Disusun Oleh:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1Latar Belakang.................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3Tujuan Penulisan.............................................................................................1
1.3.1Tujuan Umum...........................................................................................1
1.3.2Tujuan khusus...........................................................................................1
1.4Manfaat............................................................................................................2
1.4.1Untuk Mahasiswa.....................................................................................2
1.4.2Untuk Klien Dan Keluarga.......................................................................2
1.4.3Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)........................................2
1.4.4Untuk IPTEK............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1Konsep Penyakit..............................................................................................3
2.1.1Definisi......................................................................................................3
2.1.2Anatomi Fisiologi.....................................................................................3
2.1.3Etiologi......................................................................................................5
2.1.4Klasifikasi.................................................................................................6
2.1.5Patifisiologi...............................................................................................6
2.1.6Manifestasi klinis (tanda dan gejala)........................................................8
2.1.7Komplikasi................................................................................................9
2.1.8Pemeriksaan Penunjang............................................................................9
2.1.9Penatalaksanaan medis............................................................................10
2.2Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................11
2.2.1Pengkajian keperawatan..........................................................................11
2.2.2Diagnosa keperawatan............................................................................15
2.2.3Intervensi keperawatan...........................................................................15
2.2.4Implementasi keperawatan......................................................................17
2.2.5Evaluasi keperawatan..............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan penumpukan sisa
metabolisme (toksik uremik) di dalam tubuh (Muttaqin & Sari, 2011).
Keadaan dimana Penurunan cepat/tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi
ginjaldisebut gagal ginjal akut. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan
konsentrasikreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN (blood
Urea Nitrogen).Setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali
normal, sehingga yangmenjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan
produksi urin, Sedangkan dimana ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisicairan tubuh yang berlangsung progresif,
lambat, samar dan bersifat irreversible (biasanya berlangsung beberapa tahun) di
sebut dengan gagal ginjal kronis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu Bagaimana asuhan keperawatan pada Pasien dengan diagnosa
medis gagal ginjal kronis ?
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada Pasien dengan
diagnosa medis gagal ginjal kronis.
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga
Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan yang tepat pada Pasien
dengan diagnosa medis gagal ginjal kronis.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Institusi (Pendidikan Dan Rumah Sakit) dapat mengembangkan
pengetahuan mengenai sebuah asuhan keperawatan pada Pasien dengan diagnosa
medis gagal ginjal kronis.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk mengembangakan ilmu pengetahuan teknologi di bidang kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Gagal ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan
oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
irreversible (Mailani & Andriani, 2017).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan dan elektrolit, pasien gagal ginjal kronik harus menjalani terapi
hemodialisis secara terus menerus seumur hidup dan akan menimbulkan masalah
fisik dan psikologis yaitu depresi, pasien harus memiliki upaya dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinnya yang dikenal dengan mekanisme
koping (Pratama, Pragholapa, & Nurrohman, 2020).
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan perjalanan akhir dari
berbagai penyakit yang berhubungan dengan traktus urinarius dan ginjal, dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible sehingga tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit (Muzaenah & Makiyah, 2018).
Maka dapat disimpulkan bahwa PGK (Penyakit Ginjal Kronis) / CKD
(Chronic Kidney Disease) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kerusakkan atau kegagalan fungsi kerja dari ginjal.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
3
4
Pada umumnya struktur dari ginjal pada anatomi ginjal dibagi menjadi 3
bagian penting yakni meliputi :
1. Kulit Ginjal (sering disebut dengan korteks)
Jika dilihat bagian korteks, maka bisa ditemukan bagian glomerulus dan
juga bagian simpai bowman. Glomerulus dan juga simpai bowman akan
mulai melakukan pembentukan menjadi satu kesatuan yang dinamakan
sebagai badan malpighi. Pada bagian badan malpighi iniliah proses
penyaringan terhadap darah dimulai dan akan berlangsung.
Badan malpighi ialah bisa dikatakan sebagai awal dari nefron. Nefron
merupakan satuan dalam bentuk struktural dan juga fungsional. Dari bagian
badan malpighi akan mulai membentuk suatu saluran yang digunakan untuk
menuju ke bagian medula (sering disebut dengan sumsum ginjal).
2. Rongga Ginjal (sering disebut dengan pelvis renalis)
Pada bagian rongga ginjal akan bermuara ke bagian saluran yang bernama
saluran pengumpul. Dari bagian rongga tersebut, makan urine akan mulai
keluar dari bagian saluran ureter selanjutnya menuju ke bagian vesika
urinaria (sering disebut sebagai kandung kemih). Dari bagian kandung
kemih, kemudian urine akan mulai keluar dari bagian tubuh melewati
bagian yang bernama saluran uretra.
3. Sumsum Ginjal (Medula)
Medula (sering disebut dengan sumsum ginjal) terbentuk dari bagian
saluran-saluran yang bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari bagian badan
malphigi dan juga bagian saluran yang terdapat di bagian dalam korteks.
Rongga ginjal merupakan rongga yang mempunyai fungsi dalam
5
2.1.3 Etiologi
Berikut adalah beberapa etiologic dari CKD:
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronis, glomerulonephritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosismaligna, stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amyloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan obat-obatan seperti obat
analgesik dan obat antibiotik, penyalahgunaaan suplemen, nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
6
2.1.4 Klasifikasi
Gagal ginjal kronis dibagi 3 stadium
1. Stadium 1
Penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
2. Stadium 2
Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3
Gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
2.1.5 Patifisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR atau
daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾
dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
8
Diabetes melitus Paparan kimiawi Hipertensi dan Infeksi urinarius Obstruksi traktus
obesitas urinarius/batu
renal
Gagal ginjal
kronis
9
B1 B2 B3 B4 B5 B6
1
Sumber : Wahyudi, Andri Setiya. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media
10
suasana uremia toksik. Dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopen.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronis yang dapat muncul adalah
anemia, neuropati perifer, komplikasi kardiopulmunal, komplikasi GI
(gastrointestinal), disfungsi seksual, defek skeletal, parastesia, disfungsi saraf
motorik seperti foot drop dan paralisis flasid, serta fraktur patologis.
