Anda di halaman 1dari 9

TERAPI KOMPLEMENTER MANIPULATIVE BASED THERAPY:

SLOW STROKE BACK MASSAGE


( disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komplementer)
Dosen PJMK : Ns. Kushariyadi, S.Kep., M.Kep.

Oleh :

Kelompok 4/ C 2018

Yusi Ayu Permatasari 182310101110


Alisa Qudrunnada R. 182310101131
Vivi Wahyuningtias 182310101133
Yofita Refvinda Desfiani 182310101149
Winda Ahsanal Aulia 182310101150

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
Standar Operating Procedur (SOP)
Terapi Komplementer Manipulative Based Therapy: Slow Stroke Back Massage
1. Pengertian Slow Stroke Back Massage (SSBM) merupakan salah satu
teknik stimulusi kutaneus, dimana SSBM merupakan salah
satu tindakan masase pada punggung dengan usapan yang
perlahan selama 10 sampai 30 menit dengan usapan 12-15
kali permenit, dengan kedua tangan menutup area selebar 5
cm diluar tulang belakang yang dimulai pada bagian tengah
punggung bawah kemudian kearah atas menuju area belahan
bahu kanan dan kiri (Salvo, 2016).
2. Tujuan 1. Menurunkan ketegangan otot
2. Memperlancar peredaran darah dan limphe
3. Menurunkan intensitas nyeri
4. Menurunkan kecemasan
5. Memberikan kenyamanan
6. Meningkatkan relaksaksi
7. Meningkatkan kualitas tidur
8. Menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
9. Menurunkan fatigue
3. Indikasi 1. Pasien dengan depresi
2. Pasien dengan hipertensi
3. Pasien dengan ansietas
4. Pasien dengan kesulitan tidur
5. Klien dengan keluhan kekakuan dan ketegangan otot di
punggung dan bahu
6. Klien yang mengalami nyeri/ ketidaknyamanan
4. Kontraindikasi 1. Pasien dengan fraktur tulang rusuk atau vertebrae,
2. Pasien dengan luka bakar,
3. Pasien dengan kemerahan atau iritasi pada kulit
4. Pasien dengan luka terbuka pada daerah punggung
5. Adanya infeksi pada kulit, jaringan parut/ scar
6. Pasien dengan luka memar
7. Pasien dengan ruam kulit
5. Persiapan Persiapan
a. Persiapan Alat dan Bahan
1. Selimut mandi
2. Handuk mandi
3. Lotion/ baby oil/ minyak zaitun
4. Masker dan handscoen bersih
b. Persiapan Lingkungan
1. Persiapkan setting dan tempat
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
3. Pastikan kenyamanan bagi pasien
4. Jaga privasi pasien
c. Persiapan Pasien
1. Memposisikan klien senyaman mungkin
2. Mengkaji kondisi pasien
6. Pelaksanaan Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Mencatat/menanyakan identitas pasien minimal
dengan 2 identitas
4. Validasi pasien: menanyakan perasaan, dan kesiapan
pasien saat ini
5. Menjelaskan pada pasien tentang prosedur dan tujuan
yang akan dilaksanakan
6. Selama komunikasi menggunakan bahasa yang jelas,
sistematis, dan mudah dimengerti
7. Membuat kontrak (waktu, tempat, dan tindakan yang
akan dilakukan)
8. Pasien diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
9. Jaga privasi pasien
10. Bawa alat dan dekatkan ke pasien
Tahap Kerja
1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang
nyaman
3. Cek alat- alat yang digunakan
4. Cuci tangan 6 langkah, dan gunakan masker serta
sarung tangan (handscoen bersih)
5. Minta pasien untuk membuka baju, bantu jika perlu
6. Posisikan klien senayaman mungkin pada posisi
telungkup (pronasi)
7. Biarkan bagian punggung, bahu, dan lengan atas
terbuka, kemudian tutup bagian lainya menggunakan
selimut mandi
8. Pastikan tidak adanya kontraindikasi pada pasien
(seperti adanya infeksi pada kulit, adanya jaringan
parut/scar, atau adanya fraktur pada daerah pemijatan)
9. Oleskan lotion secukupnya pada tulang punggung
