DI KOREA SELATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Disusun Oleh:
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi merupakan salah satu masalah sosial yang terdapat pada sebagian besar
sistem pemerintahan pada sebuah negara. Saat ini praktik korupsi bahkan dianggap
sebagai suatu budaya yang telah turun temurun bahkan sudah menjadi tradisi bagi
segolongan masyarakat (Lestari, 2017).
Banyak negara sepakat bahwa korupsi merupakan betuk kejahatan yang dapat
dikategorikan sebuah tindak pidana “luar biasa”. Disebut luar biasa karena umumnya
dikerjakan secara sistematis, punya aktor intelektual, melibatkan stakeholder di suatu
daerah, termasuk melibatkan penegak hukum, dan punya dampak “merusak” dalam
spektrum yang luas. Karakteristik inilah yang menjadikan pemberantasan korupsi
semakin sulit jika hanya mengandalkan aparat penegak hukum biasa, terlebih jika korupsi
sudah membudaya dan menjangkiti seluruh aspek dan lapisan masyarakat (Pohan, 2018).
Tindak pidana korupsi merupakan sebuah kejahatan yang secara kualitas maupun
kuantitasnya terus meningkat. Peningkatan jumlah tindak pidana korupsi tentu akan
sangat berpengaruh terhadap turunnya kualitas kesejahteraan masyarakat. Padahal negara
memiliki kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dampak korupsi
yang demikian besar, dan merupakan masalah serius terhadap kesejahteraan masyarakat
harus menjadi tanggung jawab rakyat bersama seluruh elemen bangsa tanpa kecuali.
Sehingga ini juga menjadi tanggung jawab untuk ikut bersama – sama memerangi
korupsi (Bhakti, 2017).
Menurut berita BBC News Indonesia pada tahun 2018 menjelaskan bahwa 5 dari
7 mantan presiden Korea Selatan melakukan korupsi. Seperti Presiden Chun Doo- Hwan
(1980- 1988), Roh Tae – Woo (1988 – 1993), Roh Moo – Hyun (2003 – 2008), Lee
Myung Bak (2008 – 2013), dan Park Geun – Hye (2013 – 2017. Walaupun mantan
presiden Korea Selatan banyak yang melakukan korupsi, namun Korea Selatan dapat
membuktikan bisa bangkit dari korupsi. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
(Prahassacitta, 2017) menjelaskan bahwa Indeks Persepsi Korupsi Korea Selatan pada
tahun 2013 berada pada peringkat 46, pada tahun 2014 berada pada peringkat 43, dan
pada tahun 2015 berada pada peringkat 37. Hal ini membuktikan bahwa Korea Selatan
dapat bangkit dari korupsi dan memberantas korupsi.
Jadi, dari uraian di atas kelompok kami tertarik untuk membahas mengenai
“Model Ideal Pemberantasan Korupsi di Korea Selatan”
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi korupsi?
2. Apa definisi pemberantasan korupsi?
3. Bagaimana upaya pemberantasan korupsi menurut ahli?
4. Apa saja faktor penyebab korupsi di Korea Selatan?
5. Bagaimana model ideal pemberantasan korupsi di Korea Selatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi korupsi
2. Mengetahui definisi pemberantasan korupsi
3. Mengetahui upaya pemberantasan korupsi menurut ahli
4. Mengetahui faktor penyebab korupsi di Korea Selatan
5. Mengetahui model ideal pemberantasan korupsi di Korea Selatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Korupsi
Korupsi secara etimologis berasal dari kata “korup” yang memiliki arti buruk,
rusak, dan dapat disogok. Dalam bahasa asing istilah korupsi sudah sangat popular seperti
bahasa Latin corrumpere dan corruption, Bahasa Inggris yaitu corruption atau corrupt,
Bahasa Belanda yaitu corruptie atau korruptie, dan Bahasa Arab yang menggunakan
istilah rishwah yang berarti penyuapan (Lestari, 2017).
Menurut Marella Buckley korupsi merupakan penyalahan jabatan publik demi
keuntungan pribadi dengan cara suap atau komisi tidak sah (Bhakti, 2017).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di setiap negara cara pemberantasan korupsi pasti berbeda – beda. Di Korea
Selatan mempunyai pengalaman bahwa banyak pejabat negara, presiden, bahkan anggota
keluarga pejabat yang melakukan korupsi. Namun Korea Selatan dapat membuktikan
bahwa mereka dapat memberantas korupsi dan meningkatkan Indeks Persepsi Korupsi
Korea Selatan. Model ideal pemberantasan korupsi di Korea Selatan sangat bergantung
kepada undang – undang pemberantasan korupsi dan melalui undang – undang tersebut
dibentuklah lembaga – lembaga anti korupsi untuk mengimplementasikan amanat dari
undang – undang pemberantasan korupsi. Melalui lembaga ACRC dan undang – undang
yang telah dibuat maka dapat memberantas korupsi di Korea Selatan.
B. Saran
Perlu adanya komitmen, keseriusan, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas aparat
penegak hukum untuk memberantas korupsi. Perlu juga adanya partisipasi dari
masyarakat untuk membantu aparat penegak hukum untuk memberantas korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Bhakti, S. A. E. & D. (2017). Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Melalui Peran Serta
Masyarakat. Jurnal Hukum Khaira Ummah, 12.
Dewi, P. P. S. & N. R. Y. (2014). Korupsidan Kebijakan Antikorupsi Korea Selatan di Era Lee
Myung Bak.
Lestari, S. Y. (2017). Korupsi: Suatu Kajian Analisis di Negara Maju dan Berkembang.
Community, 3.
Pohan, S. (2018). Perbandingan Lembaga Anti Korupsi di Indonesia dan Beberapa Negara
Dunia. Jurnal Justitia, 1.
Prahassacitta, V. (2017). Tinjauan Atas Kebijakan Hukum Pidana Terhadap enyuapan di Sektor
Privat Dalam Hukum Nasional Indonesia: Suatu Perbandingan dengan Singapura, Malaysia,
dan Korea Selatan. Jurnal Hukum & Pembangunan, 47.
https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/392-beda-korsel-dan-indonesia-berantas-korupsi
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-43516065