Anda di halaman 1dari 41

“ASUHAN KEPERAWATAN PBL KASUS II HIPOTIROIDISME”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Moh. Yahya Ibrahim (841418076)
2. Irdahtullah Zainuddin (841418088)
3. Yulistian H. Ismail (841418092)
4. Miftah N. U. Ilahude (841418097)
5. Puspita Ayuba (841418104)
6. Nur Muniva Ibrahim (841418107)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
nikmat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “asuhan keperawatan
hipotiroidisme ” dengan baik dan tepat pada waktunya.
.Makalah ini berisi tentang segala pembahasan terkait penyakit hipotiroidisme
Penyusunan makalah ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah berkontribusi
secara maksimal.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan.Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi.
Demikian besar harapan kami agar makalah ini dapat membantu pembaca dalam
memahami penyajian materi kami.

                                                                                            Gorontalo, 18 April 2020

KELOMPOK 3
KASUS II

Seorang wanita 28 tahun mengeluh kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan penurunan memori
selama lebih dari beberapa bulan. Ia juga mengalami penurunan frekwensi peristaltik usus dan
peningkatan berat badan, ia merasa kedinginan jika tidak menggunakan switer walaupun berada
dicuaca yang hangat. Hasil pemeriksaan fisik : BB 55 kg TB 125 cm N 58x/menit TD 138/88
mmHg. Dia memiliki wajah tampak bengkak dan alis mata yang sedikit khususnya pada bagian
samping. Pada palpasi kelenjar tiroid teraba membesar dengan perkiraan berat 25gr. Refleks
tendon berinteraksi normal tapi menunjukan penurunan pada saat relaksasi

LEMBAR KERJA MAHASISWA


1. Klarifikasi Istilah Penting
a. Peristaltik usus
Peristaltik usus adalah perihal gelombang kontraksi brturut-turut pada alat
pencernaaan yang mendorong sisa makanan kearah anus. (KBB, 2015)
b. mmHg
mmHg adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan tekanan, menggunakan
milimeter kenaikan air raksa sebagai standar pengukuran. Di dunia medis, mmHg
umumnya dipakai untuk menyatakan satuan tekanan darah.
c. Tekanan darah
Tekanan darah adalah ukuran seberapa kuatnya jantung memompa darah ke
seluruh tubuh anda. Agar kinerja tubuh maksimal, anda harus memiliki tekanan darah
yang normal. Normalnya tekanan darah adalah sebagai berikut: normalnya tekanan darah
90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg (Dermawan, 2012)
d. Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba disuatu tempat dimana ada arteri melintas.
(Sandi, 2016).
Darah yang didorong kearah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh
darah, tapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri.
(Kasenda, Merunduh & Wungouw, 2014)
e. Palpasi
Palpasi merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense of
touch’. Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari
adalah instrument yang sensitive digubakan untuk mngumpulkan data, misalnya metode
palpasi ini daoat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh (temperature), adanya getaran,
pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran. (dewi sartika, 2014).
f. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin besar yang terletak dipanglal leher bagian
depan, dibawah lapisan kulit dan otot. Kelenjar tiroid berbentuk kupi-kupi dengan dua
sayap yang merupakan lobus tiroid kiri dan kanan disekitar trakea. Fungsi tunggal tiroid
adalah membuat hormon tiroid (tiroksin dan triiodotironin) yang berperan meningkatkan
aktivitas metabolisme pada hampir semua jaringan tubuh. Kelenjar tiroid dikontrol oleh
kelenjar pituitari, yang mengeluarkan hormon pemacu tiroid (TSH). (De Jong &
sjamsuhidajat, 2015).
g. Tendon
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot
rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk mwnggerakkan tulang, sehingga
memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak dalam banyak cara.
Ketika otot berkontraksi, tendin menarik tulang dan menyebabkan terjadinya gerakkan.
(Hardiyanto, 2015).

2. Kata Kunci/Problem
a. Penurunan memori
b. Penurunan Peristaltik
c. Peningkatan berat badan
d. Kedinginan
e. Wajah bengkak
3. Mind Map

KASUS II

Hipotiroidisme Hipertioridisme Diabetes Melitus


Definisi: Hipotiroidisme adalah Definisi: Hipertiroidisme Definisi: Diabetes melitus secara
keadaan defisiensi hormone tiroid didefinisikan sebagai suatu keadaan definisi adalah keadaan
(TH) yang menyebabkan atau gangguan yang terjadi ketika hiperglikemia kronik.
metabolisme tubuh berjalan lambat, kelenjar tiroid terlalu aktif Hiperglikemia ini dapat
penurunan produksi panas, dan memproduksi hormone tiroid (T4, T3, disebabkan oleh beberapa keadaan,
penurunan konsumsi okesigen dan Kalsitonin) yang berlebihan dari di antaranya adalah gangguan
dijaringan.aktivitas yang lambat yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga sekresi hormon insulin, gangguan
dikelwnjar tiroid mungkin sebagai kadar hormone tiroid dalam darah aksi/kerja dari hormon insulin atau
akibat disfungsi tiroid primer atau menjadi sangat tinggi. Hal ini kadang- gangguan kedua-duanya
kwjadian sekunder akibat disfungsi kadang disebut tirotoksikosis, istilah (Weinzimer SA, Magge S. 2015).
hipofisis anterior ( Black, 2014) untuk TH yang terlalu banyak dalam
Etiologi:
darah. (Modul KMB II, 2016).
Etiologi :
1. Faktor Genetik
Etiologi:
Hipotiroidisme adalah kurangnya 2. Faktor-faktor Imunologi
atau terlalu sedikit jumlah hormone Beberapa penyakit yang
tiroid, yang umumnya disebabkan menyebabkan hipertiroid yaitu: 3. Faktor lingkungan
oleh hashimoto’s thyroiditis. Manifestasi Klinis:
a. Penyakit graves
Hashimoto’s thyroiditis adalah
b. Toxic Nodular Goiter 1. Hiperglikemia ( Kadar
gangguan kronis yang di sebabkan
oleh antibody abnormal yang c. Minum Obat Hormon Tiroid glukosa darah plasma
menyerang kelenjar tiroid. Berlebihan
>200mg/dl ).
d. Produksi TSH yang abnormal
Manifestasi klinik: e. Tiroid (Radang Kelenjar 2. Poliuria nokturnal
1. Kelelahan Tiroid) 3. Polidipsia
2. Kelesuan f. Konsumsi yodium berlebihan
4. Poliphagia
3. Peningkatan berat badan
Manifestasi Klinis: 5. Penurunan berat badan,
4. Sering mengantuk
5. Jadi pelupa Malaise atau kelemahan
1. Mengalami penurunan berat
6. Kesulitan belajar badan 6. Glikosuria (kehilangan
7. Kulit kering dan gatal 2. Gemetar/tremor
glukosa dalam urine)
8. Rambu dan kuku yang 3. Frekuensi jantung meningkat,
rapuh takikardi, tekanan darah 7. Ketonemia dan ketonuria
meningkat, nadi meningkat
9. Wajah bengkak 8. Mata kabur
4. Gelisah dan sulit
10. Konstipasi berkonsentrasi
11. Nyeri otot. 5. Berkeringat secara berlebihan
6. Sensitive/tidak tahan terhadap
panas
7. Insomnia, aktivitas menurun,
dan mudah lelah
LEMBAR CEKLIS

N Manifestasi Klinis Hipotiroidisme Hipertiroidisme DM


O
1. Kelelahan ✔ ✔ ✔
2. Sulit berkonsentrasi ✔ ✔ -
3. Penurunan memori ✔ - -
4. Penurunan peristaltic ✔ - -
5. BB meningkat ✔ - -
6. Kedinginan ✔ - -
7. Wajah bengkak ✔ - -

4. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Mengapa pasien Hipothyroid mengeluh kelelahan?
2. Mengapa pasien Hipothyroid mengalami pembengkakan di wajah?
3. Mengapa pasien Hipothyroid mengalami penurunan peristaltik usus?
4. Mengapa pasien dengan Hipothyroid menjadi sulit berkonsentrasi dan mengalami
penurunan memori selama beberapa bulan?
5. Mengapa pasien dengan Hipothyroid dapat mengalami peningkatan berat badan?
6. Mengapa pada penderita hipotiroid merasa kedinginan?
7. Mengapa terjadi pembesaran tiroid pada penderita hipotiroid?
5. Jawaban Pertanyaan
1. Keluhan sangat mudah lelah, pada hipotiroid disebabkan oleh pe- nurunan
metabolisme oksidatif mito-kondria, yang tercermin dari pening- katan rasio
anorganik fosfat untuk ATP dalam otot saat istirahat dan penurunan tajam dalam
fosfokreatin dalam otot yang aktif. Pengurangan kalsium ATPase juga akan muncul
untuk menje- laskan salah satu manifestasi klinis yang paling jelas dari
hipotiroidisme, yaitu: relaksasi yang lambat dari refleks tendon dalam, mialgia,
kelemahan otot, kekakuan, kram, kelelahan, arthralgias, kekakuan sendi, efusi sendi
dan tulang, pseudogout, serta carpal tunnel syndrome. (Mutalazimah et al., 2014)
2. Subjek dengan hipotiroid memperlihatkan muka yang sembab (puffiness face),
dikarenakan adanya penurunan metabolisme karbohidrat dan protein, yang
menyebabkan meningkatnya water binding glycosaminoglycans dan meningkatnya
transcapillary escape of albumin (meningkatnya albumin ektravaskular), selain itu
menurunnya GFR, akan menurunkan creatinine clearance sehingga terjadilah edema.
(Mutalazimah et al., 2014)
3. Masalah pencernaan bisa terjadi bahkan sebelum sistem kamu memetabolisme
makanan yang kamu makan. Pencernaan mengacu pada bagaimana tubuh memproses
makanan disaluran gastrointestinal (GI) dan membuang limbah makanan melalui
usus. Meski dirancang secara kimiawi, pencernaan adalah proses mekanis, dan
hormon tiroid kamu mengaturnya juga dimana Esofagus atau usus peristaltik
mencepat atau melambat. Bisa dikatakan pencernaan di perut atau usus bisa
meningkat atau melambat, atau bisa juga kamu menderita berkurangnya konsentrasi
asam lambung dan enzim pencernaan. Hipertiroid sering dikaitkan dengan diare,
gejalanya mewakili dari sistem yang berjalan terlalu cepat, dengan mengurangi waktu
transit dan penyerapan dan membuang-buang kalori.
4. Di sisi lain Hipotiroid, paling sering berhubungan dengan konstipasi. Dengan usus
peristaltik yang melambat, kontraksi yang menggerakan makanan keluar juga
melambat
5. Penurunan konsentrasi dan daya ingat pada subjek hipotiroid, melalui mekanisme
menurunnya metabolisme basal yang menyebabkan penurunan pemakaian oksigen,
sehingga menurunkan sintesis neurotransmiter dan menurunkan cytokines release
dalam otak. Keadaan tersebut akan menu- runkan produksi neuromodulator dan
mengganggu proses yang berkaitan dengan neurochemical, neuroendocrine,
neuroimmune, dan behavioral change, yang berdampak kondisi psikologis termasuk
kemampuan kognitif, seperti penurunan konsentrasi dan daya ingat. Gangguan
kognitif pada subjek hiper- tiroid seperti sulit berkonsentrasi dan sering lupa, lebih
disebabkan oleh adanya penurunan thyroid releasing hormone (TRH) yang
menyebabkan peningkatan sintesis dan pelepasan asetilkolin sehingga mengganggu
fungsi otak.(Mutalazimah et al., 2013)
6. Hormon tiroid memiliki peran penting dalam pengaturan laju metabolisme basal dan
stimulasi termogenesis. Pada fungsi tiroid normal, hormon tiroid bekerja secara
optimal dalam mengatur jalur metabolisme utama di dalam tubuh dan mengendalikan
keseimbangan energi. Laju metabolisme yang rendah pada hipotiroid primer
diasumsikan sebagai penyebab peningkatan berat badan dan penurunan pelepasan
energi basal menyebabkan penurunan nafsu makan.4 Sumbu hipotalamus-pituitari-
tiroid (HPT) dilaporkan juga dapat berperan secara langsung dalam pengaturan nafsu
makan pada tingkat hipotalamus, baik pada manusia maupun hewan pengerat, tanpa
bergantung pada efek pelepasan energi. (Hidayat & Susbiantonny, 2018)
7. Hormon tiroid khususnya hormon tiroksin berperan dalam metabolisme tubuh.
Penurunan produksi hormon tiroksin dapat mengganggu termoregulasi yang ada di
hipotalamus. Hal ini menyebabkan penurunan produksi panas dalam tubuh sehingga
tubuh intoleran terhadap dingin dan menyebabkan penderita hipotiroid merasa
kedinginan.
8. Pembesaran tiroid disebabkan karena kurangnya iodine. Iodine berperan dalam
membantu kelenjar tiroid untuk sekresi hormon tiroid. Pada penderita hipotiroid,
tubuh kekurangan iodine dan hormon tiroid menurun. Akibatnya tiroid akan
membesar sebagai kompensasi tubuh karena kekurangan hormone. Pembesaran
kelenjar tiroid sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi hipofis dari TSH.
TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresikan T4 lebih banyak, ketika level T4 darah
rendah.
6. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
Pemeriksaan untuk menentukan diagnosa Hipothyroid tidak cukup sampai pada
pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan klien dan keluarga. Maka dari itu sebagai tujuan
pembelajaran kami selanjutnya adalah pemeriksaan penunjang untuk mendukung hasil
diagnosa yang lebih konkrit.

7. Informasi Tambahan
Berkaitan dengan tujuan proses pembelajaran kami selanjutnya yaitu tentang
pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa Hipothyroid maka informasi
tambahan yang kami lampirkan yaitu mengenai jenis-jenis bentuk pemeriksaan
penunjang:
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto rontgen
2) USG
c. Pemeriksaan sidik tiroid
d. Pemeriksaan FNAB
e. Pemeriksaan histopatologi
8. Klarifikasi Informasi
a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu proses multifase, mengidentifikasi


kebutuhan dari pemeriksaan, permintaan pemeriksaan, sentral suplai atau per- mintaan
laboratorium, persiapan pemeriksaan fisik dan edukasi pasien dan keluarga, pengum-
pulan, pemberian label dan penyimpanan spes- imen, serta pendidikan kesehatan.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk menegakkan diagnosa penyakit sehingga
hasil harus akurat.(Hygiene & Versikolor, 2017)

b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto rontgen

Foto rontgen adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan radiasi


gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian dalam tubuh. Untuk
pembuatan foto rontgen yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
perlengkapan untuk membuat radiografi, jenis pemeriksaan dan posisi pemeriksaan,
pengetahuan tentang pesawat rontgen, pengetahuan kamar gelap, dan proses
terjadinya gambaran radiografi.(Radiologi,2014)(google book)

