Anda di halaman 1dari 8

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

TERAPI KOMPLEMENTER MANIPULATIVE BASED THERAPY:


TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
(diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Komplementer)
dengan Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Ns. Kushariyadi, S. Kep., M. Kep.

Oleh
Kelas C 2018
Kelompok 02
Karolina Korindo 162310101105
Triyas Anggini PW 182310101103
Widya Maulina CP 182310101106
Faikotul Munawaroh 182310101111
Naela Farah A 182310101114

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

TERAPI KOMPLEMENTER MANIPULATIVE BASED THERAPY:


TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM
1 PENGERTIAN Terapi relaksasi nafas dalam merupakan
pernafasan abdomen yang dilakukan dengan
frekuensi lambat/perlahan, berirama, dan
nyaman yang dilakukan sembari memejamkan
mata (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Selain
itu, teknik ini bisa meredakan tegangan
(tension) pada tubuh sehingga merasa lebih
rileks dengan cara meningkatkan komunikasi
antara saraf bronkopulmonari afferen dengan
SSP dan rileks meningkatkan aktivitas dari saraf
parasimpatik dan menurunkan aktivitas dari
saraf simpatik (Hamlin & Robertson, 2017).
2 TUJUAN DAN 1. Meningkatkan konsentrasi
MANFAAT 2. Menurunkan hormon adrenalis
3. Memberikan perasaan tenang
4. Mengontrol emosi, stress, dan kecemasan
5. Meredakan nyeri
6. Meredakan tegang atau kaku sendi dan
badan
7. Meningkatkan oksigen pada darah
8. Meningkatkan ventilasi paru-paru
9. Meningkatkan aktivitas saraf parasimpatik
10. Menurunkan aktivitas saraf simpatik
3 INDIKASI 1. Pasien dengan sakit kritis
2. Pasien dengan kekakuan atau ketegangan
otot maupun sendi
3. Pasien yang mengalami kejenuhan
4. Pasien yang merasakan nyeri
5. Pasien dengan kecemasan
6. Pasien hipertensi
7. Pasien disminorrhea
8. Pasien yang menjalankan hemodialisa
4 KONTRAINDIKASI 1. Pasien yang memiliki penyakit jantung
2. Pasien dengan permasalahan yang berkaitan
dengan pernafasan
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien
2. Jelaskan pada klien dan/atau keluarga
mengenai tindakan yang akan dilakukan
4 PERSIAPAN ALAT 1. Handscoen
2. Masker
5 PERSIAPAN 1. Persiapkan setting dan tempat
LINGKUNGAN 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
3. Pastikan kenyamanan pada klien
4. Jaga privasi
6 CARA BEKERJA
Pra Interaksi
1. Membaca status klien dan memastikan data klien
2. Mencuci tangan
3. Menggunakan masker dan handscoen

Orientasi
1. Memberi salam terapeutik: salam dan perkenalan diri dari terapis
2. Evaluasi/validasi: menanyakan identitas, perasaan, dan kesiapan pasien
saat ini
3. Kontrak tempat, waktu, dan kegiatan:
1). Menjelaskan tujuan kegiatan
2). Menjelaskan prosedur tindakan
3). Menjelaskan aturan main berikut:
- Klien siap untuk mengikuti instruksi dari terapis
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4) Kontrak waktu
4. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
5. Jaga privasi

Tahap Kerja
1. Posisikan pasien senyaman mungkin (supinasi, low fowler, semi
fowler, fowler, atau high fowler)
2. Instruksikan pasien untuk meletakkan tangan satu pada bagian atas
dada dan yang satu pada bagian atas perut
3. Instruksikan pasien untuk menutup mata agar dapat berkonsentrasi
4. Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam
5. Instruksikan pasien untuk menahan nafas dengan menghitung selama 3
hitungan dalam hati hingga rongga perut terisi dengan udara (perut
menggembung)
6. Instruksikan pasien untuk menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan hingga udara yang berada di rongga perut kosong (perut
mengempis)
7. Instruksikan pasien untuk bernafas normal beberapa saat (1-2 menit)
8. Instruksikan pasien untuk melakukan secara mandiri

Tahap Terminasi
1. Kaji respon klien selama tindakan (evaluasi subjektif dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien
3. Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
kembali jika merasakan nyeri/cemas,dll
4. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
5. Akhiri pertemuan dengan baik
6. Mencuci tangan
7. Mendokumentasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan
7 EVALUASI 1. Evaluasi respon pasien setelah melakukan
kegiatan
2. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan
secara mandiri.
8 HAL-HAL YANG 1. Klien harus dalam keadaan yang nyaman
PERLU 2. Klien harus tenang dan sadar
DIPERHATIKAN 3. Lingkungan harus tenang
4. Selalu perhatikan setiap respon klien selama
tindakan
5. Jika terdapat kesulitan bernafas (kesulitan
nafas bertambah) atau nyeri memberat maka
hentikan tindakan
9 REFERENSI
URL:
https://youtu.be/yG6pLgwhwHM

