PROVINSI LAMPUNG
DISUSUN OLEH :
1. BONDAN YOSEPSYAH
2. RIZKI AMELIA
3. YENDRI HANDRIANI
4. WINDAH
5. UMI MAHARANI
2018/2019
LEMBAR KONSUL
Mengetahui
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-
Nya, sehingga penyusun laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada
Tn. M Dengan Diagnosa Medis Gagal ginjal kronik diruang hemodialisa Rsud Dr. H Abdul
Moeloek Bandar Lampung, dapat kami selesaikan. Penyelesaian laporan kasus ini juga berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat :
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah diberikan dan
semoga laporan kasus ini dapat dijadikan pedoman untuk pembelajaran.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan untuk itu,
penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangun guna perbaikan selanjutnya.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Amin.
Penulis
Kelompok 8
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………
HALAMAN KONSUL DAN PENGESAHAN ………………………. .......
KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………....
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………
C. Lampiran…………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun).
Perjalanan penyakit ginjal stadium akhir hingga tahap terminal dapat
bervariasi dari 2-3 bulan hingga 30-40 tahun (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit ginjal kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang
penting mengingat insidennya yang meningkat. Di Indonesia, diperkirakan
jumlahnya 100 penderita per satu juta penduduk dalam setahun (Pernefri,
2003). Hingga tahun 2015 diperkirakan sebanyak 36 juta orang warga
meninggal akibat gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal kronik merupakan
penyakit yang diderita oleh 1 dari 10 orang dewasa. Menurut Pernefri 2010
diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia. Namun yang
terdeteksi menderita gagal ginjal kronik tahap terminal dari mereka yang
menjalani cuci darah (hemodialisis) hanya sekitar 4000 sampai dengan 5000
saja ini dari jumlah penderita ginjal yang mencapai 4500 orang. Hasil rekam
medik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan bahwa
perbandingan jumlah pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis antara
tahun 2010 dan 2011 terdapat peningkatan jumlah pasien yang cukup
signifikan, yaitu sebesar 25 % (Rekam Medik, 2010/2011).
Etiologi gagal ginjal kronik diantaranya adalah penyakit Diabetes
Mellitus, iritasi kulit eritrematosis, tekanan darah tinggi, penyakit glumerulus
disebut juga glumerulenophritis, penyakit tersumbatnya fungsi ginjal disebut
juga dengan batu ginjal, dan kebiasaan buruk penggunaan obat jalan
(Budiyanto, 2002). Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif yang ditandai dengan peningkatan
kadar urea dan kreatinin serum (Sudoyo dkk, 2006)
Ureum dan kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme protein yang
dikeluarkan oleh ginjal. Pada pasien GGK terjadi sindrom uremik dimana 3
terjadi penumpukan ureum dan kreatinin dalam darah, sehingga diperlukan
terapi hemodialisis untuk mengeluarkan racun tersebut. Asupan protein baik
protein nabati yang mengandung asam-asam amino essensial yang kurang
lengkap dan protein hewani dengan nilai biologi tinggi yang mengandung
asam-asam amino essensial lengkap dapat memberi pengaruh yang berbeda
pada kadar ureum dan kreatinin karena memiliki kandungan asam amino dan
nilai biologi yang berbeda pula (Mahan, 2004)
2. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit gagal ginjal
kronik diruang hemodialisa
b. Setelah mendapatkan materi ini mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik diruang hemodialisa
2. Tujuan khusus
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001;
1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD ),pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ), namun pada
terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada
kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT ( clearance creatinin test )
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF ( cronic renal failure ) hanya 3
stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
B. ETIOLOGI
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (
Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
D. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
72 x creatini serum
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1.Pemeriksaan lab.darah
a. hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
f. BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
1. Definisi
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi
permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses
difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang
dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat
dilakukan pada saar toksin atau zat beracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan
permanen atau menyebabkan kematian (Mutaqin & Sari, 2011).
2. Tujuan Hemodialisa
3. Indikasi Hemodialisa
Ensefalopati uremikum
Neuropati/miopati uremikum
Perikarditis uremikum
Hipertermia
4. Prinsip Hemodialisis
Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi,
osmosis, dan ultrafiltrasi.
Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam
darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.
Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmolalitas dan dialisat.
Proses Ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan hidrostatik
didalam darah dan dialisat.
