R
DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ON HD
DI RUANG HEMODIALISA RS JUANDA KUNINGAN
Disusun Oleh :
TIM A KELOMPOK 9
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa, tim penyusun atau kelompok sepuluh
ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Lia Mulyati S.Kep,M.Kep selaku
diberikan. Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui
oleh kami selaku kelompok sembilan Tim A untuk memenuhi tugas praktik klinik
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan sehingga
kami sangat berharap saran dan kritiknya kepada kami agar di kemudian hari kami
Kelompok 9 Kuningan,
Febuari 2024
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
1. Tujuan Umum.....................................................................................................5
2. Tujuan Khusus....................................................................................................6
D. Manfaat.........................................................................................................6
2.2 Etiologi.........................................................................................................8
2.3 Patofisiologi..................................................................................................8
2.5 Klasifikasi..................................................................................................13
2.7 Patway........................................................................................................17
2.9 Komplikasi.................................................................................................18
2.11 Pengobatan................................................................................................19
3.1 Pengkajian...................................................................................................38
ii
3.2 Keluhan Utama...........................................................................................39
BAB IV PENUTUP..............................................................................................62
4.1 Kesimpulan.................................................................................................62
4.2 Saran............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan kelainan dari struktur atau fungsi ginjal. Keadaan ini muncul selama
fungsi ginjal dapat menimbulkan gejala pada pasien PGK. Jika terjadi
defisiensi besi, kerusakan ginjal, dan diikuti dengan penurunan laju filtrasi
Salah satu gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami
anemia adalah pasien terlihat pucat (anemis), mudah lelah, lesu, badan lemah,
dalam darah. Keluarga Pasien gagal ginjal kronik masih memiliki pengetahuan
yang kurang tentang anemia, sehingga masih banyak pasien yang mengalami
dialysis kronis menjadi 100% dan 73% pada pasien pradialisis. Pada tahun
1
2
sebagai penyebab kematian 2 paling banyak. Menurut data URDS 2010 angka
kejadian anemia pada gagal ginjal kronik stadium 1-4 di Amerika yaitu
sebesar 51,8 dan kadar Hb rata-rata pada gagal ginjal kronik tahap akhir 9,9
per satu juta penduduk pada tahun (2020). Menurut data nasional berkisar
penyakit gagal ginjal kronik di Jawa Barat mencapai 131.846 jiwa dan
yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik, salah satu dan mayoritas
problem tersebut adalah anemia, yang berkembang sejak awal pasien terkena
gagal ginjal kronik dan berkontribusi pada penurunan kualitas hidup pasien.
2021).
menjalani transfusi darah. Keluarga merupakan mata rantai pertama dan utama
pada PGK akan berdampak pada penurunan fisik, peningkatan mortalitas serta
morbiditas, dan kualitas hidup, serta meningkatkan biaya dan lama rawat inap,
karena defisiensi besi terjadi karena kekurangan cadangan zat besi, zat besi
sirkulasi.
sisa metabolisme dan cairan yang berlebihan di dalam tubuh yang bertujuan
masalah kesehatan akibat tidak berfungsinya ginjal. Hal ini akan menjadi
stresor fisik bagi pasien dan akan berpengaruh pada kehidupan pasien yang
keluhan lelah, sesak, kesulitan beraktivitas, pusing, mual, oedema dan lainnya.
Selain itu, dampak fisik yang sering muncul pada pasien adalah penurunan
yang harus jalani dan kelemahan fisik yang terjadi pada pasien. Dampak
Pada tahun 2012, total biaya yang telah ditanggung oleh PT Akses
maupun jaminan ansuransi lainnya sebesar 227 miliyar rupiah. Pada tahun
yang diberikan oleh BPJS sebesar 2,68 triliun rupiah baik yang melakukan
rawat inap maupun rawat jalan. Pembiayaan ini terus meningkat sebesar 2,2
triliun rupiah dari tahun 2014. Pembiayaan penyakit gagal ginjal ini
5
diberikan oleh BPJS. Dilihat dari banyaknya dampak yang ditimbulkan pada
hemodialysis adalah 4-5 jam setiap kali terapi. Berdasarkan latar belakang
B. Rumusan Masalah
Kuningan.
6
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tahun 2024.
2. Tujuan Khusus
Juanda Kuningan.
Juanda Kuningan.
D. Manfaat
Disease.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara definisi, gagal ginjal kronis (GGK) disebut juga sebagai Chronic
Kidney Disease (CKD). Gagal ginjal kronis atau penyakit gagal ginjal stadium
akhir adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Dwiatmojo, 2020).
