Dosen Tutor :
Disusun Oeh :
TIYAS UTAMI
71210811068
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dari pelaksanaan SGD ( Small Group Discussion ), yang berjudul
“PERUT MEMBESAR” dengan tepat waktu.
Kami juga megucapkan terima kasih kepada dosen tutorial SGD 7 Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara, dr. Dewi Yanti Handayani, M. Ked. (ClinPath), Sp. PK
yang telah membimbing kami selama proses pelaksanaan SGD (Small Group Discussion).
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kami dalam bidang studi kedokteran yang
menggunakan metode PBL (Problem Based Learning). Kami berusaha menyajikan makalah ini
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua kalangan untuk mempermudah dalam
penyampaian informasi. Makalah ini pula kita susun untuk memperluas dan menambah wawasan
para pembaca, khusunya mahasiswa kedokteran untuk melatih keterampilan dan menambah
wawasan.
Dalam pembuatan makalah ini telah disadari terdapat banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna untuk itu, kami mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan laporan tutorial ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
SKENARIO
Seorang laki laki usia 60 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perut
membesar sejak 2 bulan ini, awalnya tidak terlalu besar tapi lama kelamaan semakin membesar
sehingga pasien merasa nafasnya menyesak. Keluhan disertai rasa mual, cepat merasa lelah,
tidak nafsu makan dan bengkak pada kedua tungkai sejak 4 minggu yang lalu.
Pemeriksaan fisik tampak sakit berat, kesadaran kompos mentis. tekanan darah 110/75
mmHg, denyut nadi 68x/menit, suhu afebril, konjunctiva kuning. Perut tampak membuncit,
hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner 1, edema kedua tungkai.
Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb9 g/dL, leukosit; 4000 μL, kadar albumin 2,3g/dL,
globulin 4 g/dL.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Gangguan fungsi ginjal juga dapat terjadi sebagai komplikasi sirosis yang ditandai dengan
peningkatan ureum dan kreatinin.
Komplikasi sirosis yang sering dijumpai adalah varises esofagus atau pelebaran
pembuluh darah yang berada di kerongkongan sehingga bila tekanan semakin tinggi dapat
berakibat pecah pembuluh darah.
1.2 Terminologi
1. Schuffner : pemeriksaan fisik pada abdomen dengan cara palpasi untuk mengetahui
pembesaran limfa ke arah medial
2. Suhu afebril : Suhu tanpa demam
3. Fatty liver : Hati yang berlemak
4. Eritem : Kemerahan pada kulit yang dihasilkan kongesti pembuluh kapiler
3
3. Apa diagnosa penyakit dari skenario di atas?
Jawab : Sirosis hepatis
4. Apa yang menyebabkan edema pada kedua tungkai pasien?
• Terjadinya penyumbatan cairan atau sumbatan pada tungkai pasien
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.3 Patogenesis Sirosis Hepatis
Sirosis hepatik terjadi akibat adanya cidera kronik-reversibel pada parenkim hati disertai
timbulnya jaringan ikat difus (akibat adanya cidera fibrosis), pembentukan nodul degeneratif
ukuran mikronodul sampai makronodul. Hal ini sebagai akibat adanya nekrosis hepatosit ,
kolapsnya jaringan penunjang retikulin, disertai dengan deposit jaringan ikat, distorsi jaringan
vaskular berakibat pembentukan vaskular intra hepatik antara pembuluh darah hati aferen (vena
porta dan arteri hepatika) dan eferen (vena hepatika), dan regenerasi nodular parenkim hati
sisanya.
Fibrosis hati disebabkan adanya aktivasi dari sel stellate hati. Aktivasi ini dipicu oleh faktor
pelepasan yang dihasilkan hepatosit dan sel Kupffer. Sel stellate merupakan sel penghasil utama
matrix ekstraselular (ECM) setelah terjadi cedera pada hepar. Pembentukan ECM disebabkan
adanya pembentuk jaringan mirip fibroblast yang dihasilkan sel stellate dan dipengaruhi oleh
beberapa sitokin seperti transforming growth factor β (TGF – β) dan tumor necrosis factors.
Deposit ECM di space of Disse akan menyebabkan perubahan bentuk dan memacu
kapilarisasi pembuluh darah. Kapilarisasi sinusoid kemudian mengubah pertukaran normal aliran
vena porta dengan hepatosit, sehingga material yang harus dimetabolisasi oleh hepatosit akan
langsung masuk ke aliran darah sistemik dan menghambat material yang diproduksi hati masuk
ke darah. Proses ini akan menimbulkan hipertensi portal dan penurunan fungsi hepatoseluler.
6
hati sudah lanjut, gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati
dan hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan deman tak begitu
tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah
dan/atau melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung,
agitasi, sampai koma.
Tanda Klinis Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu :
1. Adanya icterus.
2. Timbulnya asites dan edema.
3. Hati yang membesar.
4. Hipertensi portal.
7
• Transient Elastography
• CT scan: informasi sama dengan USG biaya relatif mahal, MRIsdal yang
• EEG bila ada perubahan status neurologis
Mencari etiologi: serologi hepatitis (HbsAg, anti HCV), hepatitis autoimun (ANA,
antibodi anti-smooth muscle), pemeriksaan Fe dan Cu (atas kecurigaan adanya penyakit Wilson),
pemeriksaan a,-antitripsin (atas indikasi pada yang memiliki riwayat merokok dan mengalami
PPOK), biopsi hati.
2. Gambaran Patologi Anatomi Sirosis Hepatis
8
Secara klinis dan fungsional dibagi menjadi :
1) Sirosis hepatis kompensata : stadium awal dan biasanya tidak terdeteksi
2) Sirosis hepatis dekompensata : disertai tanda-tanda kegagalan hepatocellular dan
hipertensi portal.
9
- Interveron alfa diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, 3x seminggu selama 4-6
bulan, namun masih banyak pasien yang kambuh
7. Pada hepatitis C kronik : kombinasi interferon dan ribavirin (terapi standar). Interveron
diberikan secara suntikan subkutan, dosis 5 MIU 3x seminggu dan dikombinasi ribavirin
800-1000mg/hari selama 6 bulan.
b. Terapi sirosis hepatis dekompensata
1) Asites : tirah baring dan diawali diet rendah garam dan diberi obat diuretic. Respon
diuretic bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari tanpa adanya edeme
kaki dan 1kg/hari dengan adanya edema kaki.
2) Ensefalopati hepatic laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan ammonia,
Neomisin membantu mengurangi bakteri usus penghasil ammonia.
3) Varises esophagus sebelum/sesudah berdarah diberi obat penyekat beta (propranolol)
saat perdarahan akut diberi preparat somatostatin/oktreotid diteruskan dengan tindakan
skleroterapi.
4) Peritonitis bacterial spontan antibiotic (sefotaksim intravena, amoxilin/aminoglikosida
2.9 Faktor resiko, patogenesis, tanda-tanda fatty liver dan cara mendiagnosa.
Faktor risiko: obesitas, diabetes melitus, hipertrigliserida, obat-obatan (amiodaron,
tamoksifen, steroid, estrogen sintetik), dan toksin (pestisida). Berdasarkan tingkat gambaran
histopatologik ada beberapa perjalanan ilmiah penyakit ini yaitu perlemakan hati sederhana,
steatohepatitis, steatohepatitis yang disertai fibrosis dan sirosis.
1. Alkoholik fatty liver
Steatosis hepatoseluler disebabkan oleh alkohol melalui beberapa mekanisme. Pertama,
metabolism etanol oleh enzim alkohol dehidrogenase dan asetaldehid dehidrogenase
menyebabkan pembentukan nicotinamide-adenin dinucleotide (NADH) dalam jumlah besar.
NADH meningkatkan pemindahan substrat menjauh dari katabolisme dan menuju biosintesis
lipid. Kedua etanol mengganggu pembentukan dan sekresi lipoprotein. Efek selanjutnya
menyebabkan akumulasi lipid intraseluler. Penyebab hepatitis alkoholik masih belum
jelas,namun mungkin berasal dari satu atau lebih efek toksikproduk sampingan dari etanol atau
metabolitnya:
10
a. Asetaldehid (metabolit utama etanol) memengaruhi peroksidasi lipid dan membentuk
ikatan asetaldehid-protein yang dapat menyebabkan kerusakan sitoskeleton dan fungsi
membran.
b. Alkohol secara langsung memengaruhi fungsi mitokondria dan kelenturan membran.
c. ROS (reactive oxygen species) terbentuk pada saat proses oksidasi etanol oleh sistem
oksidasi etanol di mikrosom yang menyebabkan kerusakan membrane dan protein. ROS
juga diproduksi oleh neutrofil yang menginfiltrasi hepatosit yang nekrosis.
Karena pembentukan asetaldehid dan radikal bebas terbanyak di area sentrilobular,area
tersebut paling rentan terhadap jejas. Fibrosis periseluler dan perisinusoid pertama-tama terjadi
di area lobular. Infeksi virus hepatitis terutama hepatitis C merupakan infeksi yang banyak
berperan sebagai akselerator kerusakan hati pada alkoholik.