pasien (kolumna vertebralis)
10. Melakukan tindakan pemijatan
a. Lakukan Teknik Stroking
1. Menggunakan ujung 3 jari (jari telunjuk,
tengah, manis) dengan posisi merapat
2. Kemudian, lakukan stroking dengan ujung 3
jari tersebut dimulai dari sakrum ruas ke-2 (S2)
sampai ke servikal ruas ke-7 (C2) (dari bawah
ke atas)
3. Lakukan stroking sebanyak 5 kali dengan
masing masing 10 detik (dengan posisi
merapat)
b. Lakukan Teknik Petrissage
1. Memijat dengan menggunakan kedua ibu jari
berhadapan dari servikal ke-7 (C7) hingga
sakrum ke-2 (S2) (dari atas ke bawah)
2. Lakukan petrisage sebanyak 5 kali dengan
masing-masing 10 detik
c. Lakukan teknik friction
1. Disebut juga gerakan gerusan yaitu dengan
menggunakan ujung 3 jari (telunjuk, jari
tengah, dan jari manis) dengan posisi merapat
dan tangan satunya memperkuat diatasnya
2. Gerakan yang dilakukan adalah penekanan
memutar kearah ibu jari mulai dari servikal ke-
7 (C7) sampai sakrum ke-2 (S2) (dari atas ke
bawah) sebanyak 3 kali masing-masing 10
detik
12. Bersihkan sisa lotion pada punggung dengan handuk
13. Bantu pasien memakai baju kembali
Tahap Terminasi
1. Bantu klien kembali pada posisi semula dan berpakaian
kembali
2. Jelaskan bahwa tindakan sudah selesai
3. Bereskan alat-alat yang digunakan
4. Kaji respon pasien dengan melakukan evaluasi dengan
menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan (subyektif dan obyektif)
5. Beri reinforcement positif pada pasien
6. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
7. Akhiri kegiatan dengan baik
8. Mendokumentasikan hasil kegiatan
9. Mencuci tangan
1. Hal-Hal Yang 1. Evaluasi respon pasien setelah melakukan kegiatan
Perlu 2. Menanyakan kepada pasien apakah meyukai terapi Slow
Diperhatikan Stroke Back Massage dikarenakan beberapa pasien tidak
menyukai kontak secara fisik
3. Mengidentifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti
fraktur tulang rusuk/vertebra, luka bakar, daerah
kemerahan pada kulit, atau luka terbuka
4. Tetap memperhatikan keadaan umum pasien selama
prosedur dilakukan
5. Kurangi kekuatan saat pemijatan jika pasien merasa
kesakitan
6. Tetap bersikap teliti dan hati-hati
2. Referensi URL
https://youtu.be/wR32T6K0Mho
https://www.youtube.com/watch?v=cO2x-I2ZWa8
https://youtu.be/XJYdxi-Acu0
https://www.youtube.com/watch?v=dByrvo5f6pg
[ Diakses pada tanggal 26 Maret 2021]
Andjani, Tri. 2016. Lampiran SOP Slow Stroke Back
Massage. Program Studi Keperawatan Universitas
Jember
Anninah, A., Asmawati, A. dan Pardosi, S. 2020. Pengaruh
Slow Stroke Back Massage Terhadap Kualitas
Tidur Ibu Post Sectio Caesarea di RS. Bhayangkara
Bengkulu. Jurnal Keperawatan Raflesia. 2(1). hal.
41–50. doi: 10.33088/jkr.v2i1.427.
Istyawati, P., Prastiani, D. B. dan Rakhman, A. 2020.
Efektifitas Slow Stroke Back Massage (Ssbm)
Dalam Menurunkan Skala Nyeri Kepala Pasien
Hipertensi Di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal.
Coping: Community of Publishing in Nursing. 8(2).
hal. 207. doi: 10.24843/coping.2020.v08.i02.p14.
Nasution, J. D. dan S. Siswati. 2020. Efektivitas Stimulasi
Kutaneus: Slow Stroke Back Massage terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Osteoarthritis pada
Lansia. Jurnal Ilmiah Pannmed. 15(2): 196-199
Potter, Patricia A dan Perry, Anne Griffin. 2005a. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Syahrul dan Hayati . 2018. Pengaruh stimulus kutaneus slow
stroke back massage terhadap nyeri LBP.Jurnal
Human Care. 3(3). hal. 189–197.
Lampiran