2) USG

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknologi pencitraan medis, yang


paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran saat ini. USG dapat menjadi pilihan
untuk mendiagnosa kelainan didalam tubuh dan pemeriksaan kehamilan karena tidak
mengandung resiko yang membahayakan seperti resiko yang ditimbulkan dari
peralatan diagnostik yang menggunakan zat radioaktif. Karena banyaknya
keuntungan yang dapat diberikan oleh USG, maka pada saat ini makin banyak
dilakukan penelitian dan upaya perancangan menyangkut dengan USG. (Imardi &
Ramli, 2015)

c. Pemeriksaan sidik tiroid


Biodistribusi ke kelenjar tiroid dapat diketahui dengan melakukan pencitraan secara
fungsional untuk kelenjar tiroid menggunakan kamera gamma disebut sidik tiroid. Sidik
kelenjar tiroid ini dapat dilakukan untuk menilai aktivitas fungsional dari benjolan
maupun pembesaran dari kelenjar tiroid serta dapat juga digunakan untuk mendeteksi
jaringan tiroid ektopik dan sisa jaringan tiroid pasca-operasi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk evaluasi tirotoksikosis/hipertiroid apakah aktif atau tidak aktif.
(Rahmi.D.m, Dian.M 2014)

d. Pemeriksaan FNAB

Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) kelenjar tiroid merupakan


langkah pertama yang dilakukan dalam mendiagnosis nodul tiroid.10 Pemeriksaan FNAB
dianggap sebagai metode yang efektif untuk menentukan diagnosa nodul tiroid. Fine
Needle Aspiration Biopsy dapat membedakan non neoplasma dan neoplasma tiroid.
Kelebihan lain dari pemeriksaan FNAB ini adalah biayanya murah, waktu yang
dibutuhkan tidak terlalu lama, tidak membutuhkan anastesi lokal dan relatif aman. Teknik
FNAB ini menggunakan jarum suntik ukuran 25 G. (Rahmadhani & Asri, n.d.2018)

e. Pemeriksaan histopatologi

Pemeriksaan histopatologi berperan penting dalam membantu menegakkan diagnosa


penyakit. Adapun tahapan dalam pembuatan sediaan adalah pengambilan jaringan,
fiksasi, dehidrasi, clearing, embedding, blocking, pemotongan dan pewarnaan jaringan.1-
4 Salah satu bahan yang diperlukan dalam pembuatan sediaan adalah cairan fiksasi.
Tujuan fiksasi jaringan antara lain untuk mencegah terjadinya autolysis dan pembusukan,
memelihara atau mengawetkan keadaan sel dan elemen jaringan agar identik dengan
keadaan yang masih hidup, serta menggumpalkan jaringan yang cair agar memudahkan
pemotongan sediaan. (Gigi, 2016)

9. Analisa dan Sintesis Informasi


Berdasarkan tanda dan gejala yang ditunjukan oleh pasien pada kasus di atas
mengarah ke penyakit hipothyroid. salah satu gejala yang tampak pada pasien
hipothyroid yaitu peningkatan berat badan. pada pasien dengan hipothyroid peningkatan
berat badan terjadi karena proses metabolisme yang menurun yang menyebabkan sistem
pencernaan terganggu. proses metabolisme berdampak pada pengosongan lambung. kerja
lambung menjadi menurun sehingga waktu pengosongan lambung pun hal itulah yang
menyebabkan pasien dengan hipothyroid mengalami peningkatan berat badan.
Pada kasus di atas, diagnosa keperawatan yang kami angkat yaitu ada 6 diagnosa
yakni berdasarkan prioritas diagnosa ialah penurunan curah jantung dengan intervensi
yang kami angkat yaitu perawatan jantung, hipotermi dengan intervensi yang kami
angkat yaitu manajemen hipotermi, konstipasi dengan intervensi yang kami angkat yaitu
manajemen konstipasi, keletihan dengan intervensi yang kami angkat yaitu manajemen
energi, gangguan memori dengan intervensi yang kami angkat yaitu latihan memori,
gangguan citra tubuh dengan intervensi yang kami angkat yaitu promosi citra tubuh.

BAB I

KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormone tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi
oksigen di jaringan. Aktivitas yang lambat di kelenjar tiroid mungkin sebagai akibat
disfungsi tiroid primer atau kejadian sekunder akbiat disfungsi hipofisis anterior (Black,
2014).
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit yang disebabkan oleh kelenjar tiroid
kurang dalam menghasilkan hormon tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana
kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang
sangat berat disebut miksedema. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon
tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema (Purwanto, 2016).
2. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar Hormon Tiroid (TH) rendah
yang disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar TH yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun TH (Purwanto, 2016).
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar TH, TSH, dan TRH. Penyakit Hipotiroidisme disebabkan:
a. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi
yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan TH Disertai
peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab
tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis.
b. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme, baik yodium
radioaktif maupun pembedahan yang cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
c. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok
adalah pembesaran kelenjar tiroid. Defisiensi iodiurn dapat terjadi gondok karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua
iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar TH yang rendah akan disertai kadar TSH dan
TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
d. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar
tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Kekurangan yodium jangka panjang
merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
e. Karsinoma tiroid dapat, terjadi tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun
terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian
obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid.
Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan radiasi, terutama
masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat
meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang
proliferasi dan hiperplasia sel tiroid (Purwanto, 2016).
3. Manifestasti Klinis
Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi pelupa,
kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh, wajah bengkak,
konstipasi, nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan sensitivitas terhadap banyak
pengobatan, menstruasi yang banyak, peningkatan frekuensi keguguran pada wanita yang
hamil (Wiseman, 2011).
a. Kulit dan rambut
1) Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
2) Pembengkakan tangan dan wajah
3) Rambut rontok, alopesia, kering dan pertumbuhannya buruk
4) Pertumbuhan kuku buruk , kuku rapuh
b. Muskuloskeletal
1) Volume otot bertambah, glassomegali
2) Kejang otot, kaku, paramitoni
3) Sistem endokrin, pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti
amenore/masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galatore dengan
hiperprolaktemi.
4) Gangguan fertilisasi
5) Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insuline
akibat hiperglikemia
6) Gangguan sintesis kortisom, kliren kortisom menurun.
7) Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun.
8) Psikologis/emosi: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak.
Manifestasi klinis lainnya berupa: edema periobrita, wajah seperti bulan (moon face),
wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, haluaran urin menurun, ekspresi
wajah kosong dan lemah. (Manurung, 2017)
4. Klasifikasi
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau akuisital),
disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/sentral), jangka waktu (transien atau
permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/klinis atau tanpa gejala/subklinis).
a. Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan yodium
endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid kongenital
terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi
perempuan. Pada anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau
disgenesis kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar
tiroid berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription factor 1
dan 2. Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto.
Peran auto imun pada penyakit ini didukung adanya gambaran infiltrasi limfosit pada
kelenjar tiroid dan adanya antibodi tiroid dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi
(mis: radioterapi eksternal pada penderita head and neck cancer, terapi yodium
radioaktif pada tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja,
infiltrasi besi di kelanjar tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun
obat (misal: amiodarone, lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid
dengan cara mempengaruhi produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas
kelenjar tiroid.
b. Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid
primer dan hipotiroid sekunder. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada
kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid,
sedangkan hipotiroid sekunder berhubungan dengan penyakit-penyakit yang
mempengaruhi produksi hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh
hipothalamus atau produksi tirotropin(TSH) oleh hipofisis.
Hipotiroid berdasarkan kadar TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:
1) TSH < 5,5 µIU/L = normal
2) 5,5 µIU/L ≤ TSH < 7 µIU/L = Hipotiroid ringan
3) 7 µIU/L ≤ TSH < 15 µIU/L = Hipotiroid sedang Hipotiroid
4) TSH ≥ 15 µIU/L = Hipotiroid berat biokimia
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian kadar TSH
(TSH ≥ 5,5 µIU/L) disertai adanya simptom seperti fatique, peningkatan BB,
gangguan siklus haid, konstipasi, intoleransi dingin, rambut dan kuku rapuh.

