Anda di halaman 1dari 20

ASKEP KEGAWATDARURATAN DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Fiska Maida (1801009)
2. Wahyu Ade Putra Pratama (1801055)
3. Jeanet I.A Humiang (1801082)
4. Alfonsina Metiaman (1801037)
5. Chrisdiyanti Manoppo (1801074)
6. Wahdaniyah Ismail (1801044)
7. Mulyani Ramli (1801034)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan masalah ini. Adapun dalam penulisan makalah ini, materi yang akan dibahas
adalah “Askep Kegawatdaruratan dengan Syok Hipovolemik”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca,
untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Manado,2021
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Tujuan............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………….
A. Definisi……………………………………………………………………...
B. Penilaian Awal Syok.....................................................................................
C. Patofisiologi……………………...................................................................
D. Jenis – jenis Syok..........................................................................................
E. Manifestasi Klinik.........................................................................................
F. Penatalaksanaan……………………………………………………………
G. Komplikasi.....................................................................................................
BAB III ASUHAN KEGAWATDARURATAN DENGAN SYOK
HIPOVOLEMIK........................................................................................................
A. Pengkajian.......................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................
C. Intervensi.........................................................................................................
D. Implementasi Keperawatan..........................................................................
E. Evaluasi...........................................................................................................

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………....
A. Kesimpulan……………………………………………………………….....
B. Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock, aritmia
jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan
tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada
ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler
(capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun
Intensive Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita
tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari.
Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di seluruh dunia
diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010).

B. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan mengaplikasikannya
Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan syok.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk menyelamatkan jiwa klien
(BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah
kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).

Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah, pucat, kulit
yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak tampak, tekanan
darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun. Tekanan darah
sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50 mmHg dibawah
tekanan darah semula. Masalah utama adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang
efektif dan gangguan penyampaian oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan
bahwa mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi
rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel
melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat yang merugikan.
Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.

Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard sehingga


menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi gagal fungsi
ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat seiring dengan jumlah
organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple Organ Failure). Kematian pada
gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ mencapai > 90%.

B. Penilaian Awal Syok


Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan ini
disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen akan
berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh merupakan
indikator dari tingkat berat-ringannya syok. Terjadinya hambatan di dalam peredaran
darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel
akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan mengenali
adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis terjadinya syok,
Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat
berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Diagnosis awal di dasarkan pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi
jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita trauma,
semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam hemoragik syok,
namun kardiogenik syok atau syok karena tension pneumotoraks harus dipertimbangkan
pada perlukaan diatas diafragma. Syok neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas
pada SSP atau medulla spinalis. Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok.
Penderita dengan trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok
baik karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik. Syok septik jarang
ditemukan, namun harus dipertimbangkan pada penderita yang datang pada keadaan
lebih lanjut. Dengan demikian langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan
penilaian terhadap penderita sehingga dengan cepat syok dapat diketahui. Terapi syok
dimulai sambil mencari sebab syok. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan
penemuan klinis biasanya memberikan cukup informasi untuk dapat menentukan
penyebab syok. Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma.
Setiap keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok lanjut
yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah di
kenal.
Katergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indicator syok akan
menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. INGAT : mekanisme kompensasi dapat
menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30% volume darah. Perhatian harus
di arahkan pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi kulit, dan tekanan nadi (perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolic). Gejala paling dini adalah tachikardia dan vaso-kontriksi
perifer. Dengan demikian setiap penderita trauma yang dalam keadaan tachikardia dan
kulit dingin dianggap dalam keadaan syok.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk mengukur
kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang rendah menunjukkan
kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia yang sebelum trauma sudah ada),
sedangkan hematocrit normal dapat saja terjadi walaupun sudah ada kehilangan darah
cukup banyak. (Theodore 1993).

C. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul
gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler.
Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran
darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang
kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan
menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini
terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah
jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran
darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka
filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh.
Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi
sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan, metabolisme terganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah
melemah dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik
(venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke
jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan
trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC =
Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak
menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini
menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin
dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek
syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus
menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri
usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul
sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas
mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan
metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik,
terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.

3. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat diperbaiki.
Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem
kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi
kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan
hiperkapnea.
Gambar Pathway Syok

D. Jenis – jenis Syok


Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan
tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang
tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan
hebat (syok hemoragik). Penyebabnya adalah :
a. Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang sering/frekuensi,
peritonitis)
b. Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
c. Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan post
partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina terganggu)).

2. Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang beredar, akan
menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang. Makin banyak
perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin besar risiko untuk
meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok. Makin berat syok yang
terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar risiko mati. Satu jam pertama
masa syok sering disebut “The Golden Hour”. Dalam periode ini time Saving Is Life
Saving. Pertolongan harus cepat diberikan, yakni menghentikan sumber perdarahan
dan mengganti kehilangan voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di
jaringan akibat syok menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai
jumlah kritis (Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
Perdarahan menyebabkan :
a. Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah dan jumlah
oksigen jaringan menurun
b. Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas transport oksigen per
unit volume darah menurun Tubuh memiliki Estimated Blood Volume (jumlah
darah yang beredar) 65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata EBV ;
70 ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV), terjadilah perubahan
hemodinamik :
1) Nadi meningkat
2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan nadi turun

3. Syok Anafilaktik
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai
hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah
suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks.
Penyebabnya yaitu, disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya
sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti
gen- anti bodi sistemik.
4. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi
yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik
pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden luka
ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara
tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh. Mikroorganisme penyebab syok septik
adalah bakteri gram negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien
akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi
berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok.

5. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Syok yang
disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau
obstruksi mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit
dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran
Dorland, 2010)

E. Manifestasi Klinik
1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik
<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah diketahui.
2. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
3. Status mental terganggu; kebingungan, koma.
4. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
5. Asidosis metabolik.
6. Pemantauan hemodinamik :
a. Tekanan darah arteri
b. Tekanan vena sentral
c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu kulit.
(Mansjoer, 2000)

F. Penatalaksanaan
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.

2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan
darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-
mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat
trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi
cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan
volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma
atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang
dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis
cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan,
plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti
dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat
canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk mengobati
disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi
oksigen miocard.
3. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi
dari jantung
4. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan
yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber perdarahan
(Mansjoer, 2000)

G. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan
yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
BAB III
ASUHAN KEGAWATDARURATAN SYOK HIPOVOLEMIK

A. Pengkajian

1. Aktifitas
Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda :
 Tekanan darah normal/ sedikit dibawah normal ( selama hasil curah jantung tetap
meningkat ).
 Denyut perifer kuat, cepat ( perifer hiperdinamik ): lemah/lembut/mudah hilang,
takikardi ekstrem ( syok ).
 Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan disfungsi
miokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit.
 Kulit hangat, kering, bercahaya ( vasodilatasi ), pucat,lembab,burik
( vasokontriksi ).
3. Eliminasi
Gejala : Diare
4. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual, Muntah.
Tanda : Penurunan haluaran, konsentrasi urine, perkembangan ke
arah
oliguri,anuria.
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Kejang abdominal,lakalisasi rasa sakit/ketidak nyamanan
urtikaria,pruritus.
6. Pernapasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan,penggunaan
kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
Suhu : umumnya meningkat ( 37,9 ° C atau lebih ) tetapi mungkin
normal pada lansia atau mengganggu pasien, kadang subnormal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


 Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang popok/pembalut
 Nutritional Status : jika diperlukan
Food and Fluid  Pertahankan catatan intake
Intake dan output yang akurat
Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi
 Mempertahankan ( kelembaban membran
urine output sesuai mukosa, nadi adekuat,
dengan usia dan tekanan darah ortostatik ),
BB, BJ urine jika diperlukan
normal, HT normal  Monitor hasil lAb yang
 Tekanan darah, sesuai dengan retensi cairan
nadi, suhu tubuh (BUN , Hmt , osmolalitas
dalam batas normal urin )
 Tidak ada tanda  Monitor vital sign
tanda dehidrasi,  Monitor masukan
Elastisitas turgor makanan / cairan dan
kulit baik, membran hitung intake kalori harian
mukosa lembab,
 Kolaborasi pemberian
tidak ada rasa haus
cairan IV
yang berlebihan
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan
 Berikan diuretik sesuai
interuksi
 Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

2 Penurunan kardiak output NOC: Cardiac care: akut


Setelah dilakukan - Evaluasi adanya
intervensi keperawatan nyeri dada
pada klien selama 5x24 - Auskultasi suara
jam jantung
- Klien - Evaluasi adanya
dapat memiliki pompa krackels
jantung efektif, - Monitor status
- status neurology
sirkulasi, perfusi - Monitor
jaringan & status tanda intake/output, urine output
vital yang normal. - Ciptakan
Kriteria Hasil: lingkungan yang kondusif
- menunjuk untuk istirahat
kan kardiak output
adekuat yang Cirkulatory care;
ditunjukkan dg TD, - evaluasi nadi
nadi, ritme normal, dan edema perifer
nadi perifer kuat, - monitor kulit
melakukan aktivitas dan ekstrimitas
tanpa dipsnea dan - monitor tanda-
nyeri tanda vital
- bebas - pindah posisi
dari efek samping obat klien setiap 2 jam jika
yang digunakan diperlukan
- ajarkan ROM
selama bedrest
- monitor
pemenuhan cairan

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik. Implementasi
dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan sesuai intervensi yang telah
dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan
keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga
dapat menjadi mandiri.

E. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Tercapainya volume cairan secara adequat
2. Tercapainya perfusi jaringan kardio output
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta
efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit pertama pasien mengalami syok.
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau
perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik
terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat
kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012;
Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya
kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita
berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat
darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan
waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.

B. Saran
Penulis sadar bahwa makalah ini sungguh sangat tidak sempurna dikarenakan satu
atau dua hal, namun jauh dari itu penulis berharap agar makalah ini sedikitnya bisa
bermanfaat bagi kita semua dikemudian hari, dan kami juga sangat mengharapkan saran
dan kritikan dari dosen yang dapat membangun dan membantu kami agar dikemudian
hari dapat lebih baik lagi dalam mengerjakan apa yang di tugaskan kepada kami, akhir
kata kami mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah
diberikan untuk membaca dan mengoreksi hasil makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.
Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8. Jakarta: EGC.
Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and Management
of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok. syifana.aqullia.2010.laporanpendahuluan syok.

http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html

Asuhan keperawatan pada pasien shock hypovolemik, dilihat 18 Februari 2013.darurat/


_asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_shock_hypovolemik.pdf
Carpenito, 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK
UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn E, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai