DISUSUN OLEH :
P27220018076
3B-DIII
2020
Telaah Jurnal Penelitian
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden adalah bapak-bapak dan ibu-ibu. Dibagi menjadi
32 dengan umur 51-60 tahun dan ada yang lebih. Kualitas tidur adalah
skor yang diperoleh dari responden yang telah menjawab pertanyaan-
pertanyaan pada Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yang terdiri dari 7
(tujuh) komponen, yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur,
efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan
disfungsi aktivitas siang hari. Masing-masing komponen memiliki kisaran
nilai 0 – 3 dengan 0 menunjukkan tidak adanya kesulitan tidur dan 3
menunjukkan kesulitan tidur yang berat. Skor dari ketujuh komponen
tersebut dijumlahkan menjadi 1 (satu) skor global dengan kisaran nilai 0 –
21. Jumlah skor tersebut disesuaikan dengan kriteria penilaian yang
dikelompokkan sebagai berikut.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan kedua yaitu
klien mampu melakukan tehnik relaksasi
dengan mengencangkan dan mengendorkan
otot mata, mulut, tengkuk, bahu, tangan,
punggung, perut, bokong dan kaki, mampu
merasakan perubahan sebelum otot‐otot
dikencangkan dan setelah otototot
dikencangkan.
2) Menjelaskan aturan main dalam pelaksanaa
terapi PMR, yaitu 2 kali sehari selama 25-
30 menit. Latihan bisa dilakukan pagi dan
sore hari, dilakukan 2 jam setelah makan
untuk mencegah rasa mengantuk setelah
makan dan klien mengikuti wajib kegiatan
dari awal sampai akhir.
3. Fase kerja
a. Minta klien untuk melepaskan kacamata dan
jam tangan serta melonggarkan ikat pinggang
(jika klien menggunakan ikat pinggang)
b. Atur posisi klien pada tempat duduk atau
ditempat tidur yang nyaman
c. Anjurkan klien menarik nafas dalam
hembuskan secara perlahan (3‐5 kali) dan
katakan rileks (saat menginstruksikan
pertahankan nada suara lembut)
d. Terapis mendemonstrasikan gerakan 1 sampai
dengan 7 yaitu mulai proses kontraksi dan
relaksasi otot diiringi tarik nafas dan
hembuskan secara perlahan meliputi :
1) Gerakan pertama ditujukan untuk melatih
otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan. Pasien diminta membuat
kepalan ini semakin kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi. Lepaskan
kepalan perlahan-lahan, sambil merasakan
rileks selama ± 8 detik. Lakukan gerakan 2
kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks yang dialami. Prosedur
serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2) Gerakan kedua adalah gerakan untuk
melatih otot tangan bagian belakang.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk
kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-
jari menghadap ke langit-langit. Lakukan
penegangan ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot
dan keadaan rileks yang dialami. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
3) Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-
otot bisep. Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga
menjadi kepalan kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot-otot bisep
akan menjadi tegang. Lakukan penegangan
otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
4) Gerakan keempat ditujukan untuk melatih
otot-otot bahu. Dilakukan dengan cara
mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan menyentuh kedua telinga.
Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras
ketegangan yang terjadi di bahu, punggung
atas, dan leher. Rasakan ketegangan otot-
otot tersebut ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot
dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2
kali.
5) Gerakan kelima sampai ke delapan adalah
gerakan-gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot
wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi,
mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk
dahi dapat dilakukan dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai
ototototnya terasa dan kulitnya keriput,
mata dalam keadaan tertutup. Rasakan
ketegangan otot-otot dahi selama ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-
lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
E. Rekomendasi Penelitian
Progresive Muscle Relaxation dilakukan secara teratur dan aktif dapat
pengendalian pencengahan komplikasi komplikasi
menurunkan/menstabilkan kadar glukosa darah,karena relaksasi otot ini
pelaksanaan sederhana, mudah
Elisabeth Health Journal : Jurnal Kesehatan,
Vol. V No. 01 (Juni,2020) : V-01 E-ISSN 2541-
4992
1
P ro g ra m S tu d i D 3 K e p e ra w a ta n
2
P ro g ra m S tu d i N e rs
Abstrak
Latar Belakang.Diabetes meletus relatif produksi insuline defisit yang
mengakibatkan mekanisme pengontrolan kadar glukosa dadar
D ite rim a 1 6 J u n i 2 0 2 0
D is e tu ju i 1 8 J u n i 2 0 2 0 dalam tubuh tidak terkontrol,sehingga menimbulkan potensial
D ip u b lik a s ik a n 1 8 J u n i komplikasi hiperglikemia dan hipoglikemia.Kondisi ini
2020 membuat pasien diabetes stress,kecemasan yang hebat
berbahaya meningkatkan kadar glukosa darah dalam
Keywords: tubuh,hal ini sebagai pengelolaannya direkomendasikan
Relaksasi Otot
terapie komplementer menggunakan progresive Muscle
Progresif, Kualitas
Tidur, Kadar Glukoda Relaxations.. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Darah Diabetes pengaruh Progresive Muscle Relaxation terhadap kualitas
tidur dan kadar glukosa darah pada diabetes.
Metode. Desain penelitian ini kuasi eksperimen dengan pre and post with
control group, untuk masing-masing kelompok terdiri 32
orang sampel dengan tehnik consecutive sampling. Data
dianalisis secara Uji statistik yang digunakan Wilcoxon Sign
Range Test dan Mann Whitney U.
Hasil.; Analisis statistik pengaruh Progresive Muscle Relaxation terhadap
peningkatan kualitas tidur yang sangat signifikan terdapat
perbedaan pada intervensi 1pada diabets dengan p=0.695
(<0.05) dan kelompok intervensi II diabetes p=0.00(p<0.05).
dan pengaruh Progresive Musle Relaxation terhadap
penurunan glukosa darah dengan ditemukan perbedaan
sebelum dan setelah intervensi I pada diabetesi p=0.627
(p>0.05) ,dengan perbedaan intervensi kelompok II diabetes
p=0.00 (p<0.05) menunjukan adanya pengaruh yang
signifikan
Pembahasan; Ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe Saran bagi
Diabetes Progresive Muscle Relaxitation dapat pengendalian
pencengahan komplikasi komplikasi
menurunkan/menstabilkan kadar glukosa darah,karena
relaksasi otot ini pelaksanaan sederhana, mudah ,ekonomis
tidak ruangan khusus tutorial, cukup membutuhkan
niat,semangat optimisme menjadi sehat bahagia masa depan
.diharapkan diabetesi selalu aktif melaksanakan relaksasi otot
progresive tetatur,rutin.serta usahan tetap patuh kontrol gula
darah sewaktu imbangi diet sehat seimbang . Bagi
Pengembangan Ilmu Kesehatan / Peneliti Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai referensi informasi data
dalam menemukan alternatif terapie mengendalikan
komplikasi diabetes.disarankan penelitian selanjutnya jumlah
sampel lebih besar dalam mengetahui faktor-faktor penyebab
penyakit penyerta. Modifikasi terapi komplemen yang lainnya
seperti kombinasikan dengan terapi musik, mengukur tingkat
stres, depresi, pemeriksaan (ABI), pemeriksaan HBA1C
Abstract
Introduction..Diabetes erupts relative to the production of insuline deficits
which results in an uncontrolled control mechanism of the level
Keyword; of glucose in the body, giving rise to potential complications of
Progressive Muscle hyperglycemia and hypoglycemia. These conditions make
Relaxation, Sleep diabetic patients diabetes stress, great anxiety dangerous to
Quality, Diabetes Blood increase blood glucose levels in the body, this is as a
Glucose Levels management recommended complementary therapy using
progressive Muscle Relaxations .. The purpose of this study was
to determine the effect of Progressive Muscle Relaxation on sleep
quality and blood glucose levels in diabet
Method. The design of this study was quasi-experimental with pre and post
with control groups, for each group consisting of 32 samples with
consecutive sampling techniques. Data were analyzed by
statistical tests used by the Wilcoxon Sign Range Test and Mann
WhitneyU
Result. The influence of Progressive Muscle Relaxation on improving sleep
quality was very significant there was a difference in intervention
1 in diabets with p = 0.695 (<0.05) and diabetic intervention
group p = 0.00 (p = <0.05). and the effect of progressive muscle
relaxation on decreasing blood glucose with found differences
before and after intervention I in diabetics p = 0.627 (p> 0.05),
with differences in intervention group II diabetes p = 0.00 (p
<0.05) showed a significant relationship
Duscussion. There is an autogenic relaxation effect on decreasing blood
glucose levels in patients with diabetes mellitus type. Suggestions
for Diabetes Progressive Muscle Relaxitation can control the
prevention of complications of lowering / stabilizing blood
glucose levels, because muscle relaxation is a simple, easy,
economical implementation, not a special tutorial room, it just
needs intention , the spirit of optimism to be healthy happy
future. Hopefully, people with diabetes are always active in
implementing progressive, regular muscle relaxation. And the
efforts to remain obedient to control blood sugar while balanced a
healthy balanced diet. For the Development of Health Sciences /
Researchers The results of this study are expected to be used as a
reference for data information in finding alternative therapies to
control diabetes complications. It is suggested that further
research the number of samples is greater in knowing the factors
causing comorbidities. Other modifications to complement
therapy such as combining music therapy, measuring stress
levels, depression, examination (ABI), HBA1C examination
Redaksi / Penerbit : eISSN 2541-4992
LPPPM STIKes Santa Elisabeth Medan
Jl . Bunga Terompet No.118, Medan Telp (0618214020) –
Email: jurnalstikeselisabeth@gmail.com
PENDAHULUAN DMT2 yang tepat, tegas permanen. Dalam
Diabetes yang mengalami melaksanakan pengontrolan kadar gula
hiperglikemia /hiperglikemia karena darah terdapat beberapa cara diantaranya
kenaikan penurunan insulin atau resisten adalah dengan terapi relaksasi, yang
insulin. Prevalensi penyandang diabetes diantaranya terdiri dari bermacam-macam
meletus di dunia pada tahun 2014 adalah diantaranya adalah PMR, Benson, nafas
sebanyak 387 juta dengan prevalensi 8,3% dalam, relaksasi autogenik dimana semua
dan diperkirakan akan meningkat menjadi jenis relaksasi ini sudah di uji coba melalui
592 juta pada tahun 2035. Angka kejadian berbagai penelitian (Moyad & Hawks,
diabetes meletus di Indonesia menempati 2009). Tehnik relaksasi dengan gerakan
urutan ke dua setelah Cina yaitu sebanyak dan instruksi yang lebih sederhana
9,116 juta dengan prevalensi sebesar daripada tehnik relaksasi lainnya, dapat
5.8%.Puskesmas Pancurbatu 2018 dilakukan dengan posisi berbaring, duduk
menunjukkan terdiagnosis penyakit dikursi dan duduk bersandar yang
diabetes meletus merupakan penyakit memungkinkan klien dapat melakukannya
tidak menular terbanyak kedua dengan dimana saja tanpa menyita banyak waktu
presentase kunjungan 4,71%. Data Dinas adalah relaksasi autogenik dimana
kesehatan Kabupaten Deli serdang (Greenberg, 2002). Penelitian tentang
padatahun 2018 menunjukkn bahwa relaksasi autogenik telah dilakukan
jumlah kunjungan pasien diabetes meletus menguji efektifitas relaksasi autogenik
sebayank 13.459 kunjungan yang dalam upaya menurunkan kecemasan
mengalami penyait tidak menular diabetes dalam masalah tidur dan relaksasi
meletus dan hipertensi. Glukosa autogenik dalam penurunan kecemasan
merupakan bentuk karbohidrat yang paling pada mahasiswa keperawatan (Kanjia, et
sederhana yang diabsorbsi ke dalam cairan al., 2006; Bowden, et al., 2012),
darah melalui sistem pencernaan. menurunkan nyeri (Ishinova, et al., 2009;
Konsentrasi glukosa darah sangat penting Prato & Yucha, 2012;).Di Indonesia juga
dipertahankan pada kadar yang cukup telah dilakukan penelitian relaksasi
tinggi dan stabil sekitar mg/dl untuk autogenik. Prayitno (2008) menyatakan
mempertahankan fungsi otak dan suplai bahwa relaksasi autogenik dapat
jaringan secara optimal. Kadar glukosa menurunkan nyeri pada penderita ulkus
darah juga perlu dijaga agar tidak peptikum, selanjutnya penelitian yang
meningkat terlalu tinggi mengingat dilakukan oleh Setyawati, (2010) dimana
glukosa juga berpengaruh terhadap relaksasi autogenik dapat menurunkan
tekanan osmotik cairan ekstraseluler kadar glukosa darah dan tekanan darah
(Ignatavicius & Walkman, 2006; Robbin, pada pasien diabetes melitus dengan
et al., 2007). Menurut International hipertensi. Relaksasi merupakan bentuk
Diabetes Federation (IDF, 2005 dalam mind body intervention dalam terapi
Soegondo, et al., 2009) Indonesia komplementer dan alternative (CAM)
dinyatakan menduduki peringkat ke 3 dalam setting keperawatan (kozier et al,
terbesar di dunia, sementara IDF pada 2004). Penggunaan terapi komplementer
tahun 2006 menyatakan angka prevalensi ini semakin meningkat beberapa dekade
DM untuk Amerika Serikat 8,3% dan Cina terakhir ini, bahkan terapi CAM ini sudah
3,9% dan Indonesia berada diantaranya. merupakan bagian dari keperawatan sejak
Data terbaru hasil survey WHO (2011), periode Florence Nightingale seperti dalam
Indonesia menduduki ranking ke 4 terbesar bukunya Notes on Nursing tahun Relaksasi
di dunia. Untuk mencegah terjadinya diduga bekerja dengan pengaturan hormon
komplikasi DM, maka diperlukan kortisol dan hormon stres lainnya. Hal ini
pengontrolan yang terapeutik dan teratur diperkuat oleh penelitian DiNardo (2009)
melalui perubahan gaya hidup pasien efek meditasi pada penurunan kadar gula
darah. Menurut Saunders (2007) ada tiga 5 juta/bln 10 31.3 6 18.8
>5 juta/bln 18 56.3 13 40.6
posisi dasar dalam melakukan relaksasi Jumlah 32.0 100.0 32.0 100.0
autogenik yaitu duduk di kursi, menyandar Menikah
Tidak 3 9.4
di atas kursi, atau berbaring di lantai. Pada Menikah 26 81.3 30 93.8
posisi berbaring prinsipnya sama dengan Janda 3 9.4 2 6.3
Jumlah 32.0 100.0 32.0 100.0
dengan yang dikemukakan dalam National Lama (thn)
Safety Council (2004) memungkinkan 1- 10 19 59.7 17 53.1
11-20 12 37.5 15 46.9
gravitasi untuk mendukung. Posisi duduk >21 1 3.1
memiliki keuntungan yaitu praktis, dapat Jumlah 32.0 100.0 32.0 100.0
dilakukan dimana saja. Sumber Data Desa Hulu,2019