5. Patofisiologi
Defisiensi iodium masih diduga sebagai penyebab utama terjadinya hipotiroid.
Ketidakcukupan asupan iodium untuk memenuhi kebutuhan harian tubuh menjadi penyebab
adanya hipotiroid ini. Kebutuhan iodium pada dasarnya sangat kecil, pada orang dewasa
memerlukan sekitar 150 μg/hari sedangkan pada ibu hamil kebutuhan iodium sebesar 250
μg/hari. Kecukupan iodium populasi diukur menggunakan nilai median iodium urin
berdasarkan asumsi bahwa 90 persen iodium dikeluarkan kembali melalui urin, apabila nilai
median iodium urin <150 μg/hari maka dikatakan asupan iodium di wilayah tersebut masih
kurang disebut defisiensi iodium. (Kusrini, Mulyantoro, Sukandar, & Budiman, 2016)
Glandula tiroid memerlukan iodin yang berasal dari diet untuk sintesis tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Secara fisiologis, T3 adalah hormon tiroid yang aktif dan aktivitasnya 3
kali lebih besar dibanding T4. Hormon tiroid dikontrol oleh TSH yang disekresikan dari
glandula pituitari anterior dengan sistem umpan balik negatif. Kadar TSH naik jika T4 dan
T3 tidak disekresikan dari kelenjar tiroid dan kadar TSH turun jika kadar T4 dan T3
disekresikan dalam jumlah yang cukup.(Hastuti et al., 2018)
Fungsi tiroid diukur dengan indikator kadar TSH dan kadar fT4 dalam serum.
Dikategorikan hipotiroid apabila didiagnosis baik sebagai overt hypothyroid, hipotiroid
subklinis maupun hypothyroxinemia. Overt hypothyroid jika terjadi peningkatan serum TSH
dimana nilai TSH diatas nilai normal dan penurunan serum fT4 dibawah nilai normal.
Hipotiroid subklinis jika terjadi peningkatan nilai TSH diatas nilai normal namun kadar fT4
masih dalam rentang normal. Sedangkan apabila TSH dalam rentang normal dan kadar
hormon fT4 dibawah nilai normal maka kondisi ini disebut hypothyroxinemia(Kusrini et al.,
2016)
Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai proses
metabolisme (protein, karbohidrat,lemak) dan aktivitas biologik pada hampir semua organ
tubuh manusia, kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid akan mengganggu berbagai
proses metabolisme dan aktivitas fisiologi serta mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jaringan termasuk sistem saraf dan otak (Kemenkes RI, 2015).
Berkaitan dengan aspek biopsikososial, gangguan fungsi tiroid mempunyai berbagai
mekanisme yang mendasari patofisiologis, dari setiap tanda dan gejala yang
menyertai.Hipotiroid karena defisiensi yodium menyebabkan goiter, karena pengambilan
mutlak yodida berkurang dan kadar yodium dalam tiroid menurun. Di bawah tingkat kritis
asupan yodium tersebut, terjadi peningkatan clearanceiodida, untuk mempertahankan
penyerapan yodida absolut normal oleh tiroid. Konsekuensi agar kadar yodium organik
tiroid tetap dalam batas normal, adalah timbulnya goiter. Goiter juga timbul pada kasus
hipertiroid, pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam
mensekresi hormon tiroid. Bisa terjadi karena asupan yodium berlebihan atau karena
terjadinya peningkatan metabolism semua zat gizi yang berdampak pada peningkatan
glomerular filtrationrate (GFR), sehingga meningkatkan yodium yang keluar melalui
ginjal.Kondisi ini akan menurunkan yodium dalam plasma, yang menimbulkan kompensasi
pada kelenjar tiroid untuk mencukupi kebutuhan hormon tiroid dengan meningkatkan
aktivitasnya, sehingga timbul goiter (Zimmerman, 2009).
Subjek dengan hipotiroid memperlihatkan muka yang sembab (puffinessface),
dikarenakan adanya penurunan metabolisme karbohidrat dan protein, yang menyebabkan
meningkatnya waterbinding glycosaminoglycans dan meningkatnya transcapillary escape
of albumin (meningkatnya albumin ektravaskular),selain itu menurunnya GFR, akan
menurunkan creatinine clearance sehingga terjadilah edema. Pada subjek hipertiroid, edema
yang timbul pada kaki bagian bawah (pretibial edema), disebabkan karena dengan
meningkatnya hormon tiroid akan meningkatkan simpanan glikosaminoglikan, sehingga
meningkatkan tekanan osmotik dan meningkatkan penimbunan cairan terutama di daerah
ekstremitas bagian bawah.
Keluhan sangat mudah lelah, pada hipotiroid disebabkan oleh penurunan metabolism
oksidatif mitokondria, yang tercermin dari peningkatan rasio anorganik fosfat untuk ATP
dalam otot saat istirahat dan penurunan tajam dalam fosfokreatin dalam otot yang aktif.
Pengurangan kalsium ATPase juga akan muncul untuk menjelaskan salah satu manifestasi
klinis yang paling jelas dari hipotiroidisme, yaitu: relaksasi yang lambat dari reflex tendon
dalam, mialgia, kelemahan otot, kekakuan, kram, kelelahan, arthralgias, kekakuan sendi,
efusi sendi dan tulang, pseudogout, serta carpal tunnel syndrome.
Penurunan konsentrasi dan daya ingat pada subjek hipotiroid, melalui mekanisme
menurunnya metabolism basal yang menyebabkan penurunan pemakaian oksigen, sehingga
menurunkan sintesis neurotransmiter dan menurunkan cytokines release dalam otak.
Keadaan tersebut akan menurunkan produksi neuromodulator dan mengganggu proses yang
berkaitan dengan neurochemical, neuroendocrine,neuroimmune, dan behavioral change,
yang berdampak kondisi psikologis termasuk kemampuan kognitif, seperti penurunan
konsentrasi dan daya ingat. Gangguan kognitif pada subjek hipertiroid seperti sulit
berkonsentrasi dan sering lupa, lebih disebabkan oleh adanya penurunan thyroid
releasinghormone (TRH) yang menyebabkan peningkatan sintesis dan pelepasan asetilkolin
sehingga mengganggu fungsi otak.
Kenaikan tekanan darah adalah manifestasi yang muncul pada penderita hipotiroid
akibat adanya kenaikkan kadar kolestrol LDL. Pada penderita hipotiroid, mengalami
penurunan metabolism lemak yang beresiko meningkatkan penumpukkan kolestrol LDL.
Jika hal ini berlangsung lama, makan hal selanjutnya yang terjadi adalah pembentukkan plak
pada pembuluh darah sehingga pasokkan darah ke jaringan tubuh tersumbat yang membuat
jantung memompa lebih keras.
Reflek tendon menurun berhubungan dengan kelainan di cerebellum dikarenakan
pasokan darah ke otak menurun sehingga reaksi antar saraf berkurang.
Ciri khas dari hipotiroid adalah kadar hormon tiroid yakni T3 & T4 menurun. Secara
umum telah diterima model cara kerja hormon tiroid, bahwa T3 merupakan hormon utama
dan fungsi T4 adalah sebagai prazat (precursor) T3 dalam mengawaion (deionisasi) T4 oleh
iodotironin deiodinase. Hipotesis ini berdasarkan T3 terikat olehpenerima inti/reseptor
nukleus (T3R) dengan gaya gabung (afinitas) lebih besar dibandingkan dengan T4 dan
persitindakan (interaksi) dari penerima hormone (reseptor hormone) ini memulai terjadinya
deret jenjang (kaskade) yang hasilnya memperkuat atau melemahkan gambaran (ekspresi)
gen terikat himpunan (kompleks) T3-T3R. Salah satu keuntungan perubahan T4 ke T3
adalah memperlambat perputaran bagian (fraksional) T4 dibandingkan dengan T3,
membantu mempertahankan kadar peredaran (sirkulasi) T3 dalam keadaan mantap (stabil).
Kadar serum T4 memainkan peran tambahan dalam homeostasis hormon tiroid. Ini ditandai
dengan rendahnya kepekatan (konsentrasi) serum T4, seperti yang terjadi di kekahatan
(defisiensi) yodium, kegiatan (aktivitas) iodotironin 5-deionidase tipe II meningkat di otak,
menyebabkan peningkatan pengubahan (konversi) T4 menjadi T3.
6. Prognosis
Prognosis menjadi lebih baik jika gangguan ini diketahui seawal mungkin dengan
tatalaksana yang memadai (Hastuti et al., 2018)Prognosis meningkat secara dramatis
dengan adanya neonatal screening program. Diagnosis yang cepat dan pengobatan yang
adekuat dari minggu pertama kehidupan dapat memberikan pertumbuhan yang normal
termasuk intelegensi dibandingkan dengan lainnya yang tidak mendapatkannya.
Prognosis juga bergantung pada etiologi yang pasti. Infant yang megalami keadaan kadar
T4 yang rendah dengan retardasi pematangan skeletal, mengalami penurunan IQ 6-19
point, dan kelainan neuropskikologis misalnya, inkoordinasi, hypotoni atau hipertoni,
kurang perhatian, dan kesulitan bicara. Pada 20% kasus terjadi kesulitan mendengar.
Tanpa pengobatan, infant yang mengalamianya akanditemukan defisensi mental dan
retardasi pertumbuhan. Hormon tiroid sangat penting untuk pertumbuhan otak, maka
diperlukan diagnosis biokimia untuk mengetahuai apakah ada kelainan atau tidak agar
dapat segera di tatalaksana untuk mencegah kerusakan otak yang irreversible.
Keterlambatan diagnosis, kegagalan untuk menangani hyportyroxemia secara cepat,
pengobatanya yang tidak adekuat, dan pemenuhan yang kurang pada 2-3 tahun pertama
kehidupan dapat menghasilkan derajat kerusakan otak yang bervariasi (Ayu, 2016).

7. Komplikasi
a. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat.
b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung.
c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
dan penyerapan zat gizi dari saluran cema.
e. Konstipasi.
f. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi.
g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh (Purwanto,
2016).
8. Penatalaksanaan
Terapi utama untuk mengatasi hipotiroidisme dengan terapi pengganti hormon. Pada
hipotiroidisme primer, konsentrasi Thyroid-stimulating hormone (TSH) bisa digunakan
sebagai acuan untuk memantau terapi. T4 bebas adalah indikator yang kurang sensitif dan
bisa berada pada batas normal walaupun TSH dihambat. Namun, pengukuran T4 bebas bisa
menjadi acuan pada hipotiroidisme sekunder ketika pengeluaran TSH terganggu. Tujuan
dari terapi hipotiroidisme adalah mengoreksi hipotiroidisme menjadi kondisi eutiroid
(mengurangi gejala dan normalisasi sekresi TSH), mengurangi ukuran gondok dan/atau
prevensi kambuhnya kanker tiroid.
a. Tiroksin Sintetis (T4 : Levothyroxine)
Tiroksin Sintetis (T4) adalah pilihan terapi untuk hipotiroidisme primer. Pada jaringan
perifer, T4 mengalami proses deiodinasi menjadi Triiodotironin (T3) yaitu bentuk aktif
dari hormon tiroid. Pada pasien muda yang sehat, dosis awal dimulai dari 50 sampai 200
mcg per hari. Meskipun formula dari T4 (Synthroid, Levoxyl, bentuk generik) mungkin
memiliki sedikit perbedaan dalam hal bioavailabilitasnya, namun sebuah penelitian
mengatakan bahwa bioekivalensi antara masing-masing formula bisa sama/setara. Dosis
obat dapat dikurangi untuk pasien yang lebih tua dan ditambah untuk pasien yang sedang
hamil. Karena T4 memiliki waktu paruh 7-10 hari, pasien hipotiroid bisa melewatkan
beberapa hari tanpa T4 dan tidak akan menimbulkan konsekuensi buruk. Apabila pasien
tidak dapat makan lebih dari seminggu, T4 parenteral (80% dari dosis oral pasien) bisa
diberikan.
b. Formulasi T3 (Liothyronine)
Liothyronine adalah isomer levorotasi dari T3 yang bersifat 2.5 sampai 3.0 kali lebih
poten dari levothyroxine. Onsetnya yang cepat dan durasi kerja yang singkat
menyebabkan penggunaan Liothyronine untuk terapi penggantian tiroid jangka panjang
jarang dilakukan. Terapi kombinasi T4-T3 dapat memperbaiki gejala pada sekelompok
kecil pasien dengan polimorfisme deiodinasi tipe 2, dimana T4 diubah menjadi T3
(Fahlevie & Aryasa, 2016)
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil,
hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian
dapat terjadi apabila tidak diberikan TH dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan
darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan
memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid
buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid
hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah,karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya
terus diminum sepanjang hidup penderita (Purwanto, 2016).
PATHWAY

Goiter/kelenjar tiroid
Tiroidektomi Obat-obat anti-tiroid Kekurangan yodium
membesar

Pengangkatan Menekan kerja Yodium dalam plasma


kelenjar tiroid kelenjar tiroid Perubahan bentuk
berkurang
kelenjar
Kompensasi kelenjar tiroid
Tiroidektomi Produksi hormone
tiroid menurun

HIPOTIROID

T3 dan T4 menurun G3 persyarafan Pasokan darah ke otak


menurun

Gangguan metabolisme protein


metabolisme dan karbohidrat Reaksi antar saraf
metabolism oksidatif Kadar kolesterol menurun berkurang
mitokondria terganggu meningkat
Laju metabolism basal Penaikkan albumin Sulit berkonsentrasi
menurun ekstravaskuler
Produksi ADP dan ATP Pengendapan plak di
oleh mitokondria pembuluh darah Penurunan memori
Termoregulasi di
menurun koroner
hipotalamus Water binding
terganggu glycosaminoglycans Merasa mudah lupa
Suplai energy berkurang Aterosklerosis meningkat
Penurunan produksi
kalor Gangguan Memori
Merasa lelah Pembuluh darah Penumpukkan asam
koroner menyempit hialuronik di kulit
Suhu tubuh menurun
Keletihan Suplai O2 ke jantung
menurun Wajah bengkak Gangguan Citra Tubuh
Intoleransi suhu
dingin
Jantung memompa Kedinginan
lebih kuat
Penurunan fungsi
gastrointestinal Tekanan darah Hipotermia
meningkat

Otot-otot usus
melemah Aritmia

Peristaltic usus Penurunan curah


menurun jantung

Feses menumpuk

Konstipasi
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan

Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif


Fisiologis Respirasi Bradikardia
Sirkulasi N 58x/menit TD 138/88 mmHg
Nutrisi dan cairan Pasien juga mengalami penurunan frekuensi
peristaltik usus dan peningkatan berat badan
Hasil pemeriksaan fisik : BB 55 kg TB 125 cm
Eliminasi Pasien mengalami penurunan peristaltic usus
Aktivitas dan Pasien mengeluh kelelahan
istirahat
Neurosensori Pasien mengeluh sulit berkonsentrasi, dan penurunan
memori selama lebih dari beberapa bulan.
Reproduksi dan Tidak Terkaji
Seksualitas
Psikologis Nyeri dan Tidak Terkaji
Kenyamanan
Integritas ego Tidak Terkaji
Pertumbuhan dan Tidak Terkaji
perkembangan
Perilaku Kebersihan diri Tidak Terkaji
Penyuluhan dan Tidak Terkaji
pembelajaran
Relasional Interaksi social Tidak Terkaji
Lingkunga Keamanan dan Tidak Terkaji
n proteksi