2. Dialysis
a. peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Terapi pengganti pada pasien GGK untuk dapat
mempertahankan hidup adalah hemodialisis (HD), yang bertujuan
menghasilkan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan
hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita GGK (Mailani &
Andriani, 2017).
c. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
d. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
4. CRT< 3 detik
18
2.3.3.2.2 Intervensi
1. Monitor tanda gejala pendarahan
2. Pertahankan bed rest selama perdarahan
3. Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
4. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
2.3.3.3 Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d penurunan kardiac output
2.3.3.3.1 Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
pasien dapat mencapai kriteria hasil :
1. Tekanan intracranial tidak ada deviasi dari kisaran normal
2. Muntah tidak ada
3. Penurunan tingkat kesadaran tidak ada
2.3.3.3.2 Intervensi
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Berikan posisi semi fowler
3. Cegah terjadinya kejang
4. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis
2.3.3.4 Hipovolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2.3.3.4.1 Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
pasien dapat mencapai kriteria hasil :
1. Edema berkurang
2. tidak ada lagi edema
3. mengedukasi tentang diet cairan
2.3.3.4.2 Intervensi
1. monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
3. edukasi tentang diet cairan
4. kolaborasi pemeberian diuretic jika perlu.
Muzaenah, T., & Makiyah, S. N. (2018). Pentingnya Aspek Spiritual Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisa: A Literature Review. Herb-
Medicine Journal, 98-102.
Abstrak
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang di tandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang ireversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal.
Masalah yang mengakibatkan kegagalan pada terapi hemodialisa adalah kepatuhan klien.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi, menggunakan sampel pasien GGK
yang mengikuti hemodialisa di RS Fatmawati sebesar 84 responden. Hasil univariat
menunjukkan, responden tidak patuh terhadap pembatasan cairan sebesar 76%, responden
mengalami overload sebesar 53,6%. Hasil bivariat (Chi-Square) dengan α=0,05,
didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan
dengan overload (p=0,35). Semakin besar klien patuh pada pembatasan cairan maka akan
semakin kecil terjadi overload.
Abstract
Chronic kidney failure (CKD) is a clinical condition indicated by irreversible
decline in kidney function on a certain level resulting in the need for kidney replacement
therapy. One of the replacement therapy is hemodialysis. Patients obedience to fluid
restriction is one of the factors affecting the success of hemodialysis therapy. This study
used descriptive-correlative method. The samples of this study are CKD patients taking
hemodialysis at Fatmawati Hospital amounted to 84 persons. The result showed 76% of
respondents were disobedient to fluid restriction and 53,6% suffer from fluid overload.
Study also found there was no significant relationship between the patients obedience and
the incidence of overload (p=0,35; α=0,05). The higher patients obedience to fluid
restriction, the less likelier fluid overload would happen.
1,2
e-mail: ritamelianna@ui.ac.id
Pendahuluan 100.000 orang Amerika (Brunner &
Gagal ginjal kronik adalah suatu Suddarth, 2002), kemudian di Rumah
keadaan klinis yang di tandai dengan Sakit Fatmawati jumlah klien
penurunan fungsi ginjal yang ireversible, hemodialisa tiap tahunnya terus
pada suatu derajat yang memerlukan meningkat yaitu pada tahun 2009
terapi pengganti ginjal (Sudoyo, 2006). berjumlah 6.339, dan pada tahun 2010
Istilah penyakit ginjal tahap akhir atau berjumlah 7200 orang.
End Stege Renal Disease (ESRD) Kondisi ketergantungan pada mesin
digunakan oleh pemerintah seperti dialisis menyebabkan terjadinya
Health Care Financing Administration perubahan dalam kehidupan penderita
(HCFA) sinonim dengan gagal ginjal gagal ginjal kronis yang melakukan
kronik. terapi hemodialisa. Gaya hidup terencana
Menurut United State Renal Data berhubungan dengan terapi hemodialisa,
System (USRDT, 2008) di Amerika pembatasan asupan makanan dan cairan,
Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal kesulitan dalam mempertahankan
kronik meningkat sebesar 20-25% setiap pekerjaan, dorongan seksual yang
tahunya. Di Kanada insiden penyakit menghilang serta komplikasi hemodialisa
gagal ginjal kronik tahap akhir menjadi dasar perubahan gaya hidup
meningkat rata- rata 6,5 % setiap tahun pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
(Canadian for Health Information terapi hemodialisa (Brunner & Suddarth,
(CIHI), 2005), dengan peningkatan 2001).
prevalensi 69,7% sejak tahun 1997 Kesuksesan hemodialisis
(CIHI, 2008) (Coresh et al 2003, dalam tergantung pada kepatuhan pasien, pada
Thomas 2008). populasi pasien hemodialisa prevalensi
Di Indonesia prevalensi penderita ketidakpatuhan cairan antara 10% sampai
gagal ginjal kronik diperkirakan semakin 60%, ketidakpatuhan diet 2% sampai
meningkat. WHO memperkirakan terjadi 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,
peningkatan penderita gagal ginjal kronik ketidakpatuhan obat 9%, pasien
antara tahun 1995- 2025 sebesar 41,4%. hemodialisa mengalami kesulitan lebih
Berdasarkan data dari Yayasan tinggi dalam pengelolaan kontrol
Ginjal Diatras Indonesia (YGDI) RSU pembatasan asupan cairan ( Rustiawati,
AU Halim Jakarta, pada tahun 2006 ada 2012).
sekitar 100.000 orang lebih penderita Masalah yang mengakibatkan
gagal ginjal kronik di Indonesia, kegagalan pada terapi hemodialisa adalah
sedangkan di RSUP Fatmawati pada masalah kepatuhan klien, secara umum
tahun 2012 berjumlah 279 orang. kepatuhan (Adherence) didefenisikan
Meningkatnya prevalensi gagal sebagai tingkat perilaku seseorang yang
ginjal tahap akhir yang dirawat dapat mendapatkan pengobatan, mengikuti
dihubungkan dengan peningkatan jumlah diet, dan atau melaksanakan perubahan
pasien yang menjalani terapi pengganti gaya hidup sesuai dengan rekomendasi
ginjal (TPG) atau Replacement Renal pemberi pelayanan kesehatan (WHO,
Therapy (RRT). 2003).
Suhardjon (2007) dalam Arifin Kepatuhan terhadap rejimen
(2009) menyatakan bahwa insiden pengobatan dapat mencegah atau
penderita gagal ginjal tahap akhir dengan meminimalkan komplikasi yang terkait
terapi pengganti ginjal di Indonesia dengan hemodialisa, dan merupakan
mengalami peningkatan dengan rerata faktor penting yang berkontribusi untuk
tahun 2006 sebesar 30,7 % penduduk kelangsungan hidup dan kualitas hidup
pertahun. Hemodialisa merupakan (Atreja, Bellan, & Levy, 2005, dalam
prosedur yang dilakukan pada lebih dari
Jonh, Anggela, Masterson & Rosemary. Pada tahun 2011 pasien yang
2012 ). dirawat di ruang High Care Unit lantai
Sebagai akibat dari ketidakpatuhan enam RS Fatmawati dengan kasus gagal
terapi, biaya dan kompleksitas perawatan ginjal kronik yang menjalani HD karena
dapat meningkat, sehingga lebih sesak napas, edema ( overload), asidosis
meningkatkan beban pada sistem metabolik, sebelum hemodialisa
perawatan kesehatan, klien dengan terapi berikutnya berjumlah 13 orang.
hemodialisa harus patuh terhadap Hal ini diasumsikan oleh
program pengobatan karena jika tidak ketidakpatuhan terhadap pembatasan
patuh maka akan menimbulkan cairan. Studi pendahuluan yang
komplikasi, dan biaya perawatan akan dilakukan terhadap delapan orang klien
lebih mahal. gagal ginjal kronik yang menjalani
Rejimen pengobatan yang komplek hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah
akan memungkinkan klien semakin besar Sakit Fatmawati menunjukan bahwa
tidak patuh (Renal Rehabilitasi Report, ketidakpatuhan terhadap program
2007), karakteristik pengobatan ESRD pembatasan cairan terjadi karena
dengan dalisis yang berkontribusi berbagai alasan yaitu empat orang
terhadap ketidakpatuhan meliputi: merasa haus atau cuaca panas, satu orang
pengobatan seumur hidup, rejimen karena bosan, dan tiga orang minum
pengobatan yang kompleks, kesulitan banyak karena akan dilakukan
memahami dasar program pengobatan, hemodialisa.
dan konsekuensi jangka pendek Tujuan penelitian ini adalah
ketidakpatuhan mungkin tidak jelas. mengetahui bagaimana hubungan
Pasien gagal ginjal kronik yang kepatuhan pembatasan cairan terhadap
menjalani hemodialisa yang patuh lebih terjadinya overload pada pasien gagal
banyak daripada yang tidak patuh, yaitu ginjal kronik post hemodialisa di ruang
sebanyak 71,3 % (112 orang), yang tidak hemodialisa Rumah Sakit Fatmawati.
patuh didapatkan sebanyak 28,7 % (45 Metode
orang) (Nita Syamsiah, 2011). Penelitian Metode yang digunakan dalam
Ahmad Sapri (2004) di RSUD Abdul penelitian ini merupakan studi deskriptif
Moeloek Bandar Lampung tentang korelasi, yang melibatkan responden
kepatuhan dalam mengurangi asupan pasien yang menderita GGK sebanyak 84
cairan pada pasien GGK yang menjalani orang seleksi menggunakan dengan
HD menunjukkan 67, 3 % pasien yang tehnik Consecutive sampling.
patuh dan 32,7 % pasien yang tidak Penelitian ini bertujuan untuk
patuh. mengetahui hubungan kepatuhan
Tingginya persentasi pasien yang pembatasan cairan terhadap terjadinya
tidak patuh mengakibatkan kerugian overload pada pasien GGK post
jangka panjang yaitu kerusakan sistem hemodialisa. Instrumen dalam penelitian
kardiovaskuler, gagal jantung, hipertensi menggunakan kuisioner 3 bagian yaitu
dan edema paru serta kerugian jangka demografi responden, paparan tentang
pendek yaitu edema, nyeri tulang dan tentang kepatuhan dan overload.
sesak napas (Jonh, Anggela, Masterson
& Rosemary. 2012). Penelitian Hasil Penelitian
menyatakan bahwa mereka yang Distribusi Karakteristik Responden
mengalami tingkat haus yang lebih Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
menunjukan ketidakpatuhan daripada Variabel Kategori Frekuensi (%) n=
mereka yang melaporkan tidak merasa 84
haus. Usia Remaja (12- 2 (2,4%)
18 tahun)
Dewasa awal 13 (15,5 %)
Variabel Kategori Frekuensi (%) n=
84 Variabel Kategori Frekuensi
(>18-35 (%) n=84
tahun) Kepatuhan Patuh 27 (32%)
Dewasa 23 (27, 3%)
Tidak patuh 57 (68%)
tengah (>35-
55 tahun)
Tidak
patuh
Tabel 1 menjelaskan usia remaja kepatuhan di RS Fatmawati Mei 2013 (n=
(12-18 tahun) sebanyak 2,4%, dewasa 84)
awal (>18-35 tahun) sebanyak 15,5%,
dewasa menengah ( >35- 55 tahun)
sebanyak 27,3%, dewasa akhir (> 55
tahun) sebanyak 44%. Hal ini
menunjukan usia responden paling
banyak adalah dewasa akhir (> 55 tahun).
Distribusi jenis kelamin laki-laki
sebanyak 48 orang atau 57,1% sedangkan
perempuan sebanyak 36 orang atau
42,9% mayoritas responden berjenis
kelamin laki-laki.
