Anda di halaman 1dari 57

SEMINAR LAPORAN KASUS PADA Ny.

R DENGAN PENYAKIT
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG INTERNE WANITA
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

Disususn Oleh:
KELOMPOK III
1. Denada Agustina (2214901003) 5. Rila Driani (2214901015)
2. Lusy Oktaviana (2214901010) 6. Silviana (2214901021)
3. Niki Lorenza (2214901012 7. Siti Muhaisyah I (2214901023)
4. Rahmi Nopita (2214901017)

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Fatmawati, M.Kep) (Ns. Willady Rasyid , M.Kep, Sp.Kep. M.B)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES ALIFAH PADANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul Seminar Kasus Pada Ny.R dengan
Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) Di Ruang Interne Wanita Rsup. Dr. M.
Djamil Padang.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktik Profesi Ners
Siklus Keperawatan Medikal Bedah (Interne). Kami berterima kasih kepada
Dosen Pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karenanya, kami
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul
guna penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata, semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak.

Padang, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
A. Definisi............................................................................................ 4
B. Etiologi ........................................................................................... 4
C. Patofisiologi)................................................................................... 6
D. WOC............................................................................................... 7
E. Tanda dan Gejala............................................................................ 8
F. Pemeriksaan penunjang.................................................................. 9
G. Komplikasi ..................................................................................... 10
H. Penatalaksanaan.............................................................................. 11
I. Patofisiologi ................................................................................... 9
ASKEP TEORITIS....................................................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 25
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 44
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 36
A. Kesimpulan ..................................................................................... 47
B. Saran ................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan proses kerusakan ginjal
selama rentang waktu lebih dari tiga bulan. Pada kasus tersebut, ginjal
kehilangankemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi
cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Desfrimadona, 2019).
Penyakit CKD telah menjadi persoalan kesehatan serius masyarakat di
dunia. Menurut WHO (2020) penyakit ginjal dan saluran kemih telah
menyebabkan kematian sekitar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki peringkat ke -12 tertinggi angka
kematian atau peringkattertinggi ke-17 angka kecacatan. Berdasarkan
estimasi World Health Organization (WHO), secara global lebih dari 500 juta
orang mengalami penyakit CKD. Sekitar1,5 juta orang harus menjalani hidup
bergantung pada cuci darah. Sementara itu, diIndonesia saat ini terdapat
sekitar 70.000 penderita CKD yang memerlukan cuci darah
Prevalensi penyakit CKD di Australia, Jepang, dan Eropa adalah 6-
11%, terjadipeningkatan 5-8% setiap tahunnya. Sekitar 1,5% dari pasien
penyakit CKD derajat3 dan 4 akan berlanjut menjadi derajat 5 atau penyakit
CKD tahap akhir pertahunnya. Di Indonesia belum ada data yang lengkap
mengenai penyakit CKD.Diperkirakan insiden penyakit CKD tahap akhir di
Indonesia adalah sekitar 30,7per juta populasi dan prevalensi sekitar 23,4 per
juta populasi. Pada tahun 2006terdapat sekitar 10.000 orang yang menjalani
terapi hemodialisa (Suryadi, 2020).
Berdasarkan data Riskesdas RI (2020) diketahui, pada responden
prevalensi CKDberdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar
(0,2%). Di urutan pertama ditempati oleh Sulawesi Tengah dengan prevalensi
(0,5%), di ikuti oleh Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara dengan prevalensi
(0,4%). Sementara NTT, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa

1
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing
memiliki prevalensi sebesar (0,3%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas Provinsi Sumatera
Barat (2020) prevalensi penyakit CKD pada umur ≥ 15 tahun menurut
kabupaten/kota, Kota Padang menempati pada urutan ke-2 sebesar ( 0,3 %).
Pada urutan pertama diuruti Tanah datar dan Kota Solok sebesar (0,4%).
Pesisir Selatan dan Sijunjung sebesar (0,3%). Kepulauan Mentawai, Solok,
Padang Pariaman, Lima Puluh Kota, Pasaman, Pasaman Barat, Dharmasraya,
Sawahlunto dan Pariaman sebesar (0,2%). Agam, Solok Selatan, Padang
Panjang, dan Payakumbuh sebesar (0,1%) dan Bukittinggi prevalensi sebesar
(0,0%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUP DR MDJAMIL PADANG
(2020) prevelensi penyakit CKD pada tahun 2020 total kasus mencapai
12.027 orang
Berdasarkan data yang diperoleh dari ruangan interne wanita RSUP DR
MDJAMIL PADANG TOTAL kasus CKD 1 bulan terakhir mencapai 56
orang
Tingginya kasus CKD berpotensi pada tingginya kasus kematian,
penyebab kematian biasanya karena gagal ginjal tidak dapat ditanggulangi
dan ditambahdengan serangan jantung, stroke dan sesak napas. Banyak orang
tidak bisamenjaga pola makan dan menjaga kesehatannya, hal ini disebabkan
adanya zatpemanis, dan pewarna dalam minuman. Untuk itu diperlukannya
penanganan yangoptimal supaya agar masalah tidak menjadi besar dan terjadi
komplikasi (Desfrimadona, 2020).

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian masalah kesehatan pada pasien dengan
gagal ginjal kronik di Ruang Interne Wanita RSUP M. Djamil Padang.
b. Mampu menetapkan atau merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gagal ginjal kronik di Ruang Interne Wanita RSUP M.
Djamil Padang
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gagal
ginjal kronik di Ruang Interne Wanita RSUP M. Djamil Padang
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
gagal ginjal kronik di Ruang Interne Wanita RSUP M. Djamil Padang
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gagal
ginjal kronik di Ruang Interne Wanita RSUP M. Djamil Padang

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)”

A. Pengertian Gagal GinjalKronik


Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut (Kinta, 2012).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal
sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan
yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh
akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi
endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Andra, 2020)
Sedangkan menurut Black (2019) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali,
dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum.
Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap,
tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa,trensplantasi
ginjal,dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang
lama (Desfrimadona, 2020).

B. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration
rate (GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2019):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang
paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar,
dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.

4
Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga
menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu
kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati,
dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastistisitas system,
perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan
akhirnya gagalginjal.
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli
yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.
Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering
secara ascenden dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke
ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang
disebut pielonefritis.
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak
meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal
dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati
amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak
membrane glomerulus.
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau
logam berat.
6. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
kontstriksiuretra.
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan
kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau
kantong berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya
jaringan ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta
adanyaasidosis

5
C. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti
gangguan metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus
Urinarius, Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer
(nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR
menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban
bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di
reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian lebih rendah itu (Kinta, 2019).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan
Bare, 2020)

6
D. WOC

Reaksi antigen Gangguan vaskuler Obstruksi saluran kemih


antibodi
Arterio skerosis
Retensi urin

Suplai darah ginjal turun


Menekan saraf perifer
GFR turun
Nyeri pinggang
GGK

Sekresi protein terganggu Urokrom tertimbun Retensi Na Hematuria


dikulit
Sindrom uremia pruritus Total CES naik
Anemia
Tekanan kapiler naik
Resiko / gangguan
Peningkatan hidrogen Sekresi eritropoitin
integritas
kulit/jaringan Volume interstisial naik menurun
Gangguan
keseimbangan basa Edema Produksi Hb
menurun
Kelebihan
Preload naik
Iritasi mukosa lambung Hematemesis volume cairan
melena (hipervolemia) Suplai O2 ke
Beban jantung naik jaringan menurun
gastritis
Anemia
Hipertrovi ventrikel kiri naik
Nausea, muntah Intolerans Perfusi
Keletihan
i aktivitas perifer tidak
Payah jantung
efektif
Resiko/Defisit
Intoleransi aktivitas COP turun
nutrisi Bendungan
atrium kiri naik
Suplai O2 ke
otak menurun Tekanan vena
pulmonalis
Syncope
(kehilangan Kapiler paru naik
kesadaran

7
Edema paru

Gangguan
pertukaran gas
(Sumber: Brunner&Sudart, 2019 dan SDKI, 2020)

8
E. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik menurut (Kinta, 2020) adalah sebagai berikut :
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas akibat dari perikarditis,
efusi perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,
gangguan irama jantung dan edema
2. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus,perdarahan pada saluran gastrointestinal,ulserasi
dan perdarahan mulut, nafas bau amoniak
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg syndrom (pegal pada kaki), burning feet syndro(rasa
kesemutan dan terbakar pada telapak kaki,tremor, miopati
5. Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia, dan kekuning-kuningan, gatal-
gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan endokrin
Gangguan seksual, libido, fertilitasdan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore
7. Gangguan elektrolitdan keseimbangan asam basa
Biasanya retensi garam dan air, tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis dan hiperkalemia
8. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan berkurangnya produksi eritropoetin,
dapat juga terjadi gangguan trombosis dan trombositopenia.

8
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK
2. Foto polos abdomen
Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi
lain
3. Pielografi Intra vena (PIV)
Menilai sistem pelviokalesis dan ureter
4. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih serta prostat
5. Renogram
Menilai ginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan (vaskluker,
parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal
6. EEG
Menunjukkan dugaan ensefalopati metabolik
7. Biopsi ginjal
Memungkinkan identifikasi histologi dari proses penyakit yang
mendasari
8. Laboratorium
 Hasil pemeriksaan darah meliputi:
a) Penurunan pH darah arteri dan kadar bikarbonat, kadar hemoglobin
dan nilai hematokrit yang rendah

b) Pemendekan usia sel darah merah, trombositopenia ringan, defek


trombosit

c) Kenaikan kadar ureum , kreatini, natrium dan kalium

d) Peningkatan sekresi aldosteron yang berhubungan dengan


peningkatan produksi renin

9
e) Hiperglikemia ( tanda kerusakan metabolisme karbihidrat)

f) Hipertrigliseridemia dan kadar high - density lipoprotein yang


rendah

 Hasil urinalisis yang membantu penegakan diagnosis, meliputi:


a) Berat jenis yang tetap pada nilai1,010
b) Proteinuria, glikosuria, sel darah merah, leukosit, silinder, atau
kristal yang bergantung pada penyebab
G. Komplikasi

1. Edema paru akibat kelebihan cairan. Pleuritis mungkin ditemukan,


terutama jika perikarditis berkembang. Kondisi paru uremia dapat
menyebabkan pneumonia.

2. Hiperkalemi dapat menurunkan ekskresi, asidosis metabolik,


katabolisme, dan masukan diet yang berlebihan.

3. Pericarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi


produk sampah uremik dan analisis yang tidak adekuat

4. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sitem


renin-angiotensi-aldosteron

5. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang sel darah


merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan
kehilangan darah selama hemodialisis

6. Penyakit tulang serta kalisifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar


kalsium yang rendah, metabolism vitamin D abnormal, dan
peningkatan kadar aluminium.

10
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan
elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011):
1) Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari
90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup
individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis
dialisis :
a. Hemodialisis (cuci darah dengan mesindialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan
mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini,
darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser.
Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui
proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk
dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darahdialirkan kembali
kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah salit
dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4jam.
b. Dialisis peritoneal (cuci darah melaluiperut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah
dengan bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi,
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring
oleh mesin dialisis.

11
2) Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat
adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi
intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
3) Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.
Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya
ada infusiensi coroner.
4) Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika
diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga
mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus
hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6) Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal
kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yangbaru.

12
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
“CHRONIC KIDNEY DISEASE
CKD”
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan dan analisis informasi secara
sistematis dan berkelanjutan. Pengkajian dimulai dengan mengumpulkan
data dan menempatkan data ke dalam format yang terorganisir.
a. Identitas
Diisi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berupa nama
klien, nama penanggung jawab, alamat, nomor register, agama,
pendidikan, tanggal masuk, dan diagnosa medis.
b. Usia
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi penderita meningkat
seiring dengan bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada
kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34.
c. Jenis Kelamin
Menurut Pernefri 2018, prevalensi penderita gagal ginjal lebih banyak
pada laki-laki daripada perempuan.
d. Keluhan Utama
Kelebihan volume cairan pada ekstremitas, anasarka, sesak, kejang.
hipertensi, lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah) nafas pendek,
dispnea, takipnea.
e. Riwayat KesehatanSekarang
pada pasien gagal ginjal kronis biasanya terjadi oliguria yaitu
penurunan intake output yang disebabkan oleh terganggunya fungsi
ginjal untuk mempertahankan homeostasis cairan tubuh dengan kontrol
volume cairan, sehingga cairan menumpuk di dalam tubuh. Terjadi
pembengkakan kaki atau edema perifer pada pasien yang merupakan
akibat dari penumpukan cairan karena berkurangnya tekanan osmotik
plasma dan retensi natrium dan air. Hampir 30% gagal ginjal kronik

13
disebabkan oleh hipertensi dan prevalensi hipertensi pada pasien baru
gagal ginjal kronik adalah lebih dari 85%.
f. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Diabetes Melitus
DM tingkat lanjut menyebabkan komplikasi gangguan kesehatan
berupa GGK yang menyebabkan komplikasi gangguan regulasi
cairan dan elektrolit yang memicu terjadinya kondisi overload cairan
pada penderita
2) Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab kedua dari end stage renal disease
atau gagal ginjal tahap akhir. Data dari USRD (2009), 51-63% dari
seluruh penderita CKD mempunyai hipertensi.
3) Kaji penggunaan obat analgesik
g. Riwayat KesehatanKeluarga
Karena penyebab gagal ginjal bisa dari DM atau hipertensi, maka kaji
apakah keluarga memiliki riwayat penyakit tersebut.
h. Pola kesehatan sehari-hari
1) Nutrisi
Makan: Anoreksia, naussea, vomiting Diit rendah garam.
Minum: Kurang dari 2 liter per hari.
2) Eliminasi BAK dan BAB
Elimanisi BAK: Oliguria; Pengeluaran atau output urin kurang dari
400 ml/kg/hari
Eliminasi BAB: Konstipasi atau diare
3) Istirahat
Terjadi gangguan pola tidur pada malam hari karena sering
berkemih.
4) Aktivitas
Lemah, kelelahan

14
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Hipertensi;Tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih,
lemah, kelelahan
2) Pemeriksaan wajah dan mata
Edema, edema periorbital red eye syndrome akibat penimbunan atau
deposit garam kalsium pada konjungtiva, Konjungtiva anemis.
3) Pemeriksaan mulut danfaring
Ulserasi di mulut dan perdarahan, metallic taste, nafas bau amonia,
cegukan.
4) Pemeriksaan leher
Kaji apakah terdapat pembengkakan kelenjar tiroid maupun kelenjar
getah bening.
5) Pemeriksaan paru
Crackles, depressed cough reflex, thick tenacious sputum, pleuritic
pain, nafas pendek, takipnea, kussmaul, uremic pneumoniti.
6) Pemeriksaan abdomen
Edema, perdarahan dari jalur GI
7) Sistem perkemihan
Oliguri, anuria, nokturia dan proteinuria. Proteinuria menyebabkan
kurangnya jenis protein dalam tubuh, salah satunya adalah albumin
(Setyaningsih, 2018).
8) Pemeriksaan integumen
Warna kulit abu sampai bronze, kulit kering, pruritus, ekimosis,
purpura, kuku rapuh dan tipis, rambut kasar (Nasser Abu, 2017),
odema anasarka. Pitting odema berada pada derajat derajat II :
kedalaman 3-5mm dengan waktu kembali 5 detik (Amin dan Hardhi,
2017).
9) Pemeriksaan anggota gerak

15
Kehilangan kekuatan otot, nyeri tulang, patah tulang, foot drop
(Nasser Abu, 2013) edema pada ekstremitas (Setyaningsih,2018)
10) Pemeriksaan statusneuro
Lemah, kelelahan, bingung, tidak dapat konsentrasi, disorientasi,
tremor, seizures, asterixis, restlessness of legs, burning of soles of
feet, behavior changes (El Noor, 2020).
11) Pemeriksaan sistem reproduksi
Infertil, amenore, testicular atrophy, libido berkurang, kram otot.
B. Diagnosis
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien.
Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal
kronis adalah sebagai berikut (Brunner&Sudart, 2019 dan SDKI, 2020):
1) Hipervolemia
2) Defisitnutrisi
3) Nausea
4) Gangguan integritaskulit/jaringan
5) Gangguan pertukaran gas
6) Intoleransiaktivitas
7) Resiko penurunan curah jantung
8) Perfusi perifer tidak efektif
9) Nyeri akut
C. Perencanaan
Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting,
diantaranya sebagai alat komunikasi antar sesama perawat dan tim
kesehatan lainnya, meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi
pasien, serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan
keperawatan yang ingin dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan
ini adalah membuat prorioritas urutan diagnoa keperawatan, merumuskan
tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi
keperawatan

16
Diagnosa SIKI
No. SLKI
Keperawatan
(SDKI)
1. Ketidakseimbanga Setelah dilakukan tindakan Observasi
n kadar glukosa keperawatan selama 3x24 1. identifikasi kemungkinan
darah b.d nutrisi jam masalah keseimbangan penyebab hiperglikemia
dan cairan kadar glukosa darah dapat 2. monitor tanda dan gejala
teratasi dengan keriteria hiperglikemia
hasil :: Terapeutik
 Mengatuk cukup 1. Berikan asupan oral
menurun Edukasi
 Pusing menurun 2. Anjurkan monitor kadar glukosa

 Lelah dan lesu menurun darah

 Rasa lapar sedang Kolaborasi


3. Kolaborasi pemberian insulin, jika
diperlukan

2. Penurunan curah setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi tanda/gejala


jantung b.d keperawatan selama 3 X 24
17
perubahan jam masalah terhadap penurunan curah jantung
frekuensi jantung curah jantung dapat teratasi 2. identifikasi tanda/gejala
dengan krirteria hasil : sekunder penurunan curah
 Kekuatan nadi perifer jantung
 Palpirasi 3. memonitor takanan

 Tekanan darah darah


4. memoniotr keluhan
nyeri dada
Observasi
1. Identifikasi statusnutrisi
2. Identifikasi makanan yangdisukai
3. Monitor asupanmakanan
4. Monitor beratbadan
Terapeutik
5. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jikaperlu
6. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yangsesuai18
7. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
9. Ajarkan diet yangdiprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlahkaloridan jenis
nutrisi

18
3. Nausea Setelah dilakukan ManajemenMual
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x8 jam maka 1. Identifikasi pengalamanmual
nausea membaik dengan 2. Monitor mual (mis.
kriteria hasil: Frekuensi, durasi, dan
1. Nafsu makanmembaik tingkatkeparahan)
2. Keluhan mual Terapeutik
menurun 3. Kendalikan faktor
3. Pucat membaik lingkungan penyebab (mis.
4. Takikardia membaik Bau tak sedap, suara, dan
(60-100kali/menit) rangsangan visual yang
tidakmenyenangkan)
4. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan,
ketakutan,kelelahan)
Edukasi
5. Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
6. Anjurkan
seringmembersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
7. Ajarkan
tekniknonfarmakologis untuk
mengatasi mual(mis.
Relaksasi, terapi musik,
akupresur)

19
Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberianantiemetik, jikaperlu
9. yang dibutuhkan, jika
perlu
10. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
4. Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan integritas
integritas kulit tindakan keperawatan kulit
selama Obsevasi
3x8jamdiharapkan 1. Identifikasi penyebab
integritas gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi,
1. kulit dapat terjaga perubahan status nutrisi)
dengan kriteriahasil: Terapeutik
1. Integritas kulit yang baik2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
bisadipertahankan tirah baring
2. 3. Lakukan pemijataan pada area
tulang, jika perlu
2. Perfusi jaringanbaik
4. Hindari produk berbahan dasar
3. Mampumelindungikulit
alkohol pada kulit kering
3.
5. Bersihkan perineal dengan air
dan mempertahankan hangat
kelembabankulit Edukasi
6. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion atau
serum)
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

20
8. Anjurkan minum air yang
cukup Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
5. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan
pertukaran gas tindakan keperawatan respirasi Observasi
selama 3x8 jam 1. Monitor frekuensi,
diharapkan pertukaran irama, kedalaman dan
gas tidak terganggu upayanapas
dengak kriteria hasil: 2. Monitor polanapas
1. Tanda-tanda vital 3. Monitor saturasi oksigen
dalam rentang normal 4. Auskultasi bunyinapas
2. Tidak terdapat otot Terapeutik
bantu napas 5. Atur interval
3. Memlihara pemantauan respirasi sesuai
kebersihan paru dan kondisipasien
bebas dari tanda- 6. Bersihkan sekret pada mulut
tanda distress dan hidung, jikaperlu
pernapasan 7. Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
8. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasilpemantauan
Kolaborasi
11. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
6. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen
Aktivitas tindakan keperawatan Energi Observasi
selama 3x8 jam toleransi 1. Monitor kelelahanfisik
aktivitas meningkat 2. Monitor pola dan jamtidur

21
dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Keluhan lelahmenurun 3. Lakukan latihan rentang
2. Saturasi oksigen gerak pasif/aktif
dalam rentang 4. Libatkan keluarga dalam
normal (95%- 100%) melakukan aktifitas,
3. Frekuensi nadi dalam jikaperlu
rentang normal (60- Edukasi
100 kali/menit) 5. Anjurkan melakukan
4. Dispnea saat aktifitas secarabertahap
beraktifitas dan 6. Anjurkan keluarga untuk
setelah beraktifitas memberikan
menurun (16- penguatanpositif
20kali/menit) Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan ahligizi
8. tentang cara meningkatkan
asupan makanan
7. Resiko Setelah dilakukan Perawatan
penurunan curah asuhan keperawatan Jantung
jantung selama 3x8 jam Observasi:
diharapkan penurunan 1. Identifikasi tanda dan gejala
curah jantung meningkat primer penurunan curah
dengan kriteriahasil: jantung (mis. Dispnea,
1. Kekuatan nadi kelelahan)
perifer meningkat 2. Monitor tekanandarah
3. Monitor saturasi oksigen
2. Tekanan darah
membaik 100-130/60- Terapeutik:
90 mmHg 4. Posisikan semi-fowler
3. Lelah menurun atau fowler
4. Dispnea menurun 5. Berikan terapi oksigen
dengan frekuensi 16-24

22
x/menit Edukasi
6. Ajarkan teknik
relaksasinapas dalam
7. Anjurkan beraktifitas
fisiksesuai toleransi
Kolaborasi
8. kolaborasi
pemberianantiaritmia,
jika perlu

8. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan


tidak efektif tindakan perawatan sirkulasi
selama 3x8 jam maka Observasi
perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer
meningkat dengan (mis. Nadi perifer, edema,
kriteria hasil: pengisian kapiler,
1. denyut nadi warna,suhu)
perifer meningkat 2. Monitor perubahankulit
2. Warna kulit 3. Monitor panas, kemerahan,
pucat menurun nyeri ataubengkak
3. Kelemahan 4. Identifikasi
otot menurun faktorrisiko
4. Pengisian gangguansirkulasi
kapiler Terapeutik
membaik 5. Hindari pemasangan infus
5. Akral membaik atau pengambilan darah di
Turgor kulitmembaik area keterbatasanperfusi
6. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
7. keterbatasanperfusi

23
8. Lakukan pencegahaninfeksi
9. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
10. Anjurkan berhenti
merokok
11. Anjurkan
berolahragarutin
12. Anjurkan mengecek air
mandiuntuk menghindari
kulit terbakar
13. Anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
Kolaborasi
14. .Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

24
9. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen
tindakan keperawatan Nyeri Observasi
selama 3x8 jam maka 1. Identifikasi factor pencetus
tautan nyeri meningkat dan pereda nyeri
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kualitasnyeri
1. Melaporkan nyeri 3. Monitor lokasi dan
terkontrolmeningk penyebaran nyeri
at 4. Monitor intensitas
2. Kemampuan nyeridengan
mengenali onset menggunakanskala
nyerimeningkat 5. Monitor durasi dan
3. Kemampuan frekuensi nyeri
menggunakan Teraupetik
teknik 6. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis nonfarmakologis
meningkat untuk mengurangi
4. Keluhan nyeri rasanyeri
penggunaan 7. Fasilitasi istirahat dantidur
analgesik menurun Edukasi
5. Meringismenurun 8. Anjurkan memonitor
6. Frekuensi nyeri secaramandiri
nadi 9. Anjurkan
membaik menggunakan
7. Pola nafasmembaik analgetik secaratepat
8. Tekanan Kolaborasi
darah 10. Kolaborasi pemberian
membaik obat analgetik

1
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
yang di prioritaskan.
Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada kebutuhan
pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi (Kozier et al.,
2014)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-
menerus terhadap respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi proses atau promotif dilakukan setiap selesai tindakan.
Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai polapikirnya.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah
tidak teratasi atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien

2
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. N Tanggal masuk Rs : 30-11/2021
Tempat/tgl lahir : Muko,12-09-1977 Sumber Informasi: klien, keluarga
Jenis Kelamin : Perempuan
No MR : 00.62.76.65
Status Kawin : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Jl. Ds Mampan

II. Identitas Keluarga klien


Keluarga Terdekat yang dapat segera dihubungi (Suami)
Nama : Tn.I
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Jl. Ds Mampan
III. Keluhan Utama
Pasien mengatakan masuk ke rumah sakit tanggal 05 desember 2022
diruangan isolasi, pasien dirawat diruangan isolasi selama 2 hari, dengan
keluhan masuk sesak nafas dengan RR:25x/I, klien mengatakan mual muntah,
setelah dari ruangan isolasi pasien dipindahkan ke ruangan Adelwis Wing B
pada tanggal 07 desember 2022,
IV. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang :
pada saat pengkajian tanggal 12 desember 2022 klien tampak lemas dan
lesu, klien mengatakan masih mual dan muntah, klien mengatakan
guladarah meningkat dengan Gds: 255, klien mengatakan sesak nafas

3
sudah berkurang(-), klien tampak pembengkakan pada kaki kanan dan kiri,
klien mengatakan tidak dapat bediri tanpa bantuan orang lain, dengan
hasil TTV, TD : 169/110 Mmhg N: 120x/I RR: 22x/I S: 36,6
2. Riwayat kesehatan dahulu :
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM (Diabetes mellitus) 10
tahun yang lalu, pada saat gula darah klien meningkat klien biasa diberkan
nevorapid 6 unit, dan memiliki riwayat Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu,
selama menderita penyakit hipertensi klien biasa mengkonsumsi obat
amlodipin, Klien juga mengatakan pernah dirawat dirumah sakit yang
sama yaitu RSUP. Dr.Mdjamil Padang
3. Riwayat kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan keluarganya (Ibu Klien) memiliki riwayat penyakit DM
sama seperti klien.

