance ui cairan
jam maka cairan yang
pasien  timbang BB pre masuk
terbebas dari HD, dan post HD dan keluar
kelebihan  monitor TTV  untuk
voleme  menganjurkan mengetah
cairan pasien untuk ui
dengan KH : membatasi intake keseimba
- terbebas cairan ngan
dari edema  kolaborasi untuk cairan
- BB klien program HD  untuk
seimbang selanjutnya mengetah
antara post ui BB
HD kemarin naik/
dengan saat turun
ini  untuk
- mengetah
memelihara ui
Vital sign perubahan
dalam batas status
normal kesehatan
pasien
 agar
keadaan
pasien
terkontrol
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu Implementasi Evaluasi


08.00 Mengkaji status cairan S:
08.05 Menimbang BB pasien  pasien mengatakan kakinya
08.10 Mengukur TTV bengkak.
TD: 150/80 mmhg  pasien mengatakan BB naik
HR : 80x/menit  Pasien mengatakan BB post HD
RR: 22 x/ menit kemarin 56,5 kg
T: 36,c
O:
08.20 Proses persiapan HD :  Edema pada ektremitas bawah
- Mesin dializer  BB pre HD : 60 kg
- pasien  TD : 150/80 mmhg, HR :
80x/menit, RR : 22 x/ menit, T :
08.25 Kolaborasi dalam tindakan program HD 36 c
sesuai dengan kenaikan BB
A. Masalah kelebihan volume cairan
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
 batasi asupan cairan
 HD rutin
 Kolaborasi dalam program HD
selanjutnya.

Asuhan Keperawatan Intra HD


A. Pengkajian
1. Persiapan perawat
 mencuci tangan
 memakai APD
 buka Bak instrumen
 buka spuit 20 cc dan 5 cc
 memakai sarung tangan
 ambil spuit 3cc, ambil lidocain 1% untuk anastesi local
 ambil spuit 50 cc diisi Nacl dan heparin 1500
 ambil spuit 3 cc, 20 cc diisi Nacl dan heparin 1500 untuk mengisi AV fistula
2. Persiapan alat dan ruang

Listrik , cairan bikarbonat dan acid , sistem sirkulasi dialisat, sirkulasi priming, dializer ,
transfusi set , normalsaline 0,9 % , AV blood line, AV fistula, spuit ( 5cc dan 20 cc) , heparin,
kassa steril , duk steril, sarung tangan, bengkok, desifektan, timbangan, tensimeter, plastik,
perlak, dializer / hollow fiber ( buble trap) , mesin HD, gelas ukur , dan tempat tidur .

3. Alat steril

AV Fistula, kassa steril , duk steril, bak instrumen, arteri klem.

4. Alat tidak steril

AV blood line, dializer, cairan bicarbonat dan acid, mesin HD , infus set, cairan Nacl,
timbangan, tensimeter, bak instrumen ( spuit 20 cc dan 5 cc ), heparin, gelas ukur, depper, dan
kassa gulung.

5. Persiapan pasien

 surat dari dokter penanggung jawab


 melakukan pengkajian
 identitas pasien dan surat persetujuan HD
 riwayat penyakit yg diderita
 keadaan umum pasien, psikososial, TTV, BB dan warna kulit
 ekstremitas edema atau tidak
 data laboratorium
 pastikan bahwa pasien benar benar siap untuk dilakukan HD

6. Prosedur HD
Memulai desinfektan
a. jepit kassa alkohol dengan arteri klem, bersihkan didaerah cimino dan area lainnya
dengan cara memutar dari dalam keluar.
b. lakukan sampai bersih, keringkan dengan kassa steril kering
c. pasang duk dibawah tangan pasien, separuh duk ditutupkan ditangan

Memasukkan jarum AV fistula

a. Masukkan jarum AV Fistula ( outlet ) pada tusukan yang telah dibuat


b. setelah darah keluar aspirasi dengan spuit 5 cc dan dorong dengan Nacl . AV fistula di
klem , spuit dilepaskan dan ujung AV Fistula ditutup, tusukan difiksasi dengan plester
dan pada atas sayap fistula ditutup kasa steril dan plester.
c. masukkan jarum AV fistula ( inlet) pada vena lainnya. Jarak penusukan inlet dan outlet
lebih dari 3 cm.
d. Jalankan blood pump perlahan lahan sampai 200 ml/menit, kemudian pasang sensor
monitor
e. program mesin HD sesuai kebutuhan pasien
f. penusukan selesai, bereskan tempat dan cuci tangan