2. ANALISA DATA

Data Subjektif Dan Objektif Analisa Data Masalah Keperawatan


DO: Gangguan metabolisme Penurunan Curah Jantung
1. N 58x/menit
2. TD 138/88 mmHg. Kadar kolestereol meningkat

Pengendapan plak di
pembuluh darah koroner

Aterosklerosis

Pembuluh darah koroner


menyempit

Suplai O2 ke jantung
menurun

Jantung memompa lebih kuat

Tekanan darah meningkat

Aritmia

Penurunan curah jantung

DS: Gangguan metabolisme Hipotermia


1. Merasa kedinginan
jika tidak Laju metabolisme basal
menggunakan switer menurun
walaupun berada
dicuaca yang hangat Termoregulasi di
hipotalamus terganggu
Penurunan produksi kalor

Suhu tubuh menurun

Intoleransi suhu dingin

Kedinginan

Hipotermia
DO: Gangguan metabolisme Konstipasi
1. Mengalami
penurunan frekuensi Penurunan fungsi
peristaltik usus gastrointestinal

Otot-otot usus melemah

Peristaltic usus menurun

Feses menumpuk

Konstipasi

DO: Metabolism oksidatif Keletihan


1. Mengeluh kelelahan mitokondria terganggu

Produksi adp dan atp oleh


mitokondria menurun

Suplai energy berkurang


Merasa lelah

Keletihan

DO: G3 persyarafan Gangguan Memori


1. Penurunan memori
selama lebih dari Pasokan darah ke otak
beberapa bulan menurun

Reaksi antar saraf berkurang

Sulit berkonsentrasi

Penurunan memori

Merasa mudah lupa

Gangguan Memori

DS: Metabolisme protein dan Gangguan citra tubuh


1. Memiliki wajah karbohidrat menurun
tampak bengkak dan
alis mata yang sedikit Penaikkan albumin
khususnya pada ekstravaskuler
bagian samping
Water binding
glycosaminoglycans
meningkat

Penumpukkan asam
hialuronik di kulit

Wajah bengkak

Gangguan citra tubuh


3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL


1 Penurunan curah jantung (D.0008) Curah Jantung Perawatan Jantung Tindakan
Kategori : fisiologis Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Subkategori : sirkulasi keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi tanda / gejala 1. Untuk dapat
Definisi :
maka curah jantung pasien primer penurunan curah mengetahui
ketidakadekuatan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan meningkat dengan kriteria jantung (meliputi dispnea, tanda/gejala
metabolisme tubuh. hasil : kelelahan, edema, ortopnea, penurunan curah
Penyebab : 1. Teakanan darah membaik paroxysmal nocturnal jantung seperti
1. perubahan irama jantung 2. Berat badan membaik dyspnea, peningkatan CVP) dipsnea, kelelahan,
2. perebuhan frekuensi jantung 2. Identifikasi tanda/gejala edema, dsb.
sekunder penurunan curah 2. Untuk dapat
3. perubahan kontraktilitas
jantung (meliputi mengetahui
4. perubahan preload peningkatan berat badan, tanda/gejala sekunder
5. perubahan afterload hepatomegali, distensi penurunan curah
Vena jugularis, palpitasi, jantung seperti
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : ronkhi basah, oliguria, peningkatan berat
1. perubahan irama jantung batuk, kulit pucat) nadan,
3. Monitor tekanan darah hepatomegali,dsb.
1) palpitasi
(termasuk tekanan darah 3. Untuk dapat
2. perubahan preload ortostatik, jika perlu) mengetahui tekanan
1) lelah 4. Monitor intake dan output darah dari klien
cairan 4. Untuk dapat
3. perubahan afterload
5. Monitor berat badan setiap mengathui masukan
1) dispnea hari pada waktu yang sama dan keluaran cairan
4. perubahan kontraktilitas 6. Periksa tekanan darah dan pada klien
1) paroxysmal nocturnal frekuensi nadi sebelum dan 5. Untuk dapat
sesudah aktivitas mengetahui berat
dypsnea (PND)
2) ortopnea Tapeutik : badan dari klien
3) batuk 1. Posisikan pasien semi- setiap harinya.
Fowler atau Fowler dengan 6. Untuk dapat
objektif :
kaki ke bawah atau posisi mengetahui apakah
1. perubahan irama jantung
nyaman frekuensi nadi dari
1) bradikardi/takikardi 2. Berikan diet jantung yang klien sebelum atau
2) gambaran EKG aritmia atau sesuai (mis. Batasi asupan sesudah melakukan
kafein, natrium, kolesterol, aktivitas.
gangguan konduksi
dan makanan tinggi lemak)
2. perubahan preload 3. Berikan dukungan Terapeutik :
emosional dan spiritual 1. Untuk memberikan
1) edema
4. Berikan oksigen untuk rasa nyaman bagi
2) distensi vena jugularis pasien
mempertahankan saturasi
3) central venous pressure 2. Untuk dapat
oksigen>94%
(CVP) meningkat/menurun memberikan kondisi
Edukasi : sehat bagi jantung
3. perubahan afterload
1. Anjurkan beraktivitas fisik 3. Agar klien tidak
1)Tekanan darah sesuai toleransi merasakan stress
meningkat/menurun 2. Anjurkan beraktivitas fisik mengahdapi
2) nadi perifer terabah lemah secara bertahap kondisinya
3) capillary refill time >3 detik
3. Anjurkan pasien dan 4. Untuk dapat
4) oliguria
5) warna kulit pucat dan/ atau keluarga mengukur intake mempertahankan
sianosis dan output cairan harian saturasi oksigen
4. perubahan kontraktilitas Edukasi :
Kolaborasi : 1. Untuk daoat
1) terdengar suara jantung S3 1. Rujuk ke program meningkatkan kerja
dan/atau S4 rehabilitasi jantung
dari jantung
2) ejection fraction (EF) 2. Agar jantung tidak
menurun terlalu dipaksa untuk
gejala dan tanda minor : bekerja terlalu keras
subjektif : 3. Untuk dapat
1. perubahan preload memberikan
(tidak tersedia) kenormalan dari
2. perubahan afterload jantung
(tidak tersedia)
Kolaborasi :
3. perubahan kontraktilitas
1. Agar klien bisa
(tidak tersedia) mendapatkan
4. perilaku/emosional penangan yang
1) cemas lebih baik

2) gelisah
objektif :
1. perubahan preload
1) murmur jantung
2) berat badan bertambah
3) pulmonary artery wedge
pressure (PAWP)
menurun
2. perubahan afterload
1) pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) systemic vascular
resistance (SVR)
meningkat/menurun
3) hepatomegali
3. perubahan kontraktilitas
1) cardiac index (CI)
menurun
2) left ventricular stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) stroke volume index
(SVI) menurun
4. perilaku/emosional
(tidak tersedia)