Responden dengan latar belakang
Sekolah Dasar sebanyak 10 orang atau
11,9%; SMP sebanyak 15 orang atau
17,9%; SMA sebanyak 36 orang atau
42%; dan Perguruan Tinggi sebanyak 23
orang atau 27,4%. Mayoritas responden
berada pada pendidikan SMA. Ditinjau
dari lama menjalani HD HD < 12 bulan
sebanyak 38 orang atau 45,2%, dan >12
bulan sebanyak 46 orang atau 54,8 %.
Responden lebih banyak yang menjalani
HD > dari 12 bulan.
Status kepatuhan
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan
Usia
1.Remaja (12-18) 1 1
2. Dewasa awal (>18- 2 11
35) 10 22
3. Dewasatengah 14 23
(>35-55)
4. Dewasa akhir
(>55) Jenis
kelamin
1. Laki-laki 14 34
2. Perempuan 12 23
Pendidikan
1.SD 1 9
2.SMP 3 12
3.SMA 11 25
4.PT 12 11
Lama HD
1.≤12 bulan 15 23
2.>12 bulan 12 34
Email: angga.satria@bku.ac.id
ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan dan elektrolit, pasien gagal ginjal kronik harus menjalani terapi
hemodialisis secara terus menerus seumur hidup dan akan menimbulkan masalah fisik dan psikologis yaitu depresi, pasien
harus memiliki upaya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinnya yang dikenal dengan mekanisme koping. Tujuan
penelitian untuk mengetahui mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di unit
hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung.Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Sampel
dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu sebanyak 51 responden pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisis.Hasil penelitian mekanisme koping lebih dari setengahnya adalah mekanisme koping adaptif sebanyak
38 orang (74.5%). Berdasarkan hasil penelitian Perawat di ruang hemodialisa diharapkan dapat meningkatkan asuhan
keperawatan secara menyeluruh yang bukan hanya biologisnya saja tapi pada psikologis pasien gagal ginjal kronik juga,
seperti memberikan konseling sehingga pasien mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
ABSTRACT
Chronic renal failure is a progressive and irreversible renal disorder in which the body's ability to fail to maintain metabolism
and balance and electrolytes, patients with chronic renal failure must undergo continuous hemodialysis therapy for life and it
will cause physical and psychological problems namely depression, patients must have the effort to resolve the problem that
is facing by knowing the coping mechanism. The purpose of this study was to determine the coping mechanism in chronic
kidney failure patients undergoing hemodialysis therapy in the hemodialysis unit of Regional Public Hospital of Bandung
City.The research method used quantitative descriptive. The sample in this study used a total sampling of 51 respondents
from chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis therapy.The results of research on coping mechanisms more
than half are adaptive coping mechanisms as many as 38 people (74.5%). Based on the results of research Nurses in the
hemodialysis room are expected to improve overall nursing care that is not only biologically but also psychologically in
patients with chronic kidney failure, such as providing counseling so that patients are able to use adaptive coping
mechanisms.
PENTINGNYA ASPEK SPIRITUAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISA: A LITERATURE REVIEW
Tina Muzaenah1, Sri Nabawiyati Nurul Makiyah2
1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: 1311020173tina@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit terminal yang mempengaruhi
kualitas hidup pasien. GGK menimbulkan ketidakseimbangan biologi, psikologi, sosial dan spiri-
tual. Gangguan spiritual menyebabkan gangguan psikologis berat seperti bunuh diri. Pen-
dekatan spiritual perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani
hemodialisa baik dari keluarga maupun tenaga medis.
Tujuan: Melakukan literature review terhadap artikel-artikel yang meneliti tentang aspek spiritu-
alitas dan kebutuhan spiritual pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa.
Desain: Literature review
Metode: Menggunakan database dengan penelusuran elektronik pada EBSCO, Google, Google
Scholar, ProQuest dan PubMed yang dipublikasikan pada tahun 2013-2017
Hasil: Enam artikel dipakai dalam review. Empat artikel menyarankan komponen-komponen ke-
sejahteraaan spiritualitas harus dipertimbangkan dan dirumuskan dalam program perawatan
pasien dengan hemodialisa, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, kualitas tidur, mengu-
rangi kecemasan dan rasa takut akan kematian. Salah satu artikel menyarankan agar perawat
dialisis membuat program-program yang mendukung kegiatan spiritualitas pasien predialisis dan
dialisis. Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistic (biop-
sikososiospiritual), selain perawatan fisik perawat juga memberikan perawatan dengan pen-
dekatan spiritual (Spiritual care). Doa dan sholat merupakan aktivitas yang dapat memperbaiki
pasien dan membantu mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian.
Kesimpulan: Pemenuhan aspek spiritualitas dan kebutuhan spiritual pasien gagal ginjal kronik
ABSTRACT
Background: Chronic renal failure (CRF) is a terminal illness affects the patient's quality of life.
CRF creates a biological, psychological, social and spiritual imbalance. Spiritual disorders cause
severe psychological disorders such as suicide. The spiritual needs to improve the quality of life
of patients with CRF undergoing hemodialysis from their families and medical personnel.
Objective: Conduct literature review of articles that examine the spiritual aspects and spiritual
needs of chronic renal failure patients with hemodialysis.
Design: Literature review
Methods: Searches on the EBSCO database, Google, Google Scholar, ProQuest and PubMed
published in 2013-2017 Result: Six articles are used in the review. Four articles suggest compo-
nents of spiritual welfare should be considered and formulated in a patient care program with
hemodialysis, to improve patient quality of life, sleep quality, reduce anxiety and fear of death.
One article suggests dialysis nurses make programs support the activities of the patient's spiritu-
ality of predialysis and dialysis. Nurses are expected to provide holistic nursing care (biopsy-
chosociospiritual), in addition to physical care also care with a spiritual approach (Spiritual care).
Prayer and prayer are activities that improve the patient, helping to reduce anxiety and fear of
death.