Genogram :

Keterangan :
: Laki-Laki meninggal : Perempuan
: Perempuan meninggal : Klien
: Laki-laki : tinggal serumah

4
IV. Pemeriksaan Fisik :
1. Tanda-tanda Vital
TD : 169/110 mmHg N: 120x/i S : 36,6 ͦc RR: 22x/i

2. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi Kepala :Bentuk :Simetris
Karakteristik rambut : rambut klien berwarna hitam sedikit beruban
Kebersihan : Bersih tidak ada ketombe
Palpasi kepala :Tidak ada Massa / Benjolan/Lesi
3. Pemeriksaan mata
Inspeksi :Sklera : tidak ikterik Conjungtiva : Anemis ,Reflek Pupil isokor
Tanda-tanda radang : Tidak ada tanda-tanda radang
Edema palpebrae : Tidak ada pembengkakan pada mata
Rasa sakit : klien mengatakan tidak ada rasa sakit di bagian mata
4. Telinga
Inspeksi :Daun telinga Simetris kiri kanan
Membran tympani : Normal, adanya cerumen : Tidak ada, pendarahan :
Tidak ada
Tes pendengaran : tidak dilakukan
5. Hidung
Simetris/Tidak :Simetris kiri kanan
Penciuman/ Ketajaman Membedakan Bau : penciuman normal, klien dapat
membedakan bau-bauan
Alergi terhadap sesuatu :klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
6. Mulut & Tenggorokan
Inspeksi: mulut klien tampak kering :
Gigi: tidak terpasang gigi palsu Tonsil: tidak ada radang
Tes rasa (Ketajaman mengecap rasa) :klien dapat membedakab rasa manis
dan pedas

5
Kesulitan menelan : kemampuan menelan bagus
7. Leher
Inspeksi leher : tidak terlihat adanya benjolan di leher klien.
Kelenjar tyroid: tidak ada pembengkakkan kelenjer tyroid
Palpasi: Kelenjer Tyroid dan getah bening : tidak teraba pembengkakan
kelenjer tyroid dan getah bening
8. Thorak
Inspeksi : Bentuk thorak: simetris kiri dan kanan
palpasi : fermitus sama kiri dan kanan
perkusi : sonor
auskultasi : suara vesikuler
9. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung kanan RIC ke 2, kiri 1 jari LMCS RIC ke 5
Auskultasi : BJ I dan BJ II normal, gallap (-), murmur (-)
10. Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak buncit
Auskultasi : bising usus 25x/m
Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Tympani
11. Neurologi
Tingkat kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)
Pemeriksaan reflek : Bisep +/+, trisep +/+
Pemeriksaan motorik : patella +/+

3333 3333

3333 3333

Pemeriksaan sensorik : sensorik pasien tidak terganggu

6
Pemeriksaan syaraf kranial :
1) Nervus I olfaktori : pasien dapat mencium bau dengan baik (aroma
terapi: minyak kayu putih)
2) Nervus II Optikus : pasien dapat melihat dengan jelas
3) Nervus III Okulamotoris : pasien dapat mengangkat kelopak mata
dengan baik, kontraksi pupil baik
4) Nervus IV Troklearis : pergelakan bola mata baik, reflek cahaya baik
5) Nervus V trigeminus : pasien dapat mengunyah dengan baik, reflek
kornea baik
6) Nervus VI abdusen : pergerakan ke kiri dan kanan baik
7) Nervus VII Fasialis : pasien dapat mengekspresikan wajah dengan baik
8) Nervus VIII Vesibulocochlearis : Klien dapat mendengar dengan baik
9) Nervus IX glosovaringeus : Klien dapat membedakan rasa dengan baik
10) Nervus X vagus: Klien dapat menelan dengan baik
11) Nervus XI asesoris : Klien dapat mengangkat bahu, dapat melawan
tahanan yang diberikan
12) Nervus XII hipoglosus : Klien dapat menggerakan lidah sisi kiri
dan kanan

12. Ekstremitas
Atas: akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema pada kedua
tangan, tidak didapatkan nyeri sendi, CRT 2 detik, terpasang infus di
tangan sebelah kanan dengan cairan Renxamin 5 tts/menit.
Bawah : akral dingin, edema tungkai bawah , CRT > 2detik
Kekuatan otot: 3333|3333
13. Genetalia : saat melakukan pengkajian klien tampak terpasang keteter,
klien juga mengatakan tidak ada masalah pada genetalianya.
14. Kulit
Warna kulit : Sawo matang
Ada tidaknya jaringan parut/lesi : tidak ada lesi
V. Pola Nutrisi :

7
1. Berat badan : 60 kg (sebelum sakit), 50 kg (setelah sakit)
2. Tinggi Badan : 155 cm
3. IMT : BB = 50 = 20,81, normal (18,5-25,0)
4. (TB²) 2,4025m
5. Frekuensi makan : 3 kali sehari (sebelum sakit), tidak teratur (setelah
sakit)
6. Jenis makanan : klien mengatakan biasanya makan nasi, lauk, sayur, saat
sakit: makanan cair, nasi lunak, susu yang disiapkan oleh orang gizi
VI. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Frekuensi :1x sehari, Sakit : belum ada BAB
Warna :Kuning normal, Sakit : Kuning normal
Konsistensi :Lunak
b. Buang air kecil
Frekuensi : sebelum sakit sering 4-5x BAK, Sakit : BAK melalui kateter,
setiap 6 jam 200-300 ml
Warna :kuning
VII. Pola tidur dan istirahat
a. Lama tidur : lama tidur klien 8 jam sesudah sakit 4 jam
b. Kesulitan dalam hal tidur : klien mengalami kesulitan tidur
Vlll. Pola aktivitas & latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : Mengajar di SMA Pauh Kambar
b. Olahraga : tidak ada
IX. Pola Bekerja
2 Jenis pekerjaan : Guru SMA Pauh Kambar
3 Lama bekerja : 6-7 jam sehari
X. Aspek psikososial
1. Persepsi diri
Hal yang dipikirkan klien saat ini : Klien mengatakan sedikit cemas
dengan penyakitnya

8
Harapan setelah mengalami perawatan : Klien mengatakan dirinya
berharap sakitnya sembuh
Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Sulit melakukan aktivitas
2. Hubungan atau komunikasi
Bahasa yang digunakan :bahasa minang
Kehidupan keluarga :
 Adat yang dianut : adat budaya minang kabau
 Membuat keputusan dalam keluarga : Suami klien
 Hubungan komunikasi: Hubungan komunikasi klien dengan keluarga
baik
3. Spiritual :
Keyakinan agama: Klien beragama islam
Kegiatan agama : klien mengatakan sholat 5 waktu sehari

XI. Informasi penunjang


a. Diagnosa Medik : CKD stage V on HD + DM Tipe II+ HT Stage III
b. Laboratorium
Tabel 3.1. Pemeriksaan Darah Lengkap tanggal 04-01-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 7,1 g/dL 12,0-14,0 g/dL
Leukosit 11,26/mm3 5,0-10,0/mm3
Trombosit 148/mm3 150-400/mm3
Hematokrit 22% 37-43%
Eritrosit 2,61/µl 4,00-4,50 /µl
MCV 82 82,0-92,0 fL
MCH 27 27-31 pg
MCHC 33 % 32-36 %
RDW-CV 14,1 % 11,5-14,5%
Protein 4,3 g/dL 6,8-8,8 g/dL
Albumin 2,2 g/dL 3,8-5,0 g/dL

9
Kreatinin darah 5,3 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL
Ureum darah 105 mg/dL 10-50 mg/dL

a. Terapi pengobatan
1) Obat oral
Amlodipin 10 mg 1x
As folat 5 1x
bicnat 1x 5 mg
donperidon 10 mg 3x
Lansoprazole 30 mg1x
2) Obat injeksi (IV)
Furosemide 40 mg
3) Infus
IVFD Nacl 0,3 % 12 jam/kolf
IVFD Renxamin /24 jam
transfusi PRC 2 kantong
oksigen 3 lt/menit

XII. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1. Data Subjektif : Disfungsi Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan sering pangkreas kadar glukosa
merasa pusing darah
- Klien mengatakan sering Resistensi insulin
merasa ngantuk
Gangguan toleransi
- Klien mengatakan badan glukosa darah
sangat lemas
Data Objektif:
- Tekanan darah klien
Ketidakseimbangan

10
tampak tinggi kadar glukosa
- Klien tampak lemas darah

- Tanda-tanda vital:
TD : 169/110 mmHg
N:98 x/i
S : 36,6 C

2. Data Subjektif : Menurunnya curah Penurunan curah


- Klien mengatakan tekanan jantung jantung
darah selalu tinggi
- Klien mengatakan kaki kiri Hipertrofi
bengkak Ventrikel
Data Objektif:
- Klien tampak tidak bisa
berdiri tanpa bantuan orang Peningkatan

lain. pengisian LVEP

- Klien tampak lemas


Aliran darah ke
- Klien tampak pucat
jantung dan otak
- TD : 169/110 Mmhg
tidak adekuat
- Kaki kiri klien tampak
bengkak
Penurunan curah
- CRT 5 dtk
jantung
-

3. Data Subjektif: Gangguan Resiko


- Klien mengatakan sering keseimbangan ketidakseimbangan
mual elektrolit elektrolit
- Klien mengatakn sedikit
minum Hiponatermia &
- Klien mengatakan muntah Hipernatermia

11
setelah makan
Data Objektif:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sering mual Hipokalsemia &

- Bibir klien tampak kering Hiperkalsemia

dan pucat
Hipkloremia &
- Klien tampak tidak nafsu
Hipekloremia
makan

Resiko
ketidakseimbangan
cairan

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang
masalah pasien yang nyata sertapenyebabnyadapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan.
1. Ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d ketidakseimbangan nutrisi
dan cairan
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan

C. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa (SDKI) SLKI SIKI
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Observasi
kadar glukosa tindakan keperawatan 1. identifikasi kemungkinan
darah b.d nutrisi selama 3x24 jam penyebab hiperglikemia
dan cairan masalah keseimbangan 2. monitor tanda dan gejala
kadar glukosa darah hiperglikemia
dapat teratasi dengan Terapeutik

12
keriteria hasil :: 4. Berikan asupan oral
 Mengatuk cukup Edukasi
menurun 5. Anjurkan monitor kadar
 Pusing menurun glukosa darah
 Lelah dan lesu Kolaborasi
menurun 6. Kolaborasi pemberian
 Rasa lapar sedang insulin, jika diperlukan

2. Penurunan curah setelah dilakukan 1.Identifikasi


jantung b.d tindakan keperawatan tanda/gejala
perubahan selama 3 X 24 jam penurunan
frekuensi jantung masalah terhadap curah
curah jantung
jantung dapat teratasi
2. identifikasi
dengan krirteria hasil :
tanda/gejala
 Kekuatan nadi
sekunder
perifer
penurunan
 Palpirasi
curah jantung
 Tekanan darah
3. memonitor
takanan darah
4. memoniotr
keluhan nyeri
dada
3. Resiko Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit
ketidakseimbangan tindakan keperawatan Observasi
elektrolit b.d selama 3 X 24 jam 1. Identifkasi kemungkinan
ketidakseimbangan kriteria hasil yang penyebab
cairan didapatkan : ketidakseimbangan
 Serum atrium elektrolit
membaik 2. Monitor kadar elektrolit
 Serum kalium serum
membaik 3. Monitor mual muntah
 Serum kloria dan diare

13
membaik 4. Monitor kehilangan
cairan jika perlu
5. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

D. CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/ Diagnosa Implementasi SOAP TTD


Jam Keperawatan
12/12-22 Ketidakseimbangan Observasi S:
14.00 kadar glukosa 1. identifikasi kemungkinan - Klien
darah b.d nutrisi penyebab hiperglikemia mengatakan
dan cairan 2. monitor tanda dan gejala tidak tau
hiperglikemia penyebab
Terapeutik hiperglikemia
1. Berikan asupan oral - Klien
Edukasi mengatakan
2. Anjurkan monitor kadar tidak tau tanda
glukosa darah dan gejala
Kolaborasi hiperglikemia
Kolaborasi pemberian O:
insulin, jika diperlukan - Klien tampak
mudah sakit
kepala dan
mudah lelah
A:
- masalah
belum teratasi
P:

14
- Intervensi
dilanjutkan
(mengidentifik
asi
kemungkinan
penyebab
tanda dan
gejala
hiperglikemia)
Penurunan curah 1.Identifikasi S:
jantung b.d tanda/gejala - Klien
perubahan penurunan curah mengatakan
frekuensi jantung sering merasa
jantung
kelelahan
2. identifikasi
- Klien
tanda/gejala
mengatakan
sekunder
ada
penurunan curah pembengkakak
jantung n pada kaki kiri
3. memonitor O:
takanan darah - Klien tampak
4. memonitor lemas

keluhan nyeri - Tampak edema

dada pada kaki kiri


klien
- Klien tampak
pucat
- TD : 169/110
Mmhg
A:
- masalah belum
teratasi
P:

15
- intervensi
dilanjutkan
Resiko Observasi S:
ketidakseimbangan 7. Identifkasi kemungkinan - Klien
elektrolit b.d penyebab mengatakan
ketidakseimbangan ketidakseimbangan tidak tau
cairan elektrolit penybab
8. Monitor kadar elektrolit ketidakseimba
serum ngan elektrolit
9. Monitor mual muntah - Klien
dan diare menatakan
10. Monitor kehilangan masih sering

cairan jika perlu mual dan

11. Atur interval waktu muntah

pemantauan sesuai O:

dengan kondisi pasien - klien tampak

12. Jelaskan tujuan dan lemas, lemah

prosedur pemantauan - Nilai serum


natrium
tampak 149
mmol/i
- Nilai serum
kalium tampak
5.7 mmol/i
- Nilai serum
klorida tampak
115 mmol/i
A:
- masalah
belum teratasi
P:
- Intervensi
dilanjutkan
(identifikasi

16
gangguan
fungsi tubuh,
monitor
kelelahan
fisik)

13/12-22 Ketidakseimbangan Observasi S:


15.00 kadar glukosa 1. identifikasi kemungkinan - Klien
darah b.d nutrisi penyebab hiperglikemia mengatakan
dan cairan 2. monitor tanda dan gejala sudah mulai
hiperglikemia tau penyebab
Terapeutik hiperglikemia
3. Berikan asupan oral - Klien
Edukasi mengatakan
4. Anjurkan monitor kadar sudah mulai
glukosa darah tau tanda dan
Kolaborasi gejala
Kolaborasi pemberian hiperglikemia
insulin, jika diperlukan O:
- Klien tampak
memonitor
kadar glukosa
darah

A:
- masalah
teratasi
sebagian
P:
- Intervensi
dilanjutkan
(mengidentifik
asi penyebab
tanda dan

17
gejala
hiperglikemia)
Penurunan curah 1.Identifikasi S:
jantung b.d tanda/gejala - Klien
perubahan penurunan curah mengatakan
frekuensi jantung masih merasa
jantung
kelelahan
2. identifikasi
- Klien
tanda/gejala
mengatakan
sekunder
pembengkakan
penurunan curah pada kaki kiri
jantung sudah mulai
3. memonitor berkurang
takanan darah O:
4. memonitor - Klien tampak
keluhan nyeri lemas

dada - Klien tampak


pucat
- TD : 154/100
Mmhg
A:
- masalah belum
teratasi
P:
- intervensi
dilanjutkan
Resiko Observasi S:
ketidakseimbangan 1.Identifkasi kemungkinan - Klien
elektrolit b.d penyebab mengatakan
ketidakseimbangan ketidakseimbangan sudah mulai
cairan tau penybab
elektrolit
ketidakseimba
2. Monitor kadar elektrolit
ngan elektrolit
serum
- Klien

18
3. Monitor mual muntah mengatakan
dan diare mual dan

Monitor kehilangan cairan muntah


berkurang
jika perlu
O:
4.Atur interval waktu
- Nilai serum
pemantauan sesuai dengan
natrium
kondisi pasien
tampak
5. Jelaskan tujuan dan membaik dari
prosedur pemantauan 149 mmol/I
menjadi 146
mmol/i
- Nilai serum
kalium tampak
membaik dari
5.7 mmol/I
menjadi 5.5
mmol/i
- Nilai serum
klorida tampak
membaik dari
115 mmol/I
menjdi 110
mmol/i

A:
- masalah
teratasi
sebagian
P:
- Intervensi

19
14/12- Ketidakseimbangan Observasi S:
2022 kadar glukosa 1. identifikasi kemungkinan - Klien
07.30 darah b.d nutrisi penyebab hiperglikemia mengatakan
dan cairan 2. monitor tanda dan gejala sudah tau
hiperglikemia penyebab
Terapeutik hiperglikemia
5. Berikan asupan oral - Klien
Edukasi mengatakan
6. Anjurkan monitor kadar sudah tau tanda
glukosa darah dan gejala
Kolaborasi hiperglikemia
Kolaborasi pemberian - Klien
insulin, jika diperlukan mengatakan
sudah bisa
memonitor
kadar glukosa
darah
O:
- Klien tampak
semangat
menjelaskan
kemungkinan
penybab dan
tanda gejala
hiperglikemia
memonitor
kadar glukosa
darah

A:
- masalah
teratasi
sebagian

20
P:
- Intervensi
dilanjutkan
(mengidentifik
asi penyebab
tanda dan
gejala
hiperglikemia)
Penurunan curah 1.Identifikasi S:
jantung b.d tanda/gejala - Klien
perubahan penurunan curah mengatakan
frekuensi jantung kelelahan
jantung
berkurang
2. identifikasi
- Klien
tanda/gejala
mengatakan
sekunder
pembengkakan
penurunan curah pada kaki kiri
jantung sudah
3. memonitor berkurang
takanan darah -
4. memonitor O:
keluhan nyeri - Klien tampak

dada sudah tidak


lemah
- Klien tampak
pucat
berkurang
- Klien tampak
edema
berkurang
- TD : 150/96
Mmhg
A:
- masalah

21
teratasi
sebagian
P:
- intervensi
dilanjutkan
Resiko Observasi S:
ketidakseimbangan 1.Identifkasi kemungkinan - Klien
elektrolit b.d penyebab mengatakan
ketidakseimbangan ketidakseimbangan sudah tau
cairan penybab
elektrolit
ketidakseimba
2. Monitor kadar elektrolit
ngan elektrolit
serum
- Klien
3. Monitor mual muntah
mengatakan
dan diare mual dan
Monitor kehilangan cairan muntah sudah
jika perlu tidak ada
4.Atur interval waktu O:
pemantauan sesuai dengan - Nilai serum
kondisi pasien natrium