Langkah langkah

1. Setting dan Priming


 mesin hidupkan
 lakukan setting dengan cara ( keluarkan dializer dan AV blood line dari
bungkus, infus set dan Nacl)
 sambungkan dengan nacl dan infus set, set infus dengan selang arteri dengan
dializer, dializer dengan selang darah venous
 masukkan selang segmen kedalam pompa darah , putar pump dengan menekan
tombol pada monitor
 buka klem pada set infus, alirkan Nacl keselang arteri, tampung cairan dalam
gelas ukur
 setelah selang arteri terisi Nacl, selang arteri klem.
2. Lakukan priming dengan posisi dializer biru diatas dan merah dibawah.
 tekan tombol start pada pompa darah .

INTRA HD

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/ jam Dx kep implementasi evaluasi


15 oktober 2018 Kelebihan volume  memonitor proses S:
08.30 cairan bd gangguan dialisis  pasien
mekanisme regulasi  memonitor TTV mengatakan
08.50 ginjal per/jam selama lemas
proses HD  pasien
mengatakan
TTV/ jam lelah dan
09.00 TD: 130/80 mmhg pegal
N:80x/menit O:
T: 36 c  pasien
RR:22x/menit terlihat lemas
QB:200 ml/menit  TD: 130/80
UF Goal: 3,50 liter mmhg, N: 80
UF rate : 0,85 ml /menit, RR :
22 x/menit,
UF removed: 0,78 ml T: 36 c
 Edema
negatif
TD: 130/80 mmhg A: kelebihan volume
10.00 N:80 x/menit cairan belum teratasi
T:36 c P:
RR:22 x/menit  HD sesuai
QB: 200 ml/menit jadwal
Uf goal:3,50 liter  Anjurkan
UF rate: 0,85 ml pasien untuk
UF removed: 1,56 membatasi
cairan,
dengan cara
TD :130/80 mmhg urin yang
11.00 N: 80 x/menit keluar+500cc
T: 36 c /24 jam
RR: 22 x/menit
QB: 200 ml/menit
UF goal : 3,50 liter
UF rate: 0,85 ml
UF removed: 2,34

TD: 130/80 mmhg


12.00 N:80x/menit
T: 36 c
RR: 22 x menit
QB: 200 ml /menit
UF rate:0,85 ml
UF goal: 3,50
UF removed : 3,11

12.30 Terminasi
 Mengembalikan
darah ke tubuh
pasien
 Melakukan
pelepasan jarum
AV Fistula
 Depper lalu fiksasi
dengan plaster
 Mengukur BB
pasien
POST HD

Data Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi


DS : Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan -Memberikan penkes
 Pasien b.d Keletihan tindakan terkait dengan :
mengatakan (Lamanya proses keperawatan 1x4  Menganjurkan
lemas HD) jam, diharapkan pasien untuk
 Pasien intoleransi aktifitas tetap berada
mengatakan dapat teratasi dengan ditempat tidur
lelah dan KH : sampai
pegal -Pasien terbebas dari kelelahan
DO : keletihan berkurang
 Pasien -Pasien merasa  Menganjurkan
terlihat tenang keluarga untuk
lemas -Pasien bebas dari selalu
resiko jatuh mendampingi
pasien
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner &
Suddarth, 2001; 1448).

Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi
permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses
difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).

B. SARAN
 Bagi Ruangan
Bagi pihak ruang HD diharapkan dapat meningkatkan kenyaman pasien, serta
menganjurkan dan memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan pembatasan cairan
dan nutrisi pasien.
 Bagi Pendidikan
Memberikan pembelajaran terakit pendidikan kesehatan pasien dengan gangguan gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
 Bagi Mahasiswa
Laporan kasus ini semoga dapat menjadi acuan untuk keperawatan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai