Anda di halaman 1dari 14

TERAPI PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR)

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

( disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komplementer)


Dosen PJMK : Ns. Kushariyadi, S.Kep., M.Kep.

Oleh :

Kelompok 5 Kelas C 2018

Silvia Deres 182310101101


Andhika Satriya 182310101112
Fonda Ayu Erlinawati 182310101128
Mellynia Nur Azizah 182310101132
Puspaning Pramudita H. 182310101142

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
Standar Operating Procedur (SOP)
Progressive Muscle Relaxation (PMR)
1. Pengertian PMR merupakan salah satu metode relaksasi
sederhana yang dilakukan melalui dua proses yaitu
menegangkan dan merelaksasikan otot tubuh yang
dapat dilakukan secara mandiri, Langkah pertama dari
teknik ini adalah dengan memberikan tegangan pada
suatu kelompok otot, dan kedua dengan
menghentikan tegangan otot tersebut kemudian
memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot
tersebut menjadi relaks, merasakan sensasi relaks
secara fisik dan tegangannya menghilang.
2. Tujuan 1. Mengurangi Ketegangan Otot dan Syaraf
2. Mengurangi tingkat kecemasan klien
3. Meningkatkan kemandirian pasien dalam
mengatasi masalah kesehatan kecemasan setelah
kemoterapi
3. Indikasi 1. Pasien dengan ansietas
2. Pasien sering stres
3. Pasien hipertensi
4. Pasieng diabetes mellitus tipe 2
5. Pasien dengan ketegangan otot
6. Pasien yang mengalami insomnia
7. Pasien dengan nyeri leher dan punggung
8. Pasien mual dan muntah
9. Pasien fatigue

4. Kontraindikasi 1. Cidera akut


2. Ketidaknyamanan muskuloskeletal
3. Penyakit jantung berat/akut
4. Hipotensi
5. Persiapan 1. Persiapan Pasien
a. Jelaskan tujuan, manfaat dan prosedur dan
pengisian lembar persetujuan terapi kepada
klien.
b. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu
berbaring dengan mata tertutup menggunakan
bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk
di kursi dengan kepala ditopang, hindari
posisi berdiri.
c. Lepaskan aksesoris yang digunakan seperti
kacamata, jam dan sepatu.
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau
hal lain sifatnya mengikat ketat.
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. Kursi
b. Bantal
3. Persiapan Lingkungan
a. Memberi privasi kepada klien
b. Lingkungan yang tenang dan sunyi

6. Pelaksanaan Fase Orientasi

1. Salam terapeutik
2. Perkenalan diri terapis dengan menyebutkan
nama lengkap dan nama panggilan
3. Tanya perasaan klien dan kesiapan klien
mengikuti terapi
4. Tanyakan ketegangan otot yang dirasakan oleh
klien

Fase Kerja

1. Minta klien untuk melepaskan kaca mata dan


jam tangan, melonggarkan ikat pinggang dan
pakaian yang ketat
2. Mempersilahkan klien duduk dan tenang pada
posisi berbaring di tempat tidur pada posisi
yang nyaman
3. Menjelaskan PMR mulai dari pengertian,
tujuan dan proses pelaksanaan yang terdiri
dari prosedur umum dan gerakan inti.
4. Meminta klien untuk mempertahankan mata
terbuka selama beberapa menit. Kemudian
secara berlahan menutup mata dan
mempertahankannya tetap tertutup
5. Meminta klien untuk tarik napas dalam, dalam
beberapa kali sebelum memulai latihan dengan
cara nafas dalam secara perlahan-lahan
melalui hidung dan hembuskan keluar melalui
mulut 1 kali

6. Melanjutkan dengan 14 gerakan inti mulai dari


otot tangan belakang, otot bisep, otot bahu,
otot dahi, otot mata, otot rahang, otot mulut,
otot leher depan, dan belakang, otot
punggung, otot dada, otot perut, otot kaki dan
paha.
7. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan
gerakan ke-1 yaitu genggam tangan dengan
membuat kepalan selama 5-7 detik, dan
rasakan ketegangan yang terjadi kemudian
dilepaskan selama 10 detik. Melakukan
gerakan sebanyak 2 kali
8. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan
gerakan ke-2 yaitu menekuk kebelakang
pergelangan tangan sehingga otot-otot
ditangan bagian belakang dan bagian bawah
menegang ke langit-langit selama 5 detik, dan
dilepaskan selama 10 detik. Kemudian ulangi
sekali lagi

9. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan
gerakan ke-3 yaitu menggenggam tangan
sehingga menjadi kepalan ke pundak selama 5
detik. Rasakan ketagannya kemudian lepaskan
selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.