2 Hipotermi (D.0131) Termoregulasi Manajemen hipotermi Manajemen hipotermi


Setelah dilakukan tindakan
Kategori: lingkungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi : Observasi :
Subkategori : keamanan dan proteksi
Definisi: maka termoregulasi pasien 1. monitor suhu tubuh 1. agar dapat klien
Suhu tubuh berada dibawah rentang membaik. Dengan kriteria 2. identifikasi penyebab mengetahui suhu
normal tubuh hasil: hipotermia (mis. tubuh
Penyebab: terpapar suhu 2. untuk dapat
1. Kerusakan hipotalamus 1. Suhu tubuh membaik lingkungan rendah, mengetahui
2. Konsumsi alkohol 2. Suhu kulit membaik pakaian tipis, kerusakan penyebab
3. Berat badan ekstrem hipotalamus, penurunan hipotermia
laju metabolisme, 3. untuk dapat
4. Kekurangan lemak subkutan
kekurangan lemak mengetahui tanda
5. Terpapar suhu lingkungan subkutan) dan gejala akibat
rendah 3. monitor tanda dan hipotermia
6. Malnutrisi gejala akibat hipotermia terapeutik :
(mis. hipotermia ringan; 1. agar klien merasa
7. Pemakaian pakaian tipis
takipnea, disatria, lingkunganya
8. Penurunan laju metabolisme menggigil, hipertensi, hanggat
9. Tidak beraktivitas diuresis hipotermia 2. agar klien merasa
sedang; aritmia, nyaman
10. Transfer panas (mis.
hipotensi, apatis, 3. agar klien merasa
konduksi, konveksi, koagulopati, refleks hangat
evaporasi, radiasi) menurun, hipotermia edukasi :
berat; oliguria, refleks - agar klien dapat
11. Trauma
menghilang, edema makan/minum
12. Proses penuaan paru, asam-basa yang hangat
13. Efek agen farmakologis abnormal)
14. Kurang tepapar informasi terapeutik :
1. sediakan lingkungan
tentang pencegahan yang hangat (mis. atur
hipotermi suhu ruangan,
Gejala dan Tanda Mayor inkubator)
Subjektif 2. ganti pakaian dan/atau
(tidak tersedia) linen yang basah
Objektif 3. lakukan penghangatan
1. Kulit teraba dingan pasif (mis. selimut,
2. Menggigil penutup kepala, pakaian
3. Suhu tubuh dibawah nilai
tebal)
normal
Gejala dan Tanda Minor 4. lakukan penghangatan
Subjektif aktif eksternal (mis.
(tidak tersedia) kompres hangat, botol
Objektif hangat, selimut hangat,
1. Akrosianosis perawatan metode
2. Bradikardi kangguru)
3. Dasar kuku sianotik 5. lakukan penghangatan
4. Hipoglikemia
aktif internal (mis. infus
5. Hipoksia
6. Pengisian kapiler >3 cairan hangat, oksigen
detik hangat, lavase
7. Konsumsi oksigen peritoneal dengan
meningkat cairan hangat)
8. Ventilasi menurun edukasi :
9. Piloereksi 1. anjurkan makan/minum
10. Takikardi hangat
11. Vasokonstriksi perifer
12. Kutis memorata (pada
neonatus)

3 Konstipasi (D.0049) Eliminasi fekal Manajemen konstipasi Manajemen konstipasi


Kategori : fisiologis Definisi Observasi : Observasi :
Subkategori :eliminasi
Definisi : Setelah dilakukan tindakan 1. periksa tanda dan gejala 1. untuk dapat
Penurunan defekasi normal yang disertai keperawatan selama 3x24 jam konstipasi mengetahui tanda
pengeluaran fases sulit dan tidaktuntas maka eliminasi fekal pasien 2. periksa pergerakan dan gejala
serta feses kering dan banyak. dapat membaik dengan usus, karakteristik feses konstipasi
Penyebab : kriteria hasil: (konsistensi, bentuk, 2. agar dapat
Fisiologis 1. Peristaltic usus volume, dan warna) mengetahui
1. Penurunan mobilitas 3. identifikasi faktor pergerakan usus,
membaik
resiko konstipasi (mis. karakteristik feses
gastrointestinal
2. Konsistensi fases obat-obatan, tirah (konsistensi,
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan baring, dan diet rendah bentuk, volume,
membaik
serat) dan warna)
gigi
3. Frekuensi BAB 4. monitor tanda dan 3. untuk dapat
3. Ketidakcukupan diet gejala ruptur usus mengetahui faktor
membaik
dan/atau peritonisis resiko konstipasi
4. Ketidakcukupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan cairan Terapeutik : 4. untuk dapat
1. anjurkan diet tinggi mengetahui tanda
6. Aganglionik (mis. penyakit
dan gejala ruptur
serat
Hircsprung) usus dan/atau
2. lakukan masase peritonisis
7. Kelemahan otot abdomen
Terapeutik :
abdomen, jika perlu
Psikologis 1. untuk dapat
1. Konfusi Edukasi : mencegah
1. jelaskan etiologi konstipasi
2. Depresi
2. agar klien merasa
masalah dan alasan
3. Gangguan emosional nyaman saat
tindakan melakukan masase
Situasional
Edukasi :
1. Perubahan kebiasaan makan 2. anjurkan peningkatan
1. agar klien dapat
(mis. jenis makanan, jadwal asupan cairan, jika mengetahui
masalah dan
makanan) perlu ada
alasan tindakan
2. Ketidakadekuatan toileting kontraindikasi yang diberikan
2. agar klien dapat
3. Aktivitas fisik harian kurang 3. latih buang air besar
mengetahui cara
dari yang dianjurakan secara teratur mengatasi
konstipasi
4. Penyalahgunaan laksatif 4. ajarkan cara mengatasi
Kolaborasi :
5. Efek agen farmakologis konstipasi/impaksi 1. agar bisa
mendapatkan cara
6. Ketidakteraturan kebiasaan Kolaborasi :
untuk mengatasi
1. konsultasi dengan tim
defekasi masalah peristaltic
medis tentang usus
7. Kebiasaan menahan dorongan
penurunan/peningkatan
defekasi
frekuensi suara usus
8. Perubahan lingkungan
2. kolaborasi penggunaan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif obat pencahar, jika
1. Defekasi kurang dari 2 kali
perlu
seminggu
2. Pengeluaran fases lama dan sulit
Objektif
1. Feses keras
2. Peristaltik usus menurun
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
1. Mengejan saat defekasi
Objektif
1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal

4 Keletihan (D.0057) Tingkat keletihan Manajemen Energi Manajemen Energi


Kategori: Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Obserbasi Obserbasi
Subkategori: Aktivitas/Istirahat keperawatan selama 3x24 jam 1. identifikasi gangguan 1. untuk dapat
Definisi: maka tingkat keletihan pasien fungsi tubuh yang
mengetahui
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental dapat menurun dengan gangguan fungsi
yang tidak pulih dengan istirahat kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan tubuh yang
Penyebab: 1. verbilisasi lelah 2. monitor kelelahan fisik
mengakibatkan
1. gangguan tidur menurun kelelahan
2. gaya hidup monoton 2. tenaga meningkat 3. monitor pola dan jam 2. agar dapat
3. kondisifisiologis (mis, penyakit 3. lesu menurun mengetahui
tidur
kronis, penyakit terminal, anemia, 4. pola istirahat membaik kelelahan fisik
malnutrisi, hehamilan) 4. monitor lokasi dan 3. untuk dapat
4. program perawatan/pengobatan mengetahui
ketidaknyamanan selama
jangka panjang melakukan aktivitas pola dan jam
5. peristiwa hidup negative tidur
terapeutik
6. stress berlebihan 4. untuk dapat
1. sediakan lingkungan
7. depresi
nyaman dan rendah mengetahui
gejalah dan tanda mayor
stimulus (mis. cahaya,
subjektif lokasi dan
suara, kuncungan)
1. merasa energy tidak pulih
2. lakukan latihan gerak ketidaknyamana
walaupun telah tidur
pasif dan/atau aktif
2. merasa kurang tenaga n selama
3. berikan istirahat distraksi
3. mengeluh lelah
yang menenangkan melakukan
objektif
4. fasilitasi duduk disisi
1. tidak mampu mempertahankan aktivitas
tempat tidur , jika dapat
aktivitas rutin berpindah atau berjalan terapeutik
edukasi 1. agar klien
2. tampak lesu
1. anjurkan tirah baring merasakan
gejalah dan tanda minor 2. anjurkan melakukan lingkungan
subjektif aktivitas secara bertahap nyaman dan
1. merasa bersalah akibat tidak 3. anjurkan menghubungi rendah stimulus
perawat jika tanda dan 2. agar klien dapat
mampu menjalankan tanggung
gejalah kelelahan tidak istirahat
jawap berkurang distraksi yang
4. ajarkan strategi koping menenangkan
2. libido menurun
untuk mengurangi 3. agar klien
objektif kelelahan merasa nyaman
1. kebutuhan instirahat meningkat kolaborasi jika inggin
1. kolaborasi dengan ahli gizi bergerak
tentang cara ditempat tidur
meningkatkan asupan edukasi
makanan 1. agar klien dapat
melakukan
istirahat
2. aagar klien
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. agar klien
menghubungi
perawat jika
merasakan
gejalah yang
muncul
kolaborasi
1. agar asupan makanan
yang bergizi dan
bernutrisi terpenuhi
5 Gangguan Memori (D.0062) Memori Latihan memori Latihan memori
Kategori: fisiologis Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
Subkategori: neurosensoris keperawatan selama 3x24 jam 1. identifikasi masalah
Definisi: maka memori pasien dapat memori yang dialami 1. untuk dapat
Ketidakmampuan mengingat beberapa meningkat dengan 2. identifikasi kesalahan mengetahui
informasi atau perilaku kriteria hasil: terhadap orientasi masalah memori
Penyebab: 1. verbilasi kemampuan 3. identifikasi kesalahan yang dialami
1. ketidakadekuatan stimulus mengingat informasi terhadap orientasi 2. untuk dapat
intelektual factual meningkat 4. monitor perilaku dan mengetahui
2. gangguan sirkulasi keotak 2. verbalisasi pengalaman perubahan memori perilaku dan
3. gangguan volume cairan lupa menurun selama terapi perubahan memori
dan/atau elektrolit 3. verbilisasi lupa jadwal terapeutik selama terapi
4. proses penuaan menurun 1. rencana metode terapeutik
5. hipoksia 4. verbilasi mudah lupa mengajar sesuai dengam
6. gangguan neueologis (mis. menurun kemampuan pasien 1. untuk dapat
EEG positif, cedera kepala, 2. stimulus memori dengan menstimulus
gangguan kejang) mengulang pikiran yang memori dengan
7. efek agen farmakologis terakhir kali diucapkan, mengulang pikiran
8. penyalahgunaan zat jika perlu yang terakhir kali
9. faktor psikologis (mis. 3. koreksi kesalahan diucapkan
kecemasan, depresi, stress orientasi 2. untuk dapat
berlebihan, berduka, 4. fasilitasi mengingat mengkoreksi
gangguan tidur) kembali masa lalu, jika kesalahan
10. distraksi lingkungan perlu orientasi
Gejalah dan tanda mayor 5. fasilitas kemampuan 3. untuk dapat
Subjekif konsentrasi (mis, bermain menstimulua
1. melaporkan pernah mengalami kartu pasang) jika perlu memori pada
pengalaman lupa 6. stimulua menggunakan peristiwa yang
2. tidak mampu mengingat informasi memori pada peristiwa baru terjadi
factual yang baru terjadi (mis. edukasi
3. tidak mampu mengingat perilaku bertanya kemana saja ia 1. untuk dapat
tertentu yang pernah dilakukan pergi akhir-akhir ini jika meningkatk
4. tidak mampu mengingat peristiwa perlu an prosedur
Objektif edukasi latihan
1. tidak mampu melakukan 1. jelaskan tujuan dan 2. agar dapat
kemampuan yang dipelajari prosedur latihan mengingat
sebelumnya 2. ajarkan tenik memori memori
Gejalah dan tanda minor yang tepat (mis. imajinasi kolaborasi
Subjektif visual, perangkat memori, 1. untuk meningkatkan
1. lupa melakukan perilaku peemainan memori kualitas hidup pasien
pada waktu yang telah isyarat memori, teknik menjadi lebih baik
dijadwalkan asocial, membuat daftar,
2. merasa mudah lupa computer, papan nama)
Objektif (tidak tersedia) kolaborasi
1. rujuk pada terapi okupasi,
jika perlu
6 Gangguan citra tubuh (D.0083) Citra tubuh Promosi citra tubuh Promosi citra tubuh
Kategori: psikologis Definisi Observasi : Observasi :
Subkategori: integritas ego Setelah dilakukan tindakan 1. tahap perkembangan 1. Untuk dapat
Definisi: keperawatan selama 3x24 jam mengetahui
2. Identifikasi Identifikasi
Perubahan persepsi tentang penampilan, maka citra tubuh pasien dapat harapan citra
struktur dan fungsi fisik individu meningkat dengan harapan citra tubuh tubuh berdasarkan
Penyebab: kriteria hasil: perubahan citra
berdasarkan perubahan
1. Perubahan struktur/bentuk (mis. tubuh yang
1. Verbalisasi perasaan citra tubuh yang mengakibatkan
amputasi, trauma, luka bakar,
isolasi sosial
negative menurun mengakibatkan isolasi
obesitas, jerawat) 2. Untuk dapat
2. Perubahan fungsi tubuh ( mis. 2. Verbalisasi sosial mengetahui
apakah pasien bisa
proses penyakit, kehamilan, kekhawatiran menurun 3. Monitor frekuensi
melihat bagian
kelumpuhan) 3. Melihat bagian tubuh pernyataan kritik tubuh yang yang
berubah
3. Perubahan fungsi kognitif membaik terhadap diri sendiri
Terapeutik :
4. Ketidaksesuaian budaya, 4. Hubungan social 4. Monitor apakah pasien 1. Agar klien tidak
membaik merasa stres yang
keyakinan atau sistem nilai bisa melihat bagian
memengaruhi citra
5. Transisi perkembangan tubuh yang yang tubuh
2. Agar klien dapat
6. Gangguan psikososial berubah
berbicara dengan
7. Efek tindakan/pengobatan (mis. Terapeutik : keluarga tentang
1. Diskusikan perubahan perubahan citra
pembedahan, kemoterapi, terapi
tubuh dan fungsinya tubuh
radiasi) 2. Diskusikan perbedaan Edukasi :
penampilan fisik 1. Untuk
Gejala dan Tanda Mayor
terhadap harga diri meningkatkan
Subjektif
3. Diskusikan kondisi stres tingkat
1. Mengungkapan
yang memengaruhi citra kepercayaan diri
kecacatan/kehilangan bagian tubuh (mis. luka, klien
penyakit. Pembedahan) 2. Untuk
tubuh
4. Diskusikan persepsi meningkatkan
Objektif pasien dan keluarga penampilan diri
1. Kehilangan bagian tubuh tentang perubahan citra klien
2. Fungsi/struktur tubuh tubuh
berubah/hilang Edukasi :
Gejala dan Tanda Minor 1. Jelaskan kepada
Subjektif keluarga tentang
1. Tidak mau mengungkapkan pereawatan perubahan
kecatatan/kehilangan bagian citra tubuh
tubuh 2. Anjurkan
2. Mengungkapkan perasaan mengungkapkan
negatif tentang perubahan gambaran diri terhadap
tubuh citra tubuh
3. Mengungkapkan 3. Anjurkan menggunakan
kekhawatiran pada alat bantu (mis.
penolakan/reaksi orang lain pakaian, wig, kosmetik)
4. Mengungkapkan perubahan 4. Latih fungsi tubuh yang
gaya hidup dimiliki
Objektif 5. Latih peningkatan
1. Menyembunyikan/menunjuk penampilan diri (mis.
kan bagian tubuh secara berdandan)
berlebihan. 6. Latih pengungkapan
2. Menghindari melihat kemampuan diri kepada
dan/atau menyentuh bagian orang lain maupun
tubuh kelompok
3. Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
4. Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
5. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial berubah

Anda mungkin juga menyukai