1) Pengkajian Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
a. Timbang berat badan pasien
Shunt/ Tandur
3) Pengkajian Penunjang
6. Perawatan Hemodialisa
a. Persiapan mesin :
-listrik
-air(sudah mulai pengolahan)
-saluran pembuangan dialyzer (ginjal buatan)
-av blode line
-av fistula (abocath)
-infuset spuit 50 cc, 5cc
-insulin, hepatrin injeksi
-xylocain (anastesi lokal)
-nacl 0,90%
-kain kasa (kasa steril)
-bak dan mangkok steril kecil
-klem, plester
-desinfektan (alkohol, betadine)
-gelas ukur
-timbangan BB
-formulir hemodialisis
-sirkulasi darah
b.Langkah – langkah:
Hubungkan uung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan
dengan alat penampung/ matkan
Letakkan posisi GB terbalik yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas
Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat khusus
Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk hubungan tekanan arteri,
tekanan vena, pemberian obat-obatan)
Udara yang ada dalam GB harus hilang sampai bebas udara degan cara menekan nekan
VBL
Ganti kolf NaCl dengan baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem infus dibuka
Jalankan sirkulasi darah dan soaking (melembabkan GB) selama 10- 15 menit sebelum
dihubungkan dengan sirkulasi sistemik pasien
Persiapan pasien: Persiapan mental, izin hemodialisis, persiapan fisik (timbang BB,
Posisi, Observasi Ku dan ukur TTV)
Punksi vena. Dengan Av fistula no G. 14 s/d G. 16 abocath, fiksasi tutup dengan kasa
steril
Berikan bolus heparin inj (dosisi awal)
Dengn eksternal A-V shunt, desifektan, klem kanula arteri dan vena
Punksi outlet / vena salah satu vena yang besar biasanya dilengan
Bolus heparin inj (dosis awal), fiksasi dan tutup kassa steril
Punksi inlet (vena atau arteri femoralis), raba arteri femoralis, tekan arteri femoralis 0,5 –
1 cm ke arah medial vena femoralis
Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3 – 5 menit dan fiksasi, tutup kassa steril
3) Memulai Hemodilasis
Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, samoai sirkulasi darah terisi semua
Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet
Fiksasi ABL dan VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
Cairan priming diampung digelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai
kebutuhan)
Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikan sampai 300
ml/ m (dilihat dari keadaan pasien)
Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/
blood leak detector
Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan
NaCl
Ukur Td, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan megukur TD,
nadi lebih sering
7. Komplikasi
Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan
ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) stadium V atau gagal ginjal
kronik (GGK). Walaupun tindakan HD saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat,
namun masih banyak penderita yang mengalami masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi
yang sering terjadi pada penderita yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik. Tekanan
darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan cairan saat HD.
komplikasi Kronik
a) Penyakit jantung
b) Malnutrisi
d) Anemia
e) Renal osteodystrophy
f) Neurophaty
g) Disfungsi reproduksi
i) Gangguan perdarahan
j) Infeksi
k) Amiloidosis
8. Diagnosis Keperawatan
1. Kelebihan produk sisa metabolit pada sirkulasi b.d ketidakmampuan ginjal dalam
mengeksresikan keluar tubuh, ketidakmampuan dalam pembentukan urine
2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium,
peningkatan aldosteron sekunder dari penuruan GFR
Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the Kidney. 9th
edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors.
DI RUANG HEMODIALISA
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 56 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
2. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Dx Medis : CKD
Pasien mengatakan mempunyai riwayat GGK kurang lebih 4 tahun yang lalu dan pasien
menjalani hemodialisa kurang lebih 4 tahun ini. Pasien melakukan hemodialisa 1 minggu dua
kali setiap hari Rabu dan Sabtu pukul 08.00 - 12.00 WIB. Pasien juga mengatakan BB nya naik
3,5 kg dari BB sebelumnya.
RPD :
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi kurang lebih 5 tahun yang lalu.
b. Pemeriksaan
BB kering : 56,5 kg
BB Pre HD : 60 kg
TD : 150/80 mmhg
N : 80x/ menit
RR :22x/menit
TB : 160 cm
c. Program Hemodialisa
UF Goal : 3,5 kg
d. Pola Kebiasaan
2. Nutrisi / Metabolic
Pasien mengatakan makan kurang lebih 3 x sehari ( pagi, siang, malam) dengan
porsi sedang 4-5 sendok makan, pasien mengatakan minum kurang lebih 7 gelas
perhari kurang lebih 1400 cc/ hari. Pasien mengatakan bahwa tidak bisa menahan rasa
haus sehingga pasien kurang bisa mengontrol asupan cairannya.
3. Pola eliminasi
BAK : kurang lebih 6x/sehari, 500 cc/hari, warna kekuningan.
BAB : 1x/hari , 100 gram, konsistensi lunak warna kecoklatan.