10. Melatih gerakan ke-4 yaitu mengangkat kedua


bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu
akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga
selama 5 detik, kemuadian lepaskan selama 10
detik. Ulangi sekali lagi.
11. Melakukan gerakan ke-5 sampai dengan ke-8
yaitu gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah (dahi, mata,
rahang, dan mulut) pertama kerutkan dahidan
alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya
keriput. Lakukan selama 5 detik kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.

12. Tutup keras-keras mata sampai mata terasa


tegangannya selama 5 detik kemudianlepaskan
selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.

13. Katupkan rahang dengan menggigit gigi-gigi


dengan kuat selama 5 detik kemudian
lepaskan selama 10 detik kemudian ulangi
gerakan sekali lagi.
14. Moncongkan mulut sekuat-kuatnya sehingga
terasa ketegangan disekitar mulut selama 5
detik kemudian lepaskan selama 10 detik dan
ulangi gerakan sekali lagi.

15. Melatih gerakan ke 9 dan 10 tekankan kepala


kepermukaan bantalan kursi atau ketempat
tidur sehingga dapat merasakan ketegangan
dibelakang leher dan punggung atas kemudian
rilekskan. Ulangi sekali lagi
16. Melatih gerakan ke-11 yaitu mengangkat
tubuh dari sandaran kursi atau tempat tidur.
Kemudian punggung dilengkungkan dan dada
dibusungkan selama 5 detik kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.

17. Melatih gerakan ke-12 yaitu menarik napas


panjang dan dalam untuk mengisi paru-paru
dengan udara sebanyak-banyaknya. Ulangi
sekali lagi.

18. Melatih gerakan ke-13 yaitu menarik kuat-


kuat perut ke dalam kemudian tahan selama 5
detik sampai perut menjadi kencang dan keras.
Lepaskan selama10 detik

19. Melatih gerakan ke-14 yaitu menarik kuat-


kuat perut kedalam kemudian tahan selama 5
detik sampai perut menjadi kencang dan keras.
Lepaskan selama 10 detik dan ulangisekali
lagi.

Fase Terminasi

1. Menanyakan perasaan klien setelah


melakukan terapi Progressive Muscel
Relaxation (PMR)
2. Memberikan reinnforcment positif kepada
klien
3. Akhiri kegiatan dan lakukan kontrak
selanjutnya
4. Mengucapkan salam

7. Hal-Hal Yang Perlu Hal-hal yang perlu diperhatikan :


Diperhatikan Setyoadi (2011), Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
teknik ini adalah :
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan
karena dapat melukai diri sendiri
2. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk
membuat otot-otot relaks
3. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan
mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri.
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali,
kemudian bagian kiri dua kali
6. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks
7. Terus-menerus memberikan instruksi
8. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat.
9. Pada saat melaksanakan relaksasi otot progresif
perlu diperhatikan menegangkan otot ditahan
kira-kira lima detik dan dikendorkan pada saat
yang sama (Pentasari Zai, 2019).

8. Referensi https://www.youtube.com/watch?v=QtOwmCfmZSo

https://youtu.be/SH2PjUWqKNY

https://youtu.be/1gsJ0absGzk
DAFTAR PUSTAKA

Andry Sartika, A. W. (2018). Perbedaan Efektivitas Progressive Muscle Relaxation (Pmr)


Dengan Slow Deep Breathing Exercise (Sdbe) Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi. Jurnal Keperawatan Silampari , 15.

Afriani, D.K. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Wanita Lanjut Usia dengan Hipertensi Primer di Posyandu Lansia
Peduli Insani Mendungan Surakarta hal 8-9

Borneo, C. 2017. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Insomnia Pada
Lansia Di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Jurnal ProNers, 3(1).

Ekarini, N. L. P., Heryati, H., & Maryam, R. S. 2019. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
Progresif terhadap Respon Fisiologis Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan, 10(1), 47-52.

Muhdar. (2014). Pengaruh Pemerian Teknik Relaksasi Progresif terhadap Perubahan Tekanan
Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul hal 12-13

Octaviani, L., & Wirawati, M. K. 2018. Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan
Intensitas Mual Muntah Pasien Kanker dengan Kemoterapi. Jurnal Manajemen Asuhan
Keperawatan, 2(1), 14-21.