Pertanyaan Hasil Diskusi Terapi Komplementer Slow Stroke Back Massage

1. Apa perbedaan dari SSBM dengan Backrub yang pernah kita pelajari saat KDM?
( Risma Eka Putri Arlyani Kusuma Dewi / 182310101102)
Jawaban:
Teknik back Rub adalah sebuah tindakan yang digunakan untuk menstimulasi
kulit dan jaringan dibawahnya dengan variasi tekanan tangan untuk mengurangi nyeri,
memberikan relaksaksi dan meningkatkan sirkulasi. Teknik yang digunakan yaitu
teknik effleurage dan petrissage (Lynn, 2011). Efek teknik/gerakan effleurage yaitu
dapat menstimulasi sistem saraf parasimpatik melalui sekresi hormon endofrin yang
dapat memberikan respon relaksasi pada tubuh yang dapat memberikan efek berupa
penurunan curah jantung. Teknik petrissage yaitu dapat meningkatkan sirkulasi darah
melalui stimulus pada jaringan dan kulit. Sirkulasi darah yang lancar dan vasodilatasi
pembuluh yang lancar mengakibatkan turunnya tahanan perifer dan mengakibatkan
turunnya tekanan darah. Sedangkan Slow Stroke back massage adalah gosokan
lambat menggunakan tangan selama 60 gosokan permenit yang diberikan selama 3-10
menit yang dilakukan untuk relaksaksi. Teknik yang digunakan lebih mudah dari pada
back rub karena hanya menggunakan 1 jenis gerakan yaitu effleurage, namun ada juga
SSBM dengan menggunakan 3 teknik seperti sop yang kami jelaskan yaitu teknis
strocking, petrissage, dan friction.
Terdapat kesamaan dari keduanya yaitu sama sama dilakukan pada area
punggung dan dapat memberikan efek fisiologis dan psikologis yaitu berupa relaksasi
yang dapat menurunkan aktivitas saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan menyebabkan turunnya tekanan darah.

2. Pada bagian indikasi SSBM dikatakan salah satunya yaitu untuk pasien depresi.
Tindakan ini efektif pada tingkat depresi yang seperti apa dan idealnya dilakukan
selama brp kali untuk hasil maksimal? Lalu bagaimana mekanisme SSBM sehingga
mampu menurunkan tingkat depresi tersebut?
( Triyas Anggini Putri W./ 182310101103)
Jawaban:
SSBM dapat di lakukan pada pasien depresi ringan sampai akut atau depresi
yang di sebabkan seperti kehilangan anggota badan karena amputasi,mengidap
penyakit kronis, dan juga depresi pada lansia yang di sebabkan karena faktor
fisik,fisiologis, dan psikologisnya yang menurun. Terapi ini dapat efektif apabila
dilaksanakan satu kali sehari selama 7 hari berturut-turut selama 15 menit. Namun
tergantung juga dari tingkat keparahan dari depresinya, apabila semakin parah maka
teknik SSBM juga dilakukan dalam jangka yang lebih lama yang tidak dapat di
tentukan. Namun pada jurnal dikatakan bahwa apabila dilakukan SSBM selama 1x
dalam 7 hari telah berpengaruh pada tingkat depresi.
Untuk menkanismenya sendiri terapi SSBM yang merupakan salah satu terapi
kutaneus yang bekerja dengan mendorong pelepasan endorphin akan menstimulasi
saraf-saraf superfisial di kulit punggung yang akan diteruskan menuju otak paca
bagian hipotalamus. Sistem saraf desenden yang ada pada hipotalamus akan
melepaskan opiat endogen, seperti endorphin. Peningkatan hormon endorfin akan
menstimulasi produksi hormon dopamin dan hormon serotonin yang berperan untuk
relaksasi dan menurunkan depresi. Hormon dopamin yang naik kadarnya akan
menyebabkan kecemasan pasien berkurang, sedangkan hormon serotonin yang
meningkat dapat mengurangi gangguan tidur yang menyebabkan pasien menjadi lebih
rileks dan secara tidak langsung hal ini dapat mendistraksi dan menurunkan tingkat
depresi yang dialami oleh pasien.

3. Bagaimana mekanisme kerja SSBM dalam menurunkan TD pada klien hipertensi?


(Tanwirotul Afidah / 182310101127)
Jawaban:
Slow stroke back massage dapat memberikan efek meningkatkan sirkulasi
darah dan kelenjar getah bening, melepaskan respon saraf, melepaskan bahan kimia
tubuh sehingga terjadi respon relaksasi (Healey, 2011). Dalam meningkatkan aktivitas
sistem saraf parasimpatis yang mengeluarkan neurotransmiter asetilkolin yang dapat
menghambat depolarisasi SA node dan AV node akibat aktivitas sistem saraf simpatis
yang mengeluarkan neurotransmiter norepinephrin, hal ini menyebabkan terjadinya
vasodilatasi sistemik dan penurunan kontraktilitas sehingga menimbulkan dampak
penurunan kecepatan denyut jantung, curah jantung, dan volume sekuncup sehingga
terjadi perubahan tekanan darah yaitu berupa penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
Daftar Pustaka

Andjani, Tri. 2016.Perbedaan Pengaruh Masase Punggung dan Slow Stroke Back Massage
(SSBM) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di UPT PSLU
Jember. Skripi. Jember : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Bafadal, K.M., Zulkifli, L. W. A. 2020. Pengaruh Slow Stroke Back Massage terhadap
Tingkat Depresi Pasien Jiwa dengan Depresi Akut. Jurnal Keperawatan Terpadu.
2(2).hal. 178–188.

Retno, A. W. dan D. Prawesti. 2012. Tindakan Slow Stroke Back Massage dalam
Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal STIKES. 5(2): 133-
143.

Anda mungkin juga menyukai