5. Jelaskan tujuan dan tampak


membaik dari
prosedur pemantauan
146 mmol/I
menjadi 140
mmol/i
- Nilai serum
kalium tampak
membaik dari
5.5 mmol/I
menjadi 5
mmol/i
- Nilai serum
klorida tampak
membaik dari

22
110 mmol/I
menjdi 100
mmol/i

A:
- masalah
teratasi
sebagian
P:
- Intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut (Desfrimadona, 2016).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal
sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan
yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh
akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi
endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Andra, 2013)

23
1. Pengkajian
Pada kasus Ny. N dengan diagnose medik CKD stage V on HD + DM
Tipe II+ HT Stage III datang melalui IGD pada tanggal 05 Desember 2022
pukul 23.00. Pasien datang dengan keluhan sesak napas, mual muntah,
ekstermitas bawah edema, badan terasa lemas, Tekanan Darah tinggi,
200/120mmHg.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Desember 2022 di
ruangan IW wing B, klien mengatakan ekstermitas bawah klien bengkak,
tampak edema, klien mengatakan sesak nafas sudah berkurang dengan
frekuensi nafas 22x/i, , klien mengatakan gula darah meningkat dengan
Gds : 255, pola makan terganggu semenjak sakit. Klien juga mengatakan
sering mual dan muntah pada saat diberikan makanan. Badan masih terasa
lemas, aktivitas dibantu keluarga. Tekanan darah masih tinggi, 169/110
mmHg, N:120 x/i. Klien juga mengatakan badan masih terasa lemas.

2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan yaitu sebagai berikut:
1 Ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d ketidakseimbangan
nutrisi dan cairan
2 Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
3 Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan

Dari diagnosa yang telah dirumuskan didapatkan atas dasar data


pasien yaitu adanya peningkatan pada kadar glukosa darah, sehingga
muncul masalah keperawatan yaitu ketidakseimbangan kadar glukosa
darah. Diagnosa kedua didapatkan berdasarkan hasil pengkajian bahwa
pasien mengalami tekanan darah tinggi dan muncul masalah keperawatan
penurunan curah jantung. Diagnosa ketiga didapatkan berdasarkan hasil
pengkajian bahwa pasien terlihat mengalami mual mutah sehingga
muncul masalah keperawatan resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit

24
1. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada klien tersebut adalah sesuai dengan
dengan diagnosa yang telah ditegakkan:
1) Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan
ketidakseimbangan nutrisi dan cairan
Intervensi yang diberikan pada pasien dengan ketidakseimbangan
kadar glukosa darah adalah Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam masalah ketidakseimbangan kadar glukosa darah
dapat teratasi dengan keriteria hasil Mengatuk cukup menurun, Pusing
menurun, Lelah dan lesu menurun, Rasa lapar sedang, mengidentifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemia, memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, memberikan asupan oral, menganjurkan memonitor
kadar glukosa darah

2) Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung


Intervensi yang diberikan pada pasien dengan penurunan curah
jantung adalah dengan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 X 24 jam masalah terhadap curah jantung dapat teratasi dengan
krirteria hasil : Kekuatan nadi perifer, Palpirasi, Tekanan darah,
mengidentifikasi gejala primer penurunan curah jantung,
mengidentifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung,
memonitor tekanan darah, memoniotr nyeri dada.

3) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan


Intervensi yang diberikan pada pasien dengan resiko
ketidakseimbangan cairan elektrolit yaitu dengan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam kriteria hasil yang didapatkan :

25
Serum atrium membaik, Serum kalium membaik , Serum kloria
membaik, mengidentifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit,
memonitor kadar serum, memoniotr mual muntah, memonitor
kehilangan cairan.

4) Implementasi dan evaluasi


Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat. Evaluasi
keperawatan dilakukan selama 3 hari dengan melihat perkembangan
pasien. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengguankan SOAP yang
terdiri dari S: subjektif, O: objektif, A: Analisa, dan P: planning
perencanaan

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Andra, 2019)
Berdasarkan hasil studi kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) Di Ruang Interne Wanita Rsup. Dr.
M. Djamil Padang, kelompok dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

26
1. Pengkajian
Pada kasus Ny. N dengan diagnose medik CKD stage V on HD + DM
Tipe II+ HT Stage III datang melalui IGD pada tanggal 05 Desember 2022
pukul 23.00. Pasien datang dengan keluhan sesak napas, ekstermitas bawah
edema, badan terasa lemas, Tekanan Darah tinggi, 200/120 mmHg.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Desember 2022 di
ruangan IW wing B, klien mengatakan ekstermitas bawah klien bengkak,
tampak edema, klien mengatakan napasnya masih sesak dengan frekuensi
24x/menit, O2 3 liter/ menit, pola makan terganggu semenjak sakit. Klien
juga mengatakan sering mual dan muntah pada saat diberikan makanan.
Badan masih terasa lemas, aktivitas dibantu keluarga. Tekanan darah masih
tinggi, 178/75 mmHg, N:98 x/i. Klien juga mengatakan badan masih terasa
lemas.
2. Diagnosa Keperawtan
1) Ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d ketidakseimbangan nutrisi
dan cairan
2) Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
3) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan

1. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada klien tersebut adalah sesuai dengan dengan
diagnosa yang telah ditegakkan
2. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat.
3. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan selama 3 hari dengan melihat
perkembangan pasien dengan menggunakan SOAP yang terdiri dari S:
subjektif, O: objektif, A: Analisa, dan P: planning (perencanaan).

B. Saran

27
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan
kinerja perawat dan tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan
asuhan keperawata pada pasien dengan penyakit Chronic Kidney Disease
(CKD) dan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien
2. Bagi keluarga Pasien dan keluarga
Pasien diharapkan mampu mengenali atau mengetahui bagaimana
tanda dan gejala penyakit ginjal serta bagaimana penatalaksanaan penyakit
ginjal.
3. Bagi penulis selanjutnya
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan studi
kasus selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2019). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika
Black, J & Hawks, J. (2020). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira
R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik
dengan Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma
Thesis Univesitas Andalas
Kinta, (2020). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Gagal Ginjal Kronik. Scribd. Diakses pada 30 November
2018

28
Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keprawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPPPPNI.

RISKESDAS (2020). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar.

Suryadi . (2019). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG


Smeltzer & Bare. (2019). Textbook of Medical Surgical Nursing volume 1)
Philladelphia: Lippincott Williams 7 Wilkin

World Health Organization, (2020) The WOrld Organization Quality of


Life.

29

Anda mungkin juga menyukai