Pentasari Zai, Yupi. 2019. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Pogresif Terhadap Gangguan
Tidur Lansia Di Desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu Tahun 2019. Skripsi.
Sekolah Ilmu Tinggi Kesehatan Santa
Elisabeth.https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp-
content/uploads/2019/08/YUPI-PENTASARI-ZAI-032015104.pdf

Poniyah Simanullang, S. M. (2019). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (Pmr)


Terhadap Kecemasan Pada Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsu Martha
Friska Brayan Medan. Jurnal Darma Agung Husada , 8.

Putra Indrajaya, Dwi. 2018. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan Pada
Lansia Di Desa Kertobanyon Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Skripsi. Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun. http://repository.stikes-bhm.ac.id/266/1/46.pdf
(Diakses 31 Maret 2021)
Resti, I. B. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk Mengurangi Stres pada Penderita
Asma. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 01-20.
Riskinah, D., & Wirawati, M. K. 2017. Upaya Penurunan Kadar Gula Darah dengan
Penerapan Relaksasi Otot Progresif pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD
dr. H Soewondo Kendal. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 1(1), 26-35.

Sulistyowati, R., & Astuti, A. D. 2019. Relaksasi Otot Progresif untuk Mengurangi Gejala
Fatigue pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Pusat Kesehatan
Masyarakat Kayon. Jurnal Ilmah Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 87-93.

Utama, Hartiena Nadiya P,. (2018). Laporan Preplanning Latihan Relaksasi Otot Progresif
(ROP) Lansia pada Ny. E di Wisma ISolasi PSTW Bondowoso Kabupaten
Bondowoso.Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik. Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
SESI TANYA JAWAB

