Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MODUL XIII

REPRODUKSI
SKENARIO III

Dosen Tutor :
dr. Ani Ariati, M.Kes

Disusun Oeh :
TIYAS UTAMI
71210811068

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2023

LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

i
NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai

1 Ada Makalah 60

2 Kesesuaian dengan LO 0 – 10

3 Tata Cara Penulisan 0 – 10

4 PembahasanMateri 0 – 10

5 Cover dan Penjilidan 0 – 10

TOT AL

NB : LO = Learning Objective Medan, 20 Mei 2023

Dinilai Oleh :

dr. Ani Ariati, M. Kes

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya sehingga
saya dapat menyusun makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada baginda
nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita pada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah saya
pada kegiatan Small Group Discussion (SGD) . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ilmu pengatahuan bagi pembaca dan juga bagi penulis. Dan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan dalam pembuatan pada
makalah ini terutama kepada selaku tutor SGD 7 pada skenario ini.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan agar nantinya dapat membuat
makalah yang sempurna seperti semestinya.

Sekian. Terima kasih

wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 20 Mei 2023

Penulis

ii
i
DAFTAR ISI

Contents

LEMBAR PENILAIAN MAKALAH...............................................................................i


KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................1
Skenario 3........................................................................................................................................1
Perddarahan pervaginam..................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................2
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..............................................................................................................................1
2.1. Definisi kegawatdaruratan dibidang kebidanan..................................................................1
2.2. Kasus-kasus kegawatdaruratan dibidang kebidanan...........................................................2
2.3 Menjelaskan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa pada kasus-
kasus kegawatdaruratan dibidang kebidanan...............................................................................8
BAB III............................................................................................................................................1
PENUTUP........................................................................................................................................1
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................1
3.2. Saran....................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................2

1
Skenario 3

Perddarahan pervaginam

NY. A. 25 tahun, ibu rumah tangga, G3P1011 datang ke puskesmas dengan keluhan
perdarahan pervaginam yang terjadi tiba tiba ketika sedang makan siang dengan suaminya
di café janji hati warna darah merah segar, nyeri tidak ada. More info: Haid terakhir lupa
kira- kira bulan September 2022 Riwayat persalinan : 1. PSP 2. Abortus 3. Hamil ini
Riwayat trauma, riwayat jatuh disangkal Status present : Compos mentis, HR 100x /I,
pernafasan 24x/1, temp. 37 'C Status obstetric : Mata : anemia Abdomen sedikit menegang
TFU 4 jari atas pusat, DJJ 152x/1, vagina inspeksi darah

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan salah satu masa penentu untuk kesejahteraan ibu dan janin.
Perubahan yang terjadi pada masa kehamilan merupakan kondisi normal yang biasa disebut
sebagai kondisi fisiologi terhadap perubahan sistem tubuh wanita seiring dengan besarnya janin
yang dikandungnya. Namun demikian, perubahan yang terjadi dapat pula menjadi patologis dan
dapat mengancam ibu, bayi yang dikandungnya atau kedua-duanya.
Kondisi patologis dalam kehamilan dapat dialami saat usia kehamilan muda ataupun
kehamilan lanjut. Dalam kondisi demikian dapat terjadi dalam kondisi yang bisa diprediksikan
ataupun tidak. Namun demikian, masalah patologis dalam kehamilan tetap harus mendapatkan
perhatian serius , hal ini terkait erat dengan kedaruratan baik untuk ibu ataupun janin yang
dikandungnya. Kedaruratan yang terjadi pada masa kehamilan berkaitan erat dengan perdarahan
yang memiliki implikasi terjadinya syok. Dengan kondisi demikian ini dapat menimbulkan
gangguan untuk kesejahteraan janin dimana pada awal kehamilan merupakan masa pembentukan
organ atau organogenesis dan selanjutnya merupakan masa perkembangan janin itu sendiri.
Sedangkan, kegawatan yang terjadi dalam masa kehamilan bagi ibu dapat meningkatkan angka
kematian baik dari kehamilan secara langsung ataupun tidak langsung dari kehamilannya.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Definisi kegawatdaruratan dibidang kebidanan

2. Kasus-kasus kegawatdaruratan dibidang kebidanan

3. Menjelaskan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa pada


kasus-kasus kegawatdaruratan dibidang kebidanan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi kegawatdaruratan dibidang kebidanan

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan dapat
juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-
tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan
kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang
mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).

Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002) Masalah kedaruratan selama
kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau
bedah yang timbul secara bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang
membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤
usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis
dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff,
Brousseau, 2006) Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan
tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari
pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon time) dari penolong.

Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang bila tidak ditolong
segera akan meninggal atau menjadi cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan
penanggulangan segera. Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus
dilakukan secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan
urutan ABC, yaitu :

1
A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas hambatan

B (Breathing) yaitu menjamin ventilasi lancar

C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah

2.2. Kasus-kasus kegawatdaruratan dibidang kebidanan

A. kasus kegawatdaruratan maternal masa persalinan kala I dan II tentang kasus yang sering
dan atau mungkin terjadi yaitu :
1. Emboli Air Ketuban
a. Pengertian

Emboli air ketuban merupakan sindrom dimana cairan ketuban memasuki sirkulasi darah
maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Sebanyak 25% wanita
yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam.

b. Etiologi

Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus
cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru
dan menyebabkan:

 Kegagalan perfusi secara masif


 Bronchospasme
 Renjatan

c. Faktor Risiko

Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi
pada saat inpartu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%). Yang
menjadi faktor risiko adalah beberapa hal berikut :

2
1) Multipara
2) Solusio plasenta
3) IUFD
4) Partus presipitatus
5) Suction curettahge
6) Terminasi kehamilan
7) Trauma abdomen
8) Versi luar
9) Amniosentesis

d. tanda dan gejala

Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya
gejala dan tanda yang terlihat adalah :

 Sesak nafas
 Wajah kebiruan
 Terjadi gangguan sirkulasi jantung
 Tekanan darah mendadak turun
 Nadi kecil/cepat

2. Distosia bahu
a. Pengertian

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk
menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan
seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan
seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa
distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik.

b. etiologi

3
 kelainan bentuk panggul
 Diabetes gestasional
 Kehamilan postmature
 Riwayat persalinan dengan distosia bahu
 Ibu yang pendek.
Tanda dan Gejala American College of Obstetricians and Gynecologist (2002) menyatakan
bahwa penelitian yang dilakukan dengan metode evidence based menyimpulkan bahwa :

 Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah
 Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin
yang dikandung oleh penderita diabetes lebih dari 4500gram

3. Persalinan letak sungsang


a. Pengertian

Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi bokong
(sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul
atau simfisis (Manuaba, 1988).

b. Etiologi

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari (Manuaba, 2010):

1) Faktor ibu

a) Keadaan rahim : Rahim arkuatus, Septum pada rahim, Uterus dupleks, Mioma
bersama kehamilan
b) Keadaan plasenta : Plasenta letak rendah, Plasena previa
c) Keadaan jalan lahir : Kesempitan panggul, Deformitas tulang panggul, Terdapat tumor
menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2) Faktor Janin

4
Pada janin terdapat berbagai keadaan yangmenyebabkan letak sungsang : Tali pusat pendek
atau lilitan tali pusat, Hirdosefalus atau anensefalus, Kehamilan kembar, Hirdramnion atau
oligohidramnion, Prematuritas

C, tanda dan gejala

 Pemeriksaan abdominal
 Letaknya adalah memanjang.
 Di atas panggul terasa massa lunak dan tidak terasa seperti kepala.
 Pada funfus uteri teraba kepala. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari pada bokong
dan kadang-kadang dapat dipantulkan (Ballotement)

B. Kegawatdaruratan maternal masa persalinan kala III dan IV tentang kasus yang sering
dan atau mungkin terjadi yaitu:
1. Atonia uteri

Atonia uteri terjadi jika miometroium tidak berkontraksi. Dalam hal ini uterus
menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta menjadi terbuka
lebar. Pada kondisi normal setelah plasenta lahir, otot-otot rahim akan berkontraksi secara
sinergis. Otot
– otot tersebut saling bekerja sama untuk menghentikan perdarahan yang berasal dari tempat
implantasi plasenta. Namun sebaliknya pada kondisi tertentu otot – otot rahim tersebut tidak
mampu untuk berkontraksi/kalaupun ada kontraksi kurang kuat. Kondisi demikian akan
menyebabkan perdarahan yang terjadi dari tempat implantasi plasenta tidak akan berhenti
dan akibatnya akan sangat membahayakan ibu.

Gejala :

 Uterus tidak berkontraksi dan lembek


 Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir
 Terjadinya syok, pembekuan darah pada serviks/posisi telentang akan menghambat
aliran darah keluar.

5
 Nadi cepat dan lemah

6
 Tekanan darah yang rendah
 Pucat
 Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
 Pernapasan cepat
 Gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran

2. Retensio Plasenta

Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal dalam
rongga rahim. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
pospartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim
karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam, berdasarkan tingkat perlekatannya dibagi
menjadi:

 Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.


Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
 Plasentaa akreta, implantasi jonjot khorion memasuki sebagian miometriun
 Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miometriun
 Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.
Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium.
Gejala :

 Plasenta belum lahir setelah 30 menit


 Perdarahan segera (P3)
 Uterus berkontraski dan keras
 Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
 Inversio uteri akibat tarikan dan
 Perdarahan lanjutan

3. Robekan jalan lahir

7
Serviks mengalami laterasi pada lebih dari separuh pelahiran pervaginatum, sebagian besar
berukuran kurang dari 0.5 cm. Robekan yang dalam dapat meluas ke sepertiga atas vagina.
Cedera terjadi setelah setalah rotasi forceps yang sulit atau pelahiran yang dilakukan pada
serviks yang belum membuka penuh dengan daun forseps terpasang pada serviks. Robekan
dibawah 2 cm dianggap normal dan biasanya cepat sembuh dan jarang menimbulkan
kesulitan.

Gejala :

 Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir


 Uterus kontraksi dan keras
 Plasenta lengkap, dengan gejala lain
 Pucat, lemah, dan menggigil
Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan perineum, dibagi menadi 4 tingkatan yaitu :

Tingkat I : Robekan hanya terdapat pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai
kulit perineum

TingkatII : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi
tidak mengenai sfringter ani

Tingkat III : Robekan menganai seluruh perineum dan otot sfringter ani

Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum

4. Perdarahan Post Partum (Primer)

Perdarahan kala IV atau primer adalah perdarahan sejak kelahiran sampai 24 jam
pascapartum atau kehilangan darah secara abnormal, rata-rata kehilangan darah selama
pelahiran pervaginam yang ditolong dokter obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500 ml.

Penyebab perdarahan kala IV Primer :

8
a. Atonia uteri

b. Retensio plasenta

c. Laserasi luas pada vagina dan perineum

5. Syok Obstetrik

Syok adalah merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat keorgan - organ vital atau suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif.

Gejala Syok :

 Nadi cepat dan lemah (110 kali permenit atau lebih)


 Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mm/hg)
 Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut)
 Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
 Pernapasan cepat (30 kali permenit atau lebih)
 Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran
 Urine yang sedikit (kurang lebih dari 30ml per jam).

2.3 Menjelaskan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa pada


kasus-kasus kegawatdaruratan dibidang kebidanan.

1. Distosia bahu

9
 anamnesis
Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan keluhan kepala bayi sudah berada di luar
jalan lahir. Pasien sudah dipimpin mengejan sejak 1 jam SMRS dan kepala bayi keluar.
Namun, badan bayi tidak kunjung lahir dan pasien dirujuk ke RS. Sebelum atau selama
hamil, pasien mengatakan tidak pernah mengalami diabetes. Riwayat bayi besar pada
kehamilan sebelumnya tidak ada. Pasien juga mengatakan bahwa gerakan janin sudah tidak
dirasakan sejak dalam perjalanan ke RS.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam batas normal.
Pasien mengalami obesitas sejak sebelum hamil hingga saat persalinan ini.IMT pasien 32
kg/m2. Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan bagian terbawah janin (kepala) berada pada
Hodge IV dan DJJ tidak ditemukan. His 4x/10”/40’.

 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi. Adanya linea nigra pada abdomen, tampak pembesaran payudara dan
hiperpigmentasi pada areola.

b. Palpasi. Saat dipalpasi abdomen tampak membesar sesuai usia kehamilan, terkadang lebih
tinggi jika bagian terendah belum masuk PAP (Sofian, 2012). Saat palpasi leopold
ditemukan:

a. Leopold I: pada bagian fundus uteri teraba kepala janin yang keras, bulat, dan
ballottement (Fadlun, 2012).

b. Leopold II: punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil
berada pada sisi yang lain (Fadlun, 2012).

c. Leopold III: teraba bokong yang tidak begitu bundar dan keras, tidak menunjukkan tanda
ballotemen (Khumaira, 2012).

 Auskultasi
Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin
biasanya terdengar paling keras didaerah sedikit diatas umbilicus, sedangkan bila terjadi
engagement kepala janin suara jantung terdengar paling keras dibawah umbilicus (Fadlun,
10
2012).

11
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan USG, foto rontgent dan foto Sinar X terlihat bayangan kepala di fundus
(Marmi, 2012). USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi
bokong bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomaly janin.Kegunaan dari
pemeriksaan penunjang ini umumnya yakni berguna baik untuk menegakkan diagnosis
maupun untuk memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2010).

2. Plasenta
Previa
Definisi

Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri internum (pembukaan
jalan lahir). Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus.

Diagnosis
 Anamnesis

Keluhan utama : perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III). Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang.

 Inspeksi/inspekulo: Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam uterus), Tampak anemis.


 Palpasi abdomen: Janin sering belum cukup bulan, TFU masih rendah, Sering

12
dijumpai kesalahan letak janin, Bagian terbawah janin belum turun, Pemeriksaan USG,
Evaluasi

13
letak dan posisi plasenta, Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan
janin,Transabdominal ultrasonography.

Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum dan Tanda Vital

Dinilai jumlah perdarahan yang terjadi pada pasien, dan tanda-tanda syok, misalnya hipotensi atau
takikardia.

 Pemeriksaan Obstetri

Dimulai dari inspeksi genitalia eksterna dapat terlihat adanya bekuan darah di sekitar vulva,
dan banyaknya darah yang keluar melalui vagina. Pada pemeriksaan Leopold, sering
dijumpai kelainan letak pada janin dan tinggi fundus uteri yang rendah, karena kehamilan
belum aterm, serta tidak ditemukan nyeri tekan pada uetrus.

 Pemeriksaan inspekulo

Secara hati-hati dapat membedakan sumber perdarahan, apakah dari uterus, vagina, atau
varises yang pecah.

3. Letak sungsang
Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi. Adanya linea nigra pada abdomen, tampak pembesaran payudara dan
hiperpigmentasi pada areola.

b. Palpasi. Saat dipalpasi abdomen tampak membesar sesuai usia kehamilan, terkadang lebih
tinggi jika bagian terendah belum masuk PAP (Sofian, 2012). Saat palpasi leopold ditemukan:

a. Leopold I: pada bagian fundus uteri teraba kepala janin yang keras, bulat, dan
ballottement (Fadlun, 2012).

14
b. Leopold II: punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil
berada pada sisi yang lain (Fadlun, 2012).

c. Leopold III: teraba bokong yang tidak begitu bundar dan keras, tidak menunjukkan
tanda ballotemen (Khumaira, 2012).

c. Auskultasi

Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin biasanya
terdengar paling keras didaerah sedikit diatas umbilicus, sedangkan bila terjadi engagement
kepala janin suara jantung terdengar paling keras dibawah umbilicus (Fadlun, 2012).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan USG, foto rontgent dan foto Sinar X terlihat bayangan kepala di fundus (Marmi,
2012). USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong bila
mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomaly janin.Kegunaan dari pemeriksaan penunjang
ini umumnya yakni berguna baik untuk menegakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan
ukuran dan konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2010).

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berbahaya. Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi
kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari) membutuhkan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang
mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu. Tindakan pertolongan harus dilakukan
secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC,
yaitu: A (Air Way) , B (Breathing) dan C (Circulation).

3.2. Saran

Demikian penjelasan mengenai materi ini, penyusun berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi seluruh pembaca dan bisa memberikan pegetahuan dan referensi terkait materi
yang telah dijelaskan tersebut.

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Decherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N (Eds.). 2007. Current Diagnosis

& Treatment Obstetrics & Gynecology, 10th ed, The McGraw-Hill Co.Inc.New

York.USA.

2. Callahan TL, Caughey AB (Eds.). 2013. Blueprints Obstetric & Gynecology, 6th

ed, Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer business, Baltomore,USA.

3. Ling FW, Carson SA, Fowler Jr WC, Snyder RR (Eds.). 2015. Step-up to Obstetrics and

Gynecology, 1st ed, Wolter Kluwer Health/ Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia,

USA.

4. Saifuddin AA, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH (Eds.). 2016. Ilmu Kebidanan

Sarwono Prawirohardjo, Ed.4, Cet.5, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,

Indonesia.

5. Lutan D (Ed.). 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi,2. Pen.EGC, Jakarta, Indonesia.

6. Obstetri Fisiologi FK Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia.

7. Bader TJ (Eds,). 2005. Ob/gyn Secrets.3rd ed, Elsevier’s Health Sciences


Mosby, Philadelphia, USA.

2
3

Anda mungkin juga menyukai