Melalui doa orang dapat mengekspresikan perasaan, harapan dan 2017 dan kriteria ekslusi: (i) Artikel yang terduplikat;
kepercayaanya kepada Tuhan.5
Tujuan makalah ini untuk melakukan literature review terhadap artikel- (ii) Artikel yang tidak dipublikasi dalam jurnal ilmiah.
artikel yang meneliti tentang aspek spiritualitas dan kebutuhan
spiritual pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa Artikel-artikel yang telah diperoleh dan memenuhi kriteria inklusi dan
METODE eksklusi kemudian dianalisis, dibandingan antara artikel yang satu
dengan yang lain, dibahas dan disimpulkan.
Strategi pencarian HASIL
Penyusunan literature review ini menggunakan berbagai database Proses seleksi terhadap artikel yang termasuk dalam literature review
dengan melakukan penelusuran elektronik pada EBSCO, Google, ini ditunjukan pada Gambar 1. Hasil dari strategi pencarian database
Google Scholar, ProQuest dan PubMed yang telah dilakukan sejak ada 1.534 artikel yang diperoleh, akan tetapi terdapat 1.482 artikel
bulan November sampai Desember 2017. Pencarian dibatasi pada yang dikeluarkan, karena tidak
dokumen yang dipublikasikan pada tahun 2013 sampai dengan tahun berhubungan dengan pertanyaan penelitian.
2017 yang tersedia dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Terdapat enam artikel yang memenuhi kriteria inklusi dari semua artikel
Beberapa istilah atau kata kunci digabungkan untuk mendapatkan yang telah diidentifikasi. Artikel-artikel
dokumen yang tepat sebagai strategi pencarian seperti menggunakan tersebut membahas
istilah “Spiritual needs”+“Hemodialysis”, Spiritual AND Hemodialysis, tentang kesejahteraan spiritual, pengalaman
Spiritual need AND Chronic Kidney Disease, Spirituality AND/OR spiritualitas, dan aspek spiritualitas pada pasien dengan hemodialisa.
Chronic Kidney Disease, Gagal ginjal kronik + Hemodialisa + Spiritual Terdapat satu artikel yang ditulis dengan bahasa Indonesia, dan artikel
pdf. yang lainnya dengan bahasa inggris. Dua dari enam artikel yang
Kriteria pemilihan artikel direview adalah original research. Dua studi deskriptif, tiga studi cross-
sectional-korelasi dan satu studi kohort (Tabel 1). Enam artikel yang
Dalam proses seleksi terhadap artikel yang termasuk dalam literature direview, dua studi diskriptif mengeksplorasi
review ini harus memenuhi kriteria inklusi: (i) Penelitian tentang aspek tentang pemenuhan pengalaman
spiritualitas pasien gagal ginjal kronik; (ii) Penelitian tentang pasien spiritual dan kesejahteraan spiritual pasien dengan hemodialisa,
gagal ginjal kronik dengan hemodialisa; (iii) Penelitian empat artikel menyarankan komponen-komponen
yang dipublikasikan pada tahun 2013 sampai dengan kesejahteraaan spiritualitas harus dipertimbangkan dan dirumuskan
dalam program
perawatan pasien dengan hemodialisa untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien, kualitas tidur dan mengurangi Gambar 1. Proses seleksi artikel
kecemasan serta rasa takut akan kematian, satu artikel menyarankan
agar perawat dialisis membuat program-program yang dapat
mendukung kegiatan spiritualitas pasien predialisis dan dialisis. Artikel yang relevan yang diidentifikasi dengan
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara pencarian elektronik databased:
holistic (biopsikososiospiritual), selain perawatan fisik perawat juga n = 1.534
memberikan perawatan dengan pendekatan spiritual (spiritual care), Google Scholar: n = 765 Pubmed: n = 37 Google: n =
dan satu artikel menyebutkan bahwa doa dan sholat merupakan 292 EBSCO: n = 393 dan ProQuest: n = 47
aktivitas yang dapat memperbaiki pasien dan membantu mengurangi
kecemasan dan rasa takut akan kematian.
Artikel yang
dikeluarkan:
n = 1.497
Artikel yang
tersaring:
n = 37
Artikel yang
dikeluarkan:
n = 21
Jumlah artikel
dengan full-
text: n = 16
Artikel
dengan full-
text yang
dikeluarkan:
n = 10
Artikel yang
masuk dalam
review:
n=6
PEMBAHASAN sesak nafas, 4) perubahan aktifitas; tidak lagi bekerja dan tidak
melakukan aktifitas apapun, tidak lagi mengikuti kegiatan di lingkungan
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit terminal yang mempengaruhi dan jarang keluar rumah.9,10 Mengingat keterbatasan GGK dan
kualitas hidup pasien termasuk masalah spiritualitas.6 Diantara pengobatannya, spiritual dapat dijadikan sebagai sumber daya koping
penyakit paling merusak yang mempengaruhi kehidupan manusia tambahan.11
adalah gagal ginjal kronik, yang menyebabkan kelelahan, mengubah Penulisan ini mereview artikel-artikel yang membahas tentang agama,
rutinitas kehidupan, dan menghasilkan efek samping terkait aspek spiritualitas, kesejahteraan spiritualitas, kesehatan spiritual, dan
perawatan, yang menimbulkan berbagai tanda dan gejala mengarah kebutuhan spiritual pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa.
pada ketergantungan terhadap penggunaan obat yang terus Pada abad terakhir ini, WHO menciptakan Quality of Life Group, yang
berkelanjutan dan kesulitan untuk beradaptasi dengan perangkat dan menyentuh ranah spiritualitas/agama/keyakinan pribadi dalam
perawatan yang menggantikan fungsi alami ginjal.7 Dan diantara instrumennya secara global untuk menilai kualitas hidup.8 Selama dua
perawatan tersebut adalah hemodialisa yang merupakan salah satu dekade terakhir, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
alternatif yang paling banyak digunakan dan sangat diperlukan, spiritualitas dapat mempromosikan penyesuaian psikososial untuk
mampu memperpanjang hidup, dan biasa digunakan untuk penyakit kronis dan terminal.12,13 Spiritualitas telah ditekankan berkaitan
menangani GGK di beberapa negara.8 dengan kualitas proses kehidupan.7
Gagal ginjal kronis dan prosedur terapeutik seperti Hemodialisa AGAMA
menghasilkan perubahan gaya hidup dan status kesehatan individu.
Masalah ini tidak hanya membahayakan kesehatan fisik tapi juga Agama/kepercayaan agama dapat memberi individu rasa
dimensi kesehatan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan yang lebih besar.14,15,8 Agama dan spiritualitas dianggap
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami sebagai sumber penting untuk mengatasi kejadian kehidupan yang
empat perubahan, yaitu: 1) perubahan psikologis; rasa takut terhadap penuh tekanan.7 Religiositas dan spiritualitas adalah dimensi
terapi, cemas terkait ketidakpastian sakit, cemas terkait peran dan kesejahteraan yang penting dan mengatasi penyakit. Pengetahuan
tanggung jawab serta penolakan dan marah, 2) perubahan fisik; yang lebih dalam tentang agama
penurunan berat badan dan edema, 3) perubahan fungsi tubuh; mual,
insomnia, lemas, cepat merasa lelah dan
dan keyakinan spiritual dibutuhkan, karena dapat mempengaruhi dan kecemasan psikologis dan ketakutan akan
pengobatan dan pemulihan pasien yang menderita penyakit kronis.16 kematian.22
Penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis dapat berpengaruh Tingkat kepercayaan agama dan aktivitas keagamaan yang tinggi,
terhadap hubungan dengan Yang Maha Tinggi menyangkut iman dan menyebabkan berkurangnya ketakutan akan kematian.22 Dalam hal ini
harapan hidup.17 Seseorang yang didiagnosa dengan penyakit kronis sebuah penelitian menyebutkan bahwa sholat sebagai aktivitas spiritual
sering menganggap dirinya berbeda dengan orang lain dan mulai untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan akan kematian
merasakan kesepian yang mendalam. Pasien dengan penyakit kronis disebabkan percepatan penyembuhan.23 ASPEK SPIRITUALITAS
cenderung merasa cemas terhadap penyakit yang dialaminya, mereka Spiritualitas merupakan kontributor health- related quality of life yang
mulai membatasi hubungan dan aktifitas sosial sehingga penting bagi pasien dengan penyakit yang membatasi kehidupan.24
menimbulkan harga diri rendah dan perasaan negatif terhadap diri Spiritualitas merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari kualitas
sendiri. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat termasuk perawat hidup individu dan merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien.10 American Psychiatric bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Spiritualitas
Association merekomendasikan agar dokter meminta pasien untuk mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan
menjadi religius dan memiliki orientasi spiritual.18 menggunakan medium sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya.4
Hasil penelitian menunjukkan keterlibatan agama dan kesehatan Komponen spiritualitas terdiri dari hubungan manusia dengan alam,
dengan tujuan terapeutik, menunjukkan bahwa orang beragama hubungan dengan dirinya sendiri dan hubungan dengan orang lain.
mempunyai gaya hidup yang lebih sehat dan kualitas hidup yang lebih Domain spiritual mengacu pada pencarian makna dan jawaban aspek
baik.19,15,20 Orang Brasil mengungkapkan iman yang kuat kepada fundamental kehidupan melalui pengalaman suci dan transenden, yang
Tuhan, dan dalam dimensi spiritual banyak peningkatan aspek dapat memperbaiki kondisi kesehatan.25,26 Spiritualitas mencakup nilai,
kesehatan lebih kepada kekuatan spiritual daripada perawatan medis prinsip, kepercayaan, kekuatan batin, universal, subyektif, multidimensi
yang diterima.21,8 Iman kepada Tuhan dan perhatian yang lebih besar dan transendental, umumnya dialami secara individual.8
dan penuh terhadap hal-hal rohani mengurangi kegelisahan
Empat tema spiritualitas pada pasien penyakit ginjal kronik yang mengurangi ketegangan penyakit yang akan
menjalani hemodialisa yaitu: 1) Mendekatkan diri kepada Tuhan berpengaruh juga terhadap kualitas tidur pasien.18 KESEHATAN
seperti rajin beribadah, memperdalam ilmu agama, dan memperbaiki SPIRITUAL
kualitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari. 2) Dukungan dari orang Penelitian yang dilakukan pada dokter keluarga, 96%
terdekat, seperti dukungan dari keluarga, pasangan hidup, dan responden percaya bahwa kesehatan spiritual merupakan faktor
teman-teman terdekat. 3) Mempunyai harapan kesehatan yang penting.18 Kesehatan spiritual memiliki dua ukuran.
besar untuk sembuh, seperti mencoba pengobatan non medis, yakin Dimensi vertikal yang dilibatkan komunikasi metafisik dan horisontal
dengan mukjizat dan selalu berdoa agar diberi kesembuhan. 4) dimensi yang mencakup komunikasi dengan lingkungan dan lainnya.7
Menerima dengan ikhlas penyakit yang diderita, seperti menerima Penelitian pada pasien dialisis yang dilakukan oleh Sharifnia et al.
penyakit sebagai bagian dari cobaan dari Tuhan.6 Hal ini menunjukkan (2012), ditemukan bahwa mereka yang mendengarkan doa selama
bahwa pasien yang menjalani hemodialisa menggunakan pendekatan perawatan adalah sebagai bentuk kesehatan spiritual. Dokter Matthaus
spiritualitas sebagai koping untuk menghadapi penyakit terminal yang percaya dan mendorong pasien untuk berlatih dan percaya bahwa doa
dideritanya. KESEJAHTERAAN SPIRITUALITAS dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
Beberapa peneliti telah mencatat bahwa spiritualitas saling terkait erat pengobatan.29,22 KEBUTUHAN SPIRITUAL
dengan keseluruhan kesejahteraan individu.27 Kesejahteraan spiritual Pasien GGK diketahui mempunyai pengalaman health-related quality
meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi suatu penyakit of life (HRQL) yang buruk.30,19 Dalam dua penelitian menunjukkan
dan mempercepat pemulihan.28 Konsep kesejahteraan spiritual diukur bahwa spiritualitas, lebih spesifiknya existential well-being (EWB) dapat
melalui bagaimana Individu secara subjektif memahami kepercayaan meningkatkan HRQL pasien GGK dan pasien GGK memiliki kebutuhan
mereka, berpengalaman ketika pasien menemukan tujuan yang spiritual yang tidak terpenuhi.11,31 Kebutuhan spiritual pasien yang
membenarkan melakukan sesuatu dalam hidup.8 Kesejahteraan menjalani hemodialisa meliputi menguatkan hubungan dengan Tuhan,
mental dan spiritual pasien hemodialisa mempunyai peran yang diri sendiri dan orang lain.6 Pemenuhan kebutuhan spiritual pada
sangat penting sebagai faktor yang mempengaruhi relaksasi mental pasien gagal ginjal kronik merupakan salah satu cara untuk
dan meningkatkan makna dan harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup,
dan
meningkatkan kepercayaan diri pasien meskipun dalam kondisi Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Sri Nabawiyati Nurul
kesehatan yang tidak mendukung.10 KESIMPULAN Makiyah selaku pembimbing, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan tempat penulis menimba ilmu, dan Universitas Muhammadiyah
Tuhannya dengan menggunakan medium sholat, puasa, zakat, haji, Purwokerto tempat penulis bekerja.
doa dan sebagainya. kesejahteraan spiritual dapat meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
kemampuan pasien untuk mengatasi suatu penyakit dan 1. Report of Indonesia Renal Registry (IRR). (2014).
mempercepat pemulihan serta mengurangi kecemasan dan 2. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan
ketegangan penyakit yang berpengaruh juga terhadap kualitas tidur Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
pasien. Indonesia.
Kebutuhan spiritual pasien yang menjalani hemodialisa meliputi 3. National Kidney an Urologic Diseases Information
menguatkan hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain. Clearinghouse. Kidney disease statistic for the United States.
Pemenuhan aspek spiritualitas dan kebutuhan spiritual pada pasien NH Publication. 26 November 2012.
gagal ginjal kronik penting sebagai salah satu cara untuk
4. Hawari D. (2002). Dimensi religi dalam praktek psikiatri dan
meningkatkan makna dan harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup,
psikologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
dan meningkatkan kepercayaan diri pasien meskipun dalam kondisi
kesehatan yang tidak mendukung serta mengurangi kecemasan dan
5. Carpenito L. J. (2000). Diagnosa keperawatan aplikasi pada
rasa takut akan kematian dengan aktivitas spiritual seperti sholat dan praktik linik . Edisi 6. Jakarta : EGC
doa. 6. Mailani F., Setiawan S. (2015). Pengalaman spiritualitas pada
KONFLIK pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. J.
Keperawatan Padjadjaran 3.
Tidak terdapat konflik pada peneliti 7. Ebrahimi H., Ashrafi Z., Eslampanah G., Noruzpur
F. (2014). Relationship between spiritual well- being and quality of life
KONSTRIBUSI PENULIS in hemodialysis patients.
J. Nurs. Midwifery Sci. 1, 41–48.
TN: Mebuat dan menyusun artikel SNNM: Membantu mencari juranal 8. Pilger C., Santos R.O.P. dos, Lentsck M.H., Marques S.,
yang akan dituju untuk publish dan mengarahkan susunan pembuatan Kusumota L. (2017). Spiritual well- being and quality of life of
artikel. UCAPAN TERIMA KASIH older adults in hemodialysis. Rev. Bras. Enferm. 70, 689–696.
9. Asty, Hamid, Putri. (2014). Gambaran perubahan hidup klien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. 10(2), 172-18.
10. Lestari I., Safuni N. (2016). Pemenuhan kebutuhan spiritual
pada pasien gagal ginjal kronik rumah sakit umum Aceh. J. Ilm.
Mhs. Fak. Keperawatan 1.
11. Davison S., Jhangri G.S. (2010). Existential and religious
dimensions of spirituality and their relationship with health-
related quality of life in chronic kidney disease. Clin J Am Soc
Nephrol 5(11), 1969-7.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20651152
12. Albaugh J.A. (2003). Spirituality and life- threatening illness: a
phenomenological study. Oncol Nurs Forum 30, 593-598.
13. Tatsumara Y., Maskarinec G., Shumay D.M., Kakai H. (2003). Organization. Soc Sci Med.
Religious and spiritual resources, CAM, and conventional https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8560308.
treatment in the lives of cancer patients. Altern Ther Health 25. Lepherd L. (2015). Spirituality: everyone has it, but what is it?
Med 9, 64-71. Int J Nur Pract 21(5), 566-74.
14. Chatrung C., Sorajjakool S., Amnatsatsue K. (2014). Wellness http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/ijn.122 85
and religious coping among Thai individuals living with chronic 26. Szaflarski M., Kudel I., Cotton S., Leonard A.C., Tsevat J.,
kidney disease in Southern California. J Relig Health 54(6), Ritchey P.N. (2014). Multidimensional assessment of
2198- 211. spirituality/religion in patients with HIV: conceptual framework
15. Cruz J.P., Colet P.C., Quabeilat H., Al-Otaibi J., Coronel E.L., dan empirical refinement. J Relig Health 51(4), 1239-60.
Suminta R.C. (2016). Religiosity and Health-Related Quality 27. Cheraghi M., Molavi H. (2006). The relationship between
of Life: A Cross- Sectional Study on Filipino Christian different aspects of religious and public health at University of
Hemodialysis Patients. J Relig health 55(3), 895- 908 Isfahan. JNEA 2(2), 1-22.
