KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
(diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Komplementer)
dengan Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Ns. Kushariyadi, S. Kep., M. Kep.
Oleh
Kelas C 2018
Kelompok 02
Karolina Korindo 162310101105
Triyas Anggini PW 182310101103
Widya Maulina CP 182310101106
Faikotul Munawaroh 182310101111
Naela Farah A 182310101114
Orientasi
1. Memberi salam terapeutik: salam dan perkenalan diri dari terapis
2. Evaluasi/validasi: menanyakan identitas, perasaan, dan kesiapan pasien
saat ini
3. Kontrak tempat, waktu, dan kegiatan:
1). Menjelaskan tujuan kegiatan
2). Menjelaskan prosedur tindakan
3). Menjelaskan aturan main berikut:
- Klien siap untuk mengikuti instruksi dari terapis
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4) Kontrak waktu
4. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
5. Jaga privasi
Tahap Kerja
1. Posisikan pasien senyaman mungkin (supinasi, low fowler, semi
fowler, fowler, atau high fowler)
2. Instruksikan pasien untuk meletakkan tangan satu pada bagian atas
dada dan yang satu pada bagian atas perut
3. Instruksikan pasien untuk menutup mata agar dapat berkonsentrasi
4. Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam
5. Instruksikan pasien untuk menahan nafas dengan menghitung selama 3
hitungan dalam hati hingga rongga perut terisi dengan udara (perut
menggembung)
6. Instruksikan pasien untuk menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan hingga udara yang berada di rongga perut kosong (perut
mengempis)
7. Instruksikan pasien untuk bernafas normal beberapa saat (1-2 menit)
8. Instruksikan pasien untuk melakukan secara mandiri
Tahap Terminasi
1. Kaji respon klien selama tindakan (evaluasi subjektif dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien
3. Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
kembali jika merasakan nyeri/cemas,dll
4. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
5. Akhiri pertemuan dengan baik
6. Mencuci tangan
7. Mendokumentasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan
7 EVALUASI 1. Evaluasi respon pasien setelah melakukan
kegiatan
2. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan
secara mandiri.
8 HAL-HAL YANG 1. Klien harus dalam keadaan yang nyaman
PERLU 2. Klien harus tenang dan sadar
DIPERHATIKAN 3. Lingkungan harus tenang
4. Selalu perhatikan setiap respon klien selama
tindakan
5. Jika terdapat kesulitan bernafas (kesulitan
nafas bertambah) atau nyeri memberat maka
hentikan tindakan
9 REFERENSI
URL:
https://youtu.be/yG6pLgwhwHM
Referensi Lain:
1. CFUNS. 2018. Buku Panduan Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jember; Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
2. Hamlin, A. S., and T. M. Robertson. 2017. Pain and Complementary
Therapies. Journal of Critical Care Nursing Clinics of North Africa.
29(4): 449-460.
3. Inra, T. H., dan R. C. Adi W. 2019. Perbedaan Tingkat Kecemasan
Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
di Kelurahan Tlogomas Malang. Nursing News. 4(1): 338-347.
4. Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
5. Silvina, Y. E. B. K., dan Septiana. 2019. Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Terhadap Dismenorea. Journal of Midwifery. 1(1): 30-37.
Hasil Diskusi
Pertanyaan :
Jawaban :
1. Terapi relaksasi napas dalam untuk semua pasien kritis atau terminal,
selain yang ada di kontraindikasi karena sesaui konsep paliatif orang sakit
kritis atau terminal biasanya nyeri.
2. Tidak semua orang yang mengalami nyeri dapat menggunakan teknik
relaksasi napas dalam. ada beberapa kontraindikasinya yaitu pada pasien
yang memiliki penyakit jantung dan pasien yang mempunyai penyakit
yang berkaitan dengan pernapasan. lalu juga pasien dengan nyeri yang
berat tidak dianjurkan untuk langsung memakai teknik relaksasi napas
dalam ini, melainkan harus diberikan obat analgesik terlebih dahulu dan
ketika pasien sudah tampak tenang dan rileks, instruksikan untuk
menggunakan terapi relaksasi napas dalam. Untuk pada saat menarik
napas yang mengembang adalah bagian perut.
3. Kerja dari terapi ini dapat memberikan pereganggan kardiopulmonari
(Izzo 2008, h.138). Stimulasi peregangan di arkus aorta (pembuluh darah
utama yang keluar dari ventrikel kiri jantung) dan sinus karotis diterima
dan diteruskan oleh saraf vagus ke medula oblongata (pusat regulasi
kardiovaskuler), dan selanjutnya terjadinya peningkatan refleks
baroreseptor (mekanisme homeostatik tubuh yang membantu menjaga
tekanan darah pada tingkat hampir konstan). Impuls aferen dari
baroreseptor mencapai pusat jantung yang akan merangsang saraf
parasimpatis dan menghambat pusat simpatis, sehingga menjadi
vasodilatasi sistemik, penurunan denyut dan kontraksi jantung.
Perangsangan saraf parasimpatis ke bagian-bagian miokardium lainnya
mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup menghasilkan
suatu efek inotropik negatif (memblok pergerakan Ca2+ atau mendepresi
metabolisme otot jantung). Pada otot rangka beberapa serabut vasomotor
mengeluarkan asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
akibatnya membuat tekanan darah menurun (Muttaqin 2009, hh. 18-22).
Efektif atau tidaknya bermacam-macam karna tergantung pada pasien itu
sendiri dan derajat hipertensinya. Berdasarkan penelitian Mardani (2016)
terapi relaksasi nafas dalam mampu menurunkan hipertensi baik derajat 1
maupun derajat 2, namun lebih efektif dilakukan kepada penderita
hipertensi derajat 1 daripada penderita hipertensi derajat 2. Hipertensi
Derajat 1 apabila tekanan sistolik antara 140-159 mmHg dan tekanan
diastolik 90-99 mmHg. Sedangkan Hipertensi Derajat 2 apabila tekanan
sistolik > 160 mmHg dan tekanan diastolik > 100 mmHg.
4. Untuk pasien kondisi nyeri berat, diberikan terapi farmakologi seperti obat
analgesik terlebih dahulu. Sedangkan untuk terapi relaksasi napas dalam
yaitu untuk pasien yang mengalami nyeri ringan saja. Untuk mengintensi
pasien bisa dengan distraksi atau pengalihan dari focus terhadap nyeri ke
stimulus lain, missal melihat pertandingan, menonton televise, membaca
Koran, melihat pemandangan, gambar. Lalu ketika pasien mulai tenang
dan rileks, instruksikan terapi relaksasi napas dalam sesuai SOP yang telah
kami paparkan tadi.