Prevalensi infeksi hepatitis C pada pasien dengan penyakit hati alkoholik berkisar 30%
(bisa terjadi sebaliknya). Sirosis hanya terjadi pada sedikit individu dengan alkoholik kronis,
penyebab fenomena ini belum diketahui. Pada penghentian total konsumsi alkohol,diketahui
dapat menyebabkan regresi fibrosis parsial, nodul regenerasi yang berukuran kecil dapat
mengalami regenerasi parenkimal menjadi nodul regenerasi yang lebih besar jarang, terjadi
regresi menyeluruh pada sirosis.
2. Non alcoholic fatty liver
Masalah utama yang menyebabkan NAFLD adalah obesitas dan resistensi insulin,
resistensi insulin terjadi pada jaringan lemak dan jaringan hati. Kombinasi kedua faktor di atas
meningkatkan mobilisasi asam lemak bebas dari jaringan lemak, yang kemudian dibawa ke
jaringan hati, dan akan menstimulasi sintesis asam lemak di sel hati.
Diperkirakan lebih dari setengah lemak yang ditemukan di hepatosit pada NAFLD berasal
dari jaringan lemak, sisanya sebagian besar berasal dari sintesis asam lemak de novo di sel hati.
Bagaimana akumulasi lemak di hepatosit memengaruhi perkembangan NASH belum diketahui
dengan pasti, dan mungkin melibatkan beberapa mekanisme yang saling berkaitan.
Lemak yang berlebihan di jaringan hati dan molekul intermediat metabolisme lemak akan
meningkatkan resistensi insulin di hati dan menyebabkan sel hati lebih peka terhadap efek toksik
sitokin inflamasi, yang diproduksi dalam jumlah yang lebih besar pada kondisi sindrom
metabolik. Selain itu, hepatosit pada pasien dengan NASH memperlihatkan aktivitas
11
inflamasom, yang mungkin disebabkan oleh efek langsung atau tidak langsung dari lemak
tertentu, yang akan meningkatkan pelepasan sitokin pro-inflamasi IL1 lokal.
Produk metabolisme lipid yang lain ada yang memiliki efek toksik langsung terhadap
hepatosit; kemungkinan mekanisme yang juga berperan antara lain peningkatan produksi ROS
(reactive oxygen species), induksi stres ER (endoplasmic reticulum) dan gangguan fungsi
mitokondria. Jejas hepatosit yang disebabkan oleh akumulasi berbagai kerusakan tersebut akan
mengaktivasi sel stelata, penimbunan kolagen dan fibrosis hati, yang terjadi bersamaan dengan
kerusakan sel hati akan mengakibatkan NASH yang lengkap (berkembang sepenuhnya).
12
Dapat ditemukan adanya kelebihan berat badan, hepatomegali, komplikasi sirosis yaitu
asites, perdarahan varises. Sindrom resistensi insulin: obesitas (lemak viseral).
3. Pemeriksaan Penunjang
• Fungsi hati: peningkatan ringan (<4 kali) AST (aspartate aminotransferase), ALT
(alanine aminotransferase). AST>ALT pada kasus hepatitis karena alkohol.
• Alkali fosfatase, gamma GT (glutamil transferase): dapat meningkat
• Bilirubin serum, albumin serum, dan prothrombin time: dapat normal, kecuali pada
kasus NAFLD terkait sirosis hepatis.
• MRI: deteksi infiltrasi lemak
• Biopsi hati : baku emas diagnosis. Ditemukan 5-10% sel lemak dari keseluruhan
hepatosit, peradangan lobulus, kerusakan hepatoselular, hialin Mallory dengan atau
tanpa fibrosis. Kegunaan biopsy hati: membedakan steatosis non alkoholik dengan
perlemakan tanpa atau disertai inflamasi, menyingkirkan etiologi penyakit hati lain,
memperkirakan prognosis, dan menilai progresi fibrosis dari waktu ke waktu.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sirosis hati merupakan “end stage liver disease” yang sering menimbulkan kematian pada
penderitanya. Hepatitis C dapat mengakibatkan sirosis hati lebih sering dari hepatitis tipe
lainnya. Hal ini disebabkan karena hepatitis C bersifat asimptomatik dan perkembangan hepatitis
C cenderung menjadi kronis. Pencegahan dan terapi hepatitis C dini dapat mencegah timbulnya
3.2 Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ester, Kumar Abbas. Buku Ajar Patologi Dasar.2020. Elsevier.(diakses pada 20 Oktober 2021)
Hasan I. Penyakit fatty liver. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2014. h. 2000-6.(diakses pada 20 Oktober 2021)
Lovena,Angela. 2017. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis. (diakses pada 20 Oktober 2021)
Saskara, Pande Made Aditya. Laporan Kasus: Sirosis Hepatis. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.(diakses pada 20 Oktober 2021)
Halim Mubin,A PANDUAN PRAKTIS ILMU PENYAKIT DALAM : diagnosis dan terapi. Ed.
2. – Jakarta : EGC, 2007.
15