16. Silva M.S., Kimura, M., Stelmach, R., Santos, 28. Potter P., Perry A., editors. (2003). Basic nursing. St Louis:
V.L.G. (2009). Quality of life and spiritual well- being in chronic Mosby Company.
obstructive pulmonary disease patients. Rev Esc Enferm USP. 43(S): 29. Sharifnia, S.H., Hojjati, H., Nazari, R., Qorbani, M., Akhoondza-
1 187-92. de, G. (2012). The effect of prayer on mental health of
17. Young & Koopsen. (2011). Spirituality, health, and healing, an hemodialysis patients. Journal of Critical Care Nursing, 5(1):
integrative approach. Second Edition 29-34.
18. Eslami A.A., Rabiei L., Khayri F., Rashidi Nooshabadi M.R., 30. Finkelstein F.O., Wuerth D., Finkelstein S.H. (2009). Health
Masoudi R. (2014). Sleep quality and spiritual well-being in related quality of life and the CKD patient: challenges for the
hemodialysis patients. Iran. Red Crescent Med. J. 16. nephrology community. Kidney Int 76, 946-952.
19. Mapes D.L., Bragg-Gresham J.L., Bommer J., Fukuhara S., 31. Davison S.N., Jhangri G.S. (2013). The Relationship between
McKevitt P., Wikstrom B.,, et al. (2004). Health-related quality spirituality, psychosocial adjustment to illness, and health-
of life in the Dialysis Outcomes and Practice Patterns Study related quality of life in patients with advanced chronic kidney
(DOPPS). Am J Kidney Dis 44(Supll 2), 54–60. disease. J. Pain Symptom Manage. 45, 170–178.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15486875 https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2012.02.01 9
20. Tan H., Wutthilert C., O’Connor M. (2011). Spirituality and
quality of life in older people with chronic illness in Thailand.
Prog Palliat Care 19(4), 177-85.
21. Rocha N.S., Fleck M.P.A. (2011). Evaluation of quality of life
and importance given to spirituality/religiousness/persona
beliefs (SRPB) in adults with and without chronic health
conditions. Rev Psiq Clin 38(1),19-23.
22. Mahboub M., Ghahramani F., Shamohammadi Z., Parazdeh
S. (2014). Relationship between daily spiritual experiences
and fear of death in hemodialysis patients. J. Biol. Todays
World 3, 7– 11.
23. Taghizadeh K., Asadzdani M., Tadrisi S.D., Ebadi
A. (2011). Effect of Prayer on Severity of Patients Illness in Intensive
Care Units. Journal of Critical Care Nursing 4(1),1-6.
24. WHOQOL. (1995). Whoqol Group The World Health
Organization quality of life assessment: Position paper from
the World Health
REFFERENSI
Arif & Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika.
Armiyanti. Y , Rahayu. D. A. (2014). Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping Pasien
CKD yang menjalani Hemodialisis Di RSUD Kota Semarang.
Colvy Jack. (2010). Gagal Ginjal (Tips Cerdas Mengenali & Mencegah Gagal Ginjal). Yogyakarta :
DAFA Publishing.
Georgianni, S & Babatsikou, P. (2014). Psychological Aspects in Chronic Renal Failure. Health
Sciance Journal.
ABSTRACT
Diet on chronic renal failure patient is very important to avoid the appearance of uremia effect, liquid
hoarding which can affect heart congestive failure and heart edema so that the death is last final.
Family support is a factor that influences obedience. The aim of this research was to know the correla-
tion of family support with diet obedience on chronic renal failure patient in Dr. ReksodiwiryoTk III
hospitalPadang on year 2017. This research used descriptive analytic with the research design was
cross sectional study. This research had been done on October 2016 to Mei 2017. The population in
this research was 161 people and the sample was taken by accidental sampling in two weeks for 62 re-
spondents at Hemodialisa room in Dr. ReksodiwiryoTk III hospitalPadang. The data analysis was
done by computerization and analyzed in univariat with frequency distribution and bivariat used chi-
square test with p value <0,05. The result of this research showed that more than a half respondent
(62,9%) had high disobedience and more than a half respondent (61,3%) got less family support.
Based on the statistic test, it showed that there was a useful relationship between family support and
diet obedience (p= 0,003). To increase family support on diet obedience, it is suggested to medic and
family to give the information, attention, and support to patient in doing diet therapy.
ABSTRAK
Diet pada pasien gagal ginjal kronik sangat penting mengingat adanya efek uremia, penumpukan
cairan yang dapat menyebabkan gagal jantung kongestif serta edema paru sehingga berujung pada
kematian. Dukungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal gin-
jal kronik di Rumah Sakit Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2017.Penelitian ini bersifat Deskrip-
tif Analitik dengan desain penelitian Cross Sectional Study. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
Oktober 2016 - Mei 2017 . Populasi dalam penelitian ini sebanyak 161 orang, sampel diambil secara
accidentalsampling dengan batasan waktu 2 minggu sampel sebanyak 62 orang di Ruangan Hemodi-
alisa Rumah Sakit Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang. Pengolahan data secara komputerisasi, dianalisis
secara univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi-Square dengan p value
<0,05.Hasil yang didapatkan bahwa lebih separuh (62,9%) responden memiliki ketidakpatuhan tinggi
dan lebih dari separuh (61,3%) responden mendapatkan dukungan keluarga kurang baik.
Berdasarkan uji statistic didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet (p= 0,003). Untuk meningkat dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet dis-
arankan bagi tenaga kesehatan dan keluarga untuk memberikan informasi, perhatian dan dukungan
kepada pasien dalam menjalani terapi diet.
data dilakukan dengan pengisian kuisioner Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
yang dibagikan kepada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani hemodialisa, dengan
kriteria inklusi: kesadaran composmentis
dan telah menjalani hemodialisa > 3 bulan.
Data dianalisis secara distribusifrekuensi
dan menggunakan uji chi-square dengan
tingkat kemaknaan 95%.