Referensi Lain:
1. CFUNS. 2018. Buku Panduan Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jember; Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
2. Hamlin, A. S., and T. M. Robertson. 2017. Pain and Complementary
Therapies. Journal of Critical Care Nursing Clinics of North Africa.
29(4): 449-460.
3. Inra, T. H., dan R. C. Adi W. 2019. Perbedaan Tingkat Kecemasan
Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
di Kelurahan Tlogomas Malang. Nursing News. 4(1): 338-347.
4. Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
5. Silvina, Y. E. B. K., dan Septiana. 2019. Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Terhadap Dismenorea. Journal of Midwifery. 1(1): 30-37.
Hasil Diskusi

Pertanyaan :

1. Penyakit kritis seperti apa yang menggunakan terapi relaksasi napas


dalam? (Madinatul Munawaroh 162310101272)
2. Adakah Kelemahan dari terapi ini ? Dan jelaskan terkait hal tersebut. Serta
tadi di PPT disebutkan sampai perut mengembung, itu perut atau dada
yang mengembung? (Tri Andi 162310101269)
3. Salah satu indikasi teknik relaksasi deep breating ini kan untuk pasien
hipertensi yaitu dapat menurunkan tekanan darah. Nah bagaimana bisa
relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah, apa yg
dipengaruhi. Dan seberapa efektif teknik ini untuk menurunkan tekanan
darah? (Yofita Refvinda Desfiani 182310101149)
4. Saat di kondisi nyeri berat, kebanyakan orang akan panik hingga marah
marah. Dan instruksi yang perawat coba berikan akan diacuhkan oleh
klien. Apalagi jika instruksi yang diberikan itu adalah nafas dalam yang
kadang dianggap kurang berguna. Bagaimana cara menarik atensi klien
yang sedang panik dengan nyerinya agar mau mengikuti instruksi nafas
dalam dari perawat dan bersedia mengikutinya dengan tepat? (Maulidya
Yuniar Rahmawati 182310101145)

Jawaban :

1. Terapi relaksasi napas dalam untuk semua pasien kritis atau terminal,
selain yang ada di kontraindikasi karena sesaui konsep paliatif orang sakit
kritis atau terminal biasanya nyeri.
2. Tidak semua orang yang mengalami nyeri dapat menggunakan teknik
relaksasi napas dalam. ada beberapa kontraindikasinya yaitu pada pasien
yang memiliki penyakit jantung dan pasien yang mempunyai penyakit
yang berkaitan dengan pernapasan. lalu juga pasien dengan nyeri yang
berat tidak dianjurkan untuk langsung memakai teknik relaksasi napas
dalam ini, melainkan harus diberikan obat analgesik terlebih dahulu dan
ketika pasien sudah tampak tenang dan rileks, instruksikan untuk
menggunakan terapi relaksasi napas dalam. Untuk pada saat menarik
napas yang mengembang adalah bagian perut.
3. Kerja dari terapi ini dapat memberikan pereganggan kardiopulmonari
(Izzo 2008, h.138). Stimulasi peregangan di arkus aorta (pembuluh darah
utama yang keluar dari ventrikel kiri jantung) dan sinus karotis diterima
dan diteruskan oleh saraf vagus ke medula oblongata (pusat regulasi
kardiovaskuler), dan selanjutnya terjadinya peningkatan refleks
baroreseptor (mekanisme homeostatik tubuh yang membantu menjaga
tekanan darah pada tingkat hampir konstan). Impuls aferen dari
baroreseptor mencapai pusat jantung yang akan merangsang saraf
parasimpatis dan menghambat pusat simpatis, sehingga menjadi
vasodilatasi sistemik, penurunan denyut dan kontraksi jantung.
Perangsangan saraf parasimpatis ke bagian-bagian miokardium lainnya
mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup menghasilkan
suatu efek inotropik negatif (memblok pergerakan Ca2+ atau mendepresi
metabolisme otot jantung). Pada otot rangka beberapa serabut vasomotor
mengeluarkan asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
akibatnya membuat tekanan darah menurun (Muttaqin 2009, hh. 18-22).
Efektif atau tidaknya bermacam-macam karna tergantung pada pasien itu
sendiri dan derajat hipertensinya. Berdasarkan penelitian Mardani (2016)
terapi relaksasi nafas dalam mampu menurunkan hipertensi baik derajat 1
maupun derajat 2, namun lebih efektif dilakukan kepada penderita
hipertensi derajat 1 daripada penderita hipertensi derajat 2. Hipertensi
Derajat 1 apabila tekanan sistolik antara 140-159 mmHg dan tekanan
diastolik 90-99 mmHg. Sedangkan Hipertensi Derajat 2 apabila tekanan
sistolik > 160 mmHg dan tekanan diastolik > 100 mmHg.
4. Untuk pasien kondisi nyeri berat, diberikan terapi farmakologi seperti obat
analgesik terlebih dahulu. Sedangkan untuk terapi relaksasi napas dalam
yaitu untuk pasien yang mengalami nyeri ringan saja. Untuk mengintensi
pasien bisa dengan distraksi atau pengalihan dari focus terhadap nyeri ke
stimulus lain, missal melihat pertandingan, menonton televise, membaca
Koran, melihat pemandangan, gambar. Lalu ketika pasien mulai tenang
dan rileks, instruksikan terapi relaksasi napas dalam sesuai SOP yang telah
kami paparkan tadi.

Anda mungkin juga menyukai