5. Riwayat psikososial
Pasien mengatakan hubungannya dengan orang lain baik . Pasien mengatakan selalu
berkomunikasi dengan pasien lain ketika menjalani hemodialisa. Pasien mengatakan
pasrah terhadap penyakitnya. pasien sering merasa takut akan masa depan yang akan
dihadapinya.
Nama : Tn .M
Umur : 56 tahun
1. Persiapan pasien
2. Persiapan mesin
a. Listrik
b. Air yang sudah diubah dengan cara: Filtrasi, Softening, Deionisasi, dan Reverse osmosis
c. Sistem sirkulasi dialisat : Sistem proporsioning ( Acetate / bicarbonate).
d. Sirkulasi darah : ( Dializer / hollow fiber dan Priming)
3. Persiapan alat
a. Dialyzer
b. Transfusi set
c. Normal saline 0.9%
d. AV blood line
e. AV fistula
f. Spuit
g. Heparin
h. Lidocain
i. Kassa steril
j. Duk
k. Sarung tangan
l. Gelas ukur
m. Desinfektan (alkohol/betadin)
n. Klem
o. Timbangan
p. Tensimeter
q. Perlak kecil
Data Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
DS: Kelebihan volume Setelah dilakukan PRE HD
pasien cairan bd gangguan tindakan Kaji status
mengatakan metabolisme regulasi keperawatan selama input dan
kakinya ginjal 1x 4 jam , diharapkan output (
bengkak BB ideal tanpa Timbang BB,
pasien kelebihan cairan CRT, TTV
mengatakan dengan KH: dan edema)
BB kemarin - terbebas dari edema Hitung
56,5 kg - CRT Kurang dari 3 balance cairan
klien detik kaji BB post
mengatakan -dapat HD kemarin
tidak mempertahankan Melakukan
membatasi pembatasan cairan program HD
asupan yang masuk sesuai
cairannya - TTV dalam batas kenaikan BB
normal
DO: -terjadi penurunan
BB post HD edema pada area
lalu : 56,5 kg ektremitas
BB pre HD :
60 Kg
BB pasien
naik 3,5
pitting edema
kurang dari 5
detik
terdapat
edema pada
ektremitas
bawah
TD: 150/80
Mmhg, RR:
22 x/menit, N
: 80 x/menit,
T: 36,5 c.
Balance Cairan
Input : 1400 cc/hari
Output : 500 cc/ hari
IWL: 10 x 56,5=
565cc
Input - Output
1400 - 1065 cc= 335
cc
Ureum : 207 mg/dl
Creatinin: 18,80
mg/dl
Dx Medis : CKD
Listrik , cairan bikarbonat dan acid , sistem sirkulasi dialisat, sirkulasi priming, dializer ,
transfusi set , normalsaline 0,9 % , AV blood line, AV fistula, spuit ( 5cc dan 20 cc) , heparin,
kassa steril , duk steril, sarung tangan, bengkok, desifektan, timbangan, tensimeter, plastik,
perlak, dializer / hollow fiber ( buble trap) , mesin HD, gelas ukur , dan tempat tidur .
3. Alat steril
AV blood line, dializer, cairan bicarbonat dan acid, mesin HD , infus set, cairan Nacl,
timbangan, tensimeter, bak instrumen ( spuit 20 cc dan 5 cc ), heparin, gelas ukur, depper, dan
kassa gulung.
5. Persiapan pasien
6. Prosedur HD
Memulai desinfektan
a. jepit kassa alkohol dengan arteri klem, bersihkan didaerah cimino dan area lainnya
dengan cara memutar dari dalam keluar.
b. lakukan sampai bersih, keringkan dengan kassa steril kering
c. pasang duk dibawah tangan pasien, separuh duk ditutupkan ditangan
Langkah langkah
INTRA HD
CATATAN PERKEMBANGAN
12.30 Terminasi
Mengembalikan
darah ke tubuh
pasien
Melakukan
pelepasan jarum
AV Fistula
Depper lalu fiksasi
dengan plaster
Mengukur BB
pasien
POST HD
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner &
Suddarth, 2001; 1448).
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi
permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses
difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).
B. SARAN
Bagi Ruangan
Bagi pihak ruang HD diharapkan dapat meningkatkan kenyaman pasien, serta
menganjurkan dan memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan pembatasan cairan
dan nutrisi pasien.
Bagi Pendidikan
Memberikan pembelajaran terakit pendidikan kesehatan pasien dengan gangguan gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Bagi Mahasiswa
Laporan kasus ini semoga dapat menjadi acuan untuk keperawatan selanjutnya.