Gagal ginjal kronis yang juga disebut CKD atau Chronic Kidney
Disease ditandai oleh penurunan fungsi ginjal yang cukup besar, yaitu
biasanya hingga kurang dari 20% nilai GFR yang normal, dalam periode
waktu yang lama biasanya > 3 bulan. Penyakit ginjal kronis bisa berlangsung
tanpa keluhan dan gejala selama bertahun - tahun dengan peningkatan uremia
dan gejala yang menyertai ketika GFR sudah turun hingga di bawah 60
8
9
sehingga terjadi uremia atau penumpukan akibat kelebihan urea dan sampah
kronis atau penyakit gagal ginjal stadium akhir ditandai oleh penurunan
fungsi ginjal yang cukup besar, yaitu biasanya hingga kurang dari 20% nilai
GFR yang normal, dalam periode waktu yang lama biasanya > 3 bulan.
2.2 Etiologi
dan diabetes militus. Selain itu, ada beberapa penyebab lain gagal ginjal
kronis seperti :
2.3 Patofisiologi
Kondisi gagal ginjal disebabkan oleh 3 faktor pemicu yaitu pre renal,
renal dan post renal. Pre renal berkaitan dengan kondisi dimana aliran darah
10
vasokontriksi dan penurunan cardiac output. Dengan adanya kondisi ini maka
kerusakan pada jaringan parenkin ginjal. Kerusakan ini dipicu oleh trauma
renal berkaitan dengan adanya obstruksi pada saluran kemih, sehingga akan
timbul stagnasi bahkan adanya refluks urine flow pada ginjal. Dengan
Filtration Rate (GFR) menurun. Dimana perjalanan klinis gagal ginjal kronik
Glomerular Filtration Rate (GRF) dapat menurun hingga 25% dari normal.
Kedua, insufisiensi ginjal, pada keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% sampai 25% dari normal, kadar keratin serum dan BUN
Stage Renal Disease (ESRD) atau sindrom uremik, yang ditandai dengan
GFR kurang dari 5 atau 10 ml/menit, kadar serum keratin dan BUN
1. Anatomi
abdomen. Ginjal organ yang letaknya setinggi T12 hingga L3. Ginjal
kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar
Setiap ginjal panjangnya 6 -7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan beratnya pada
Setiap ginjal dilapisi kapsul tipis dari jaringan fibrosa yang rapat
terdapat struktur - struktur ginjal. Warnanya ungu tua dan terdiri atas
Bagian medulla ini tersusun atas lima belas sampai enam belas massa
renalis atau badan Malpighi, yang terdiri dari glomerulus dan kapsul
tabung ini terdiri dari tubulus proksimal, lengkung henle, tubulus distal
2. Fisiologi
darah keseimbangan asam basa darah, serta ekresi bahan buangan dan
diantaranya :
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh
akan diekresikan oleh ginjal sebagai urine yang encer dalam jumlah
K, Cl, fosfat).
2.5 Klasifikasi
seberapa baik ginjal menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah.
ginjal.
ginjal.
a. Sistem Kardiovaskuler
b. Sistem Dermatologi
16
Pucat, pruritis atau gatal, Kristal uremia, kulit kering, dan memar.
c. Sistem Neurologi
Mudah lelah, otot mengecil dan lemah, sistem saraf tepi : Penurunan
berkedut, kejang.
d. Sistem pernafasan
e. Sistem Gastroinstestinal
f. Sistem Perkemihan
didalam urine).
g. Hematologik
17
h. Biokimia
i. Sex
j. Metabolisme
k. Gangguan kalsium
2.7 Patway
2.8
Intra renal, Pre renal, vaskuler Intra renal ; zat toksik Post renal ; obstruksi
infeksi/peradang (HT,DM) saluran kemih
Peningkatan tekanan
GRF turun
Neuron rusak
CKD
Hipervolemia
Sindrom CES produksi Hb
Hiperkalemia Vasokontriksi
urenia
pembulu
Tidak mampu darah
Tek. Kapiler mengekresi asam
pruritus perfusi
(H) gangguan
perifer
kelistrikan
tidak efektif Tekanan
jantung
Vol.interstitial darah
Gangguan
integritas kulit Asidosis meningkat
intake
Nausea muntah Pola nafas tidak
menurun
efektif
Defisit nutrisi
19
2.9 Komplikasi
adalah :
dan serum kreatinin nilai normal 0,7 1,4 mg/dl) , dan urea.
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Anemia
d. Disfungsi seksual
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
a. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan keratin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal
b. Urinalisasi
ginjal atau ada atau tidakanya perdarahan aktif akibat inflamasi atau
c. Ultrasonografi Ginjal
itu, ukurandari ginjal pun akan terlihat. (Prabowo & Pranata, 2014).
2.11 Pengobatan
syok.
tubuh.
23
2013).
salah satu bentuk dialisis pilihan bagi pasien yang usia muda, usia
bagi pasien yang usia muda, usia lanjut dan penderita diabetes
berfungsi baik dari donor hidup atau yang mati batang otak dan
2020).
I. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Identitas Diri
b. Keluhan Utama
Biasanya badan terasa lemah, mual, muntah, dan terdapat edema. Hal
yang perlu dikaji pada penderita gagal ginjal kronis adalah tanda atau
penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) tanda dan gejala yang timbul
badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan
(Rustandi,2018).
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-
lain.
28
f. Aktivitas Sehari-hari
g. Pola Nutrisi
h. Pola Eleminasi
i. Pola Aktivitas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
29
b. Mata
gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam
c. Hidung
olfatorius
d. Mulut
e. Dada
f. Abdomen
perkusi dengar bunyi hasil perkusi, palpasi ada tidaknya nyeri tekan
pasca operasi.
g. Ekstermitas
b) Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
c) Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
gravitasi.
e) tekanan pemeriksaan.
g) kekuatanya berkurang.
penuh.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia
2. Defisit nutrisi
3. Nausea
6. Intoleransi aktivitas
9. Defisit Pengetahuan
10. Ansietas
4. Perencanaan Keperawatan
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny.R
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : IRT
Nama : Tn.A
39
40
lemas, pasien menderita gagal ginjal kronis selama 5 tahun yang lalu
Pasien di keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
1 oksigenasi
2 cairan elektrolit
3 nutrisi
4 eliminasi
7 keselamatan
Roda bad terkunci dengan baik, terdapat handrail dan penunggu pasien
8 Peran Seksual
9 psikososial
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda Vital
TD : 140/100 mmhg
Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36,0° C
BB Kering : 46,5 kg
BB Pre HD : 48.5 kg
42
BB Post HD : 46,4 kg
Kulit kepala
bersih, bentuk Tidak ada
Kepala Tidak ada data Tidak ada data
kepala bulat, benjolan/edema
rambut bersih
Lengkap,
simetris, tidak
ada edema, Tidak ada nyeri
Mata sklera mata tekan pada kelopak Tidak ada data Tidak ada data
putih, mata
Konjunctiva
tidak anemis
Tidak ada
pernafasan
Tidak ada masalah
Hidung cuping hidung, Tidak ada data Tidak ada data
pada tulang hidung
tidak ada secret,
simetris
Tidak ada
cyanosis, tidak
Mulut ada luka, Tidak ada edema Tidak ada data Tidak ada data
mukosa bibir
lembab
Leher - Tidak ada - Tidak ada Tidak ada data Tidak ada data
43
pembesaran
pada kelenjar
pembesaran
tiroid
pada kelenjar
- Denyut nadi
tiroid
karotis teraba
kuat
Dada
a. Suara nafas
Bentuk thorax vesikuler
Ekspansi paru
simetris kiri dan b. Suara
a. Paru-paru simetris,
kanan tidak Tidak dikaji ucapan jelas
pengembangan
tampak otot c. Tidak ada
dada simetris,
bantu napas suara napas
tidak ada kelainan
tambahan
Abdomen Bentuk abdomen - Tidak terdapat - Tidak dikaji Tidak dikaji
bulat, tidak ada edema/ asites
lesi - Tidak terdapat
nyeri tekan
Perkemihan Tidak terpasang - Tidak ada nyeri Tidak ada data Tidak ada data
kateter urine tekan pada
kandung kemih
Ekstremitas
a. Atas - Lengkap - Tidak ada nyeri Tidak ada data Tidak ada data
- Terpasang AV tekan
fistulla pada - Tidak ada edema
tangan kiri - CRT < 3 detik
b. Bawah - Tidak ada - Tidak ada edema Tidak ada data Tidak ada data
edema - Tidak ada nyeri
44
tekan
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Keterangan
Lymposit 21 % 20 40 Normal
N. Segmen 74 % 35 70 Meningkat
1. Bicnat
45
Obat untuk mengatasi asidosis metabolic, urin yang terlalu asam, dan
asam lambung yang berlebih, diberikan 1 x 1
2. B12
B12 untuk pembentukan sel darah merah yang sehat, mengoptimalkan
fungsi syaraf, menghasilkan energy, diberikan 1x1
3. Calos
Membantu pencegahan gangguan metabolism, diberikan 1x1
4. Asam folat
Asam folat untuk memperlambat kerusakan ginjal, diberikan 1x1
5. Omeprazole
Omeprazole untuk menangani asam lambung, diberikan 1x1
6. Saat ini pasien diprogramkan HD setiap minggu 2x (Senin dan Kamis)
Volume intoleransi
TTV : meningkat
Pre HD
Kelebihan volume
TD : 140/100 mmHg cairan
Nadi : 88 x/m
46
RR : 20 x/m Hypervolemia
S : 36,0 C
Intra HD
TD : 149/86
Nadi : 86
RR : 20
S : 36,0
Post HD
TD : 130/80
Nadi : 85
RR : 20
S : 36,0
TD : 140/100 mmHg
Tekanan darah
Nadi : 88 x/m meningkat
RR : 20 x/m
Resiko penurunan
S : 36,0 C curah jantuh
Intra HD
TD : 149/86
Nadi : 86
RR : 20
S : 36,0
Post HD
TD : 130/80
Nadi : 85
RR : 20
S : 36,0
48
40 ͦ .
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
keluaran urin <0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika
BB bertambah >1kg
dalam sehari
3. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian diuretik.
kolesterol tinggi)
3. Monitor panas,
kemerahan,
nyeri, atau
bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari
pemasangan
infus, atau
pengambilan
darah di area
keterbatasan
perfusi
Edukasi
1. Anjurkan
menggunakan
obat penurun
tekanan darah,
antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika
perlu
2. Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang
harus dilaporkan
(mis: rasa sakit
yang tidak hilang
51
saat istirahat,
luka tidak
sembuh,
hilangnya rasa).
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
Transfusi darah
1.
perlu)
4. Monitor intake dan
output cairan
5. Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
6. Monitor saturasi
oksigen
7. Monitor keluhan nyeri
dada (mis: intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presipitasi yang
mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12
sadapan
9. Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
10. Monitor nilai
laboratorium jantung
(mis: elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-
BNP)
11. Monitor fungsi alat
pacu jantung
12. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
13. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian
obat (mis: beta
blocker, ACE
Inhibitor, calcium
channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti
merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
54
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
T : Mengidentifikasi penyebab
hypervolemia
T : Mengidentifiksai kesiapan
hemodialisa
R:
55
BB Kering : 46,5 kg
BB Pre HD : 48.5 kg
BB Post HD : 46,4 kg
T : Memonitor TTV
R:
Pre HD
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,0 C
Intra HD
TD : 149/86
Nadi : 86
RR : 20
S : 36,0
Post HD
TD : 130/80
Nadi : 85
RR : 20
S : 36,0
T : Mengidentifikasi kemungkinan
alergi
56
edema.
T : Mengidentifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah jantung
R : Terdapat kenaikan berat badan
T : Monitor tekanan darah
R:
- Pre HD
TD : 140/100 mmHg
- Intra HD
TD : 149/86
- Post HD
TD : 130/80
T : Memonitor intake dan output cairan
R : intake 600 cc Output 0
T : Monitor saturasi oksigen
R : Spo2 : 98 %
T : Memonitor keluhan nyeri dada
R : Tidak ada nyeri dada
T : Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
T : Mengajarkan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
R : Pasien memahami terapi yang d
ajarkan
T : Memberikan dukungan emosional
dan spiritual
R : Pasien tampak tenang
58
Diagnosa
Tanggal SOAP TTD
Keperawatan
BB Pre HD : 48.5 kg
BB Post HD : 46,4 kg
TTV :
Pre HD
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,0 C
Intra HD
TD : 149/86
Nadi : 86
RR : 20
S : 36,0
Post HD
59
TD : 130/80
Nadi : 85
RR : 20
S : 36,0
P : Intervensi dihentikan
- Tekanan darah :
Pre HD
TD : 140/100 mmH/g
Intra HD
60
TD : 149/86
Post HD
TD : 130/80
- Spo 2 : 98 %
P : Intervensi dihentikan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney
Desease (CKD) di ruang Hemodialisa peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan. Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi
sejak 13 tahun lalu saat kehamilan anak ke 1 dengan keluhan berat badan
meningkat sudah melakukan hemodialisa sebanyak 392x dengan pola
eliminasi.
2. Diagnosis keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dan intervensi yang dilakukan pada Ny.R ,
di dapat diagnosa keperawatan, Hipervolemia, Perfusi perifer tidak efektif
dan Resiko penurnan curah jantung.
3. Intervensi
Intervensi SIKI di ambil berdasarkan diagnosa yang sudah di tentukan
yaitu manajemen Hipervolemi (I.15506), Perawatan Sirkulasi (I.02079)
dan Perawatan Jantung (I.02075)
4. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah di ambil dan
dilakukan selama satu hari yaitu kamis, 22/02/2024
5. Evaluasi
Evaluasi menggunakan SOAP dilakukan setalah pasien selesai
Hemodialisa, dengan hasil berat badan pasien menurun 2.1 kg, lemas
berkurang dan TTV membaik TD : 130/80 Nadi : 85 RR : 20 S : 36,0
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi perawat ruangan diharapkan dapat melanjutkan rencana tindak lanjut
61
62
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.
Alih bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
Lolowang (2021). Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi
Hemodialisa.
63
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al.,
3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing 2015 :
1035-1040.
64