Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI


HEMODIALISA DI RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Oleh :
Diana Marta Dewi
NIM.19020017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr.SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

1
laporan pendahuluan yang berjudul Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisa Di Instalasi Hemodialisa Di RSD dr.Soebandi Jember
Selama proses penyusunan laporan pendahuluan ini penulis dibimbing dan
dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Pembimnbing Klinik Bapak Ns.Mohammad Toha, S.Kep
2. Pembimbig Akademik TIM Pebimbing Profesi Keperawatan Medikal
Bedah
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penulis menyadari masih jauh
dari kesempurnaan,untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan di masa mendatang, dan semoga Allah SWT memberikan balasan atas
segala amal baik yang telah diberikan.
Jember, 08 Desember 2019

Penulis

PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan pada kasus...........................................................................


Telah dibuat pada tanggal .......................................................................................
Pada pasien di ruang................................................................................................

2
........................., ……………2019
Pembimbing ruangan, Pembimbing Akademik,

(…………………………………..) (…………………………………………..)
NIP/NIK. NIK.

Kepala Ruangan,

(……………………………………………..)

NIP/NIK

Daftar Isi
Halaman judul................................................................................................1
Kata pengantar...............................................................................................2
Lembar Persetujuan ......................................................................................3
Daftar Isi..........................................................................................................4
BAB I Konsep Chronis Kedney Disease
1.1 Definisi.......................................................................................................5
1.2 Etiolog.........................................................................................................5
1.1 Klasifikasi...................................................................................................6

3
1.2 Manifestasi klinis........................................................................................6
1.3 Patofisiologi................................................................................................9
1.4 Pathway......................................................................................................10
1.5 Pemeriksaan penunjang...............................................................................11
1.6 Diagnosa Banding.......................................................................................11
1.7 Komplikasi..................................................................................................12
1.10Penatalaksanaan .........................................................................................13
1.11 Konsep Keperawatan.................................................................................14
BAB 2 Konsep Hemodialisa
2.1 Definisi.......................................................................................................19
2.2 Indikasi.......................................................................................................19
2.3 Kontraindikasi ...........................................................................................20
2.4 Komplikasi ................................................................................................20
2.5 Persiapan ...................................................................................................22
2.6 Komponen HD............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
KONSEP CKD (CHRONIS KIDNEY DISEASE)
1.1 Defisini
Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Chronic Kidney Disease ( CKD ) disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi
penyakit – penyakit yang mengenai ginjal atau pasokan darahnya misalnya
glumeluropati, hipertensi, diabetes, Pada gagal ginjal kronis ( GGK ) yang
sudah lanjut kadar natrium, kalium, magnesium, amino dan fosfat didalam
darah semuanya akan mengalami peningkatan sementara kadar kalsium
menurun. Retensi natrium dan air akan menaikan volume intravaskuler yang
menyebabkan hipertensi (Berkowitz,2013).
gagal ginjal kronik adalah dekstruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus (Corerro,2013)
Jadi dapat disimpulkan bahwa CKD atau gagal ginjal kronis merupakan
gangguan pada fungsi ginjal yang mengalami dekstruksi struktur ginjal yang
progresif dan lambat dalam mempertahankan metabolisme serta

4
keseimbangan cairan dan eletrolit, dimana berangsung selama beberapa
tahun.
1.2 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya CKD ( Crhonic Kidney Disease) atau Gagal
ginjal kronik menurut Corerro, 2013 adalah
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis
benigna,nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
5. Penyakit metabolik seperti DM, Gout , Hiperparatiroidisme
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal, Saluran kemih bagian bawah :
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
1.3 Klasifikasi
Tahapan penyakit gagal ginjal kronis berlangsung secara terus menerus
dari waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
(K/DOQI) mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai berikut:
Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)
Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)
Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)
Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)
Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)
Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda
kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin
yang abnormal (Smeltzer et al, 2011)
untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate ) / CCT (Clearance
Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance Creatinin (ml/menit) = (140 – umur) x berat badan(kg)
72 x creatinin serum

1.4 Manifestasi Klinis


1. Manifestasi klinik antara lain
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental,
berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi

5
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak,
udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer,2011) yaitu hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,dan cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut (Suyono,2010) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakan), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar,
terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan
hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis
dan rapuh.
f. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.

6
g. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum
tulang berkurang,hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan
1.5 Patofisiologi
fungsi trombosis dan trombositopeni.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................

7
1.6 Pathway /WOC

8
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Dalam menenegakkan diagnosis, penyebab, serta therapy medis perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang dalam pelaksanaanya. Adapun
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tindakan kolaborasi antara lain :
a. Pemeriksaan lab.darah
b. Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
c. RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
d. LFT (liver fungsi test )
e. Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
f. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )
1.8 Diagnosa Banding
1. Acute Kidney Injury (AKI
a. Hasil pemeriksaan penunjang dengan hasil yang sama dapat
ditemukan pada CKD maupun AKI ) sesuai klasifikasi masing-
masing)
b. Kurang 3 bulan masih bersifat reversible , fase akut tidak
menyebabkan kardiomegali.
c. Penyebab : Perenal, Intrarenal, Postrenal
2. Sindrom nefrotik
a. Proteinuria masif (>3,5g/24jam), hypoalbuminemia, dan
hiperlipidemia
b. Edem anasarca
3. Renal arteri stenosis
a. Biasanya penderita memiliki riwayat hipertensi,aterosklerosis,
kebiasaan merokok.
b. Pada pemeriksaan abdomen diteukan abdominal bruits

9
c. Proteinuria <2g/24jam
d. Pada stenosis unilateral dapat ditemukan ukuran ginjal yang
asimetris
1.9 Komplikasi
1. Kelebihan cairan
Seseorang dengan penyakit ginjal kronis, memilki pembungan cairan
dalam tubuhnya. Sehingga ketika ia minum air dalam jumlah yang
banyak, tidak semua air keluar dan menumpuk di pembuluh darah
dan membuat jantung menjadi bekerja lebih keras.
2. Hiperkalemia
Komplikasi ini merupakan keadaan dimana kalium yang didalam
darah seseorang tinggi. Kalium yang tinggi ini akan membuat jantung
bekerja tidak sempurna. Sehingga menyebabkan gangguan pada
jantung yang bisa berujung pada kematian mendadak.pada orang
dengan gangguan fungsi ginjal kronis kemampuannya dalam
membuang kalium sangatlah rendah.
3. Metabolik asidosis
Salah satu fungsi ginjal adalah mengatur elektrolit, cairan, dan juga
asam basa didalam darah. Jika fungsi tersebut terganggu maka darah
akan asam dan pH darah akan turun. Jika pH darah turun maka akan
membuat pembuluh darah melebar dan juga kontraksi jantung
menjadi terganggu.
4. Gangguan mineral dan tulang
Penyakit ginjal kronis yang sudah lama dibiarkan bisa menggangu
mineral dan tulang, asupan kalium yang kurang bisa menyebabkan
tulang menjadi mudah patah.
5. Hipertensi
Hipertensi bisa membuat seseorang terkena oenyakit ginjal, tetapi
CKD juga bisa menyebabkan hipertensi. Karena gangguan
glomeruler seseorang bisa mengalami hipertensi. Hipertensi juga
disebabkan karena kelebihan cairan atau tekanan darah yang naik.
6. Anemia
Anemia disebabkan karena kekurangan eritrosit, sehingga
kemampuan sum-sum tulang untuk membentuk darah juga akan
berkurang.
7. Dislipidemia
Gangguan kolesterol ternyata juga bisa menggangu pada orang
dengan CKD bisa mengalami kolesterol yang tinggi.

10
8. Disfungsi Seksual
Untuk seseorang yang berusia muda dan memiliki penyakit CKD
terutama pria terkadang sring merasakan cepat lelah saat melakukan
hubungan intim.
1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
Observasi balance cairan
Observasi adanya odema
Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency.Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis ). Sedangkan dialsis yang dilakukan pada pasien dengan
GGK yaitu Hemodialisis, hemodialisis merupakan dialisis yang
dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
d) Operasi
- Pengambilan batu
-transplantasi ginjal
1.11 Konsep Keperawatan
1.11.1 Pengkajian
Anamnesa
a) Identitas Pasien
Terdiri dari: nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan
pekerjaan.
b) Keluhan Utama
1) Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama
dirasakan oleh pasien.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan perjalanan penyakit pasien saat ini sehingga di
bawa ke rumah sakit.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Membahas tentang riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita
klien berhubungan dengan yang diderita pasien saat ini.

11
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Membahasa tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita
oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai penyebab
penyakit pasien sekarang. Contohnya: DM,Hipertensi dll
f) Riwayat Psikososial
Bahasan ini meliputi perasaan pasien terhadap sakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana respon pasien
terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.
1. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda Vital
Meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, BB sebelum
dilakukan hemodialisa.
b) Tingkat Kesadaran
Disini perlu dikaji bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnese, mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien,
sebagai bahan memperkuat memperoleh data apakah
composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
c) ROS (review Of System)
1) B1 (Breath)
Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan
sesak, batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna,
konsistensi, bau), Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur),
takipnea, adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot
bantu dada, retraksi interkostal, fremitus fokal.
2) B2 (Blood)
Taki kardi, irama jantung tidak teratur (disaritmia), Suara
jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder, hipertensi /
hipotensi, CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer,
normalnya < 3 detik, akral : hangat, panas, dingin, kering
atau basah
3) B3 (Brain)
Tentukan GCS pasien, tentukan adanya keluhan pusing,
lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari
adalah sekitar 6-7 jam, ada tidaknya gangguan pada nerves
pendengaran, penglihatan, penciuman, kaji adanya nyeri,
tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misalnya nyeri dada

12
sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-
tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke
dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan nyeri yang dirasakan pasien
4) B4 (Bladder)
Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria,
retensi, inkontinensia. Produksi urine tiap hari, warna, dan
bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari dan
berwarna kuning bening. Keadaan kandung kemih :
membesar atau tidak, adanya nyeri tekan. Intake cairan tiap
hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan
yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air. Kaji ada
tidaknya penggunaan alat bantu kateter.
5) B5 (Bowel)
Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau,
Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis, Tenggorokan :
adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan.
Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites, adanya
nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi, peristaltic usus
tiap menitnya, frekuensi BAB tiap hari dan konsistensinya
(keras, lunak, cair atau berdarah), nafsu makan, adanya diet
makanan dan porsi makan tiap hari
6) B6 (Bone)
Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas), kaji
adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan
fraktur, keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau
hiperglikemi, keadaan turgor kulit.

1.11.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut NANDA edisi 2018-2020 diagonosa keperawatan yang
dapat diangkat pada pasien dengan Chronic Kidney Disease adalah :
1. Kelebihan volume cairan (00026)
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit (000195)
3. Penurunan curah jantung (00029)

13
4. Intoleran aktivitas (00092)
5. Disfungsi seksual (00059)
6. Ketidakefektifan pola nafas (00032)
7. Mual (00134)
8. Nyeri akut (000132)
9. Risiko gangguan spiritual (ibadah)
10. Resiko gangguan peran dalam keluarga

14
1.11.3 Intervensi Keperawatan

No Diganosa Keperawatan NOC NIC

1 Kelebihan volume cairan b.d gangguan Tujuan : setelah dilakukan asuhan Terapi hemodialisa 2100
keperawatan selama 1X24 jam kelebihan 1. Catat TTV : berat badan, suhu, nadi,
mekanisme regulasi ditandai :
volume cairan dapat teratasi RR, tekanan darah
a. Edema
Kriteria hasil : 2. Lakukan hemodialisis sesuai peraturan
b. Anasarka
Keseimbangan Cairan 0601 3. Letakkan pipa di tempat yang aman
c. Ketidakseimbangan elektrolit
kode indikator S.A S.T 4. Berikan heparin sesuai peraturan
d. Gelisah
060101 Tekanan darah 2 5 5. Pasang kateter atau perawatan fistula
e. Penambahan berat badan dalam
060192 Tekanan arteri 2 5 sesuai peraturan
waktu yang sangat singkat rata-rata 6. Hindari mengukur tekanan darah
060107 Keseimbangan 2 5 melakukan tusukan infus di lengan
intake dan yang dekat fistula
output dalam 7. Berkalaborasi dengan pasien untuk
24 jam menyesuaikan kebutuhan akan lama
060109 Berat badan 2 5 dialisis,pengaturan diet,rasa sakit dan
stabil pengalihan untuk mencapai manfaat
060112 Edema verifer 2 5 yang optimal dari pengobatan

Keterangan
1= sagata terganggu
2=banyak terganggu
3=cukup terganggu
4=sedikit terganggu
5=tidak terganggu

15
BAB 2
KONSEP DASAR HEMODIALISA
2.1 Definisi
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa
hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium
terminal (ESRD; end-stage renal disease) yang membutuhkan terapi jangka
panjang atau terapi permanent (Aini, 2018).

Bagi penderita GGK, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun


demikian, hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal
dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin
yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya
terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani terapi
dialysis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3
atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi
pencangkokan yang berhasil. Pasien memerlukan terapi dialysis yang kronis
kalau terapi ini diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan mengendalikan gejala uremia (Aini, 2018).

Dimana hemodialisa dilakukan bertujuan untuk :

1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan


asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif
(penghisap) dalam kompartemen dialisat.
3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
2.2 Indikasi

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan
memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi (Aishara, 2018) :

16
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. pH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
9. Fluid overload
The National Kidney Foundation USA menyarankan apabila : LFG ≤ 10ml
/menit/1,73m2
Indikasi absolut untuk dimulainya hemodialisis:
1. Perikarditis
2. Keadaan overload sampai menimbulkan gejala-gejala oedem paru
3. Hipertensi berat dan progresif
4. Uremic Bleeding
5. Mual muntah yang persisten
6. Kreatinin serum ≥ 10 mg%
2.3 Kontra Indikasi

Kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang tidak responsif


terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Kontra
indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin di dapatkan akses vaskuler pada
hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra
indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia
multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan
keganasan lanjut (Adrian, 2017).

Tidak di lakukan pada pasien yang mengalami suhu yang tinggi.Cairan


dialysis pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang
terlalu tinggi menyebabkan hemodialisis sel-sel darah merah sehingga
kemungkinan penderita akan meninggal (Adrian, 2017).

2.4 Komplikasi yang terjadi


Menurut Siswandi 2017 selama tindakan hemodialisa sering sekali
ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram

17
otot sering kali terjadi pada ultra filtrasi (penarikan cairan) yang cepat
dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi di mungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang
cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidak seimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang
kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu
gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan per pindahan air ke dalam otak yang
menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya
terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardio
pulmonar.

6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin
selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan.
7. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah
yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering
disertai dengan sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin
yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

18
2.5 Persiapan Hemodialisa
Persiapan yang dilakukan sebelum hemodialisa yaitu
1. Persiapan pasien
a. Identitas pasien dan Informed concet dilakukan hemodialisa
b. Informasi administrasi
c. Surat dari dokter penanggung jawab ruang HD
d. Sistem sirkulasi dialisat
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita
f. Keadaan umum pasien
g. Keadaan psikososial
h. Keadaan fisik (ukur TTV, warna kulit , ekstremitas edema
i. Data laboratorium
2. Pemeriksaan mesin
a. Listrik
b. Air yang sudah diubah dengan cara :
1. Filtrasi
2. Softening
3. Deionisasi
c. Sistem sirkulasi dialisat
1. Sistem proporsioning
2. Acetate/bicarbonate
d. Sirkulasi darah
1. Hollow fiber
2. Priming
3. Persiapan alat
a. Dialyzer
b. Transfusi set
c. NaCl 0,9%
d. AV blood line
e. AV fistula

19
f. Spuit
g. Heparin
h. Lidocain
i. Kassa steril
j. Duk
k. Sarung tangan
l. Mangkok kecil
m. Desinfektan
n. Klem
o. Matkan
p. Timbangan
q. Tensimeter
r. Termometer
s. Plastik
t. Perlak kecil

2.6 Komponen Hemodialisis


1. Dialyzer / ginjal buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin
yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi
hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan
demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal
alami yang normal (PERNEFRI, 2015).
Macam-macam ginjal buatan :
1. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi,
karena darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc,

20
disamping cara menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan waktu
yang lama.
2. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang
dipakai karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar
300 cc, sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah yang
terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin khusus, cara
menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
3. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah
dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara
menyiapkannya mudah dan cepat.
2. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah.

Fungsi Dialisat pada dialisit:


a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa

Tabel perbandingan darah dan dialisat :


Komponen elektrolit Darah Dialisat
Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L

Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :


1. Batch
Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan
perbandingan 1 : 34 hingga 120 L dimasukan dalam tangki air
kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan kecepatan 500 –
600 cc/menit.
2. Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung
buang.

21
3. Prop
ortioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampus secara
konstan oleh porpropotioning dari mesin cuci darah dengan
perbandingan air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah dicampur
tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung dan langsung
dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
3. Akses vascular vemodialisis
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangka panjang, maka
perlu ada jalan masuk ke dalam sistem vascular penderita.Darah harus
keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400
ml/menit.Teknik akses vascular di klasifikasikan sebagai berikut:

1. Akses vaskuler eksternal (sementara)


a. Pirauarterio venosa (AV) atau system kanula di ciptakan dengan
menempatkan ujung kanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah
vena yang berdekatan. Ujung kanula di hubungkan dengan selang
karet silikon dan suatu sambungan teflon yang melengkapi pirau.
b. Kateter vena femoralis sering di pakai pada kasus gagal ginjal akut
bila di perlukan akses vascular sementara, atau bila teknik akses
vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat dua tipe kateter
dialysis femoralis. Kateter saldon adalah kateter berlumen tunggal
yang memerlukan akses kedua. Tipe kateterf emoralis yang lebih
baru memiliki lumen ganda, satu lumen untuk mengeluarkan darah
menuju alat dialysis dan satu lagi untuk mengembalikan darah
ketubuh penderita. Komplikasi pada kateter vena femoralis adalah
laserasi arteria femoralis, perdarahan, thrombosis, emboli,
hematoma, dan infeksi.
c. Kateter vena sub klavia semakin banyak dipakai sebagai alat
akses vascular karena pemasangan yang mudah dan komplikasinya
lebih sedikit di banding kateter vena femoralis. Kateter vena sub
klavia mempunyai lumen ganda untuk aliran masuk dan keluar.
Kateter vena sub klavia dapat di gunakan sampai empat minggu

22
sedangkan kateter vena femoralis di buang setelah satu sampai dua
hari setelah pemasangan. Komplikasi yang di sebabkan oleh
katerisasi vena sub klavia serupa dengan katerisasi vena femoralis
yang termasuk pneumotoraks robeknya arteria sub klavia,
perdarahan, thrombosis, embolus, hematoma, dan infeksi.
2. Akses vaskular internal (permanen)
a. Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang
(biasanya di lakukan pada lengan bawah) dengan cara
menghubungkan atau menyambungkan (anastomosis) pembuluh
aretri dengan vena secara side to-side (dihubungkan antar-sisi) atau
end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah).
Segmen-arteri fistula diganakan untuk aliran darah arteri dan
segmen vena digunakan untuk memasukan kembali (reinfus) darah
yang sudah di dialisis. Umur fistula AV adalah empat tahun dan
komplikasinya lebih sedikit dengan pirau AV. Masalah yang paling
utama adalah nyeri pada fungsi vena terbentuknya aneurisma,
trombosis, kesulitan hemostatis pasca dialisis, dan iskemia pada
tangan.
b. Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan
jarum dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit
sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi, material Gore-Tex
(heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya
tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak
cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya dipasang pada
lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan
sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien diabetes, biasanya
memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis.
Karena tandur tersebut merupakan pembuluh drah artifisial risiko
infeksi akan meningkat. Komplikasitandur AV samadengan fistula
AV. trombosis, infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang di
sebabkan oleh pirau darah melalui prosthesis dan jauh dari
sirkulasi distal (PERNEFRI, 2015).

23
DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2017). faktor faktor yang berhubungan dngan kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronis di ruang hemodialisa prof dr. H. Aloi Saboe.
Gorontalo: jurnal usu.

Aini, N. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien


gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. H. Abdul
Moelek. Lampung: ejurnalmalahayati.

Aishara, S. (2018). Gambaran Klinis Pendrita Penyakit Gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di RSUP dr. M. Djamil. Padang: Jurnal FK
UNAND.

Berkowitz, 2013. Lecture Notes Patofisiologis Klinik. Binarupa Aksara :


Tangerang
Brunner & Suddarth.2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Carrero, 2013.Etiologi of Protein Energy Wasting Syndrome in Chronic Kidney
Disease A consesis statement from the international society of renal
nutrittion and metabolisme. Journal of renal nutrition. Vol 23 No.2
Desak, Wayan ,2012. Hubungan Dosis Hemodialisa Dalam Perspektif
Keperawatan Terhadap Adekuasi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kroni di
RSUP Fatmawati. Skripsi.Universitas Indonesia. Jakarta
Gloria et al (2013). Nursing Interventions Classification(NIC).Indonesia : Elsevier

Keliat, Budi, A. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan 2018-2020. Jakarta :


EGC

Moorhead et al (2015). Nursing Ourcame Classification. Yogyakrta: ElSevier

24
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2011). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
PERNEFRI. (2015). Fifth Report Of Indonesian Renal Registry. Jakarta: pernifri
inasn.

Siswandi. (2017). SeriAsuhan Keperawatan : Klien Gangguan Ginjal . Jakarta :


EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai