Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS yang diampuh Ns.
Rachmawaty D. Hunawa, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelas A
Kelompok IV
1. Parida Luawo (841418004)
2. Rosida fadri Rasyid (841418005)
3. Irma S. Abdullah (841418007)
4. Sumiyati Moo (841418010)
5. Arawindah Prameswari (841418011)
6. Meriyanti Tantalama (841418016)
7. Zatul Hikmah A. Katili (841418028)
8. Fitriyanti Pohiyalu (841418029)
9. Safira Pagau (841418113)
1. Devinisi
Narkoba /NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya yang disalahgunakan.
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (Purba, JM, dkk. 2015)
Narkotika terdiri dari 3 golongan : (Purba, JM, dkk. 2015)
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
2. Klasifikasi
a. Opiada
b. Kokain
c. Kanabis
d. Lsd ( Lysergic acid )
e. Sedatif – hipnotik ( benzodiazepin )
f. Solvent / inhalasi
g. Alkohol
Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
(Purba, JM, dkk. 2015)
1. Narkotika alami,Narkotika alami yaitu narkotika yang zat adiktifnya diambil dari
tumbuh-tumbuhan (alam), contohnya :
Ganja,
a.
Hasis,
b.
Kokain,
c.
Opium,
d.
2. Narkotika semisintesis, Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah
dan diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya :
a. Morfin :
b. Kodein
c. Heroin
3. Narkotika sintesis, Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia. Contohnya :
a. Petidin
b. Methadon
c. Naltrexon
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi
1. Minuman Alkohol
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut )
3. Tembakau
3. Etiologi
1. Faktor individual. Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang
mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat.
2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat
3. Faktor biologis Genetic: Tendensi keluarga, Infeksi pada organ otak, dan Penyakit
kronis. (Jehani, L. & Antoro. 2013)
4. Faktor psikologis. Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%), Harga diri
rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi., Disfungsi keluarga,
5. Faktor social cultural. Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan
dan penyalahgunaan zatadiktif
6. Stressor presipitasi. Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya
sebagai pengakuan
4. Prognosis
Penyalahgunaan narkoba sebagian besar diawali dengan upaya coba-coba dalam
lingkungan pergaulan. Semakin lama pemakaian, maka risiko kecanduan semakin tinggi.
5. Manifestasi klinis
7. Komplikasi
Pada penyalah guna NAPZA sering dijumpai komplikasi medik seperti kelainan paru-
paru, hati, jantung ginjal, alat reproduksi dan penyakit menular seperti Hepatitis dan
HIV/AIDS (Vinna, 2017)
8. Penatalaksanaan
Upaya pencegahan penggunaan napza dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pencegahan primer dengan cara mengenali remaja risiko tinggi penyalahgunaan napza
dan melakukan intervensi.
2. Pencegahan sekunder meliputi: mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan
napza.
3. Pencegahan tersier dilakukan dengan cara merehabilitasi penyalahgunaan napza.