Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN MOLA HIDATIDOSA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Oleh
Kelompok 10/Kelas C
Widya Mayang Anggraeni 182310101120
Tyas Dyah Tristiana 182310101121
Ilany Nandia Chandra 182310101130
Alisa Qudrunanada Rosyida 182310101131

Dosen Pembimbing:
Ns Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat
NIP 19820128 200801 2 002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Mola Hidatidosa”. Makalah ini kami susun
guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas yang diampu oleh Ns
Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat.
Makalah ini dapat terlaksana berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasihnya kepada:
1. Ns Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat. selaku dosen
penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Maternitas dan selaku dosen
pembimbing makalah ini.
2. Keluarga dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat, doa,
dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah
ini, oleh karena itu kritik, dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna
dijadikan evaluasi agar makalah ini dapat tersusun lebih baik.

Jember, 03 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Masalah ....................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian ..................................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi ...................................................................................... 4
2.1.3 Faktor Penyebab ............................................................................ 8
2.1.4 Faktor Resiko ................................................................................. 9
2.1.5 Manifestasi Klinis .......................................................................... 10
2.1.6 Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 11
2.1.7 Hasil Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 12
2.1.8 Pengobatan Farmakologi dan Non Farmakologi ........................... 14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................. 15
2.2.1Kasus ............................................................................................... 15
2.2.2 Pengkajian ..................................................................................... 16
2.2.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 23
2.2.4 Intervensi Kperawatan ................................................................... 26
2.2.5 Tindakan Keperawatan .................................................................. 30
2.2.6 Evaluasi .......................................................................................... 35
BAB 3 KERANGKA KONSEP.......................................................................... 37
BAB 4 ANALISIS JURNAL ............................................................................. 40
BAB 5 PENUTUP................................................................................................ 44
5.1 Saran ........................................................................................................ 44
5.2 Kesimpulan .............................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mola Hidatidosa atau biasa dikenal dengan sebutan hamil anggur atau
kehamilan mola adalah keadaan dimana terjadi kehamilan yang tidak normal, secara
histologis ditandai oleh abnormalitas vili korionik yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dan edema stroma vilus (Mulisya et al., 2018). Mola hidatidosa
merupakan bentuk paling umum dari Gestational Trophoblastic Disease (GTD),
mola hidatidosa ditandai dengan kegagalan perkembangan jaringan embrio dan
kemungkinan dapat terulang kembali pada kehamilan yang berbeda. Mola
hidatidosa dikategorikan menjadi 2 yaitu, mola hidatidosa parsial dan komplit
(Moein-Vaziri et al., 2018).
Studi yang dilakukan di Amerika Utara, Australia, Selandia Baru, dan Eropa
menunjukkan insidensi mola adalah 0,57-1,1 per 1.000 kehamilan, sedangkan studi
di Asia Tenggara dan Jepang menunjukkan insidensi yang tinggi yaitu 2 dari 1.000
kehamilan. Negara-negara dengan frekuensi mola hidatidosa tertinggi adalah
Mexico, Iran, dan Indonesia (Harahap & Tirthaningsih, 2014). Berdasarkan
beberapa penelitian yang telah dilakukan bahwa wanita dengan usia 15-45 tahun
merupakan usia predileksi terjadinya mola hidatidosa. Selain itu, dikatakan bahwa
wanita usia >35 tahun mempuyani risiko 2 kali menderita mola hidatidosa dan pada
usia >40 tahun mempunyai risiko 5-10 kali akan mengalami kondisi tersebut. Pada
salah satu penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
memperlihatkan bahwa 35 kasus mola hidatidosa dengan distribusi terbanyak terjadi
pada kelompok umur ≥35 tahun (33,3%), pendidikan terakhir tingkat SMA (77,8%),
multipara (83,3%), kadar hemoglobin ≤11 gr/dl (61,1%), besar uterus sesuai usia
kehamilan >20 minggu (58,3%), penyulit hiperemesis gravidarum dan tirotoksikosis
(54,5%), penanganan menggunakan kuretase hisap (88,9%), dan kadar β-hCG ≥5
mIU/ml (53,3%) (Paputungan, Wagey, & Lengkong, 2016).
Peningkatan prevalensi mola hidatidosa dapat dipengaruhi oleh adanya
beberapa faktor risiko seperti, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik. Faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya kehamilan mola hidatidosa ini menjadi hal
yang penting untuk diketahui. Terutama oleh kalangan wanita dengan usia

1
predileksi (15-45 tahun) dan multipara. Namun, pengetahuan masyarakat mengenai
faktor resiko terjadinya mola hidatidosa masihlah sangat rendah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memahami konsep dan memberikan
asuhan keperawatan pada ibu dengan mola hidatidosa
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu:
a. Menggambarkan konsep masalah pada klien dengan mola hidatidosa
b. Menggambarkan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan mola
hidatidosa
c. Menggambarkan kerangka konsep atau pohon masalah pada klien dengan
mola hidatidosa
d. Menganalisis jurnal yang berkaitan dengan kasus mola hidatidosa

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dalam penulisan makalah ini adalah
agar penulis dan juga pembaca menjadi paham mengenai konsep dan asuhan
keperawatan pada ibu atau klien dengan mola hidatidosa.

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Masalah


2.1.1 Pengertian

Gambar 2.1 Mola Hidatidosa


Sumber : Sairogerhada (2014)
Mola hidatidosa atau sering disebut hamil anggur merupakan kehamilan
abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi berupa
gelembung menyerupai anggur. Vili korialis merupakan jaringan yang digunakan
sebagai zat pertukaran makanan dan sampah melalui pembuluh darah ibu dan calon
janin (R.A. Nawawi, Fitriani, B. Rusli, 2016).
Menurut (Herdiana, 2013) mola hidatidosa merupakan hasil kosepsi abnormal
yang ditandai dengan pembesaran hidrofik proliferasi trofoblas secara signifikan dan
terus-menerus yang melibatkan vili korionik.
Sedangkan mola hidatidosa dapat diartikan juga sebagai suatu kehamilan
yang berkembang tidak wajar pada masa permulaan kehamilan yang merupakan
hasil dari produksi jaringan secara berlebihan dimana seharusnya jaringan tersebut
berkembang menjadi plasenta (Purba, Munir, & Saranga, 2019).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mola hidatidosa merupakan kehamilan
abnormal yang disebabkan karena vili korialis mengalami degenerasi yang terus-
menerus atau memproduksi jaringan yang berlebih sehingga menyerupai anggur
dimana jaringan tersebut seharusnya berkembang menjadi plasenta.

3
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Federation International of Gynecology and Obstretrics (FIGO)
Mola hidatidosa diklasifikasikan menjadi dua yaitu mola hidatidosa komplit dan
parsial ( PTG benigna).
1. Mola hidatidosa komplit merupakan kehamilan abnormal tanpa adannya embrio
atau janin di dalam rahim, disertai pembengkakak hidrofik vili plasenta dan
mengalami hiperplasia trofoblastik ( peningkatan jumlah sel akibat mitosis pada
rahim ). Mola hidatidosa komplit hanya mengadung DNA paternal (ayah)
sehingga bersifat androgenetik (hormon laki-laki) tanpa adannya jaringan janin.
a. Mola hidatidosa komplit mempunyai komponen genetik adrogenik yaitu
berasal dari partenal (ayah). Hal itu dapat terjadi karena satu sel spearma
membawa 23X kromosom dan melakukan fertilisasi terhadap sel telur yang
tidak membawa (kosong) gen maternal atau ibu (tidak aktif) sehingga
membentuk kromoson 46XY dan 46XX heterozigot. Pada 90% kasus ovum
yang kosong (tidak mengandung DNA) dibuahi oleh satu sperma sehingga
sperma tersebut berduplikasi DNA nya sendiri. Sedangkan untuk 10 % kasus
yang terjadi ovum yang kosong dibuahi oleh dua spearma, hasilnya adalah
abnormal 46XX atau 46XY(Morgan,2005).
b. Secara makroskopik
untuk kehamilan pada trimester pertama membentuk seperti anggur karena
vili korialis mengalami pembengkakan dan degenerasi secara menyeluruh
ditandai dengan gelembung berwarna putih, tembus pandang, sedikit coklat,
berisi cairan jernih dengan ukuran yang bervariasi dan berdiabemeter sampai
1-2 diameter. Masa tersebut dapat tumbuh berkembang sehingga memenuhi
uterus (Sudiono J.2001).

4
Gambar 2.2 bentuk makroskopis mola hidatidosa komplit
c. Secara mikroskopis

Gambar 2.3 Gambar mikroskopis mola hidatidosa komplit


Sumber: Intan Arlita (2017)
Gambar mikroskopis dari mola hidatidosa adalah terjadinya pembesaran
pada vili korialis, mengalami degenerasi hidropik dan pembuluh vili tidak
terlihat(avaskuler), serta sebagian besar penderita terdapat vili yang
dikelilingi proliferasi yang berlebihan (hiperplasia) sel sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas. Sel ini juga menunjukan bahwa masih atifik atau aktif.
2. Mola hidatidosa parsial merupakan kehamilan abnormal karena memiliki
kromosom triploid yang terdiri dari dua set kromosom paternal (ayah) dan satu
set kromosom maternal (ibu). Keadaan dimana perubahan mola bersifat lokal
belum menyeluruh memenuhi uterus dan masih terdapat janin atau setidaknya

5
kantong amnion. Pada umumnya janin akan mati pada bulan pertama (sudiono J,
2001).
a. Kariotipe adalah triploid 69XXX, 69YYY atau 69XYY dengan satu
komponen haploid ibu dan dua haploid ayah. Janin dengan mola hidatidosa
parsial memiliki stigmata triploid sehingga terjadinnya hambatan
pertumbuhan serta tidak mungkin hidup (Leveno KJ, 2004).
b. Secara makroskopis terdapat gelembung-gelembung mola disertai janin atau
bagian tubuh janin (sudiono J,2001).pada mola parsial tampak dijumpai
komponen janin. Dan kehamilan akan dijumpai pada usia kehamilan 18-20
minggu.

Gambar 2.4 bentuk mola hidatidosa parsial


c. Secara mikroskopis
Pada mola hidatidosa parsial ukuran beberapa vili korialisnya normal, vili
yang mengalami edema, proliferase sel trofoblas yang lebih sedikit serta
tidak bersifat atifik.

Gambar 2.5 Gambaran mikroskopis mola hidatidosa parsial


Sumber: Sumber: Intan Arlita (2017)

6
Tabel 2.1 perbedaan mola hidatidosa parsial dan mola hidatidosa komplit
Gambaran Mola hidatidosa parsial Mola hidatidosa komplit
Patologi Umumnya kromosom 46XX atau 46XY
mengalami triploid
69XXX atau 69 XXY
Janin Ada Tidak ada
Amnion,sel darah merah Ada Tidak ada
janin
Edema vilus Bervariasi lokal Merata
Proliferasi trofoblas Bervariasi, lokal ringan Merata
hingga sedang
Ukuran uterus Kecil 50% lebih besar dari usia
kehamilan
Kista teka-lutein Jarang >25% tergantung dengan
modalitas diagnosa
Penylit medis Jarang Menjadi berkurang
dengan diagnosa dini
Penyakit pascamolar <5% 15%-40%
(The American Colloge of Obstretricians and Gynecologists(ACOG),2004

2.1.3 Faktor Penyebab Mola Hidatidosa

Gambar 2.6 Spearma dan ovum


Sumber: Mamibuy,latifah (2018)

7
Menurut Mochtar (1998) faktor-faktor penyebab Mola Hidatidosa antara lain
adalah faktor ovum, immunoselektif dari trofoblast, keadaan sosio-ekonomi yang
rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, dan infeksi virus dan kromosom yang
belum jelas serta mola hidatidosa dijumpai pada umur reproduktif (15-45 tahun) dan
pada multipara. Faktor ovum dapat menyebabkan mola hidatidosa apabila satu
spearma membawa 23 kromosom sedangkan ovum tidak membawa kromosom dan
dua spearma membawa kromosom masing-masing 23 kromosom dan ovum
membawa satu kromosom saja.
Faktor penyebab lainnya adalah sel telur yang secara patologis sudah mati,
adanya immunoselektif dari trofoblas, status sosial ekonomi yang rendah, paritas
yang tinggi, defisensi atau kurangnya protein dan adanya infeksi virus serta faktor
kromosom yang berbeda (Yahya.2014).

2.1.4 Faktor Resiko Mola Hidatidosa


Martaadisoebrata dan wirakusumah (20005) menyebutkan bahwa faktor resiko dari
mola hidatidosa meliputi:
1. Umur
Mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada kasus wanita hamil dengan umur
dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa usia hamil
lebih muda atau lebih tua mengadung resiko terjadinya mola hidatidosa. Menurut
Nigrum (2008) wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki 2 kali lipat.
Dan wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki faktor resiko 7 kali dibandingan
wanita yang lebih muda terkena penyakit mola hidatidosa.
2. Status gizi
Pada masa kehamilan tentunya diperlukan zat gizi yang seimbang untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, dalam kondisi sosial ekonomi yang
kurang maka untuk memenuhi nutrisi gizi pada janin juga rendah sehingga dapat
menjadikan janin tidak tumbuh kembang secara optimal. Pada studi kasus dari
Italia dan Amerika Serikat menyebutkan bahwasanya asupan makanan yang
rendah karoten dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko terjadinya mola
hidatidosa komplek. Berkowitz et al juga menyatakan bahwasanya kekurangan
prekusor vitamin A, karoten, dan lemak mungkin dapat menyebabkan faktor

8
terjadinya mola hidatidosa karena kekurangan vitamin A akan terjadinya
penyusutan pada janin dan kegagalan pertumb uhan jaringan epitel(Berek,2009).
3. Riwayat Obstetri
Resiko terjadinya mola hidatidosa pada wanita dengan riwayat penyakit dahulu
mengalami abortus spontan (Brinton LA.2005). dan terjadinya mola hidatidosa
pada kehamilan sebelumnya (Berek,2009). Kejadian mola hidatidosa akan
meningkat pada wanita yang pernah megalami penyakit mola hidatidosa pada
kehamilan sebelumya dan kehamilan kembar.
4. Genetik
Hasil penelitian kanji et al dan Lawler et al menunjukan bahwa pada kasus mola
hidatidosa lebih banyak ditemukan pada kelainan Balance translocation
dibandingan dengan normal. Dan juga dapat terjadi karena gangguan proses
meiosis nondysjunction sehingga keadaan tersebut lebih banyak terjadi ovum
yang kosong atau tintinya tidak aktif(Martaadisoebrata,2005).
5. Etnis
Pada studi epidemiologi menyatakan bahwa wanita Filipina, Asia Tenggara dan
Meksiko cenderung lebih sering menderita mola hidatidosa daripada wanita kulit
putih Amerika.

2.1.5 Manifestasi Klinis Mola Hidatidosa


Gejala yang muncul pada mola hidatidosa meliputi
a. Pendarahan
Pendarahan yang dialami bersifat universal atau menyuluruh dan dapat bervariasi
dari bercak sampai pendarahan yang hebat.pendarahan per vagina (ppv) berulang
yang berwarna kecoklatan dan bergelembung mengeluarkan busa. Pendarahan
terjadi sebelum abortus atau sebelum mola hidatidosa keluar dari uterus. Anemia
sampai terjadinya syok hipovalemik dapat terjadi karena pendarahan.
b. Ukuran uterus
Ukuran uterus yang tidak sesuai (lebih besar) dengan tuanya kehamilan atau
pembesaran rahim lebih cepat daripada normalnya. Pada pemeriksaan fisik dapat
dilakukan dengan palpasi yang tidak teraba bagian-bagian janin serta gerakan
janin.

9
c. Aktivitas janin
Dengan adaya mola hidatidosa maka bunyi jantung tidak dapat terdeteksi dan
tidak adanya pergerakan janin. Tidak adanya tanda kehidupan pada janin.
d. Hiperesmi gravidarum
Keadaan morning sickness (mual dan muntah) yang amat berat. Keluhan
hiperesmi gravidarum hampir dikeluhkan pada pasien mola hidatidosa. Keadaan
mual dan muntah dialami penderita dengan jangkan waktu yang cukup lama.
e. Toksemia atau preeklamsia pada kehamilan trimester I
Penderita mola hidatidosa akan mengalami toksemia atau preeklamsia yaitu
keadaan peningkatan tekanan darah disertai tingginya protein dalam urin. Untuk
preeklamsia terjadi lebih dini yaitu pada trimester I bahkan menetap hingga ke
trimester ke II. Preeklamsia terjadi pada penderita dengan kenaikan kadar hCG
dan adanya pembesaran uterus.
f. Peningkatan kadar β-hCG
Pada banyak kasus dijumpai bahwa mola hidatidosa, ovarium mengadung
banyak kista lutein yang diperkirakan terjadi karena akibat terlalu tingginya
hormon gonadotropin korion (hCG) dalam jumlah yang besar. Peningkatan kadar
hCG pada mola komplet lebih tinggi daripada mola parisal yaitu kenaikan
mencapai > 100.000 IU/L.

2.1.6 Pemeriksaan Fisik


1. Anamnesis
a) Pendarahan pervagina dan pasling sering terjadi pada kehamilan 6-16 minggu.
b) Terjadinya hiperesmi gravidarum yang semakin parah seperti hamil muda.
c) Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan
diagnosa pasti.
d) Pendarahan dapat dikategorikan banyak atau dapat juga sedikit, tidak teratur,
dan berwarna merah kecoklatan.
e) Kadangkala dapat terjadinya preeklamsia.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi

10
Muka dan badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang sering disebut dengan
(mola face). Selain itu ketika gelembung mola keluar, dapat terlihat dengan jelas.
b) Palpasi
Uterus yang membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan penderita, perut
teraba lembek dan tidak adannya pergerakan pada janin, terdapat nyeri tekan,
Tidak teraba bagian janin dan ballotementnya.adannya fenomena harmonika,
fundus uterus turun, lalu dapat naik lagi karena terkumpulnya darah baru.
c) Auskultasi
Tidak terdengarnya denyut jantung janin, tetapi hanya terdengan bising dan
bunyi khas.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Diangnosa


1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan labolatorium dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinik
human Chorionic Gonadontropin (hCG). Hormon hCG urin tinggi lebih dari
100.000 mlU/ml. Dan hCG serum ditas 40.000 mlU/ml (Manuaba,2007). Untuk
penderita mola hidatidosa ditandai dengan kenaikan hormon hCG yang terus-
menerus. Hormon hCG dapat mengalami kenaikan yang terus menerus karena
hormon hCG diproduksi oleh proliferasi trofoblas dan konsentrasi HCG di urin
dan serum menunjukan jumlah dari sel trofoblas yang hidup sehingga hCG
menjadi pertanda unik untuk pasien yang mengalami kehamilan abnormla yaitu
hamil anggur atau mola hidatidosa. Dan Uji biologik dan uji imunologik (galli
mainnini dan planotest)
a) Gali mainnini 1/300 (+) maka dapat dikategorikan sebagai suspek mola
hidatidosa.
b) Gali mainnini 1/200 (+) maka kemungkinan mola hidatidosa atau kehamilan
kembar.

11
2. Pemeriksaan USG

Sumber: The New England Journal of medicine


(Berkowitz RS, Goldstein DP, 2009)
Gambar 2.7 USG mola hidatidosa komplit

Sumber: The New England Journal of medicine


(Berkowitz RS, Goldstein DP, 2009)
Gambar 2.8 USG mola hidatidosa parsial
Pada pemeriksaan utrasonografi terhadap mola hidatidosa komplit terhihat
uterus dipenuhi oleh gelembung-gelembung atau kista multipel yang bervariasi
bentuk serta ukuranya (snow strom appearence) tanpa adanya embrio atau janin.
Dengan menggunakan pemeriksaan utrasonografi ini 79 % mola hidatidosa
komplit dapat terdeteksi (Wladimoroff W,2009).
Sedangkan pada pemeriksaan ultrasonografi terhadap mola hidatidosa
parsial terlihat bakal janin. Dan terdapat pembesaran pembesaran plasenta lebih
tebal 4 cm dan terdiri dari banyak area kista (swiss chesse appearence).

12
Diagnosa mola hidatidosa parsial lebih sulit daripada mola hidatidosa komplit,
hal itu menunjukan bahwa 29 % yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan
ultrasonografi.
3. Uji sonde (penduga rahim)
Sonde dapat dimasukan kedalam kanalis servikalis secara pelan-pelan
kemudian sonde dapat diputar. Jika tidak terdapat tahanan berarti mola
hidatidosa.
4. Foto rongsen abdomen
Tidak terlihat atau tidak adannya tulang-tulang pada janin (pada kehamilan
3-4 bulan) yang terlihat gambar mirip sarang lebah (honeycomb) atau
gambar mirip badai salju (snow strom).
5. Amniografi
Pemeriksaan amniografi dapat menggunakan bahan radiopak yang
dimasukan kedalam uterus secara transabdominal sehingga akan
memberikan gambaran khusus pada mola hidatidosa. Pada kasus mola
hidatidosa maka kavum uteri akan ditembus dengan jarum amniosentesis 20
ml Hypaque. Dan selama 5-10 menit difoto dengan keadaan anteroposterior
maka akan didapatkan hasil bentuk seperti sarang tawon.

2.1.8 Terapi Farmakologi dan non farmakologi


Pada pasien yang mengalami mola hidatidosa dapat dilakukan terapi terdiri
dari 4 tahap:
1. Memperbaiki keadaan umum
a. Pantau adanya dehidrasi
b. Tranfusi darah jika terjadi anemi berat
c. bila terjadi gejala preeklamsia dan hiperesmi gravidarum dapat diobati
sesuai protokol
d. penatalaksaaan hipertiroidisme
jika tirotoksikosis berat dapat digunakan pengobatan farmakologi
antitiroid, B-bloker, dan perawatan suportif seperti pemberian cairan dan
perawatan respirasi). B-bloker digunakan untuk mengontrol takikardi dan
gejala lainnya yang berkaitan dengan saraf simpatis. Propanolol dapat

13
digunakan dosis 1-2 mg tiap 5 menit secara intravena disertai dengan
propanolol oral dosis 20-40 mg tiap 4-6 jam (Martadisoebrata, 2005).
2. Mengeluarkan jaringan mola hidatidosa
Dapat menggunakan teknik kuretase yang dilakukan setelah keadaan umum
membaik. Sebelum melakukan teknik kuretase maka dapat disiapkan terlebih
dahulu 500 cc dan pasang infus dengan tetesan oksitosin 10 UI dalam 500 cc
Dextrose 5%.
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Terapi profilaksis dengan sitostatika diberikan pada kasus mola hidatidosa
dengan resiko yang berat dan akan terjadi keganasan mislanya usia tua dan
paritas yang tinggi yaitu dengan diberikan:
a. Methotrexate 20 mg/hari.im, asam folat 10 mg 3ddl dan cursil 35 mg2ddl
dengan waktu 5 hari berturut-turut.
b. Actinomycin D 1 flakon sehari denan waktu 5 hari berturut-turut.
Indikasi pemberian kemoterapi pada pasien setelah menderita mola
hidatidosa adalah:
a. Kadar hCG > 4 minggu pasca kuretase (serum >20.000 IU/liter, urine
>30.000 IU/24 jam).
b. Kadar hCG yang meningkat secara progesif pasca kuretase
c. Kadar hCG yang berapapun jumlahnya pada 4 bulan pasca kuretase.
d. Kadar hCG yang berapapun jumlahnya disertai tanda-tanda metastasis
otak,renal, hepar, traktus gastrointestinal, dan paru-paru. (saleh,2003).
Dapat juga menggunakan terapi farmakologi berupa antibiotik,
antifibrinolitik, serta terapi cairan. pemberian obat antibiotik digunakan
untuk profilaksis maupun terapi post kuretase hal ini dapat mencegah
terjadinya infeksi nosokomial dan tindakan. Obat yang dapat digunakan yaitu
ceftriakson dengan dosis 2x1 dan injeksi asam tranexamat 1 amp/8 jam,/iv
yang diberikan pada saat setelah kuretase untuk membantu meredahkan
pendarahan setelah mola dikuret.
Pengobatan antifilatik digunakan untuk mencegah terjadinya
pendarahan yang berlebih, obat yang dapat digunakan adalah asam

14
traneksamat dosis 1 gram/hari. Serta untuk terapi cairan dapat menggunakan
cairan maintenance dengan jumlah cairan 40-50 ml/kgBB.
4. Penatalaksanaan pasca evakuasi/kuretase
Tindakan yang dapat dilakukan adalah follow up yang bertujuan untuk
mengetahui proses involusi pasca kuretase berjalan dengan normal secara
anotomis, laboris dan fungsional. Seperti turunya kadar hCG dan kembalinya
fungsi haid.
Tindakan non farmakologi dapat dilakukan ketika pasien:
a. Merasakan nyeri yaitu dapat melakukan teknik nafas dalam, kompres air hangat
di bagian abdomen, dan juga teknik rileksasi.
b. Merasakan hiperesmi gravidarum pada pasien dengan keluhan sederhana, dapat
menghindari makanan yang menimbulkan efek mual, antisipasi mual dan muntah
dengan mengikuti akupuntur dan acupressure, juga dapat mengonsumsi obat
herbal yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti jahe dan teh.
c. Mengalami pembengkakak pada kaki akibat preeklamsia dapat melakukan
tindakan merendam kaki dengan menggunakan air hangat (Sabattani, Supriyono,
& Machmudah, 2016).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Konsep dasar asuhan keperawatan
Konsep asuhan keperawatan merupakan inti dari keperawatan dan merupakan
suatu proses kegiatan praktik keperawatan yang proses pelaksanaannya
didasarkan pada kaidah profesi keperawatan untuk mengtasi masalah kesehatan
para pasien melalui serangkaian proses keperawatan yang terdiri atas:
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan yang sistematis
dimulai dari proses pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data pasien
yang bertujuan untuk menentukan dasar data tentang kebutuhan, masalah
kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan
gaya hidup yang dilakukan oleh pasien(Potter & Perry, 2005) Tahap ini
terbagi atas:

15
Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
agama, no. register, pendidikan, pekerjaan, lamanya perkawinan, hamil
ke berapa, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Nyeri di bagian bawah abdomen, mual muntah, tidak merasakan adanya
gerakan janin, dan perut semakin membesar.
c. Riwayat kehamilan saat ini
Meliputi ada tidaknya kehamilan kembar, riwayat pemeriksaan antenatal,
serta komplikasi yang pernah terjadi.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang meliputi awal kejadian muncul nyeri pendarahan
serta mual. Kaji nyeri, warna, volume, dan frekuensi pendarahan. Kaji
faktor yang dapat memperberat atau memperingan keadaan serta
pengobatan atau tindakan medis apa yang telah dilakukan sebelumnya.
e. Riwayat medis sebelumnya
Meliputi riwayat penyakit obstetric dan ginekologi, gejala
hipertiroidisme, atau gangguan abdomen lainnya.
f. Riwayat social
Meliputi tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan pasien serta apakah pasien memiliki riwayat penyakit yang
dapat mengganggu proses komunikasi dan terasingkan oleh lingkungan
sekitarnya.
g. Riwayat diet
h. Riwayat pembedahan khususnya pada daerah abdomen.
i. Integritas ego yang dapat berupa konflik interpersonal keluarga serta
kondisi sosio ekonomi
j. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

16
2. Analisa Data
Data yang telah terkumpul dari hasil pengkajian akan dikelompokkan menjadi
data subjektif yang berasal dari pasie dan data objektif yang merupakan data
hasil observasi perawat. Selanjutnya data akan dianalisa untuk dapat menentukan
masalah kehehatan yang terjadi pada pasien. Pengkajian data objektif terdiri atas:
a. Tanda-tanda vital
Kaji ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi,hipertensi, frekuensi nafas
meningkat
b. Status gizi
Kaji berat badan selama proses kehamilan apakah meningkat atau menurun
c. Status kardiovaskuler
Kaji kualitas nadi,bradikardia, takikardi, hipotensi, hipertensi
d. Status hidrasi
Kondisi membrane mukosa,turgor kulit, oliguria.
e. Keadaan abdomen
Kaji suara abdomen, adanya nyeri, hepatosplenomegali.
f. Genital meliputi perdarahan abnormal, nyeri kostovetebra
g. Status eliminasi meliputi perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan
frekuensi berkemih.
h. Keadaan janin
Meliputi pemeriksaan detak jantug janin, tinggi fundus uterus, posisi janin,
serta perkembangan janin yang seusai atau tidak dengan usia kehamilan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Defisiensi kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan akibat mual,
muntah dan pendarahan pada vagina.
b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
c. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
akibat meningkatnya hormon HCG
d. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
e. Risiko infeksi b.d dengan proses kuretase
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyer

17
h. Risiko ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan

4. Intervensi Keperawatan
a. Defisiensi kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan akibat mual,
muntah dan pendarahan pada vagina.
Kriteria hasil :
a. Tanda- tanda vital dalam batas normal
b. Tugor kulit baik
c. membran mukosa lembab
Intervensi
a. Monitor tanda- tanda vital pasien
b. Kolaborasikan pemberian cairan IV
c. Pemberian obat seperti cyclizine, promethazine,domperidone
d. Monitor status nutrisi pasien
d. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang
b.Tanda- tanda vital dalam batas normal
Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan oleh pasien dan
rencanakan tindakan selanjutnya
b. Monitor tanda-tanda vital pasien
c. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien,
seperti asam mefenamat
d. Ajarkan teknik relaksasi pada klien
e. Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan R/ Dapat melupakan
rasa nyeri
e. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
akibat meningkatnya hormon HCG
Kriteria hasil:
a.Nafsu makan kembali normal
b.Asupan nutrisi terpenuhi

18
Intervensi
a. Monitor nutrisi
b. Berikan terapi intravena
c. Monitor tanda-tanda vital
f. Ansietas b.d akn dilakukannya proses kuretase
Kriteria hasil:
a.Suhu tubuh normal
b.tanda- tanda vital normal
Intervensi
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme
koping.
b. Berikan dukungan emosional pada pasien
c. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah proses kuretase
d. Peresepan obat
g. Risiko infeksi b.d dengan proses kuretase
Kriteria Hasil:
a.Pasien menjadi tenang
b.Wajah pasien tidak terlihat cemas
Intervensi
a. Perawatan postpartum
b. Perawatan luka
c. Manajemen pengobatan, pemeberian obat seperti injeksi anbacin, dan
cefadroxil
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital normal
b. Mampu melakukan aktivas kembali secara normal
c. Dapat melakukan aktifitas fisik secara normal tanpa disetai peningkatan
nadi, tekanan darah , dan RR
d. kebutuhan higene pasin terpenuhi

19
Intervensi
a. Manajemen pengobatan
b. Bantuan perawatan diri
c. Manajemen nyeri
I . Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
a. Kriteria Hasil
b. Pola tidur pasien kembali normal
Intervensi
a. Manajemen lingkungan yang dapat mendukung pasien untuk istirahat
b. Manajemen nyeri
c. Penggaturan posisi yang nyaman untuk pasien
J. Risiko ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
Kriteria Hasil
a. Tanda- tanda vital kembali normal
b. Tingkat keparahan infeksi
Intervensi
a. Monitor tanda tanda vital
b. Manajemen hipovolemik
c. Manajemen syok: volumik
d. Pengurangan perdarahan yang berasal dari vagina
i. Evaluasi keperawatan
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Skala dan fekuensi nyeri
c. Kemampuan dalam beraktivitas secara normal

20
2.2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan kasus
1. Kasus
Seorang perempuan GX PIXA0 dengan usia 42 tahun Mendatangani
Instalasi Gawat Darurat Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
dengan keluhan sejak 1 bulan SMRS keluar darah berupa bercak yang keluar
dari jalan rahim dan bersifat hilang timbul. Akan tetapi sejak 3 hari SMRS
bercak yang keluar menjadi semakin banyak dimana perempuan tersebut harus
berganti pembalut sampai 3 kali dalam sehari. Darah yang keluar berwarna
kecoklatan terkadang disertai dengan gumpalan – gumpalan daging berwarna
agak bening, coklat dan merah dengan tekstur lembek.

Pasien juga mengeluh perutnya semakin membesar sejak 2 bulan yang


lalu dan tidak merasakan adanya gerakan janin. Pasien juga mengeluh mual,
muntah sejak 3 hari SMRS dengan frekuensi 2 kali sehari dan merasa nyeri perut
bagian bawah. Pasien menyangkal adanya pusing, sakit kepala, jantung berdebar
– debar, tidak ada keringat berlebih dan tangan gemetar serta tubuh terasa panas.
Pasien mengaku sebelumnya telah melakukan test pack dan hasilnya positif
hamil. Berdasarkan HPHT usia kehamilan sekitar 11 minggu. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 806x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,7ºC.TFU 3 jari dibawah
processus xiphoideus, leopold I-IV tidak teraba bagianbagian janin, denyut
jantung janin tidak ada. Pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya darah yang
keluar dari kanalis cervicalis dengan porsio uteri tampak terbuka, terdapat
jaringan menyerupai mata ikan dari ostium uteri. Dari pemeriksaan laboratorium
: wbc 17,5 x 103/L, Hgb 6,5 gr/dl, Hct 20,5 %, PLT 174 x 103/L. Test pack
untuk mendeteksi B-hCG pada urin: Positif. USG Abdomen : gambaran snow
storm atau badai salju.

2. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Umur Pasien :42 tahun
Tanggal MRS : 12 Maret 2018

21
2. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik :Mola Hidatidosa
2. Keluhan Utama :Pasien Mengatakan muncul plak darah
berwarna kecoklatan disertai dengan
gumpalan gumpalan daging berwarna agk
bening, coklat,dan merah dengan tekstur
lembek, nyeri pada abdomen dan perut
membesar sejak dua bulan yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan terdapat nyeri pada abdomen bawah
2. Pengkajian Keperawatan
a. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum.
1. Tampak meringis merasakan nyeri
2. Perut membesar
3. Pasien tampak lemas
Interpretasi : tanda klinis Ny. X tidak normal
b. TTV
1. TD : 110/80 mmHg
2. Nadi : 80x/menit
3. RR : 20x/menit

4. Suhu : 36,7oC
Interpretasi : Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien normal
c. Pemeriksaan leopold I-IV tidak teraba bagian- bagian janin, denyut
jantung janin tidak ada.
d. Pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya darah yang keluar dari kanalis
cervicalis dengan porsio uteri tampak terbuka, terdapat jaringan
menyerupai mata ikan dari ostium uteri
b. Pemeriksaan Penunjang danLaboratorium
a. Pemeriksaan Laboratorium
WBC : 17,5 x 103/L,
Hb : 6,5 gr/dl,

22
Hct : 20,5 %,
PLT : 174 x 103/L.
Uji B-hCG : positif
Interpretasi :Nilai Hb rendah sehingga harus mendapatkan transfusi
PRC dan nilai Whole blood cell mengalami peningkatan
sehingga harus diberikan antibiotik.
a. Pemeriksaan penunjang
Cek USG : terdapat snow storm

23
3.Analisis Data
NO Data Etiologi Masalah Paraf
1 DO: Muntah dan Defisiensi £
1. Pasien mengatakan pendarahan pada kekurangan Ns. Ani
bahwa terjadi vagina volume
pendarahan
2. Pasien merasa mual Kehilangan
muntah cairan
DS:
1. Pasienn lemas Badan yang
2. Terjadi pendarahan lemas
2 DO: pertumbuhan Nyeri akut £
1. pasien merasa nyeri pada abnormal
abdomen bagian bawah trofoblas Ns. Ani
DS:
1.Pasien meringis penimbunan
kesakitan cairan dan
pembentukan
kista

perut bertambah
besar

nyeri pada
bagian bawah
abdomen

26
3 DO: Kadar HCG Ketidaseimbang £
1. Pasien merasa mual tinggi an nutrisi Ns. Ani
2. Tidak nafsu makan kurang dari
kebutuhan tubuh
DS: Mual, muntah
1. Pasien tidak nafsu
makan
menurunnya
nafsu makan
4 DO: Tidak adanya Risiko Infeksi £
1. Pasien mengatakan janin dalam Ns. Ani
berdasarkan uji tubuh.
tespack menyatakan
positif hamil Kuretase
2. Perut semakin
membesar selama Risiko infeksi
dua bulan terakhir
DS:
1. Perut semakin
membesar tidak
sesuai dengan umur
kehamilan
2. Tidak ditemukan
adanya pergerakan
janin
5 DO: Pendarahan Risiko
1. Pasien mengatakan ketidakseimban
keluar pendarahan pada gan volume
vagina Kadar Hb cairan
2. Pasien merasa lemas rendah

27
DS:
1.Pasien mengalami
pendarahan pada vagina Anemia
2. Kadar Hb rendah

4.Diagnosa
1. Defisiensi kekurangan volume cairan b.d muntah dan pendarahan pada vagina
menyebabkan kehilangan cairan d.d badan yang lemas
2. Nyeri akut b.d adanya pertumbuhan abnormal trofoblas sehingga memicu
penimbunan cairan dan pembentukan kista d.d perut bertambah besar dan nyeri
pada bagian bawah abdomen
3. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kadar HCG dalam
tubuh tinggi menyebabkan mual muntah d.d menurunya nafsu makan
4. Risiko Infeksi berhubungan degan tidak adanya janin dalam tubuh d.d akan
dilakukakanya kuretase
5. Risiko ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
memicu rendahnya kadar Hb d.d anemia

28
5. Intervensi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1. 12 Maret 2018 Defisiensi kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital dengan tepat
volume cairan b.d keperawatan 5 x24 jam 2. Pengurangan perdarahan
muntah dan pendarahan diharapkan defisien volume a. Identifikasi penyebab perdarahan
pada vagina cairan pada pasien berkurang b. Monitor status cairan
menyebabkan dengan kriteria hasil : Melakukan kolaborasi dengan dokter
kehilangan cairan d.d 1. Keseimbangan cairan untuk menentukan injeksi intravena
badan yang lemas tubuh kembali normal yang cocok untuk pasien baik
sebelum dan sesudah kuretase

2 12 Maret 2018 Nyeri akut b.d adanya Setelah dilakukan tindakan 1. Pemberian obat
pertumbuhan abnormal keperawatan 5 x24 jam a. Identifikasi apakah pasien memilki
trofoblas sehingga diharapkan nyeri pada pasien alergi obat
memicu penimbunan berkurang dengan kriteria b. Konsultasi dengan dokter untuk
cairan dan hasil : menentukan obat untuk meredakan
pembentukan kista d.d 1. Skala nyeri pasien nyeri baik sebelum dan setelah
perut bertambah besar menurun proses kuretase

26
dan nyeri pada bagian 2. Manajemen nyeri
bawah abdomen a. Lakukan pengakajian komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas intensitas
dan faktor pencetus nyeri
b. Berikan informasi mengenai nyeri
penyebab nyeri dan ajarkan prinsip –
prinsip manajemen nyeri seperti
teknik tarik nafas dalam
3 12 Maret 2018 Ketidaseimbangan Setaelh dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital dengan tepat
nutrisi kurang dari keperawatan 5 x24 jam 2. Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh b.d diharapkan nutrisi dalam a. Identifikasi alergi atau intoleransi
kadar HCG dalam tubuh normal dengan kriteria makanan yang dimiliki pasien
tubuh tinggi hasil : b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
menyebabkan mual 1. Nafsu makan untuk pasien makan
muntah d.d menurunya meningkat 3. Identifikasi apakah pasien memilki alergi
nafsu makan 2. Asupan nutrisi obat sebelum pemasangan infus
terpenuhi 4. Terapi intravena

27
4 12 Maret 2018 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan luka
berhubungan degan keperawatan 5 x24 jam a. Beri edukasi terkait mencegah
tidak adanya janin diharapkan risiko infeksi terjadinya infeksi setelah proses kuretase
dalam tubuh d.d akan paien berkurang dengan dengan menganjurkan untuk sering
dilakukakanya kuretase kriteria hasil : mengganti pembalut
1. Kondisi luka membaik b. Menginformasikan pasien dan
keluarga tentang mola hidatidosa dan
akan dilakukannya tindakan kuretase
dan mengedukasi tujuan dilakukannya
kuretase
5 12 Maret 2018 Risiko ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
seimbangan volume keperawatan 5 x24 jam 2. Manajemen hipovolemi
cairan berhubungan diharapkan volume cairan a. Montior sumber terjadinya
dengan pendarahan tubuh pasien normal dengan perdarahan
memicu rendahnya kriteria hasil b. Berikan produk darah yang telah
kadar Hb d.d anemia 1. Tanda- tanda vital diresepkan
normal 3. Terapi Intravena
1. Kadar Hb normal

28
6. Implementasi Keperawatan/Tindakan Keperawatan
No Tanggal No. Pukul Tindakan Respon Paraf
Dx
Kep
1 12 Maret 1 07.00 Memonitor tanda-tanda vital dengan tepat Tanda tanda vital £
2018 pasien normal Ns. Ani
2 12 Maret 5 07.05 Memontior sumber terjadinya perdarahan Pasien mengatakan £
2018
pendarahan berasal dari Ns. Ani
vagina
3 12 Maret 1 07.10 Mengidentifikasi penyebab perdarahan Pasien terjadi £
2018
pada pasien pendarahan pada Ns. Ani
vagina
4 12 Maret 3 07.20 Mengidentifikasi apakah pasien memilki Pasien tidak memiliki £
2018
alergi obat sebelum pemasangan infus riwayat alergi obat Ns. Ani

5 12 Maret 5 07.30 Memberikan produk darah yang telah Pasien menerima £


2018
diresepkan transfusi PRC untuk Ns. Ani
meningkatkan Hb

29
6 12 Maret 1 07.30 Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk Pasien mendapatkan £
2018
menentukan injeksi intravena yang cocok injeksi asam Ns. Ani
untuk pasien baik sebelum dan sesudah traneksamat
kuretase
7 12 Maret 2 09.00 Mengkaji lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan £
2018
durasi, frekuensi, kualitas intensitas dan nyeri pada bagian Ns. Ani
faktor penyebab nyeri bawah perut
8 12 Maret 2 09.10 Mengedukasi penyebab nyeri dan Pasien mendengarkan £
2018
mengajarkan prinsip –prinsip manajemen dan dapat memahami Ns. Ani
nyeri seperti teknik tarik nafas dalam informasi yang
diberikan
9 12 Maret 2 09.15 Mengkonsultasikan obat dengan dokter Dokteer merespkan £
2018
untuk meredakan nyeri pasien baik pemberian injeksi asam Ns. Ani
sebelum dan sesudah kuretase mefenamat 500 mg 3X
sehari
10 12 Maret 3 09.45 Mengidentifikasi apakah pasien memilki Pasien tidak memiliki £
2018
alergi obat riwayat alergi obat Ns. Ani
11 12 Maret 1 09.50 Memberi pengobatan IV sesuai yang Pasien mendapatkan £
2018
telah diresepkan injeksi ranitidin Ns. Ani

30
12 11.30 Memberikan terapi intravena untuk Pasien mendapatkan £
mngurangi rasa mual terapi injeksi anbacin 1 Ns. Ani
mg setiap 12 jam sekali
13 12 Maret 3 11.35 Mengidentifikasi alergi makanan yang Pasien tidak memiliki £
2018
dimiliki pasien alergi makanan Ns. Ani
14 12 Maret 3 11.45 Menciptakan lingkungan yang nyaman Pasien merasa nyaman £
2018
untuk makan pasien dan nafsu makan Ns. Ani
membaik
15 12 Maret 4 13.15 Menginformasikan pasien dan keluarga Pasien dan keluarga £
2018
tentang mola hidatidosa dan akan memahami informasi Ns. Ani
dilakukannya tindakan kuretase dan yang diberikan dan
mengedukasi tujuan dilakukannya kuretase setuju untuk
dilakukannya kuretase
16 12 Maret 4 13.30 Memberi edukasi tentang mencegah Pasien dan keluarga £
2018
terjadinya infeksi setelah proses kuretase dapat memahami Ns. Ani
dengan mengannjurkan pasien dan informasi yang di
keluarga untuk sering mengganti pembalut berikan

31
8. Evaluasi
No Tanggal No Dx Evaluasi Paraf
Dx
1 18 Maret 2020 1 S: Pasien mengatakan merasa segar dan tidak lemas kembali £
O: Pasien merasa lebih nyaman dan terlihat segar Ns. Ani
Hasil pemeriksaan TTV pasien
A: Outcame berjalan sebagaimana mestinya.
P: Hentikan intervensi
2 18 Maret 2020 2 S: Pasien tidak meringis kesehatan . £
O: Pasien mengatakan nyeri berkurang Ns. Ani
A: Outcame berjalan sebagaimana mestinya.
P: Hentikan intervensi
3 1 18 Maret 2020 3 S: Mual berkurang dan nafsu makan bertambah. £
O: Nafsu makan pasien membaik dan rasa mual berkurang Ns. Ani
A: Outcame berjalan sebagaimana mestinya.
P: Hentikan intervensi
4 1 18 Maret 2020 4 S: Pasien mengatakan merasa lebih nyaman. £
O: Pasien cocok dengan prosedur yang diberikan. Ns. Ani
A: Outcame berjalan sebagaimana mestinya.
P: Lanjutkan intervesni

32
4 1 18 Maret 2020 4 S: Pasien mengatakan merasa lebih segar dan baik £
O: Pasien cocok dengan prosedur yang diberikan. Ns. Ani
A: Outcame berjalan sebagaimana mestinya.
P: Lanjutkan intervensi

33
BAB 3. KERANGKA KONSEP ATAU WOC

3.1 WOC Mola Hidatidosa Yang Berkaitan Dengan Kasus

Mola Hidatidosa

Muntah dan Munculnya mata Kadar HCG tinggi Tidak adanya janin Pendarahan
Pendarahan pada ikan pada ostium dalam tubuh
vagina uteri kista

Menurunnya nafsu
makan Kuretase Kadar Hb rendah
Pertumbuhan
Kekurangan Cairan abnormal trofoblas
Mual,muntah
Anemia
Perut bertambah Resiko Infeksi
Badan Lemas besar
kista
Ketidaseimbangan
nutrisi kurang dari
Defisiensi Nyeri pada bagian kebutuhan tubuh
kekurangan cairan bawah abdomen Risiko
ketidakseimbangan
volume cairan

Nyeri Akut

37
3.2 WOC Mola Hidatidosa Secara Umum

38
39
BAB 4. ANALISIS JURNAL
4.1 Identitas Jurnal
A. Identitas Jurnal Utama
Judul jurnal : Mola Hidatidosa
Identitas Jurnal : Jurnal Medical Profession Vol. 1, No. 1, Tahun 2018
Penulis : Yulita Sari Purba, Muh Ardi Munir, Daniel Saranga
B. Identitas Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal : Profil Penderta Mola hidatidosa di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado
Identitas jurnal : Jurnal e-Clinic Vol. 4, No. 1, Tahun 2016
Penulis : Tiara V. Paputungan, Freddy W. Wagey, Rudy A.
Lengkong
2. Judul jurnal : Hubungan Status Gizi Dan Hipertensi Dengan Kejadian Mola
Hidatidosa Di Rsud Banjarnegara Tahun 2011 – 2013
Identitas jurnal : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 8, No. 1, Tahun 2017
Penulis : Tri Anasari
3. Judul jurnal : Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Mola
Hidatidosa Pada Satu Rumah Sakit Di Provinsi Lampung
Identitas jurnal : Jurnal Keperawatan, Volume 12, No. 2, Tahun 2016
Penulis : Risneni R.
1.2 Data Kasus
1. Anamnesa
a) Pasien 42 tahun, G10P9A0
b) Keluar darah dari jalan lahir berwarna kecoklatan terkadang disertai
dengan gumpalan – gumpalan daging berwarna agak bening, coklat dan
merah, tekstur lembek.
c) Pasien mengeluh abdomen makin membesar sejak 2 bulan yang lalu dan
tidak merasakan adanya gerakan janin.
d) Pasien mengeluh adanya nausea, vomitus sejak 3 hari SMRS dengan
frekuensi 2 kali sehari.

40
e) Pasien mengaku sebelumnya telah melakukan test pack dan hasilnya
positif hamil.
f) Pasien juga memiliki paritas tinggi yaitu memiliki 9 anak
g) Keadaan sosioekonomi pasien yang rendah serta kurangnya asupan nutrisi
selama kehamilan karena pasien hanyalah ibu rumah tangga dan suami
pasien bekerja sebagai petani.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi: adanya darah yang keluar dari kanalis cervicalis dengan porsio
uteri tampak terbuka, terdapat jaringan menyerupai mata ikan dari ostium
uteri.
b) Palpasi: uterus membesar tidak sesuai dengan usia kehamilannya, tidak
terba bagian janin. TFU 3 jari dibawah processus xiphoideus,
c) Auskultasi: tidak terdengar Detak jantung janin
3. Pemeriksaan Laboratorium
a) wbc 17,5 x 103/L; Hgb 6,5 gr/dl, Hct 20,5 %, PLT 174 x 103/L; Test pack
untuk mendeteksi B-hCG pada urin: Positif.
4. Ultrasonografi
a) Tampakan uterus berupa gambaran seperti badai salju tanpa disertai adanya
janin.
4.3 Pembahasan
1. Usia
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pasien berusia 42 tahun, menurut
teori yang diungkapkan oleh Hobert Hutabarat dalam Manuaba (1998) bahwa
faktor kehamilan dengan resiko tinggi berdasarkan obstetric diantaranya umur
>19 tahun atau diatas 35 tahun. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Risneni (2016) dimana dari 53 responden 22 orang diantaranya
berusia >20 tahun atau >35 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tiara,
dkk (2016) diperoleh hasil kasus mola hidatidosa terbanyak pada kelompok
umur >35 tahun.

41
2. Paritas
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pasien memiliki 9 orang anak,
menurut teori, wanita dengan multipara memiliki resiko lebih tinggi
dibandignakan pada primpara. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Tiara, dkk (2016) jumlah paritas ditemukan paling banyak
penderita mola hidatidosa pada multipara yaitu 15 kasus dari 18 responden
3. Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin pasien saat dilakukan pemeriksaan laboratorium
menunjukan Hb 6,5 gr/dL. Kadar Hb wanita sehat seharusnya punya kadar Hb
sekitar 12 mg/dl. Kekurangan Hb biasanya disebut anemia. Anemia pada
kehamilan dapat berakibat persalinan prematuritas, abortus, infeksi, mola
hidatidosa, hiperemesis gravidarum dan KPD. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Tiara dkk (2016) dari 18 responden terdapat 11 penderita dengan Hb ≤11
gr/dL.
4. Status Gizi
Keadaan sosioekonomi pasien yang rendah serta kurangnya asupan
nutrisi selama kehamilan karena pasien hanyalah ibu rumah tangga dan suami
pasien bekerja sebagai petani. Soebrata (2005) menyatakan bahwa
peningkatan angka kejadian mola hidatidosa juga dapat ditemukan pada ibu
yang mempunyai status gizi rendah. Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan
abnormal yang berasal dari ovum patologis, sedangkan mola hidatidosa yang
menyebabkan ovum patologisadalah defisiensi protein kualitas tinggi. Wanita
hamil, terutama antara hari ke-13 dan 21, mengalami kekurangan asam folat
dan histidine, akan mengalami gangguan pembentukan thymidine, yang
merupakan bagian penting dari DNA. Akibat kekurangan gizi ini akan
menyebabkan kematian embrio dan gangguan angiogenesis, yang pada
gilirannya akan menimbulkan perubahan hidropik. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Tri Anasari (2017), didapatkan bahwa dari 43
responden 19 responden diantaranya mengalami status gizi yang kurang dan

42
mengalami mola hidatidosa, sedangkan 24 orang diantaranya mempunyai
status gizi yang baik dan tidak mengalami mola hidatidosa.

43
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mola hidatidosa merupakan bentuk paling umum dari Gestational
Trophoblastic Disease (GTD), mola hidatidosa ditandai dengan kegagalan
perkembangan jaringan embrio dan kemungkinan dapat terulang kembali pada
kehamilan yang berbeda. Mola hidatidosa dikategorikan menjadi 2 yaitu, mola
hidatidosa parsial dan komplit. Dalam mendiagnosa dapat ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium, USG, uji Sonde, Rontgen Abdomen dan Amniografi.
Dalam penatalaksanaan medisnya dapat melalui terapi farmakologi maupun
nonfarmakologi.

5.2 Saran
Untuk menurunkan penderita Mola Hidatidosa diperlukan pehaman tentang
tanda dan gejala dan faktor-faktor resiko sehingga dapat dilakukan deteksi dini dan
penatalaksanaan untuk mencegah keparahan dari penyakit ini.

44
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal R, Saleh A, Bedaiwy MA. 2003. Role of reactive oxygen species in the
pathophysiology of human reproduction. Jurnal Human Reproduction Infertility
and Sexual Funtion. (7):829-43.
Anasari, T. (2013). Hubungan Status Gizi Dan Hipertensi Dengan Kejadian Mola
Hidatidosa Di Rsud Banjarnegara Tahun 2011 – 2013. Jurnal Keperawatan,
12(2), 39–49.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Berek, J.S., 2007. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In Rinehart, R.D.,
ed. Berek & Novak's Gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,
601-04.
Brinton LA, Lacev JV, dan Sherman ME, 2005, Epidemiology of Gynecologic
Canser di dalam Principles and Practice of Gynecologic Oncology 4th ed,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Bulecek, Gloria M., Howard K.B., Joanne M.D, dan Cherly M. Wagner. 2016.
Nursing Intervention Clasification.6 th edition. Singapore: Elsevier Terjemahan
oleh Intansari Nurjannah, Roxsana devi Tumanggor. 2016. Cetakan ke enam.
Jakarta: Mocomedia
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
(2012) Williams Obstretics. Edisi ke 23. McGraw Hill, United States.
Harahap, I. L., & Tirthaningsih, N. W. (2014). Mola Hidatidosa. Majalah
Biomorfologi, 27(1), 14–20. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Herdiana. (2013). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Lampung, P. (2017). Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Mola Hidatidosa
Pada Satu Rumah Sakit Di Provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan, 12(2), 173–
178.
Moein-Vaziri, N., Fallahi, J., Namavar-Jahromi, B., Fardaei, M., Momtahan, M., &
Anvar, Z. (2018). Clinical and genetic-epignetic aspects of recurrent
hydatidiform mole: A review of literature. Taiwanese Journal of Obstetrics and
Gynecology, 57(1), 1–6. https://doi.org/10.1016/j.tjog.2017.12.001

Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridea L.M, dan Elizabeth S. 2016. Nursing
Intervention Clasification. 5 th edition. Singapore: Elsevier Terjemahan oleh
Intansari Nurjannah, Roxsana devi Tumanggor. 2016. Cetakan ke lima. Jakarta:
Mocomedia

45
Mulisya, O., Roberts, D. J., Sengupta, E. S., Agaba, E., Laffita, D., Tobias, T., …
Mugisha, J. (2018). Prevalence and Factors Associated with Hydatidiform Mole
among Patients Undergoing Uterine Evacuation at Mbarara Regional Referral
Hospital. Obstetrics and Gynecology International, 1–7.
https://doi.org/10.1155/2018/9561413

Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Paputungan, T. V, Wagey, F. W., & Lengkong, R. A. (2016). Profil penderita mola
hidatidosa di RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou. Jurnal E-Clinic (ECl), 4(1), 215–
222.

Purba, Y. S Munir, M. A., & Saranga D. (2018). Mola Hidatidosa. Jurnal Medical
Profession. 1(1): 79-86

Purba, Y. S., Munir, M. A., & Saranga, D. (2019). Mola Hidatidosa. Medical
Profession (MedPro), 1 (1)(1), 79–86. Retrieved from
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jmp/article/download/12052/9230
R.A. Nawawi, Fitriani, B. Rusli, H. (2016). CLINICAL PATHOLOGY AND
Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik CLINICAL
PATHOLOGY AND Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium
Medik. 2 Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory,
14(2). https://doi.org/10.24293/ijcpml.v18i2.1003
Sabattani, C. F., Supriyono, M., & Machmudah. (2016). Efektivitas rendam kaki
dengan air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada ibu hamil penderita
preeklamsi di Puskesmas Ngaliyan Semarang. Ilmu Keperawatan Dan
Keidanan, 5(1), 1–10.
Wagey, F. W., & Lengkong, R. A. (2016). Profil penderita mola hidatidosa di RSUP
Prof . Dr . R . D . Kandou. Jurnal E-Clinic (ECl), 4(1), 215–222.

46

Anda mungkin juga menyukai