1. Bagaimana mekanismenya pmr diindikasikan untuk pasien yang mengalami hipertensi?


(Faikotul 18-111)
Jawaban :
Pada pasien yang mengalami hipertensi yaitu terapi ini hanya membantu untuk
menimbulkan rasa nyaman atau relaks (ketegangan otot). Dalam keadaan relaks, tubuh
melalui otak akan memproduksi endorphin yang berfungsi sebagai analgesik alami tubuh
dan dapat meredakan rasa nyeri (keluhan-keluhan fisik). Selain itu dalam keadaan relaks
tubuh akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang berfungsi untuk menurunkan
detak jantung, laju pernapasan dan tekanan darah (hipertensi) (Sulistyarini, 2013).
2. Bagaimana mekanisme teknik PMR dapat menurunkan kecemasan? (Dina Afkarina 18-
137)
Jawaban :
Pada saat seseorang mengalami kecemasan, syaraf yg bekerja lebih dominan yaitu syaraf
simpatis, sedabgkan saat keadaan relaks syaraf yg bekerja adalah saraf parasimpatis.
Dimana syaraf simpatis dan parasimpatis bekerja secara berlawanan. Ketika otot-otot
dirilekskan dapat menormalkan kembali fungsi fungsi organ tubuh. Selain itu gerakan
relaksasi otot progresif ini menstimulasi pengeluaran hormon endorphin yang
memberikan rasa bahagia dan kenyamanan pada tubuh. Sehingga seseorang melakukan
relaksasi dapat membantu tubuhnya menjdi relaks . Dengan demikian dapat memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik.
3. Seberapa efektif pemberian terapi PMR bagi pasien dengan DM 2? mohon penjelasannya
(Widya Maulina 18-106)
Jawaban :
Terapi PMR yang dilakukan dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut sebanyak 1 kali
sehari dengan durasi ± 15-30 menit baik secara klinis maupun statistik menunjukkan
bahwa terapi PMR mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah yang signifikan
(Akbar, Malini & Afriyanti, 2018).
Karena PMR adalah salah satu terapi non farmakologi yang dapat diberikan pada
penderita DM tipe 2 dan jika dilakukan secara teratur minimal 15 menit selama 3 hari
dapat meningkatkan aktivitas otot dan meningkatkan metabolisme gula darah dalam
tubuh sekaligus meningkatkan sekresi insulin di pankreas.
4. Bagaimana mekanisme PMR untuk indikasi insomnia? Dan untuk hasil yang efektif
seberapa rutin terapi ini dilakukan? (Risma Eka 18-102)
Jawaban :
Latihan relaksasi ini membuat perasaan menjadi rileks kemudian diteruskan ke
hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CFR), pada
Corticotropin Releasing Factor (CFR) merangsang kelenjar pituitari untuk meningkatkan
produksi Propioidmelanicortin yang menyebabkan B endorfin sebagai neurotransmitter
yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks dan produksi encephalin oleh medulla
adrenal meningkat sehingga terjadi peningkatan kualitas tidur. Sehingga terapi ini dapat
memperlama durasi tidur, mingkatkan efisiensi tidur, mengurangi gangguan tidur seperti
insomnia.
Dengan dilakukan terap relaksasi otot progresif secara rutin selama 7 hari serta
menjadikan sebuah kebiasaan, maka akan memberikan dampak positif dan dapat
mengurangi gangguan tidur seperti insomnia. (Borneo, 2017) .
5. Bagaimana mekanisme pmr sehingga dapat diindikasikan untuk pasien yang mengalami
stres? kemudian apakah pmr ini cukup efektif jika diaplikasikan untuk semua tingkat
stres? (Pinky 18-107)
Jawaban :
Mekanisme terjadinya stres menurut Suliswati dimulai dari munculnya tanda peringatan
pertama dari rasa takut, marah, frustasi, trauma, atau penyakit pada tubuh yang diterima
oleh saraf sensoris. Tanda peringatan ini diteruskan oleh saraf ke hipotalamus dan
korteks serebral. Tujuan latihan relaksasi adalah untuk menghasilkan respon yang dapat
memerangi respon stres. Bila tujuannya telah tercapai maka aksi hipotalamus akan
menyesuaikan dan terjadi penurunan aktifitas sistem saraf simpatis dan para simpatis.
Urutan efek fisiologis dan gejala maupun tandanya akan terputus dan stres psikologis
berkurang.
Terapi PMR ini efektif untuk semua tingkatan stress namun juga diperhatikan variabel-
variabel lainnya yang mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar menurunkan tingkat
stres.
6. PMR salah satu diindikasikan bagi pasien DM tipe 2, bagaimana perbandingan antara
PMR dengan senam kaki diabetes yang sama2 untuk DM? (Ilany 18-130)
Jawaban :
Kalau PMR itu untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien DM berkaitan erat
dengan stress fisik dan psikologis yang dialami pasien, sedangkan kalau senam kaki
diabetik ini memberikan tekanan dan gerakan pada kaki untuk mempengaruhi hormon
yaitu meningkatkan sekresi endorphin yang berfungsi untuk menurunkan rasa sakit,
vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kadar gula darah dan tekanan
darah terutama sistolik brachialis yang berhubungan langsung dengan nilai ABI. Dan
senam kaki DM ini dilakukan pada DM tipe 2 yg tidak terjadi nefropati diabetik.
7. Apa indikasi khusus dari PMR ? Misalnya pasien mengalami depresi, mengapa memilih
PMR dibanding terapi lain seperti Aromaterapi ? (Afifah NU 18-109)
Jawaban :
Penggunaan Beberapa terapi untuk menurunkan tingkat kecemasan tergantung pada
Sumber Daya yang ada. Misal untuk Terapi Progressif ini, mungkin untuk awalan
membutuhkan seseorang yang sudah tw apa saja yang dilakukan agar hasil yang
diberikan maximal. Berbeda dengan Lavender yang dapat dilakukan sendiri, yang mana
lavender ini mengandung linalool dan linalyl acetat yang berefej sebagai analgetik yang
dapat membuat seseoran relax dengan cara mencium bau yang kemudian ditangkap oleh
saraf dihidung lngsung terhantar ke saraf otak. Yang terakhid ada Guided Imaginary,
orang yang ini melakukan terapi ini membutuhkan orang yang pandai bercerita sesuai
lagu yang diputar.
8. Apabila ada gerakan terapi PMR yang tidak di laksanakan atau ada gerakan yg dilakukan
tapi tidak berurutan, apa yang akan terjadi? apakah akan berpengaruh terhadap efektifitas
terapi ini? bagaimana pengeruhnya? (Tanwirotul 18-127)
Jawaban :
Sebenernya melakukan teknik relaksasi otot progresif ini efektifitasnya tergantung dari
apakah klien melakukan PMR ini dengan teknik yg benar atau tidak, karena setiap
gerakan memiliki tujuan masing2. Jadi jika memang 1 tahap tidak dilakukn, makan tidak
ada efek atau manfaat dari tahap tersebut.
Namun jika memang ingin hasil yg maksimal maka semua tahap tersebut harus
dilakukan dengan benar dan sesuai dengan langkah-langkah yg diajarkan

Anda mungkin juga menyukai